makalah kristalisasi
Transcript of makalah kristalisasi
MAKALAH
KRISTALISASI
“Perpindahan Panas”
Kelompok 4 B2/R2/V
Andi Raju Agustin : 21113069
Decki Muny Andalas : 21113111
Dahlani : 21113075
Nopri Mansyah : 21113144
Yudhi Yudistira : 21113104
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA (2016)
B. Pengertian
Kristalisasi ialah proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan , melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan
langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia
antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer)
dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Kristalisasi juga merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat
padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan
bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Contoh proses
kristalisasi : pembuatan gula pasir dari jus tebu/beet, pembuatan kristal
pupuk dari larutan induknya, dll.
Kristalisasi dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan
penambahan solvent bahan kimia.
Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi
komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristalisasi dapat
juga dipakai sebagai salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis.
Operasi kristalisasi terbagi menjadi:
1. Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)
2. Pembuatan inti kristal
3. Pertumbuhan Kristal
C. Pembagian Tahapan Operasi Kristalisasi
1. Membuat Larutan Lewat Jenuh
Bila larutan telah mencapai derajat saturasi tertentu, maka di dalam larutan akan
terbentuk zat padat kristaline. Oleh sebab itu derajat supersaturasi larutan merupakan
faktor terpenting dalam mengontrol operasi kristalisasi.
Cara mencapai supersaturasi:
Pendinginan
Yaitu mendinginkan larutan yang akan dikristalka sampai keadaan
supersaturasi dimana konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi
larutan jenuh pada suhu tersebut.
Penguapan Solvent
Larutan disiapkan dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu
dikristalkan dengan pendingn. Cara ini digunakan untuk zat yang
mempunyai kurva kelarutan agak dalam.
Evaporasi Adiabatis
Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan ke dalam ruang
vacuum, maka terjadi penguapan dengan sendirinya, sebab tekanan
totalnya menjadi lebih rendah dari tekanan uap solvent pada suhu itu.
Penguapan dan turunya suhu disertai kristalisasi.
Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan
dikristalisasi, misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka
kelarutan NaOH menjadi turun dan larutan NaOH mudah diendapkan.
2. Pembentukan Inti Kristal
Pembentukan Inti Kristal secara sistematis :
Gambar1:
Pembentukan Inti Kristal
1) Primary Nukleus
Proses pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai
derajat supersaturasi yang cukup tinggi.
Homogen Nukleus
Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan
supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan
molekul-molekul solute sendiri
Heterogen Nukleus
Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun
dapat dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu
dan sebagainya.
2) Secondary Nukleus (Contact Nucleation)
Pembentukan inti kristal dengan akibat dari :
Tumbukan antarkristal induk
Tumbukan antar kristal dengan katalisator
Gerakan antara permukaan kristal yang relatif lebih kecil. Dinyatakan
dengan persamaan :
N = (a) (L)b (¨C)c (P)d
Dimana :
N : jumlah nukleus yang terbentu (number/jam)
L : ukuran kristal induk (mm)
C : derajat supersaturasi larutan (mol/lt) atau (oC)
P : power dari pengaduk (Hp)
a,b,c,d : konstanta-konstanta
Jika :
L >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin besar, krisatal
makin besar menyebabkan kemungkinan tumbukan semakin banyak.
Pecahan bagian kecil dari kristal menyebabkan terbentuknya inti kristal.
C >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin banyak.
Derajat saturasi makin besar maka semaikn besar pula kemungkinan
terbentuk inti kristal baru.
P >>> maka gaya gesekan partikel larutan juga semakin besar sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan partikel semakin besar, maka inti kristal
yang terbentuk juga semakin besar jumlahnya.
Dalam percobaan, Miers membuat larutan supersaturasi melalui
pendingin setelah melalui kurva saturasi A-B sampai pada kondisi
kristalisasi mulai terbentuk inti kristal (titik ke F). kurva larutan murni dua
komponen tanpa feeding, artinya inti kristal yang terbentuk primary
homogen nuklei mulai terbentuk dengan terbentuknya inti kristal yang
selanjutnya tumbuh maka konsentrasi solute dalam larutan akan turun (dari
F ke G).
Untuk beberapa sistem tertentu yang viskositasnya tinggi, kurva
primary homogen nuklei tetap jenuh daripada kurva saturasi. Dengan kata
lain diperlukan konsentrasi lebih tinggi untuk membuat primary homogen
nukleasi. Hal ini sangat tidak rfisien secara teoritis dan ekonomi. Karena
itu dalam kondisi industri dikenal sistem seeding (pemberian kristal
nuklei). Nukleasi ini disebut secondary nukleasi. Penambahan larutan
supersaturasi melaui pendinginan setelah melalui kurva saturasi AB. Pada
konsentrasi ini di titik baru akan terbentuk inti kristal. Tetapi mengingat
efisiensi secar ekonomis, penambahan kristal pada sistem ini akan
memperoleh penghematan.
3. Pertumbuhan Kristal
Umumnya kristal yang berukuran > 100 kecepatan tumbuhnya tidak
tergantung pada ukuran dan dapat dinyatakan dengan :
r = a (¨C)b
di mana :
r : kecepatan tumbuhnya kristal
¨C : derajat saturasi (mol/L)
a,b : kontanta
Derajat saturasi (oC) merupakan faktor terpenting dalam proses
pertumbuhan kristal. Larutan yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan
konsentrasi antara permukaan kristal dengan permukaan akan tinggi
sehingga r dan ¨C juga semakin tinggi.
D. Proses Kristalisasi secara sederhana
Seperti dijelaskan pada pendahuluan di atas, proes kristalisasi
dimualai dengan menambahkan senyawa yang akan dimurnikan
dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada
level super jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan,
maka mlekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh
menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah.
Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap.
Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama adalah nukleasi primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap
dimana kristal-kristal mulai tumbuh namun belum mengendap. Tahap
ini membutuhkan keadaan superjenuh dari zat terlarut. Saat larutan
didinginkan, pelarut tidak dapat “menahan” semua za-zat terlarut,
akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling menempel,
dan mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti yang
bergabung, maka akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal
tersebut.
Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi sekunder.
Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai
dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat.
Da lam p rose s k r i s t a l i s a s i d i s i n i , k i t a
mengguna kan a l a t yang dinamakan dengan crystallizer.
Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau
membuat kristal dari larutannya. Oleh karenaitu, larutan yang akan
dikristalisasi harus dibuat lewat jenuh terlebihdu lu dengan
j a l an penguapa n a t a u pend ing ina n . Kr i s t a l i sa s i t i dak
d a p a t t e r j a d i t a n p a s u p e r s a t u r a s i t e r l e b i h
d a h u l u , d i m a n a c a r a memperoleh saturasi ini tergantung dari
kelarutannya.
E. JENIS - JENIS KRISTALIZER
1. Oslo Surface Cooled Crystalizer
Alat ini dikembangkan dalam larutan tersirkulasi dengan
pendinginan di dalam cooler (H) larutan supersaturasi ini dengan
dikontakan dengan suspensi kristal alm ruangan suspensi pada (E).
Pada puncak ruang suspensi aliran larutan induk (D) dapat dipisahkan
digunakan untuk memindahkan partikel halus
2. Oslo Evaporative Crystalizer
Larutan yang meninggalkan ruang penguapan pada
sueprsaturated, mendekati daerah metastail sehingga nukleus baru
tidak akan terentuk. Kontak cairan pada unggun E membantu
supersaturasi pada pertumbuhan kristal dan menuju pertumbuhan
kristal. Dalam kristal tipe umpan panas dimasukan pada 6 dan
campurn larutan menyemprot ketika mencapai kamar penguapan pada
A. Jika evaporator lebih jauh diperlukan untuk menghentikan driving
force.
Sebuah penukar panas dipasang antara pipa sirkulasi dan ruang
penguapn utnuk mencuplai panas yang dibutuhkan. Perpindahan
larutan supersaturasi dai vaporizer (titik B), sering menyebabkan
timbulnya kerak dan pengurang sirkulasi.
Gambar 2: Oslo Evaporative Crystalizer
3. Draft Tube Buffle Crystalizer
Dilengkapi buffle untuk mengukur sirkulasi magma dan
propeler yang berfungsi mengatur sirkulasi kristal magma sedangkan
diluar body crystalizer ditambah pompa untuk sistem sirkulasi di mana
pada pompa dihubungkan heater dan feed inert.
Alat ini dilengkapi dengan ekstraktor pum yang berfungsi
untuk mengklasifikasikan kristal hingga didapat kristal dalam ukuran
tertentu. Klasifikasi ukuran kristal di sini didasarkan atas gaya
gravitasi dengan jalan sebagai berikut:
Jika dalam kristalizer telah terbentuk kristal-kristal dengan
ukuran heterogen, maka kristal ni diklasifikasikan ukuranya dengan
mengalirkan larutan ini dari bawah ke atas dengan menggunakan
ekstraktor pump. Dengan adanya larutan jenuh ini, kristal dengan
ukuran yang besar akan berada di bawah, dengan demikian didapatkan
produk dengan ukuran yang homogen. Disini untuk mendapatkan
kristal dengan ukuran tertentu dapat diatur dengan mengatur aliran
larutannya. Jika larutan mempunyai kecepatan tinggi, maka akan
didapat kristal dengan ukuran yang besar dan menyebabkan turun ke
bawah dan dapat dikeluarkan sebagai produk.
Sistem sirkulasi ini simaksudkan agar inti kristal berkurang
dimana dibiarkan makin lama makin banyak. Karena inti kristal
membutuhkan solute untuk pertumbuhan selanjutnya. Padahal
kecepatan feed masuk tetap, maka diperlukan recycle dengan ukuran
pompa sirkulasi yang bersama-sama feednya masuk melalui heater
sehingga larut dan masuk kembali ke dalam ruang kristalisasi.
Ekstraksi pump bergunsi untuk membantu memisahkan kristal :
prinsip pemisahan berdasarkan peredaan berat kristal. Karena adanya
gaya gravitasi maka partikel (padat) berat akan lebih dahulu
mengendap, sedangakan partikel ringan akan masuk ke atas (karena
adanya aliran ke bawah). Jadi ukuran kristal produk bisa diatur dengan
mengatur flowrate aliran dari bawah. Untuk mendapatkan kristal yang
besar, flow rate dibesarkan.
Gambar 3: Draft Tube Buffle Crystalizer
Kecepatan kristalisasi meliputi :
a. Pembentukan inti Kristal
b. Pertumbuhan Kristal Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan
pendinginan yang cepat
pengadukan yang baik
memakai larutan yang murni
temperature yang tinggi
konsentrasi yang tinggi
pemberian kristal halus sebagai bibitan
1. Hasil Kristalisasi
Hasil kristalisasi tergantung dari prosesnya. Apabila
proses k r i s t a l i s a s i b e r j a l a n c e p a t m a k a k r i s t a l
y a n g t e r j a d i h a l u s . Sebaliknya bila proses kristalisasi
berjalan lambat maka kristalyang terbentuk kasar (besar).
2. Kemurnian dan Ukuran Kristal
Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian kristal
yang dihasilkan. Hal ini terutama bagi kristal yang mudah l a ru t dan
k r i s t a l yang be r s i f a t h id ros kop i s . Un t uk in i l eb ih ba ik
larutan yang akan dikristalkan dibuat semurni mungkin sehingga pada
kristalisasi akan diperoleh kristal yang lebih bersih.
3. Energy yang diperlukan
Pada kristalisasi energi diperlukan untuk penguapan sampai
diperoleh larutan yang lewat jenuh. Untuk kristaliser yang bekerja
secara adiabatic (tidak memerlukan energi dari luar) biasanya
mengguna kan pe nguapan d i s e r t a i pe nd ing inan a t au
dengan memakai vacuum.
4. Uniformity (Keseragaman Ukuran)
Kristal yang uniform dapat diperoleh dengan menambahkan kristal
halus pada larutan yang telah lewat jenuh. Disini Kristal halus
tersebut berfungsi sebagai inti kristal (bibitan). Kristal yang uniform
akan memberikan keseragaman dalam proses berikutnya t e rha dap
k r i s t a l t e r s ebu t . D i sam p ing i t u k r i s t a l yang un i fo rm
menunjukkan bahwa proses pembuatanya sangat teliti sehingga akan
lebih menarik.
F. Klasifikasi Peralatan Kristalisasi
1. Berdasarkan cara memperoleh super saturasi, peralatan
kristalisasidiklasifikasikan sebagai berikut :
Super saturasi diperoleh dengan pendinginan tanpa penguapan :
Tank Crystallizer
Swenson Walker Crystallizer
Crystal Cooling Crysyallizer
Super saturasi diperoleh dengan penguapan tanpa pendinginan :
Crystal Evaporator Crystallizer
Strike Pans
S u p e r s a t u r a s i d i p e r o l e h d e n g a n k o m b i n a s i
p e n g u a p a n d a n pendinginan adiabatic :
Swenson Vacum Crystallizer
Crystal Vacum Crystallizer
G. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Ken Toyokura et all : ‘Crystallization’ Volume I & II , JACE Design
Manual Series, Tokyo 1982.
2. Ken Toyokura, R.C. Bennett & G.H. Dale : ‘Crystallization’ in
‘Encyclopedia of Chemical Processing and Design’ editor : Mc. Ketta &
Cunningham, Marcel Dekker Inc. New York, 1981.
3. J.W. Mullin ‘Crystallization’ ; Butterworths, London, 1972.
4. P.A. Schweitzer (ed.) : ‘ Handbook of Separation Techniques for
Chemical Enginers’; McGraw Hill Book, New York, 1979.
5. R.W. Rousseau (ed.) : ‘Handbook of Separation Process Technology’
John Wiley & Sons, New York, 1987.