Makalah Konsep dan penyusunan kisi-kisi pada instrument tes dan non tes pada kurikulum 2013

32
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative. Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan kisi kisi soal ujian yang akan memberikan bimbingan terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau table spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar atau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan) Kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan digunakan. Juga dikaitkan didalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya didalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya nanti 1

description

ranah yang diukur berupa kognitif, afektif dan psikomotor

Transcript of Makalah Konsep dan penyusunan kisi-kisi pada instrument tes dan non tes pada kurikulum 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat

diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan

konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur

penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.

Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan kisi kisi soal ujian yang

akan memberikan bimbingan terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau table

spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan

mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar atau

kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu (yang

diujikan)

Kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan digunakan.

Juga dikaitkan didalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur. Banyak jumlah

soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya

didalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya nanti

Seorang pengajar yang baik perlu memiliki keterampilan untuk

mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kompetensi

siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang

“Pengembangan Instrumen kisi-kisi Penilaian Tes Tulis dan non tulis.”

1

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud kisi-kisi?

b. Apa saja fungsi dan syarat kisi-kisi?

c. Apa yang dimaksud tes tulis dan non tes?

d. Komponen dan langkah-langkah apa saja dalam pembuatan kisi-kisi tes tulis

dan non tes?

e. Bagaimana cara penyusunan bentuk tes tulis dan non tes itu?

C. TUJUAN

Tujuan pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui

bagaimana pengembangan dan penilaian dari tes tulis dan non tes itu, sehingga

kita dapat mengetahui  berbagai aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal

dan cara penilaian dalam tes tulis dan non tes. Dan diharapkan makala ini dapat

membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan non tes serta bagaimana cara

menentukan penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik.

2

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. PENGERTIAN KISI-KISI

Kisi-kisi (test blue print atau table of specification) merupakan deskripsi

mengenai ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan. Tujuan

penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes

yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal.

Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matrik.

B. FUNGSI KISI-KISI

1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal  yang hendak disusun

Pedoman penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru hendak

memberikan soal kepada siswa, pedoman tersebut akan menjadi acuan

bagi guru dalam penulisan soal sehingga akan memudahkan dalam

pembuatan soal.

Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.

2. Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik

dalam pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi peserta

didik akan memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai

dengan tujuan pencapaian evalusi terhadap pembelajaran tertenu. Dalam

pembuatan soal yang menggunakan kisi-kisi, penulis akan menghasilkan

soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.

3. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif

sama, dari segi tingkat kedalamannyas segi cakupan materi yang

ditanyakan.

3

C. SYARAT KISI-KISI

1. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan

2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami

3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan bentuk yang yang

ditetapkan

D. JENIS PERILAKU YANG DAPAT DIUKUR

Domain kognitif :

Mengingat: Istilah mengingat merupakan terjemahan dari kata

remember dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya

tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula

pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau diingat

seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang,

nama-nama tokoh, nama-nama kota.

Memahami: Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada

pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan

dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau

didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah

dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada

kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga

kategori, tingkat pertama(terendah) adalah pemahaman

terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang

sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa

Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, mengartikan

merah putih. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,

yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan

yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga atau tingkat

tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Membuat contoh

4

item pemahaman tidaklah mudah. Sebagian item

pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram,

atau grafik.

Mengaplikasikan/ menerapkan: Aplikasi adalah penggunaan

abstraksi pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi

tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

Menganalisa (analysis): dan mensintesiskan, Analisis

diartikan kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu

konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-

milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh:

Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel

penelitian dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.

Sintetis (synthetis): Sintesis diartikan kemampuan

menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu

bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa

dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam

bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.

Mengevaluasi (evaluation) / menilai: Evaluasi diartikan

kemampuan membuat penilaian (judgment) tentang nilai

(value) untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat

memperbaiki program-program computer yang secara fisik

tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata

kuliah Algoritma dan pemrograman (Suparman, 2001).

Mencipta: mencipta merupakan kemampuan dalam

menempatkan, membuat atau menyatukan sesuatu yang

berbeda secara bersama-sama untuk membentuk satu

kesatuan yang berkelanjutan dan fungsional atau dapat pula

berarti mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur

5

baru. Dalam bahasa lain dapat dikatakan membuat,

merangkai, berinovasi, memperbaharui sesuatu dari berbagai

unsur. Berikut disajikan kata kerja oprasional untuk ranah

kognitif.

Domain afektif :

Kemauan menerima: berarti keinginan untuk memperhatikan suatu

gejala atau rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku,

mendengar music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras

berbeda.

Kemauan menanggapi: berarti kegiatan yang menunjuk pada

partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas

terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi, menyelesaikan tugas

dilaboratorium atau menolong orang lain.

6

Menilai: berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu

seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau

penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk

melakukan suatu kehidupan sosial.

Mengelola: berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang

berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi,

seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung

jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan,

memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Menghayati: berarti individu yang sudah memiliki system nilai selalu

menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang

dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

7

Domain psikomotor :

Imitasi/Peniruan – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang

lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.

Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan.

Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan

gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.

Presisi/ Ketepatan – melakukan gerakan yang tepa atau akurat.

Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.

Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan

beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta

didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan

pisang).

Naturalisasi /pengalamiahan– gerakan yang berkualitas menjadi

bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek.

Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara

terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola

bertarap professional.

8

E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS

Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :

1. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang

harus dikerjakan oleh siswa.

2. Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi test untuk

mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan

lembaran nomer dan huruf a, b, c, d. Menurut banyaknya alternatif yang

disediakan.

3. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci

jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes bentuk

9

uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat

untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya kunci

jawaban ini adalah agar :

Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.

Pemeriksaannya benar.

Dapat dilakukan dengan mudah.

Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif

Hal-hal yang harus di lakukan sebelum menulis soal tes tulis

sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:

menentukan tujuan tes

menyusun kisi-kisi soal

penulisan soal

pemberian skor

pelaporan hasil tes   

F. TES TULIS

1. Pengartian Tes Tulis

Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya

piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan

atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,

pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau

kelompok.

10

2. Ciri-Ciri Tes

Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:

Validitas

Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai dengan

kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah

tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak

diukur.

Reliabilitas

Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam

bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Jika

dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah ketepatan sedangkan

reliabilitas adalah ketetapan.

Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan

tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama

terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka

objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes

tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya),

mudah pengadministrasiaanya.

Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes

tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak

dan waktu yang lama.

11

3. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis

Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah

menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out,

plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan

perakitan tes.

Komponen kisi-kisi tes yaitu :

Jenis sekolah/kelas/semester

Mata pelajaran

Kurikulum yang diacu

Alokasi waktu

Jumlah soal

Bentuk soal

Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur

Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, evaluasi)

Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran

dan kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.

Bentuk soal

Tingkat kesukaran masing-masing soal.

4. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi

Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :

Mendaftar  pokok-pokok  materi  yang  akan  diteskan  (berdasarkan silabus)

Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi

(berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)

Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.

Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang

diukur bagi setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan

heterogenitas bahan).

12

Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi

Pemberian nomor item

G. NON-TES

1. Pengertian Instrument Non-tes

Instrument non-tes adalah intrumen selain tes prestasi belajar. Alat yang

dapat digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi dan istrumen tes sikap,

minat dsb. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil

belajar, aspek psikomotorik atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu untuk

menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian,

pendapat atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan,

perilaku, sikap atau nilai.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi adalah

jumlah butir pernyataan dari suatu instrumen, karena semakin banyak jumlah

butir pernyataan (unsur yang dievaluasi) maka semakin baik kualitasnya. Pada

prinsipnya prosedur penulisan untuk instrument non-tes adalah sama dengan

prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,

menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah, validasi butir, uji coba

butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.     

Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat

perbedaan dalam menentukan validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku

pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi atau konstruknya diperoleh melalui

“teori”.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes

Penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstuknya yang

disusun atau dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori

13

adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian atau mencari informasi lain yang

berhubungan dengan variable atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu,

peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen non-tes)

tidak perlu mempersiapkan atau belajar materi yang hendak diteskan terlebih

dahulu seperti pada tes prestasi.

Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya

adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi

konsep dan definisi operasional) dengan kata sendiri berdasarkan pendapat para

ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori

yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang

telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema

objek atau hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian atau

rincian dimensi yang akan diukur) dan penulisan butir soal berdasarkan

indikatornya.

Contoh Non Tes

a) Tes skala sikap

Tes skala sikap adalah perasaan suka atau tidak suka atau

kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Seperti :

sikap terhadap materi pelajaran, guru, proses pembelajaran, norma-norma

tertentu dan sebagainya.

Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen berikut :

Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang

terhadap objek.

Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi

pegangan seseorang.

Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau berbuat

dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.

14

b) Tes minat belajar

Minat merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan

perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan raa senang dan

dilakukan penuh kesadaran.

Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya

akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran tersebut.

c) Tes motivasi berprestasi

Definisi konsep

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang medorong peserta didik

untuk berbuat baik dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya mapun

yang dibuat atau diraih orang lain.

Definisi operasional

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk

berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya

maupun yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:

a) Berusaha untuk untuk unggul dalam kelompoknya

b) Menyelesaikan tugas dengan baik

c) Rasional dalammeraih keberhasilan

d) Menyukai tantangan

e) Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses

f) Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan

balik dan resiko tingkat menengah

d) Tes kreativitas

15

Keativitas merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat

(Devito, 1989 : 118).

Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas, berfikir

devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal yang

menyangkut perubahan dan eksploasi (coben, 1976 : 17). Tes kreativitas teriri

dari dua yaitu tes verbal dan tes gambar. Yang memilki ciri kelancaran,

keluwesan, keaslian dan elaborasi (Torance, 1974 : 8).

3. Komponen kisi-kisi non test

Instrumen non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain

tes di antaranya seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral,

konsepsi diri, dan lain sebagainya. Adapun alat penilaiannya yang

dapat digunakan diantaranya adalah: pengamatan/observasi (seperti

catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes (seperti tes

sikap, minat, dll).

Pada prinsipnya, prosedur penulisan kisi-kisi untuk instrumen non-tes

adalah sama dengan prosedur penulisan kisi-kisi tes pada tes prestasi

belajar, namun sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan

dalam menentukan validitas isi/konstruknya. Dalam tes prestasi

belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran,

tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya diperoleh melalui

“teori”. Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan

mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1990 : 932)

16

Dalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi:

1.  Dimensi adalah tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat

tinjauan teori. Agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat

sebagai berikut : demensi itu harus secara umum didapatkan pada

suatu kelompok benda atau manusia, demensi itu harus dapat

memberikan data sensorik yang dapat ditangkap oleh indera manusia,

demensi itu harus dapat dirumuskan dengan jelas, demensi itu harus

memiliki nilai variasi, demensi itu harus dapat memberikan respons

yang mirip pada berbagai pengamat yang berbeda.

2. Indikator  adalah uraian/rincian dimensi yang akan diukur

3. Jumlah butir soal per indikator

4. Nomor butir soal

4. Prosedur penyusunan kisi-kisi non test

Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes diantaranya seperti berikut ini:

1.      Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau diungkap. Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara non-tes  berkenaan dengna ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek psikologis.

2.      Menentukan instrument apa yang akan digunakan. Jadi, maksudnya ialah cara apa yang akan digunakan untuk mengukur aspek tersebut. Instrument dalam penilaian non tes seperti angket, observasi, wawancara, sosiometri, analisis hasil karya, dll.

3.      Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkap, berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin diungkap tersebut.

17

4.      Menentukan format instrument. Format instrtument yang sering ditemukan adalah berupa uraian bebas (essay), skala penilaian atau rattingh skill, pilihan ganda atau daftar cek, atau yang lainnya.

5.      Mengembangkan kisi-kisi

6.      Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi

7.      Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan. Analisis ini bisa dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

Berikut ini format kisi-kisi non tes:

H. CONTOH KISI-KISI KURIKULUM 2013

18

NO Indikator Butir Instrument

1. Mengidentifikasi perbedaan

teks struktur isi teks hasil

observasi dengan deskripsi

Berdasarkan teks hasil observasi  dan

deskripsi jelaskan ciri-ciri judul,

klasifikasi umum, dan deskripsi pada teks

observasi yang kamu baca!

2. Mengidentifikasin perbedaan

bahasa yang digunakan pada

teks hasil observasi dan

deskripsi

Jelaskan ciri-ciri bahasa yang digunakan

dalam teks observasi dan deskripsi yang

kamu baca disertai bukti yang

mendukung jawabanmu!

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas, antara lain:

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi

kompetensi dan materi yang akan diujikan. Kisi-kisi adalah suatu format

(matriks) yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis

tes atau merakit tes. Kisi-kisi berisi ruang lingkup dan isi materi yang akan

diujikan.

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan

sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi

persyaratan berikut ini:

a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang

telah diajarkan secara tepat dan proporsional.

b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

c. Soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal dalam kisi-kisi

Kegunaan kisi-kisi:

o Sebagai pedoman dalam penulisan tes (soal) ataupun non tes

19

o Untuk mengarahkan dan memudahkan penulisan soal

B. SARAN

Saran dari penyusun makalan ini agar kiranya suatu kisi-kisi penyusunan

soal mengacu bukan hanya pada silabus dan kurikulum yang berlaku akan tetapi

melihat juga aspek lingkungan sekitar dan perilaku siswa (situasi dan kondisi

keadaan sekitar)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. H. Djaali dan DR Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.

(Jakarta: Grasindo, 2008, cetakan 1), hlm 14.

Djaali Prof, Dr, Mulyono Puji, Dr, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:

Grasindo, 2008

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. 1998. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan.

Padang; FIP IKIP Padang

20

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN KELOMPOK 1

1.Apakah kisi di masukan dalam RPP 2013 ?

Jawaban : Bisa di masukan ataupun tidak karena tanpa dimasukan pun

kisi kisi sudah dapat dilihat melalui indicator

2.Menjelang ulangan, apakah siswa punya hak meminta kisi-kisi?

Jawaban: Siswa berhak meminta kisi-kisi namun banyak

guru/pendidik yang terkadang mau memberi kisi-kisi atau tidak

3.Kisi-kisi siapa yang buat dan dibuat kapan?

Jawab: yang buat kisi-kisi adalah guru dan membuatnya beserta RPP,

guru yang baik adalah guru yang membuat RPP

21

22