makalah konfren pak ahkam (isi).docx

14
KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati saya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi penilaian dalam ujian Konfrensi, dengan judul Kekerasan terhadap Anak di Sekolah. Mungkin dalam pembuatan makalah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.Kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatian dan dukungannya saya mengucapkan banyak terima kasih. Gowa, Juni 2015 Nurhaliq majid (10500111102) 1

Transcript of makalah konfren pak ahkam (isi).docx

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati saya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi penilaian dalam ujian Konfrensi, dengan judul Kekerasan terhadap Anak di Sekolah.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.Kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatian dan dukungannya saya mengucapkan banyak terima kasih.

Gowa, Juni 2015

Nurhaliq majid (10500111102)

DAFTAR ISI

KataPengantar..................................1Daftar isi..2BAB I PendahuluanA. Latar belakang......3B. Rumusan masalah.....4BAB II PembahasanA. Kekerasan terhadap anak...5B. Mengatasi kekerasan terhadap anal.......................................6BAB III PenutupKesimpulan9Daftar Pustaka....10

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAnak adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah Swt kepada setiap orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Namun seringkali harapan tidak sesuai dengan kenyataan, entah karena terhambatnya komunikasi atau minimnya pengetahuan kita selaku orang tua tentang bagaimana Agama Islam memberikan tuntunan dan pedoman tentang memperlakukan anak sesuai dengan proporsinya.Perlu kita ketahui juga, seorang anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan dalam hal ini pemenuhan hak-haknya. Seperti yang tercantum dalam pasal 28 UUD 1945 yang membahas tentang perlindungan terhadap anak. Mulai hak hidup (Pasal 28A UUD 1945), hak mengembangkan diri dalam hal ini kebutuhan anak tentang pendidikan (pasal 28C ayat (1) UUD 1945), sampai hak memperoleh jaminan sosial (Pasal 28H ayat (2) UUD 1945). Menilik dari pasal-pasal tersebut, bagaimana sebenarnya seorang anak diperlakukan dengan sebaik-baik, pemenuhan hak-haknya oleh orang tua. Pendidikan adalah salah satu dari sekian banyak hak-hak anak yang wajib untuk dipenuhi oleh orang tua, dan merupakan tanggung jawab yang paling penting dalam proses pengembangan anak.[footnoteRef:1] Dalam sebuah buku, anak dianalogikan sebagai buah. Yang dimana, seseorang yang menanamnya harus merawatnya sedimikian rupa, sampai menghasilkan pohon yang lebat dan buah yang besar. Seperti halnya seorang anak, jika diberikan pendidikan yang layak dan memadai sampai mereka dewasa, pastilah kita sebagai orang tua, merasa gembira ketika melihat anak kita sukses dan bersahaja dimasa depannya. [1: DR. Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam islam (Jawa Tengah: Penerbit insan kamil, 2012) h.515]

Pesantren salah satunya, adalah salah satu dari sekian banyak lembaga pedidikan di Indonesia. Pesantren juga merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia. Beberapa sejarawan ada yang menyebut pesantren sudah ada pada zaman wali songo. Dalam kaitannya dengan pedidikan, pesantren memang diidentikkan dengan dunia pendidikan keagamaan. Dulunya pesantren merupakan sarana pendidikan yang digunakan para wali songo untuk menyebarkan agama Islam.Pesantren memang memiliki banyak kelebihan dari sekolah-sekolah formal yang ada di berbagai tempat. Tapi kita juga harus ingat, pesantren bukan tanpa cela. Pesantren juga memiliki kekurangan. Kita bisa lihat dari penerapan budaya disiplin di sekolah itu. Bukan hanya di pesantren, tapi di sekolah lain pun begitu. Kedisiplinan suatu sekolah sering kali menjadi tolak ukur image serta kuliatas pendidikan di suatu lembaga pendidikan. Sehingga tentunya para pendidik (dalam hal ini para guru ataupun pembina) harus bekerja keras membuat peraturan serta menertibkan murid di sekolah tersebut.[footnoteRef:2] Berbagai macam cara ditempuh untuk menegakkan disiplin di sekolah, seperti memberikan sanksi yang keras dan tegas bagi murid yang melanggar peraturan seperti membolos, merokok di lingkungan sekolah, terlambat, berkelahi, mencuri, dan lain sebagainya. Walau demikian masih ada saja murid yang melanggar peraturan sehingga tak jarang guru atau pembina sekolah melakukan tidak kekerasan untuk mendisiplinkan muridnya. Imbasnya, guru menghukum siswanya dengan hukuman yang tidak edukatif, dan akhirnya hukuman tersebut bermuara pada praktek kekerasan terhadap anak. [2: Novan ardy wiyani, save our children from school bullying, (Jogjakarta: Ar-ruz media, 2012) h. 84]

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud kekerasan terhadap anak ?2. Bagaimana cara mengatasi kekerasan terhadap anak khususnya di Instansi sekolah ?

BAB IIPEMBAHASANA. Kekerasan terhadap anakKekerasan terhadap anakadalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan emosional, atau pengabaian terhadap anak.DiAmerika Serikat,Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit(CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu sendiri dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi tempat anak berinteraksi. Pasal 28b ayat 2 menyatakan bahwa Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Namun apakah pasal tersebut sudah dilaksanakan dengan benar?Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan dalam pasal tersebut.

Berbagai jenis kekerasan diterima oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, fisik, mental maupun pelecehan seksual.Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga, guru maupun teman sepermainannya sendiri.Tentunya ini juga memicu trauma pada anak, misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya dihajar ole gurunya sendiri.Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada penyelesaiannya.Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut tidak menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya.Tentunya kita semua tidak ingin negeri ini dipimpin oleh pemimpin bangsa yangtidakmenyelesaikan kekerasan terhadap rakyatnya.

Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang, mendorong, menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak.Guncangan terhadap seorang anak dapat menyebabkansindrom guncangan bayiyang dapat mengakibatkan tekanan intrakranial, pembengkakan otak, cedera difus aksonal, dan kekurangan oksigen yang mengarah ke pola seperti gagal tumbuh, muntah, lesu, kejang, pembengkakan atau penegangan ubun-ubun, perubahan pada pernapasan, dan pupil melebar. Transmisi racun pada anak melalui ibunya (seperti dengansindrom alkohol janin) juga dapat dianggap penganiayaan fisik dalam beberapa wilayah yurisdiksi.Sebagian besar negara dengan hukum kekerasan terhadap anak mempertimbangkan penderitaan dari luka fisik atau tindakan yang menempatkan anak dalam risiko yang jelas dari cedera serius atau kematian tidak sah. Di luar ini, ada cukup banyak variasi. Perbedaan antara disiplin anak dan tindak kekerasan sering kurang didefinisikan. Budaya norma tentang apa yang merupakan tindak kekerasan sangat bervariasi: kalangan profesional serta masyarakat yang lebih luas tidak setuju pada apa yang disebut merupakan perilaku kekerasanB. Mengatasi kekerasan terhadap anak di sekolahPada dasarnya, agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya pengawasan dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut: Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak.Namun hal ini berbeda dengan memanjakan anak. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak.Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihatapayang perlu dilakukan terhadp anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap. Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal dan lain-lain. Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiriBerbagai tindak kekerasan, kejahatan seksual, serta perilaku negatif lain yang terjadi di sekolah disinyalir karena minimnya pendidikan karakter danattitudealias sikap. Yang harus dilakukan dalam sistem pendidikan kita adalah mulai lagi digalakan pembentukan karakter, spiritual dalam bentuk etika moral, serta attitude agar siswa tahu bagaimana harus berperilaku.Saat ini, perilaku siswa atau anak menurutnya sudah bergeser jauh. Pergeseran moral siswa saat ini kontribusinya adalah mulai dari pendidikan dasar yang tidak lagi memperhatikan pembentukan karakter anak. Disini perlunya peran guru dan sekolah untuk mengajarkan siswanya soal bagaimana mereka harus berperilaku, bergaul dengan sesama, sopan santun, serta perilaku positif lainnya. Siswa juga harus diberi pemahaman bahwa jika mereka melakukan perbuatan melanggar hukum, mereka akan mendapatkan dampaknya, baik dampak hukum maupun sosial, Pun melihat perlunya ada mata pelajaran seputar budi pekerti yang fokus mengajarkan bagaimana siswa berperilaku. Kurikulum pendidikan di Indonesia harus sudah mulai kembali kepada pembentukan soft skill dan pengembangan karakter.Sementara bagi para guru, mereka juga harus memahami berbagai aturan seputar perlindungan anak. Sehingga mereka tidak lagi melakukan kekerasan atau perbuatan negatif lain pada siswa. Para guru juga harus sadar akan tanggung jawabnya mendidik siswa, bukan semata-mata menjalankan pekerjaan mengajarkan mata pelajaran. Saat siswa sekolah, berarti orangtua itu menitipkan anaknya agar terdidik dan terlindungi selama jam sekolah. Sehingga hal-hal negatif harusnya tidak terjadi di sekolah. Guru juga harus melakukan kontrol ketat terhadap siswanya. Yang perlu ditekankan, guru juga harus berperan sebagai pelindung siswanya agar tidak jadi korban atau pelaku perbuatan negatif. Saya rasa di lingkungan pendidikan itu mereka harus tahu mereka punya kewajiban untuk melindung keselamatan siswa didik selama di sekolah dari tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik atau psikis. Mereka tanggung jawab guru selama di sekolah. Tapi ada hal penting yang juga harus dikedepankan yaitu peran keluarga dalam mendidik anak. Orangtua juga harus memberikan pendidikan informal untuk menuntutn anak berperilaku baik.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanSetiap anak berhak memperoleh perlindungan dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah.Dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 maka semua pihak mempunyai kewajiban untuk melindungi anak dan mempertahankan hak-hak anak.Pemberlakuan Undang-undang ini juga di sempurnakan dengan adanya pemberian tindak pidana bagi setiap orang yang sengaja maupun tidak sengaja melakukan tindakan yang melanggar hak anak.Dalam undang-undang ini juga dijelaskan bahwa semua anak mendapat perlakuan yangsamadan jaminan perlindungan yang sama pula, dalam hal ini tidak ada diskriminasi ras, etnis, agama, suku dsb. Anak yang menderita cacat baikfiskmaupun mental juga memiliki hak yang sama dan wajib dilindungi seperti hak memperoleh pendidikan, kesehatan, dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Maidin. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak. Bandung: Rafika aditama.

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save our children from school bullying. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Nashih Ulwan, Abdullah. 2012. Pendidikan anak dalam Islam. Sukoharjo: penerbit Insan kamil Solo.

Sumiarni, Endang dan Chandera Halim. 2000. Perlindungan Hukum terhadap anak dalam hukum keluarga. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Widoyati Soekito, Sri. 1983. Anak dan wanita dalam hukum. Jakarta: LP3ES.4