MAKALAH KONFLIK SOSIAL

75
MAKALAH KONFLIK SOSIAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected space” yang memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya alam juga memiliki aspek “social space” yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau kelompok tertentu.

description

zvccx dfchbdfcfxfvs

Transcript of MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Page 1: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangKonflik sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan

sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah saja, namun juga sumber daya

alam seperti air dan hutan yang terkandung di dalamnya. Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada

umunya orang berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya alam karena empat alasan

utama. Pertama, karena sumber daya alam merupakan “interconnected space” yang

memungkinkan perilaku seseorang mampu mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber daya

alam juga memiliki aspek “social space” yang menghasilkan hubungan-hubungan tertentu

diantara para pelaku. Selain itu sumber daya alam bisa menjadi langka atau hilang sama sekali

terkait dengan perubahan lingkungan, permintaan pasar dan distribusi yang tidak merata. Yang

terakhir, sumber daya alam pada derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol bagi orang atau

kelompok tertentu.

Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif.

Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan konflik

biasanya bisa diselesaikan tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik

bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).

Dalam setiap kelompok social selalu ada benih-benih pertentangan antara individudan

individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini

biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan

tidak berbentuk kekerasaan. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti

saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang

Page 2: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain

dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

B.     Rumusan Masalah

a.       Apakah pengertian dari konflik sosial?

b.      Ada berapa jenis konflik sosial?

c.       Faktor faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?

d.      Bagaimana cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial?

C.    Tujuan

a.       Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.

b.      Untuk mengeahui jenis konflik sosial.

c.       Untuk mengeahui faktor faktor yang menyebabkan terjadinya konflik.

d.      Untuk mengetahui cara penanggulangan dan penanganan konflik sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian konflik sosial

Page 3: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang

dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak

dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,

menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses

bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal

yang sifatnya terbatas. Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu

benturan-benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa

pendapat ahli tentang pengertia konflik :

1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang

belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan ada

pula yang negative didalam interaksi manusia.

2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk memperoleh

nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hany memperoleh

keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok

manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman dan kekerasan.

B.     Jenis konflik sosial

Sebagaimana diungkapkan di depan, bahwa munculnya konflik dikarenakan adanya perbedaan

dan keragaman. Berkaca dari pernyataan tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang

Page 4: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

berpotensi konflik. Lihat saja berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia

baik konflik horizontal maupun vertikal. Konflik horizontal menunjuk pada konflik yang

berkembang di antara anggota masyarakat. Yang termasuk dalam konflik horizontal adalah

konflik yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan seperti di Papua, Poso, Sambas, dan

Sampit. Sedangkan konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.

Umumnya konflik ini terjadi karena ketidakpuasan akan cara kerja pemerintah. Seperti konflik

dengan para buruh, konflik Aceh, serta daerah-daerah yang muncul gerakan separatisme.

Namun, dalam kenyataannya ditemukan banyak konflik dengan bentuk dan jenis yang beragam.

Soerjono Soekanto (1989:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik

tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:

a. Konflik Pribadi

Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi diawali

perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang

mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan

pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.

b. Konflik Rasial

Konfilk rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Lantas,

apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri

biologisnya, seperti bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara umum

ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid,

Page 5: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika

perbedaan antarras dipertajam.

c. Konflik Antarkelas Sosial

Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti kekayaan,

kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar penempatan seseorang dalam kelas-

kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah, dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan

dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki

kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan

kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat terjembatani,

maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial.

d. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara Negara-Negara

yang Berdaulat

Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara bertindak

dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap golongan

di masyarakat melakukan politik yang berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang

sama. Karena perbedaan inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar.

Contoh rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat Indonesia

terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat yang

setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.

e. Konflik Bersifat Internasional

Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaanperbedaan kepentingan di mana

menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup suatu negara, maka

Page 6: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

akibat konflik ini dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu negara. Apabila kita mau

merenungkan sejenak, pada umumnya konflik internasional selalu berlangsung dalam kurun

waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang antarbangsa

C.    Faktor penyebab timbulnya konflik sosial

Banyak orang berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang

jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya

ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain

itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing

masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab

sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.

1. Perbedaan Antar perorangan

Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat

bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan

yang baku antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial,

sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan

dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama kelompokmu

kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk

mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas

dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan

mencoba meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si

penanya) tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan.

Page 7: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci

yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.

2. Perbedaan Kebudayaan

Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam

kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual,

kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam

lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang

samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan

lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan

ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang

dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh

kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati

perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik

sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat

individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami

kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan

dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya

menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar

dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal

dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya

pertentangan yang disebabkan perbedaan kebudayaan.

Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah

ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan

Page 8: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain

meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan

penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.

3.Bentrokan Kepentingan

Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena

setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau

mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki

kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya kebijakan

mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss

Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai

kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak

pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa

Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung

tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes yang

ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan

swim suit (pakaian untuk berenang).

4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat

Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian

mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara

cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat,

bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap

mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah

sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial,

Page 9: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya konflik sosial.

Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang

kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.

D.    Penanggulangan dan penanganan konflik sosial

Pendekatan penanggulangan dan penanganan konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua

dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua

macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang

lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan

keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya

sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai.

Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat,

tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Page 10: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah

pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari

kedua pihak.

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan

kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Sedangkan dalam wikipedia dijelaskan Cara-cara Pemecahan konflik seperti :

1.      Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan

suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi

yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan

hari suci keagamaan, dan lain-lain.

2.      Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan

keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap

hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak

ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.

3.      Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang

mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan

Belanda.

4.      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga

tercapai persetujuan bersama. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk

Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan

buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.

Page 11: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

5.      Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang

seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua

belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara

Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

6.      Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :

1.      Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang

diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.

2.      Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk

dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara

pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3.      Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan

tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4.      Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh

kelompok minoritas.  Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat

untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.

5.      Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

6.      Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat

sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

Page 12: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Konflik Sosial adalah Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat

yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa

perbedaan.Diantaranya,Individu, Pola Budaya,Status Sosial,Kepentingan dan Terjadinya

perubahan sosial.

B.     Saran

Agar supaya konflik tersebut tidak menimbulkan disintegrasi dalam masyarakat, maka

diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya.

Cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui :

a. Konsiliasi

b. Mediasi

c. Arbitrase

d. Paksaan dan

e. Detente

                                     

Page 13: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

                                          DAFTAR PUSTAKA

http://bathikmadrim.pun.bz/konflik-sosial.xhtml

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-konflik-sosial.html

http://www.siswapedia.com/faktor-faktor-penyebab-konflik-sosial/

http://kamus-oke.blogspot.com/2012/06/pengertian-konflik-sosial.html

http://blog.komputerbutut.com/campuran/menyelesaikan-permasalahan-konflik-sosial.php

Masri Dghokil

Beranda MAKALAH KONFLIK SOSIAL KEGIATAN MAHASISWA FIKES UMPAR

1.

May

25

Contoh Kuesioner Praktikum Surveilans Epidemiologi

Page 14: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

STUDI PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT FLU BURUNG DI KELURAHAN BARANTI KECAMATAN BARANTI KEBUPATE

SIDRAP

Survei ini merupakan Tugas mata kuliah Praktikum Survailans Epidemiologi. Kami berharap Saudara dapat mengisinya dengan jujur dan segala isi dari kuesioner yang telah  diisi  ini bersifat rahasia. Terima kasih banyak atas kerja sama yang diberikan.

IDENTITAS RESPONDEN1 Nomor Responden

................................................................................      2 Jenis kelamin                 1. Laki-laki  2. Perempuan3 Umur responden (Thn)

4 Status perkawinan          1. Kawin      2. Belum kawin5 Pendidikan terakhir

1. Tidak sekolah         2.SD,          3. SMP/sederajat,    4. SMA/sederajat,     5. Diploma/S1/S2

PERTANYAAN PENGETAHUAN FLU BURUNG1  Apakah Flu Burung (H5N1) disebabkan oleh virus   1. Ya      2.

Tidak2  Apakah anda tahu gejala flu burung pada ayam

      1.Ya            2. Tidak3 Apakah ayam terkena flu burung mengalami kematian yang

mendadak     1.Ya             2.Tidak

4 Apakah ayam yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur      1.Ya             2. Tidak

5 Apakah anda tahu gejala flu burung pada manusia             1.Ya             2.Tidak

6 Apakah orang yang terkena flu burung menderita panas tinggi                 1.Ya             2.Tidak

7 Apakah kotoran ayam itu dapat menularkan penyakit flu burung      1.Ya            2.Tidak

8 Apakah penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke manusia      1.Ya            2.Tidak

9 Apakah menyentuh secara langsung ayam yang terkena flu burung bisa menyebabkan penularan penyakit flu burung      1.Ya            2. Tidak

10 Apakah peternak ayam berisiko terkena penyakit flu burung

Page 15: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

      1.Ya            2. Tidak11 Apakah orang yang bertempat tinggal di sekitar lokasi peternakan

ayam berisiko terkena flu burung        1. Ya           2. Tidak

12 Apakah ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan       1.Ya            2.Tidak

13 Apakah peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis bekerja      1.Ya           2.Tidak

14 Apakah peternak Harus menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja      1.Ya           2.Tidak

15 Apakah kotoran ayam harus dibersihkan setiap hari    1. Ya       2. tidak

Diposkan 25th May 2013 oleh Masri Dghokil

0

Tambahkan komentar

2.

May

25

PEDOMAN SURVEILANS FLU BURUNG

PEDOMAN SURVEILANS PENYAKIT FLU BURUNG

Page 16: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

NAMA : MASRI

   NIM : 210 240 133

KELAS : VI EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR      ................................................................................................ i

Page 17: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

DAFTAR IS     ................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL      ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN   

A.    Latar Belakang       ........................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah      ....................................................................................... 2

C.     Tujuan     .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA    

A.    Pelaksanaan Surveilans di tingkat Desa    ........................................................ 3

B.     Konsep Penyakit Flu Burung    ........................................................................ 4

C.     Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung     ............................. 6

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI     

A.    Keadaan Geografi     ........................................................................................ 13

B.     Keadaan Penduduk   ....................................................................................... 13

BAB IV METODE SURVEI EPIDEMIOLOGI  

A.    Jenis Survei   ....................................................................................................

14

B.     Waktu dan Tempat Survei     ...........................................................................

15

C.     Instrumen Survei     ..........................................................................................

15

D.    Pengumpulan Data    ........................................................................................

15

E.     Penyajian Data   ...............................................................................................

16

Page 18: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB V HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN    

A.    Hasil Survei   ....................................................................................................

17

B.     Pembahasan     .................................................................................................

29

BAB V HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN    

A.    Kesimpulan    ...................................................................................................

31

B.     Saran     ............................................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

iv

DAFTAR TABEL

Tabel I.1        Distribusi  Responden  Menurut Jenis  Kelamin Di  Kel. Baranti   Kec.

Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .....................................................................................                          

Tabel I.2          Distribusi Responden Menurut umur Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab.

Sidrap Tahun

2012 .............................................................................................

Tabel I.3          Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan Di Kel. Baranti Kec.

Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .......................................................................

Tabel I.4          Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Di Kel. Baranti Kec.

Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .......................................................................

Tabel II.1        Distribusi Responden Menurut Flu Burung Penyebab Virus Di Kel.

Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ...............................................................

Page 20: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Tabel II.2        Distribusi Responden Menurut Pengetahuan gejala Flu Burung Di Kel.

Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ..................................................

Tabel II.3        Distribusi Responden  Menurut  Kematian  Mendadak  Pada  Ayam   Di 

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ..................................................

Tabel II.4        Distribusi Responden Menurut Penurunan Produksi Telur Pada Ayam Di

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .....................................................

Tabel II.5        Distribusi Responden Menurut gejala Flu Burung Pada Manusia Di

Kel.Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ...........................................

Tabel II.6        Distribusi Responden Menurut Panas Tinggi menderita Flu Burung Di

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ..................................................

Tabel II.7        Distribusi Responden Menurut Kotoran Ayam Penyebab Penularan Di

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ..................................................

Tabel II.8        Distribusi Responden Responden Menurut Penularan dari unggas ke

manusia   Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .....................................

v

Tabel II.9       Distribusi Responden Menurut penularan menyentuh secara langsung Di

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ....................................................

Tabel II.10     Distribusi Responden Responden Menurut Peternak Ayam Berisiko                   

Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kabupaten Sidrap Tahun

2012 .............................

Page 21: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Tabel II.11     Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal beresiko Di Kel. Baranti

Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .........................................................................

Tabel II.12     Distribusi Responden Menurut pemusnahan ayam Di Kel. Baranti Kec.

Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .........................................................................

Tabel II.13     Distribusi Responden Menurut keharusan mencuci tangan Di Kel. Baranti

Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ................................................................

Tabel II.14     Distribusi Responden Responden Menurut Keharusan menggunakan

APD                 Di Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 .......................................

Tabel II.15     Distribusi Responden Menurut pembersihan kotoran ayam setiap hari Di

Kel. Baranti Kec. Baranti Kab. Sidrap Tahun

2012 ....................................................

Page 22: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Departemen Kesehatan mandefinisikan flu burung sebagai suatu penyakit menular

yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang

manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung di

Asia termasuk Indonesia sudah lama diidentifikasi yakni dari virus sub-type H5NI

(Burhanudin Sundu, 2007).

Kasus virus avian influenza atau flu burung, mewabah luas Kabupaten Sidrap,

Sulawesi Selatan. Sedikitnya 10.000 ayam mati mendadak. Bahkan, wabah tersebut

sudah meluas di sebagian besar wilayah sentra peternakan yang ada di Kabupaten Sidrap.

Kecamatan yang terserang adalah Pancarijang, Tanete, Pannanti, Bulo, Paritengngae,

Batang Pulu, dan Panca Laudong. Selain pertambahan area, jumlah ternak ayam yang

mati juga bertambah.

di Propinsi Sulawesi Selatan mengalami kerugian sebagai dampak dari wabah flu

burung. Walaupun kasus flu burung pada manusia di Kabupaten Sidrap belum ditemukan

Page 23: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

namun kematian unggas paling banyak terjadi di 10 kecamatan di Kabupaten Sidrap,

karena di kabupaten ini populasi unggas komersial baik ayam petelur dan pedaging 

terbesar di Sulawesi Selatan. Kasus flu burung di Sulawesi Selatan pertama kali

dilaporkan terjadi sejak awal bulan Maret 2005 pada 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten

Wajo, Sidrap, Soppeng, Pinrang, Maros dan Pare-Pare dan sampai akhir 2005, 15 dari 23

kabupaten/kota dinyatakan tertular. Tahun 2006 bertambah menjadi 17 kabupaten/kota

tertular, tahun 2007 menjadi 20 kabupaten/kota tertular. Sampai dengan Nopember 2008

semua kabupaten/kota di Sulawesi Selatan dinyatakan sudah tertular flu burung.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan, populasi unggas

yang terkena wabah flu burung selama tahun 2005 sebanyak 749.334 ekor, sedangkan

kematian terjadi lebih dari 50% nya yaitu sebanyak 429.417 ekor (CFR = 57,31%).

Selama tahun 2006 tidak terdapat kasus flu burung, sedangkan tahun 2007 terdapat

kematian sebanyak 29.220 ekor dan tahun  2008 kematian sebanyak 2.447 ekor.

B. Rumusan Masalah

  Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat di kelurahan

Baranti kabupaten Sidrap tentang penyakit flu burung ?

C. Tujuan

  Tujuan umum :

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat di kelurahan

Baranti kabupaten sidrap.

  Tujuan Khusus :

Page 24: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

         Secara khusus bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat

tentang Flu Burung.

         Mengetahui kesadaran masyarakat dalam  mewaspadai gejala, sifat dan

penyebarannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa 

Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans

tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi

penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara

terus menerus. Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap

faktor risiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di

suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain.

Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman

di masing-masing desa. Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala

Page 25: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

sesuai kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di

Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi : 

1. Nama Penderita 

2. Alamat tinggal 

3. Umur 

4. Jenis Kelamin 

5. Tanda dan gejala tanda kesakitan yang di dapatkan pada penderita 

6. Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita,dll. atau informasi tentang faktor-

faktor risiko suatu penyakit (dapat dilihat pada lampiran). Apabila ditemukan

faktor risiko/kondisi kesehatan lingkungan yang buruk, maka perlu dilakukan

tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila ditemukan kondisi diluar dari

biasanya, misalnya ditemukan jumlah kasus “penderita” meningkat atau

ditemukan kondisi lingkungan sumber air yang memburuk, cakupan imunisasi

yang kurang, maka diharapkan masyarakat melapor kepada petugas untuk

bersama-sama mengatasi masalah tersebut. 

Atau memberikan laporan informasi tentang faktor-faktor risiko suatu penyakit, seperti

terlihat pada matriks berikut:

SURVEILANS JENIS FAKTOR RESIKO

Page 26: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Flu Burung

  Masyarakat melihat munculnya kasus

diare, muntah-muntah ataupun pingsan

dari beberapa orang sehabis menyantap

makanan secara bersama-sama.

       Terdapat kematian unggas secara

mendadak dalam jumlah banyak.

       Ditemukan warga yang menderita

demam panas ≥ 38 °C disertai dengan

satu atau lebih gejala berikut : batuk,

sakit tenggorokan, pilek dan sesak

nafas/ nafas pendek yg sebelumnya

pernah kontak dengan unggas yang mati

mendadak.

B.  Konsep Penyakit Flu Burung

Penularan virus flu burung ke manusia sampai terjadi kejadian sakit dapat melalui

fakot-faktor berikut :

a.       Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang sakit

b.      Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari

tinja atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)

c.       Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam

kelompok / cluster)

d.      Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi

penularan virus flu burung.

Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya memerlukan bahan organik

untuk tetap hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian influenza dapat

berkembang biak atau bereplikasi menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga

Page 27: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari potogen ringan ke yang ganas atau

sebaliknya.

Virus avian influenza merupakan virus yang lemah dan tidak tahan panas dan zat

desinfektan (pencuci hama). Dalam daging ayam , virus ini mati pada suhu 80˚C selam

satu menit atau 70˚C selama 30 menit. Pada telur ayam, virus avian influenza mati pada

suhu 64˚C selama 4,5 menit. Namun pada kotoran ayam virus avian influenza ini mampu

bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C. Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan

hidup selama 4 hari dalam suhu 22˚C dan 30 hari dalam suhu 0˚C. Di kandang ayam

virus bertahan selama 2 minggu setelah depopulasi ayam, namun virus ini dapat mati

dengan desinfektan

Masa inkubasi dari virus flu burung rata-rata 3 (1 – 7 hari). Masa penularan pada

manusia adalah 1 hari sebelum dan 3 – 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan

pada anak dapat mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa,

ditandai dengan demam mendadak (suhu 38°C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak,

sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri otot. Penegakan diagnosa dari penyakit flu

burung terdiri dari:

1.      Riwayat penyakit, yaitu keluhan yang dirasakan (digunakan untuk mengetahui klasifikasi

kasus) dan faktor resiko yang dimiliku oleh penderita,

2.      Pemeriksaan fisik,

3.      Pemeriksaan laboratorium,

         Prosedur pengambilan sampel terdiri dari bilas hidung, usap nasofaring,

usap orofaring dan sampel dari urin.

         Sampel tersebut akan diuji untuk tes cepat untuk antigen influenza pada

manusia tipe A maupun tipe B dan tes RT-PCR kualitatif untuk influenza

manusia tipe A maupun tipe B.

4.      Rontgen,

5.      Kondisi pasien cenderung cepat memburuk, dengan komplikasi gagal ginjal, kolaps

kardiovaskular, ventilator associated pneumonia, sepsis (tanpa bakteriemia) dan

kegagalan pernapasan (Respiratory Failure)

Page 28: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Prinsip umum terapi yang dilakukan pada penyakit flu burung terdiri dari,

  Terapi harus termasuk pengobatan terhadap pnemonia (penyakit radang paru-paru) yang

didapat di masyarakat yang belum jelas penyebabnya,

   Cara penobatan sesuai dengan beratnya keadaan pasien,

  Gunakan antibiotika untuk pengobatan infeksi sekunder,

  Jangan gunakan aspirin atau derivatnya

C.  Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung

Dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan flu burung,

Pemerintah RI mempunyai Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Avian Influenza.

Strategi untuk penanggulangan Flu burung, yaitu:

1. Pengendalian penyakit avian influenza pada hewan,

2. Penatalaksanaan kasus pada manusia dan pencegahan infeksi baru pada        

    unggas,

3. Perlindungan pada kelompok resiko tinggi,

4. Surveilans epidmiologi,

5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan,

6. Komunikasi, resiko, informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat,

7. Memperkuat peraturan perundang-undangan,

8. Peningkatan Kapasitas

 9. Penelitian kaji tindak,

10. Monitoring dan evaluasi.

I.     Pada Unggas

Virus Avian Influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada

unggas,dari yang kurang ganas sampai yang bersifat sangat ganas.

Masa inkubasi penyakit ini adalah 3hari pada unggas luar kandang,sedangkan untuk

unggas didalam kandang mencapai 14-21 hari.

Page 29: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Unggas merupakan sumber penularan virus avian influenza. Kebanyakan virus ini

diisolasi dari itik, meskipun kebanyakan dapat juga terinfeksi termasuk burung liar dan

unggas air.Kerugian akibat kematian unggas karena Flu Burung ialah penurunan harga

produk unggas,tertutupnya peluang ekspor, peningkatan biaya penanggulangan penyakit.

1. Sifat Virus

Didalam tubuh unggas virus avian influenza dapat berkembang biak menjadi sangat

banyak.Virus avian influenza juga bersifat labil. Virus avian influenza juga dapat

beradaptasi dengan obat maupun vaksin.Virus avian influenza merupakan virus yang

lemah yang tidak tahan panas dan zat desinfektan/pensuci hama.Dari sifat virus ini jelas

dapat dilakukan upaya pencegahan penularan virus antar unggas maupun terhadap

manusia.

2. Gejala

Avian influenza memiliki gejala yang bervariasi. Pada umumnya gejala yang ditimbulkan

oleh infeksi virus avian influenza akan menunjukan gejala klinis,sebagai berilkut :

         Jengger, pial, kulit perut yang tidak dirumbuhi bulu, berwarna biru keunguan

         Kadang–kadang ada cairan dari mata dan hidung.

         Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala.

         Pendarahan dibawah kulit.

         Pendarahan titik pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.

         Batuk,bersin dan ngorok.

         Unggas mengalami diare dan kematian tinggi

3.Cara Penularan

Penyakit influenza fli burung dapat di tularkan dari unggas ke unggas atau dari

perternakan lainya dengan cara:

         Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.

         Kontak tidak langsung

Page 30: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Penularan dengan kontak tidak lansung melalui :

o   Percikan air atau lendir yang berasl dari hidung dan mata

o   Paparan muntahan

o   Lubang anus (tinjal)unggas yang sakit

o   Penularan lewat udara akibat konsentasi virus yang tinggi terdapat dalam

saluran pernafasan

o   Melalui sepatu dan pakaian perternak yang terkontaminasi

o   Melalui pakaian, air dan peralatan yang terkontaminasi virus

o   Melalui perantara angin yang memiliki peran penting dalam penularan

penyakit dalam satu kandang tetapi memiliki peran terbatas dalam

penyebaran antar kandang.

4. Cara Pencegahan

 Dalam menanggulangi avian influenza dilakukan 3 pola yakni; Pencegahan berupa

upaya yang dilakukan untuk menghindari terjadinya avian influenza; Pengendalian

merupakan upaya untuk mengendalikan jika terjadi kasus avian influenza. Pelaksanaan

pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan dengan melaksanakan

9 langkah penanggulangan avian influenza hewan yang terdiri atas:

1.      Peningkatan keamanan dari penularan

2.       Vaksinasi lengkap, 3 kali dalam setahun

3.      Pemusnahan terbatas di daerah tertular

4.       Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas, dan limbah peternakan unggas

5.      Surveilans dan penelusuran

6.      Pengisian kandang kembali

7.      Pemusnahan menyeluruh di daerah tertular

8.      Peningkatan kesadaran masyarakat

9.      Monitoring dan evaluasi

Page 31: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Pemusnahan unggas selektif di peternakan tertular dilakukan dengan:

a. Membunuh dengan menyemblih semua unggas hidup yang sakit dan unggas sehat yang

sekandang dan memusanhkan dengan pembakaran.

b. Pembakaran

         Membakar dan menguburkan unggas mati

         Lubang tempat penguburan harus berlokasi di dalam areal peternakan tertulardan

berjarak minimal 20 meter dari kandang.

         Apabila lubang tempat penguburan trletak diluar areal peternakan tertular maka harus

jauh dari pemukiman penduduk.

II. Pada  Manusia

Berbagai upaya perlu dilakukan dalam penanggulangan, meningat penyakit flu

burung berpotensi menimbulkan wabah. Selama masih terdapat kasus avian influenza

pada unggas atau belum tuntasnya penanggulangan pada unggas,terjadinya kasus baru

avian influenza pada manusia masih dimungkinkan.

Dalam upaya melaksankan pencegahan dan penanggulangan KLB flu Burung

Departemen Kesehatan RI mempunyai 7 langkah strategis Nasional yaitu ;

         Pengendalian KLB pada unggas dan pencegahan infeksi baru pada unggas,

         Perlindungan pada kelompok resiko tinggi,

         Surveilans Epidemologi

         KIE atau komunikasi resiko

         Penatalaksanaan kasus dan pengendalian infeksi pada sarana pelayanan kesehatan,

         peningkatan studi/Penelitian dan pengembangan.

         Pernyataan KLB Nasional Flu Burung

Page 32: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

1.    Gejala Klinis

Gejala klinis flu burung /avian influenza pada manusia, umumnya seperti gejala influenza

biasa yaitu demam(panas), sakit tenggorokan, batuk,pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas,

kadang-kadang disertai gejala diare.

2.  Cara Penularan

Cara Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia melalui car kontak langsung

dengan unggas yang sakit, mati,tinja, cairan unggas yang terserang flu burung. Cara

penularan virus flu burung dari unggas ke manusia ke manusia dapat pula melaui kontak

tak langsung melalui lingkungan yang tercemarvirus.

Dari hasil penyelidikan epidemologi terhadap 84 kasus positif Flu burung di Indonesia di

temukan faktor resiko penularan.

3.  Pemeriksaan dan pengobatan

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan penderita dan juga

untuk mendeteksi bakteri/virus apa yang menyerang penderita tersebut. Pemeriksaan

laboratorim untuk menilai jumlah sel darah putih (leukosit), limfosit,fungsi hati, fungsi

ginjal dan yang penting juga analisis gas darah arteri.

4. Pencegahan dan Kewaspadaan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umu prinsip-prinsip kerja yang

higienis.Khusus pada peternakan dan pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran

WHO yang dapat dilakukan :

  Semua orang yang kontak dengan binatang terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan

dengan sabun

  Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit

dan atau mati karena flu burung harus melengkapi diri dengan baju pelindung.

  Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memerhatikan

faktor keamanan petugas.

Page 33: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

  Pekerja peternakan pemotongan unggas, dan keluarganya perlu diberi tahu untuk

melaporkan ke petugas kesehatan.

  Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai mempunyai potensi tertular harus dalam

pengawasan petugas.

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dengan mencuci tangan secara baik dan benar anak akan

terhindar dari ancaman tertular kuman, bakteri, atau virus flu burung. Juga perlu

dilakukan kebersihan lingkungan disekitar kita.

  Cara Mencuci tangan yang Benar

         Berikut ini adalah cara–cara sederhana mencuci tangan yang benar.

Cuculah tangan anda dengan air mengalir

         Gunakan sabun dan kemudian gosok tangan denan sabun sampai berbusa.

         Bilaslah tangan, kemudian keringkan dengan baik mengunakan handuk.

  Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan merupakan penangan risiko terbaik dalam pencegahan terhadap

penularan penyakit. Untuk mencegah tertular oleh virus flu burung perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

         Bersihkan kandang secara rutin

         Buanglah kotoran unggas dengan cara dikubur dan ditimbun Bersihkan

makanan unggas yang tercecer dilantai

         Alirkan limbah cair yang berasal dari hasil pembersihan kandang ke

saluran pembuangan kotoran

         Jauhkan kandang-kandang unggas dari tempat tinggal

         Apabila ada unggas yang mati gunakan sarung tangan atau kantong

plastik dipakai pada kedua tangan.

         Bagi pekerja pada peternakan unggas seharusnya:

 1.menggunakan pakaian pelindung diri

 2.Cuci tangan dengan desifektans atau sabun

 3.Jangan merokok dan makan di dalam areal kandang

 4.Apabila akan menggunakan pupuk kandang pada tanaman diharapkan

menggunakan sarung tangan.

Page 34: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB III

GAMBARAN UMUM

A.  Keadaan Geografi

Kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sedenreng Rappang yang

letaknya berbatas dengan empat kelurahan. Adapun batas wilayah kelurahan Baranti

adalah sebagai berikut :

-          Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Duampanua

-          Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Duampanua

-          Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Benteng

-          Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Passeno

Luas wilayah kelurahan Baranti tercatat 47.80 km secara administrasi

pemerintahan terbagi menjadi 1 kelurahan. Jumlah penduduk terdapat pada kelurahan

Baranti sebanyak 4.108 jiwa.

Page 35: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

B.  Keadaan Penduduk

Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal

pokok, yaitu : jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang

menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi dan

persebaran penduduk yang kurang merata.

1.      Pertumbuhan penduduk

Jumlah kelurahan yang ada di kelurahan Beranti sebanyak 1 kelurahan dengan

jumlah penduduk sebanyak 4.108 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak

1.648 KK.

BAB III

METODE SURVEI EPIDEMIOLOGI

A.    Jenis Survei

Rancangan jenis survei yang digunakan dalam survei ini adalah penelitian yang

dirancang untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan masyarakat terhadap

penyakit flu burung penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

sesuatu.  Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini

penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.

a.       Tahap Persiapan

1)      Pembuatan kuesioner.

Page 36: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

2)      Penyebaran kuesioner.

b.      Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pengambilan data sebagai berikut:

1)      Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian    

 kepihak masyarakat yang akan dijadikan sampel penelitian (responden).

2)    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.

3)    Melakukan pengamatan, hal yang diamati meliputi lingkungan masyarakat

4)    Pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan.

B.     Waktu dan tempat

1. Tempat Pelaksanaan  

Berdasarkan hasil tempat penelitian yang ditentukan antara kabupaten Sidrap dan

kabupaten Pinrang, maka kami memilih tempat penelitian adalah di kabupaten Sidrap.

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan setelah konsultasi tentang kuesioner pengetahuan masyarakat

terhadap penyakit flu burung kepada dosen mata kuliah pratikum surveilans .

         Konsultasi kuesioner yaitu tanggal 1 juni 2012

         Pembagian kuesioner yaitu tanggal 7 juni 2012

C.    Instrumen Survei

Instrumen yang digunakan adalah :

Page 37: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpulan data.

D.    Pengumpulan data

Cara yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah secara langsung,

dimana dengan wawancara person dengan person, berhadapan langsung dengan sumber

informasi, untuk memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data yang

digunakan sebagai berikut :

a.       Wawancara

Metode wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara bebas terstruktur

yang ditujukan pada bagian yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini dilakukan

dengan mengadakan dialog dengan pihak masyarakat. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang gambaran pengetahuan masyarakat terhadap penyakit flu

burung.

b.      Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indra.

c.       Kuesioner

Pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan.

E.      Penyajian data

Data hasil penelitian yang telah diperoleh diolah secara manual, selanjutnya

dianalisis sesuai dengan distribusi frekuensi masing-masing variable dan kemudian

disajikan dalam bentuk table dan narasi.

Page 38: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Survei

Page 39: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Berdasarkan hasil survei dari kelompok 1 di kelurahan Baranti  kecamatan

Baranti  kabupaten Sidrap dengan mengambil sampel 50 orang, Hasil survei observasi

lapangan selama 1  hari dengan perincian sebagai berikut :

1.                   Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50  responden.

2.                  Adapun pendataan yang diperoleh yaitu bagaimana tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap penyakit flu burung.

1.      Identitas Responden

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin                                           Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Jenis

Kelamin F %

laki-laki 27 54

perempuan 23 46

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut

jenis kelamin yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di

kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah  frekuensi

yang menyatakan  nilai maksimun terdapat pada jenis kelamin laki-laki adalah 27

orang dengan persentase 54% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai

minimun adalah jenis kelamin perempuan adalah 23 orang dengan persentase 46%.

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut umur                                                        Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

umur F %

<10-19 1 2

20-29 7 14

Page 40: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

30-39 15 30

>40 27 54

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 2 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut

umur yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di kelurahan

Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah  frekuensi yang

menyatakan  nilai maksimun terdapat pada umur >40 tahun adalah  27 orang dengan

persentase 54% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai minimun terdapat pada

umur <10-19 tahun adalah 1 orang dengan persentase 2%.

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan                                    Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

status

perkawinan F %

Kawin 39 78

belum kawin 11 22

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut

status perkawinan yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di

kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah  frekuensi

yang menyatakan  nilai maksimun terdapat pada status kawin adalah  39 orang dengan

persentase 78% adapun jumlah frekuensi yang menyatakan nilai minimun adalah 11

orang dengan persentase 22%.

Page 41: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir                        Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pendidikan F %

tidak sekolah 10 20

SD 9 18

SMP 9 18

SMA 17 34

Diploma/S1/

S2 5 10

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4 dari hasil survei kelompok 1 distribusi responden menurut

pendidikan terakhir yang dimintai keterangan tentang pengetahuan penyakit flu burung di

kelurahan Baranti kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Di dapatkan jumlah  frekuensi

yang menyatakan bahwa nilai maksimun  terdapat  pada tingkat SMA adalah 17 orang

dengan persentase 34%. Adapun nilai minimun terdapat pada tingkat Diploma/S1/S2

adalah 5 orang dengan persentase 10%.

2.      Pengetahuan Flu Burung

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Flu Burung Penyebab Virus            Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 46 92

Tidak 4 8

Jumlah 50 100

Page 42: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Berdasarkan tabel 1 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut flu burung disebabkan oleh virus di kelurahan Barati kecamatan

Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang  menjawab Ya sebanyak 46

orang dengan persentase 92%  adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 4

orang dengan persentase 8% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab

Ya yang paling banyak mengetahui bahwa flu burung disebabkan oleh virus.

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan gejala Flu Burung      Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 41 82

Tidak 9 18

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 2. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu gejala flu burung pada ayam di kelurahan Barati kecamatan

Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang  menjawab Ya sebanyak 41

orang dengan persentase 82%  adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 9

orang dengan persentase 18% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab

Ya yang paling banyak mengetahui gejala flu burung pada ayam.  

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Kematian Mendadak Pada Ayam   Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Page 43: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Pengetahuan

Responden F %

Ya 47 94

Tidak 3 6

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 3 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu ayam yang terkena flu burung mengalami kematian mendadak di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 47 orang dengan persentase 94%  adapun jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 3 orang dengan persentase 6% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa ayam

yang terkena flu burung mengalami kematian mendadak.  

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Penurunan Produksi Telur Pada Ayam Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Respnden F %

Ya 39 78

Tidak 11 22

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu ayam yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur

di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 36 orang dengan persentase 78%  adapun  jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 11 orang dengan persentase 22% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa ayam

yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut gejala Flu Burung Pada Manusia    Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Page 44: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Pengetahuan

Responden F %

Ya 21  42

Tidak 29  58

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 5. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu gejala flu burung pada manusia di kelurahan Barati kecamatan

Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang  menjawab Ya sebanyak 21

orang dengan persentase 42%  adapun jumlah frekuensi yang menjawab Tidak adalah 29

orang dengan persentase 58% ini menyatakan bahwa frekuensi kelompok yang menjawab

Tidak yang paling banyak tidak mengetahui gejala flu burung pada manusia.

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Panas Tinggi menderita Flu Burung Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responde F %

Ya 30 60

Tidak 20 40

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 6. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu orang yang terkena flu burung menderita panas tinggi di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 30 orang dengan persentase 60%  adapun  jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 20 orang dengan persentase 40% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa orang

yang terkena flu burung menderita panas tinggi.

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Kotoran Ayam Penyebab Penularan Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Page 45: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Pengetahuan

Responden F %

Ya 14 28

Tidak 36 72

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 7 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 14 orang dengan persentase 28%  adapun  jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 36 orang dengan persentase 72% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Tidak yang paling banyak tidak mengetahui bahwa

kotoran ayam dapat menularkan penyakit flu burung.  

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Penularan dari unggas ke manusia   Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 42 84

Tidak 8 16

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 8. dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu penyakit flu burung penularan dari unggas ke manusia di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

Page 46: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

yang  menjawab Ya sebanyak 42 orang dengan persentase 84%  adapun jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 8 orang dengan persentase 16% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa penyakit

flu burung dapat menular dari unggas kemanusia.  

Tabel 9 Distribusi Responden Menurut penularan menyentuh secara langsung Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan F %

Responden

Ya 34 68

Tidak 16 32

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 9 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu penularan flu burung menyentuh unggas secara langsung di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 34 orang dengan persentase 68%  adapun  jumlah frekuensi

yang menjawab Tidak adalah 16 orang dengan persentase 32% ini menyatakan bahwa

frekuensi kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa

menyentuh secara langsung ayam yang terkena flu burung dapat menyebabkan penularan

penyakit flu burung.

Page 47: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Peternak Ayam Berisiko                   

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 44 88

Tidak 6 12

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 10 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu petenak ayam berisiko terkena penyakit flu burung di kelurahan

Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang 

menjawab Ya sebanyak 44 orang dengan persentase 88%  adapun jumlah frekuensi yang

menjawab Tidak adalah 6 orang dengan persentase 12% ini menyatakan bahwa frekuensi

kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa peternak ayam

berisiko terkena penyakit flu burung.

Page 48: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal beresiko                 

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahua

n

Responden F %

Ya 17 34

Tidak 33 66

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 11 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu tempat tinggal disekitar lokasi peternak beresiko terkena  flu

burung di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah

frekuensi yang  menjawab Ya sebanyak 17 orang dengan persentase 34%  adapun jumlah

frekuensi yang menjawab Tidak adalah 33 orang dengan persentase 66% ini menyatakan

bahwa frekuensi kelompok yang menjawab Tidak yang paling banyak tidak mengetahui

bahwa bertempat tinggal di sekitar lokasi peternakan ayam berisiko terkena flu burung.

Tabel 12. Distribusi Responden Menurut pemusnahan ayam                            Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 50 50

Tidak 0 0

Jumlah 50 50

Berdasarkan tabel 12 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan di

kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi

yang  menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan bahwa

Page 49: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

semua responden mengetahui bahwa apabila ayam yang terkena penyakit flu burung

harus dimusnahkan

Tabel 13. Distribusi Responden Menurut keharusan mencuci tangan                     Di

Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 50 50

Tidak 0 0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 13 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis

bekerja di kelurahan Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah

frekuensi yang  menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan

bahwa semua responden mengetahui bahwa peternak ayam harus mencuci tangan dengan

sabun sehabis bekerja.

Tabel 14 Distribusi Responden Menurut Keharusan menggunakan APD                

Di Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan

Responden F %

Ya 50 50

Tidak 0 0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 14 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu keharusan menggunakan APD pada saat bekerja di kelurahan

Barati kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang 

Page 50: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

menjawab Ya sebanyak 50 orang dengan persentase 50% ini menyatakan bahwa semua

responden mengetahui bahwa peternak ayam harus menggunakan alat pelindung diri pada

saat bekerja.

Tabel 15 Distribusi Responden Menurut pembersihan kotoran ayam setiap

hari                 Di Kelurahan Baranti Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap

Pengetahuan F %

Responden

Ya 32 64

Tidak 18 36

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 15 dari hasil survei kelompok I distribusi pengetahuan

responden menurut tahu kotoran ayam harus dibersihkan setiap hari di kelurahan Barati

kecamatan Baranti kabupaten Sidrap. Didapatkan jumlah frekuensi yang  menjawab Ya

sebanyak 32 orang dengan persentase 64%  adapun jumlah frekuensi yang menjawab

Tidak adalah 18 orang dengan persentase 36% ini menyatakan bahwa frekuensi

kelompok yang menjawab Ya yang paling banyak mengetahui bahwa kotoran ayam harus

dibersihkan setiap hari.

Page 51: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

B.  Pembahasan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari

beberapa penelitian mengatakan bahwa ternyata perilaku tidak terlepas dari

pengetahauan, sikap dan tindakan. Olehnya itu pengetahuan peternak dalam kaitannya

dengan penyebaran penyakit flu burung sangat penting untuk melihat sejauh mana

peternak dapat mengambil keputusan untuk menghindari dirinya dari kemungkinan

terjangkit suatu penyakit (Notoatmodjo, 1993).

Faktor kebersihan  lingkungan kandang  adalah salah satu bagian penting dan

merupakan aspek potensial yang mempengaruhi kemungkinan masuknya agen penyakit

ke dalam peternakan. Penyebaran virus flu burung antar kandang dapat dikurangi dengan

selalu menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, apalagi jika selalu

menggunakan desinfektan yang tepat.

Dari hasil penilaian tingkat pengetahuan masyarakat dikelurahan baranti

kecamatan baranti kabupaten Sidrap, telah menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat

terhadap penyakit flu burung (Avian Influenza) sudah cukup baik, terutama mengenai

gejala flu burung, yang berisiko, pencegahan pada ayam, pencegahan pada manusia serta

cara penanggulangan. Namun pengetahuan peternak ayam terhadap gejala penyakit flu

burung (Avian Influenza) pada manusia masih kurang dengan adanya jumlah persentasi

yaitu 58% yang tidak mengetahui gejala flu burung pada manusia, salah satu

penyebabnya adalah informasi yang mereka dapatkan selama ini baik dari televisi, media

cetak maupun sosialisasi dari instansi terkait masih kurang karena yang lebih

disosialisasikan hanya lebih kemasalah gejala penyakit flu burung (Avian Influenza) pada

ayam saja.

Tingkat pengetahuan memang tidak selalu berkorelasi dengan perilaku sehat,

namun demikian mengetahui apa itu penyakit Avian Influenza merupakan langkah

Page 52: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

pertama yang perlu diketahui setiap individu terutama orang-orang dengan resiko tinggi

atau populasi berisiko.

Pengetahuan peternak terhadap penyakit Avian Influenza sangat tergantung pada

informasi yang diterimanya baik melalui penyuluhan maupun media massa lainnya dan

kemampuan untuk menyerap dan menginterprestasikan informasi tersebut. Pengetahuan

yang cukup mengenai Avian Influenza akan menyebabkan seseorang mengetahui cara

terhindar dari penyakit Avian Influenza sehingga upaya pencegahan ataupun pengobatan

akan cepat dilaksanaka

BAB V

PENUTUP

A.  Kesimpulan

         Kasus virus avian influenza atau flu burung, mewabah luas Kabupaten Sidrap, Sulawesi

Selatan. Sedikitnya 10.000 ayam mati mendadak. Bahkan, wabah tersebut sudah meluas

di sebagian besar wilayah sentra peternakan yang ada di Kabupaten Sidrap. Kecamatan

yang terserang adalah Pancarijang, Tanete, Pannanti, Bulo, Paritengngae, Batang Pulu,

dan Panca Laudong. Selain pertambahan area, jumlah ternak ayam yang mati juga

bertambah.

         Di Propinsi Sulawesi Selatan mengalami kerugian sebagai dampak dari wabah flu

burung. Walaupun kasus flu burung pada manusia di Kabupaten Sidrap belum ditemukan

namun kematian unggas paling banyak terjadi di 10 kecamatan di Kabupaten Sidrap,

karena di kabupaten ini populasi unggas komersial baik ayam petelur dan pedaging 

terbesar di Sulawesi Selatan. Kasus flu burung di Sulawesi Selatan pertama kali

dilaporkan terjadi sejak awal bulan Maret 2005 pada 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten

Wajo, Sidrap, Soppeng, Pinrang, Maros dan Pare-Pare dan sampai akhir 2005.

B.  Saran

Page 53: MAKALAH KONFLIK SOSIAL

Gejala suatu penyakit merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui gejala suatu penyakit maka upaya-upaya pencegahan dapat dilakukan lebih dini sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Penyakit Avian Influenza lebih banyak menyerang ternak unggas, diterapkan peternak ayam harus mengenal gejala penyakit Avian Influenza secara benar sehingga apabila terdapat gejala-gejala yang mengindikasikan adanya penyakit Avian Influenza maka dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan secara cepat dan tepat.