Makalah komunikasi terapeutik

37
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesi dipengaruhi oleh sebagai perkembangan keperawatan profesional seperti: adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi terkait erat tiga nilai sosial yaitu: pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti, dan pelayanan/angsuran kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu etika profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi. B. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui peranan komunikasi dalam pembangunan. 2. Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan. 3. Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

Transcript of Makalah komunikasi terapeutik

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

       Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang

sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan

proses perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek

keperawatan baik aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan.

      Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesi dipengaruhi oleh sebagai

perkembangan keperawatan profesional seperti: adanya tekanan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan keperawatan

yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga keperawatan yang profesional. Dalam

konsep profesi terkait erat tiga nilai sosial yaitu: pengetahuan yang mendalam dan sistematis,

keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti, dan

pelayanan/angsuran kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu

etika profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui peranan komunikasi dalam pembangunan.

2. Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan.

3. Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan

Komunikasi Dalam Proses Keperawatan

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar

manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan

metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian

sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan

kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang

tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah

menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra

profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah

mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat, dan

perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam

komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang

dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi

dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor,

serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.

Pembahasan tersebut akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya yaitu “Komunikasi

Terapeutik Dalam Keperawatan”.

   Sejarah Proses Keperawatan

            Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan

perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :

1. Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)

2. Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan

3. Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi, bantuan

pertolongan dan validasi.

4. Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan

dipublikasikan.

5. Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan

tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan),

delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan

discriminate (identik dengan evaluasi).

6. Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar

hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu

pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.

7. Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan

setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian

disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) — dibahas lebih

lanjut di BAB diagnosa keperawatan.

Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan.

Ia juga merupakan sebuah konsep dengan  pendekatan problem solving yang memerlukan

ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.

Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum

praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan.

Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar

pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar

aspek legal praktek keperawatan. 

       Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan Umum

        Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat

terpenuhi.

        Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu

tahapan desain tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:

·         Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien

·         Melakukan tindakan  untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali

·         Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga

ia bisa mencapai derajat kehidupan yang baik

Tujuan Khusus

1.      Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem

solving)

2.      Menggunakan standart dalam praktek keperawatan

3.      Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis

4.      Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi

5.      Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi

Proses Komunikasi Keperawatan

        Komunikasi adalah suatu yg sangat penting dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan.seorang perawat tidak akan dapat melaksanakan tahapan-tahapan proses

keperawatan dengan baik bila tidarak terjalin komunikasi yg baik antara perawat dengan

klien,perawat dengan keluarga atau orang yg berpengaruh bagi klien,dan perawat dengan

tenaga kesehatan lain nya.Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat merupakan salah

satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan yang meliputi tahap

pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

       Tahap Proses Keperawatan Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara

langsung perawat bersama klien mengidentifikasi dan menentukan masalah,hamerencanakan

dan melaksanakan tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan

kepada klien. Tahap proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu: pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.      PENGKAJIAN

          Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. pengkajian dilakukan

oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien . data klien di perlukan sebagai dasar

pijakan dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikut nya data klien di peroleh

melalui wawancara (anamnesa ) , pemeriksaan fisik , pemeriksaan diagnostik (labolaturium,

foto, dan sebagainya ) , informasi /catatan dari tenaga kesehatan lain,dan dari keluarga

klien.hampir dipastikan bahwa semua data yg didapat tersebut diperoleh melalui proses

komunikasi , baik komunikasi secara langsung(verbal, tertulis) maupun secara tidak

langsung(nonverbal).pada tahab ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung

paling banyak dibanding komunikasi pada berikutnya.

        Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien.untuk itu selain

perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi bagi perawat,kemampuan komunikasi

klienius yang har jg perlu ditingkatkan.perawat hrus mengetahui hambatan,kelemahandan

gaya klien dalam berkomunikasi.pereawatlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi

kapan dan dimana komunikasi di lakukan,penggunaan bahasa,usia dan perkembangan klien.

Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus diperhtikan oleh perawat antara lain:

1)      language deficits

Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena

penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dlam menerima

pesan secara adekuat.

2)      Sensory defisits

Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam

komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan

sensory Klien berfungsi dengan baik.

3)      cognitive impairments

Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif(misalnya pada klien CVA ,

Alzhemer,s, tumor otak) dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengungkapkan dan

memahami bahasa.

4)      Structural deficits

 Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung

dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi

terjadinya komunikasi.

5)      Paralysis

Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektremitas atas akan menghambat

kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

        Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang di dapat kan dalam tahap

pengkajian.perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan

melibatkan klien, keluarga klien , tenaga kesehatan lainya tentang masalah yang di alami

klien . proses penentuan masalah klien dengen melibatkan beberapa pihak tersebut adalah

upaya untuk memvalidasi, meperkuat dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar.

Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang koopratif merupakan paktor penting

dalam menetapkan diagnosa keperawtan yang tetap.

       Beberapa contoh diagnosa keperawatan yang di akibatkan oleh adanya kelemahan

komunikasi verbal, sebagai mana yang direkomendasikan NANDA (North American Narsing

Diagnosis Association) antara lain.

·         Cemas berhubungan degan kelemahan komunikasi verbal

·         Ganggauan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan (fisik /anatomis )

·          Hargadiri rendah berhubugan dengan kelemahan komunikasi verbal

·          Isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal

·          Ganguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budaya.

3.      PERENCANAAN

          Rencana tindakan yang diibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas

kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau

dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya.Model komunikasi ini memungkinkan

pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkeseimbangan ,terukur dan efektif.

Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadnya masalah.

          Kegagalan dalam menentukan etiologi degan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan

tujuan tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.

4.      IMPLEMENTASI PELAKSANAAN

       Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dr perencanaan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.

• Menunjukan muka yang jujur degan klien . hal ini penting agar tercipta suasana saling

percaya saat berkomunikasi.

• Kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak

mata saat berkomunikasi dengan klien

• Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang di inginkan

• Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan

menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga

dan satu mulut.dalam berkomunikasi Dia menyarankan agar tindakan komunikasi

dilaksanakan dengan perbandingan 2:1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap

ini akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.

5. EVALUASI

          Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah

tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau

hasil yang positif bagi klien, bagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap

sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan

yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun non verbal. Pada tahap ini juga mamberi

kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang

telah dilakukan.

B.   Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan Komunitas

Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas

         Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan

dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)

mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :

1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak

berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,

balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.

2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat

individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati

tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.

3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering

dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk

memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

       Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang

merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan

sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns

meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,

rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,

keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara

keseluruhan.

        Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan profesional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya

pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).

       Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari

praktik kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh

dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,

berkelanjutan dan melibatkan masya¬rakat.

         Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan

komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara

keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa

mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan

kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal

Tujuan Keperawatan Komunitas

        Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan

sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui

pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok

didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat

dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi

individu, keluarga serta masyarakat.

1.      Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam

memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

      2. Tujuan khusus

a.       Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

b.      Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk

melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.

c.       Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan

keperawatan.

d.      Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan

asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.

e.        Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan

keperawatan di rumah.

f.       Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang

memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.

g.      Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan

sehat optimal.

Prinsip Komunikasi Keperawatan Kesehatan Komunitas

       Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus

rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam

asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan

keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang

panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas

sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan,

lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama

peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip

keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari

komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi

kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam

menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :

1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat

2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat

4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan

preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan

pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.

6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah

sakit.

7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.

8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat

masyarakat.

9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.

10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.

11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk

kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat

atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali

dari rumah sakit.

12. Kunjungan rumah sangat penting.

13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.

14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan

kesehatan yang ada.

15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu

puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit

pelayanan.

Proses Keperawatan Komunitas

      Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di

rumah, di Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan

proses keperawatan komunitas.

      Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses

keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :

1. PENGKAJIAN

        Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan

mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.  Yang perlu dikaji pada kelompok atau

komunitas adalah :

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan,

jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok

atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

·         Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.

·         Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan.

·         Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan

stress.

·         Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang

sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk

kesehatan.

·         Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau

merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.

·         System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di

komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi

misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.

·         Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan

UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya

pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis

makanan sesuai status ekonomi tersebut.

·         Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya

terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk

mengurangi stress.

c. Status kesehatan komunitas

        Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain

angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

        Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian

dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan

seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas

dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan,

Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.

Contoh :

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan

Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat

disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat

desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio

drama.

3. PERENCANAAN (INTERVENSI)

         Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus

dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan

untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam

menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang

mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah

dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a)      Tahap persiapan

 Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk

berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b)      Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian

terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu

wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri

mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan

kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan

kesehatan di wilayahnya.

c)      Tahap pendidikan dan latihan

• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat

• Melakukan pengkajian

• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

• Melatih kader

• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat

d)     Tahap formasi kepemimpinan

e)      Tahap koordinasi intersektoral

f)       Tahap akhir

        Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta

memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.

Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

·         Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi

·         Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik

·         Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik

dan laboratorium

·          Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau

komunitas bila stressor dari lingkungan

·         Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4.PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)

     Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang

sifatnya:

a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi

seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.

b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan

komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :

a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,

mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap

penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan

keluarga.

b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat

kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini

menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh:

Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan

penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.

c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat

berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga

yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan

secara teratur ke Posyandu.

5. EVALUASI

       Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan

dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas adalah :

a.       Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan

b.      Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau

pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.

c.       Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta

keuntungan program.

d.       Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas

terhadap tindakan yang dilaksanakan.

e.        Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa

perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

C.   PENERAPAN PRINSIP KOMUNIKASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

      Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi

kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan

misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL,

dan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :

1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)

2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya

melalui kegiatan pelatihan.

3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan

dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini

dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.

Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah

mencakup :

·        Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud

disini adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan

gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang

tepat.

·        Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas

maupun kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan

gizi.

·        Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air

bersih, pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.

·        pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai

zat adiktif/narkotik

       Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan

dibahas berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR

KEBERHASILAN pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

 

1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari

dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari

luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk

masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.

·        Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat  Berbagai potensi yang terdapat dalam

masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk

sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi geografisnya. Kemampuan SDM

mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan menghasilkan sumber daya ekonomi.

Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk kaya dan miskin, berpendidikan

tinggi dan rendah.

·        Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat  Seberapa besarpun potensi SDM dan

SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari dalam tanpa adanya kegotong

royongan diantara sesama anggota masyarakat.

·        Menggali Kontribusi Masyarakat Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa

pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah menggali potensi masyarakat terutama

potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota masyarakat.

·         Menjalin Kemitraan Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah

suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan

lembaga swadaya masyarakat serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama

yang disepakati. Disini, untuk membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting

perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota masyarakat

itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun

swasta.

·         Desentralisasi Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan

kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.

Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional

yakni masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam

pemberdayaan masyarakat, peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan

motivator.

a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.

Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas

adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian

masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak

lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.

b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan

kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.

Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar

rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas

provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang

bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila

kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat,

meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan

yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-

macam, antara lain sebagai berikut :

a.       Tokoh atau Pimpinan Masyarakat

Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau

pemukiman kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh

masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat,

Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap

awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu

melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

b.      Organisasi Masyarakat

Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal

maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan

sebagainya.

c.       Pendaaan Masyarakat

Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris

bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak

lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas

perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

d.      Material Masyarakat

Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi

masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat

dimanfaatkan untuk pembangunan.

e.       Pengetahuan Masyarakat

Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat

yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).

f.       Teknologi Masyarakat (Community Technologi)

Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau

arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya

ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat

 a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi

pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama

menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam

memecahakan masalah yang dihadapi.

b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi

Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan

peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan :

• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam

rangka meningkatkan pendapatan.

• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda

setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.

c. Pemberdayaan Petugas

d. Subsidi Langsung

1. Indikator Input :

a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat.

b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal

dari kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.

c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan

2. Proses, misalnya seperti

a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis

b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis

c. Banyaknya kader yang telah dilatih

d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb

3. Output, a.l. seperti

a. Jumlah/jenis UKBM

b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat

perilaku kesehatannya.

c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.

4. Dampak

a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit

b. Penurunan angka-angka kematian secara umum

c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar

d. Peningkatan status gizi balita dsb.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang

sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan

yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).

Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya

yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam

kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan

untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat

terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga

produktivitas penduduk.

JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

Ø  Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

         Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan

Posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini

telah popular di lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia. Salah satu penyebab

menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang

semula ada sudah tidak aktif lagi.

Ø  Pondok Bersalin Desa (Polindes)

          Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam

menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak

lainnya.

        Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu

nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih

dan aman, memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan

masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader

dan masyarakat.

Ø  Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)

        Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan

sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit

rakyat/penyakit endemik).

Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.

Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l.

menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.

Ø  Pos Gizi (Pos Timbang)

         Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk

kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang

selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 –

11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 2) Anak umur 12 – 23 bulan terutama

mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24 – 59 bulan terutama mereka dari keluarga

miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.

Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak

masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus

dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).

Ø  Pos KB Desa (RW)

         Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara

nasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa

peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos

KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat

kecamatan.

Ø  Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

        Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun

pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti

diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

Ø  Saka Bakti Husada (SBH)

        SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang

kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan

dirinya kepada masyarakat dilingkungan sekitar. Sasarannya adalah para peserta didik antara

lain: Pramuka Penegak dan Pandega, Pramuka Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat

khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka,

Instruktur Saka serta Pimpinan saka.

Ø  Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

           Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang

diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama

dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan

kesehatan, melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar,

serta menjalin kemitraan.

Ø  Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama

dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui

pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

Ø  Karang Taruna Husada.

         Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang

besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan

kreasinya. Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang

mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pem¬bangunan lingkungan dan

masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan

Posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan

lain-lainnya potensi Karang Taruna ini sangat besar.

Ø  Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

            Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan

pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan

diwilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas

Keliling. Upaya pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang

selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM

sebagaimana tertera diatas.

Ø  Posyandu

          Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan

masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan

untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas

kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak

dini dalam rangka 1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan

untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

Ø  Kader Kesehatan

          Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih

oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara

Posyandu. L.A Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: “kader kesehatan

dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh

dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat Bina

Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader adalah warga

masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara

sukarela ".

Ø  Desa Siaga

       Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan

secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan sangatlah penting.

Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang

bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.

Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman

dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah

positif seoptimal mungkin.

Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai

keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.

B.  SARAN

         Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya

komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan

dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan

bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi

sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik

dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses

keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik

terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.

                                                     DAFTAR PUSTAKA

Malik, Dedy Djamaluddin, 1991. Komunikasi Pembangunan : Perspek-Depedensia :

Bandung.

http://andyca.wordpress.com/2008/05/06/komunikasi-terapeutik/

http://komunikasi-dalam-keperawatan.html

http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/konsep-keperawatan-kesehatan-

komunitas.html