MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

26
MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL Disusun Oleh: Bayu Hadi Putra 15101010 S1 TT-03-A Dosen Pengampu : Imam MPB S.T., M.T FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO 2019

Transcript of MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

Page 1: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

MAKALAH

KOMUNIKASI SATELIT

ANALISIS HASIL CROSSPOL

Disusun Oleh:

Bayu Hadi Putra

15101010

S1 TT-03-A

Dosen Pengampu : Imam MPB S.T., M.T

FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO

2019

Page 2: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------- 1

1.2 Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------------- 2

1.3 Tujuan --------------------------------------------------------------------------------- 2

1.4 Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------------- 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah 2G ---------------------------------------------------------------------------- 3

2.2 Arsitektur Jaringan 2G --------------------------------------------------------------- 3

2.3 Interface Jaringan 2G ---------------------------------------------------------------- 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------- 7

Daftar Pustaka ----------------------------------------------------------------------------- 8

Page 3: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi sangat berkembang dengan cepat, salah satunya adalah

komunikasi yang menggunakan jaringan satelit sebagai medianya atau dalam

hal ini satelit sebagai repeater atau pengumpan balik. VSAT dapat diletakan di

daerah yang jauh dan terpencil karena kemampuannya untuk tetap

berkomunikasi melalui satelit tanpa memerlukan kabel. Ini merupakan segi

ekonomis pada jaringan VSAT. VSAT adalah solusi tepat untuk pelanggan

yang memerlukan layanan dengan harga lebih murah (share bandwidth),

memiliki delay yang rendah, diameter antenna kecil sehingga mudah untuk

dipasang. Layanan teknologi VSAT menggunakan HUB teleport di lokasi

provider dan stasiun bumi di titik remote pelanggan menggunakan topologi

start. Secara garis besar peralatan dalam transmisi satleit dibagi menjadi dua

bagian yaitu peralatan yang ada di bumi Ground segment (GS) dan peralatan

yang bearada di antariksa Space Segment (SS). Untuk mendapatkan hasil

transmisi yang baik, salah satu factor yang mempengaruhi yaitu level atau nilai

cross. Semakin berkembangnya zaman yang modern, maka kebutuhan

komunikasi berbasis satelit maka akan meningkat pula, sehingga jumlah satelit

di antariksa semakin banyak. Hal ini menyebabkan inteferensi satelit satu sama

lain. Dengan adanya inteferensi ini akan menurunkan kualitas link transmisi

VSAT. Dampak lain dari inteferensi akan berdampak pada hasil cross

polarization dan besarnya nilai (C/N) carrier to noise power yang akan

merujuk pada perhitungan link budget.[1]

Nilai crosspol dipengaruhi dari beberapa faktor, baik dari ground segment

maupun dari space craft nya. Perubahan nilai crosspole dari sisi ground

segment disebabkan faktor alam seperti gempa bumi atau hembusan angina

yang cukup kuat yang menyebabkan perubahan posisi dari suatu antena.

Perubahan dari sisi space craft yaitu kondisi aktifitas dan dinamika

peregerakan satelit, karena untuk menjaga posisi orbitnya. Faktor tersebut

diatas dapat mengakibatkan inteferensi pada saat proses crosspol.

Page 4: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

Cara lain menjaga nilai crosspol antenna tetap baik juga bisa dilakukan

dengan cara menjaga dan mengkondisikan pergerakan satelit sesuai dengan

tempat operasional satelit atau disebut box keeping, satelit dibatasi

pergerakannya hanya 0.05 derajat.

Berbagai masalah yang di timbulkan akibat adanya inteferensi akan

mendorong untuk memaparakan standarisasi prosedur crosspol antenna VSAT

serta melakukan penelitian dampak orbit satelit terhadap (CPI) cross

polarization Inteferensi VSAT dan link budget satelit. Dengan melakukan

sinkronisasi polarisasi sesuai prosedur diharapkan dampak fluktasi nilai

crosspol pergerakan satelit di dalam box keeping tidak mempengaruhi link

perfomansi transmisi antenna VSAT[2]

.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan

dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. Apa saja parameter yang mempengaruhi hasil crosspol ?

2. Bagaimana perhitungan link budget satelit ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui parameter komunikasi satelit

2. Mahasiswa dapat memahami perhitungan link budget satelit

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai unjuk kerja

sistem Analisa Perfomansi hasil crosspol VSAT antara satelit chinasat dan telkom

3s. Dengan mengetahui kualitas hasil crosspol diminta agar menjaga nilai crosspol

antenna dan mengkondisikan pergerakan satelit sesuai dengan tempat operasional

satelit atau disebut box keeping, satelit dibatasi pergerakannya hanya 0.05 derajat

Page 5: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONFIGURASI SISKOMSAT

Dalam menjalankan sistem telekomunikas sebuah komunikasi satelit, ada

dua elemen dasar yang berperan didalamnya antara lain: Stasiun Bumi (Ground

Segment) dan Ruang angkasa/Satelit (Space Segment). Stasiun Bumi akan

mengirimkan sinyal informasi ke arah satelit dengan menggunakan frekuensi yang

dinamakan Frekuensi Up Link dan sebaliknya, Satelit berfungsi sebagai repeater

diluar angkasa akan meneruskan sinyal informasi ke stasiun bumi yang dinamakan

Frekuensi Down Link.

. Gambar 2.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Satelit

Masing-masing besaran frekuensi up link dan down link dengan

menggunakan standarisai ITU-T dengan menggunakan besarannya frekuensi Band-

nya seperti table dibawah:

Page 6: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

Tabel 2.1 Alokasi Frekuensi

Tabel 2.1 diatas merupakan alokasi frekuensi band up link dan downlink

dari siskomsat yang berlaku. Seperti komunikasi gelombang mikro, maka

pertimbangan pemilihan band frekuensi didasarkan setiap kebutuhan aplikasi

satelit tersebut. Jika ingin membangun satelit berbandwidth lebar, maka diperlukan

frekuensi yang besar seperti frekuensi Ka atau Ku. Jika untuk efensiensi daya maka

pilih lah badwidth yang kecil. Faktor yang diperlukan untuk memilih band

frekuensi adalah bahwa semakin tinggi frekuensi maka redaman yang diakibatkan

oleh hujan semakin tinggi.

2.2 JENIS ORBIT SATELIT

Jenis-jenis tempat beredarnya sattelit mengelilingi permukaan bumi disebut

orbit. Orbit terbagi menjadi 3 bagian antara lain :

A. LEO (Low Earth Orbit)

Satelit jenis LEO mempunyai ketinggian kisaran 320-800 Km di atas

permukaan bumi. Orbit LEO sangat dekat dengan bumi, sehingga

mempunyai kecepatan orbit sangat tinggi supaya tidak terlempar ke

atmosfer. Kecepatan edar satelit LEO mencapai 27.359 Km/h untuk

mengitari bumi dalam 90 menit. Aplikasi yang biasa digunakan untuk

satelit LEO ialah pada sistem Remote Sensing dan peramalan cuaca

karena jarak mereka dengan bumi tidak terlalu jauh. Satelit LEO sangat

banyak diluncurkan untuk berbagai macam aplikasi karena jaraknya

Page 7: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

tidak terlalu jauh dan biayanya relative murah. Tercatat ada sekitar 8000

satelit yang beredar mengitari bumi.

B. MEO (Medium Earth Orbit)

Satelit pada orbit Medium Earth Orbit yakni memiliki ketinggian

kisaran diatas 10000 Km dengan aplikasi dan jenis yang sama seperti

orbit LEO. Namun karena jarak begitu jauh, jumlah satelit pada orbit

MEO tidaklah sebanyak satelit pada orbit LEO. Satelit MEO

mempunyai delay sebesar 60-80ms

C. GEO (Geostationery Earth Orbit)

Satelit GEO merupakan sebuah satelit yang ditempatkan dalam orbit

yang posisinya tepat pada titik bumi. Waktu edarnya sama dengan waktu

rotasi bumi (24 jam) karena mempunyai posisi yang tetap. Posisi satelit

GEO tepat sejajar denagan garis khatulistiwa atau titik lintang nol

derajat.

Gambar 2.2 Orbit Satelit GEO

Satelit GEO mempunyai jarak 35786 Km dari permukaan bumi. Pada

satelit orbit GEO yang banyak dibahas dan dijadikan sebagai bahan

persoalan. Salah satu keuntungan satelit GEO ini dalam me-tracking

antenna dari stasiun bumi tidak perlu mengikuti pergerakan satelit,

karena satelit tersebut memiliki periode yang sama dengan rotasi bumi.

Kerugian satelit orbit GEO ialah jaraknya yang sangat jauh dari

Page 8: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

permukaan bumi, maka diperlukan daya pancar sinyal yang tinggi dan

sering terjadinya delay yang sangat signifikan.

2.3 VSAT (Very Small Aperture Terimnal)

Komunikasi VSAT merupakan suatu konsep dalam sistem komunikasi

telekomunikasi Indonesia dengan menggunakan satelit sebagai media utamanya.

VSAT banyak dipakai dalam berbagai aplikasi karena teknologi ini mampu

menyediakan pelayanan yan benar-benar terintegrasi untuk jaringan pemakai.

Secara umum VSAT terdiri dari 2 bagian yaitu outdoor unit (ODU) sebuah

transceiver yang diletakan ditempat terbuka sehingga dapat secara langsung

menerima sinyal dari satelit dan sebuah piranti yang diletakan dalam ruangan (IDU)

untuk menghubungkan transceiver dan piranti komunikasi penggguna akhir (end

user), seperti computer LAN, telepon atau PABX.

Gambar 2.3 Arsitektur Jaringan VSAT

2.4 VPN ( Virtual Private Nework)

Virtual Private Network (VPN) adalah sebuah teknologi komunikasi yang

memungkinkan untuk dapat terkoneksi jaringan public dan menggunakannya untuk

dapat bergabung dengan jaringan local. Dengan cara tersebut maka akan didapatkan

hak dan pengaturan yang sama seperti halnya berada di dalam kantor atau LAN itu

sendiri. Walaupun menggunakan jaringan milik public. Teknologi VPN

menyediakan beberapa fungsi untama yaitu : Confidentially (Kerahasiaan) , Data

Integrity (Keutuhan data) ,,Origin Authentication ( Auntetikasi sumber) , Non-

repudiation , Kendali akses.

Page 9: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

Gambar 2.4 Remote access VPN

Pada umumnya implementasi VPN terdiri dari 2 macam. Pertama adalah

remote access VPN , dan yang kedua adalah site-to-site VPN. Remote access yang

biasa juga disebut virtual private dial-up network (VPDN).

2.5 TEKNIK MODULASI

Sistem komunikasi satelit memiliki kemampuan untuk menghubungkan

seluruh stasiun bumi secara bersamaan dengan cara point to point maupun

multidestional. Hal ini dikarenakan dalam satu transponder satelit dapat digunakan

oleh banyak stasiun bumi, dibutuhkan suatu teknik agar dapat mengakses

transponder satelit tersebut ke stasiun bumi. Teknik yang dimaksud dinamakan

teknik Satellite Multiple Access.

1. Frequency Division Multiple Access (FDMA)

Sistem FDMA adalah salah satu metode akses sistem komunikasi satelit

dengan menggunakan modulasi frekuensi dan tiap-tiap stasiun bumi

dibedakan frekuensi pancarnya, sehingga lebar bidang frekuensi

transponder satelit akan dibagi menjadi beberapa bidang frekuensi yang

akan diduduki oleh masing-masing stasiun. Metode ini merupakan

metode yang paling sederhana sejak adanya satelit komunikasi. Setiap

stasiun bumi yang menggunakan metode FDMA atau dikenal dengan

Single Channel Per Carrier (SCPC) memakai satu atau lebih frekuensi

pembawa yang spesifik sepanjang waktu pelayanan. Metode FDMA

tidak digunakan untuk pengiriman data berkecepatan rendah tetapi

untuk pengiriman data dengan kecepatan diatas 56 Kbps.Teknik FDMA

ini memiliki keuntungan dalam komunikasi satelit, diantaranya adalah

Page 10: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

mudah diterapkan pada komunikasi satelit, teknologi FDMA sudah

dikenal, dan tidak membutuhkan sinkronisasi waktu. Namun, dari sisi

lain memiliki kelemahan juga yaitu dapat menimbulkan intermodulasi

pada Travelling Wave Tube Amplifier (TWTA) satelit, karena

dioperasikan dengan multi carrier.

2. Time Division Multiple Access (TDMA)

Sistem TDMA adalah merupakan salah satu metode akses sistem

komunikasi satelit, dimana pada sistem ini sudah menggunakan

teknologi digital, tiap-tiap stasiun bumi akan memancarkan sinyal ke

satelit menurut celah waktu yang telah disediakan secara bergiliran,

sedangkan frekuensi pancar dari setiap stasiun bumi semuanya sama

3. Code Division Multiple Access (CDMA)

Pada sistem CDMA, sejumlah stasiun bumi menduduki seluruh bidang

frekuensi transponder secara terus menerus dan bersamaan, hanya antara

setiap stasiun bumi tersebut dibedakan kode sinyalnya masing-masing.

Jadi setiap stasiun bumi memiliki kode masing-masing yang berbeda

satu dengan yang lainnya. CDMA merupakan teknik akses bersama ke

satelit yang membagi Bandwidth transponder satelit, dengan

memberikan kode-kode alamat tujuan dan untuk pengenal setiap data.

Sinyal informasi mempunyai kode tujuan dan pengenal masing-masing

dan dipancarkan secara acak dan hanya stasiun tujuan yang dapat

menerima informasi tersebut. CDMA merupakan teknik akses bersama

ke satelit yang membagi Bandwidth transponder satelit, dengan

memberikan kode-kode alamat tujuan dan untuk pengenal setiap data.

Sinyal informasi mempunyai kode tujuan dan pengenal masing-masing

dan dipancarkan secara acak dan hanya stasiun tujuan yang dapat

menerima informasi tersebut

2.6 POINTING

ointing Antena VSAT merupakan suatu proses untuk mengarahkan atau

mencari posisi satelit yang akan kita tuju. Sebelum melakukan pointing antena, ada

beberapa hal yang perlu kita ketahui yaitu letak / posisi satelit yang fungsinya untuk

Page 11: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

menentukan kemana antena akan diarahkan. Istilah Dalam Pointing adalah sebagai

berikut :

1. Elevasi

Sudut elevasi adalah arah sudut dari permukaan satelit terhadap

permukaan bumi, atau disebut juga pengarahan sudut antena secara

vertical,

Gambar 2.5 Posisi Elavasi

2. Azimuth

Azimuth adalah pengarahan posisi antenna secara horizontal, agar

satelit tepat pada arah reflector antenna

Gambar 2.6 Posisi Azimuth

Page 12: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

2.7 Cross Polarization

Crosspoll adalah standar atau penyerataan yang digunakan untuk mengukur

kualitas line atau jalur yang dibangun dengan VSAT. Crosspoll diperlukan agar

arah antenna benar-benar maksimal sehingga optimal digunakan dan tidak

menganggu penguna satelit lain. Fungsi daripada Crosspollarization untuk

memastikan bahwa sinyal yang dipancarkan ke satelit sesuyai dengan baik di

alokasi sebuah perangkat otomatis yang menerima, memperkuat dan mengirimkan

sinyal dalam frekuensi tertentu.Tujuan Cross PolarizationCrosspoll bertujuan untuk

memaksimalkan arah antenna menuju satelit yang dituju, tepatnya menuju alokasi

transponder yang disewa atau disediakan oleh perusahaan. Berikut Proses

terjadinya crosspol:

1. Setiap carrier yang dipancarkan dari satu antenna akan terurai oleh

polarizier dari antenna tersebut, lalu menjadi komponen verikal dan

horizontal.

2. Masing-masing komponen sinyal baik vertical maupun horizontal

dterima oleh receiver satelit.baik rx verikal maupun rx horizontal

untuk proses selanjutnya.

3. Masing-masing receiver memproses sinyal, dari bumi atau dengan

menetralisasikan sinyal 6 Ghz menjadi 4 Ghz.Dengan lo.2555 Mhz

yang berbeda antara rx vertical dan rx horizontal.

4. Setelah proses penguatan oleh HPA/SSPA satelit untuk arah vertical

maupun horizontal,langsung dipancarkan ke arah bumi.

5. Setelah sampai di bumi, diterima oleh antenna dua pol:pol vertical

menerima sinyal tx pol. Horizontal dan pol horizontal menerima

sinyal tx pol vertical.

6. Berhubung lo rx horizontal dan lo rx vertical disatelit (2225 Mhz)

tidak sama persis, maka perbedaan antara sinyal terima horizontal

dan vertical akan terl ihat jelas dengan rbw dan vbw yang rendah

7. Demikian akan terukur besaran/parameter isolasi polarisasi dari

antenna pengirim

2.7.1 Pengukuran Isolasi Crosspol

1. Memiliki antenna 2 pol

Page 13: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

2. Spectrum analyzer frekuensi minimal 4 Ghz.

3. Tersedia port pengukuran dengan loss sekecil mungkin.

Jalur receiver vertikal dan horizontal dari antenna sampai dengan

specan mempunyai gain dan loss yang sama.

4. Jalur receiver vertikal dan horizontal dari antenna sampai dengan

specan mempunyai gain dan loss yang sama.

Setiap antenna stasiun bumi beroperasi yang bisa dipastikan

mempunyai unsur kesalahan sudut, namun derajatnya berbeda satu sama

lain.

2.7.2 Solusi dari Permasalahan Intefrensi Crosspol

1. Melakukan polarizier dari antenna dengan bantuan dual polaisasi

atau SPU cbi

2. Lakukan maintenance rutin/pengukuran crosspol secara turin

terhadap terhadap semua stasiun bumi

3. Sebelum melaksanakan pengukuran crosspol untuk melakukan

pointing ulang antenna.

2.7.3 Intefrensi yang terjadi pada saat crosspol

1. Kesalahan posisi sudut polarizier atau horn dari suatu antenna.

2. Kesalahan posisi satelit

2.8 Dasar Perhitungan Link Budget

2.8.1 Perhitungan sisi Up link

1.Menenntukan Free Space loss

Untuk menentukan besarnya nilai redaman propagasi akibat

penggunaan media transmisinya berupa udara (atmosfer)dan melalui

ruang hampa.

FSPL=(4πdf)2:C….…………………………………………….(2.1)

Dimana :

FSPL : Free Space loss (dB)

d : Slant range up link (m)

f : Frekuensu (Hz)

C : Kecepatan cahaya (2.997925 x 108 –ms)

Page 14: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

2. Menentukan Daya Carrier Up link

Daya carrier up link daya yang diterima oleh antenna pada satelit,

setelah daya carrier yang dikirim stasiun bumi stasiun bumi mengalami

redaman-redama pada saat up link.

Cu. = 𝑬𝑰𝑹𝑷

𝑳 (

𝟒𝝅𝒇𝒖𝒅𝒖

𝒄)

𝟐 Gu ……………………………………(2.2)

Dengan :

Cu = Daya carrier up link (dB)

EIRP = Effective isotrophic Radiated Power (dBw)

L = Loss tracking + atmosphere attenuation (1,2-1,5 dB)

fu = Frekuensi Up link (Hz)

C = Kecepatan cahaya (2.997925 x 108 ms )

d = slant range up link (m)

Gu = Gain antenna (dBi)

3. Menentukan Noise Power Up link

Noise power up link dapat diartikan sebagai noise yang

mempengaruhi atau mengurangi daya pada saat stasiun bumi

mengirimkan sinyal ke satelit

Nu = k Tu B…………………………………………..…..(2.3)

Dengan :

K = Konstatnta Boltzman (1,38 x 10-23 j/k)

Tu = Noise Temperature (K)

B = Noise bandwidth (Hz)

4. Menentukan Carrier power flux density

Parameter SFD menyatakan besarnya kerapatan daya pancar stasiun

bumi untuk menjenuhka/saturasi transponder. Parameter ini

menunjukan tingkat kepekaan transponder. Nilai SFD dirumuskan

sebagai berikut :

Page 15: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

𝜴 = 𝑬𝑰𝑹𝑷

𝟒𝝅𝒅𝟐𝑳

Dengan :

Ω = daya carrier power flux density (W/m2)

EIRP = Effective isotrophic Radiated Power (dBw)

du = Slant range up link (m)

L = Loss tracking + atmosphere attenuation (1,2-1,5 dB)

5. Menentukan Carrier to Noise Ratio (C/N)

Carrier to noise ratio (C/N) merupakan nilai perbandingan antara carrier

yang diterima dengan sinyal noise dihasilkan dalam suatu link.

Pesamaan untuk transmisi ke satelit dapat ditulis secara langsung

dengan mensubsitusi nilai-nilai parameter sistem komunikasi satelit ke

dalam persamaan dasar link

C/N.up =EIRPsat-20log(𝟒𝝅𝒇𝒖𝒅𝒖

𝒄)+(

𝑮𝒖

𝑻𝒖)/K-10logK

-10logB-L-BOi

Atau jika diketahui nilai dari daya carrier power flux density.

C/N.up = Ω-20log(𝟒𝝅𝒇𝒖𝟐

𝒄𝟐 )+(𝑮𝒖

𝑻𝒖)-10 log k – 10 log B - BOi

Dengan :

Ω = daya carrier power flux density (W/m2)

fu = Frekuensi Up link (Hz)

du = Slant range up link (m)

C = Kecepatan cahaya (2.997925 x 108 ms )

Gu = Gain antenna (dBi)

Tu = Noise Temperature (K)

K = Konstatnta Boltzman (1,38 x 10-23 j/k)

B = Noise bandwidth (Hz)

BOi = Back off input (dB)

L= Loss tracking + atmosphere attenuation (1,2-1,5 dB)

Page 16: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

2.8.2 Perhitungan Sisi Downlink

1.Menentukan Free Spacec Loss

Free Spce loss downlink adalah redaman yang dialami sinyal yang dikirim

satelit ketika sedang mengirim sinyal kembali ke stasiun bumi ( saat

diangkasa). Besarrnya nilai loss dapat dirumuskan berikut :

Ld =(𝟒𝝅𝒅𝒅

𝝀𝒅)

𝟐

= (𝟒𝝅𝒇 𝒅 𝒅𝒅

𝒄)

𝟐

Dengan :

Ld = Free space loss down link (dB)

d = Slant range down link (m)

𝜆 = Panjang gelombang down link (m)

F = Frekuensi down link (Hz)

C = Kecepatan cahaya (2.997925 x 108 ms )

2. Menentukan Noise Power Down link

Noise power down link dapat diartikan sebagai noise yang

mempengaruhi atau mengurangi daya pada saat satelt mengirimkan

sinyal ke stasiun bumi. Nilai noise power down link dirumuskan sebagai

berikut :

Nd =K Td B ………………………………………………………(2.8)

K = Konstatnta Boltzman (1,38 x 10-23 j/k)

Tu = Noise Temperature (K)

B = Noise bandwidth (Hz)

3. Menentukan Carrier to Noise Ratio (C/N)

Carrier to Noise Ratio downlink merupakan perhitungan perbandingan

daya carier dengan daya noise dari sisi antenna pemancar satelit di sisi

space segment, dengan user yang berada di ground segment. Kalkulasi

link down link bisa diperoleh dengan mendistribusi nilai-nilai

parameter ke dalam persamaan dasar link:

K = Konstatnta Boltzman (1,38 x 10-23 j/k)

Page 17: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

B = Noise bandwidth (Hz)

BOo = Back off ouput (dB)

L= Loss tracking + atmosphere attenuation (1,2-1,5 dB)

4. Menentukan C/N Total

Nilai dari C/N total merupakan jumlah dari C/N uplink dan C/N

downlink dengan dengan menggunakan rumus :

C/NT = ((C/Nup)-1 +(C/Ndn)-1)-1

2.8.3 Redaman Atmosfer (Atmosfer Attenation)

Gelombang elektromagnetikakan mengalami redaman dan penurunan daya

ketika melewati atmosfer bumi yang disebabkan oleh penyerapan dan

penghamburan oleh partikel bumi.Besarnya atmosfer attenuation berkisar

antara 0,02 dB.

2.8.4 Pointing Loss

Pointing loss pada SB merupakan sudut sorotan utama (main beam) antenna

dengan arah satelit yang sebenarnya.Pointing loss menyebabkan

menurunnya gain antenna. Semakin besar nilai pointing loss maka semakin

rendah atau berkurangnya gain antenna .Pointing loss dipengaruhi oleh

diameter antenna dan frekuensi.

Dirumuskan dengan :

Lpointing = 12(𝜶𝑻

𝜽 𝟑𝒅𝑩) 𝟐

𝜽3dB =𝟕𝟎 𝝀

𝑫

Page 18: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

BAB III

ANALISIS PEMBAHASAN

3.1 DATA PARAMETER

Page 19: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

3.2 Analisis Perhitungan

A. . Link budget IDR

Adapun perhitungan link budget IDR dapat dihitung dengan

memperhatikan beberapa parameter-parameter berdasarkan Tabel 3.4,

dengan info rate (IR) = 2.048 Kbps, FEC 2/3, index modulation (n) = 3,

dan overhead = 0 Kbps.

Data rate (R) =info rate + overhead

= 2.048 + 0

= 2.048 Kbps

Untuk mengetahui nilai Transmission Rate (Tr), digunakan persamaan

berikut

Page 20: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

Transsmision Rate (Tr) =

Symbol rate =

= 1.024Kbps

B. Link budget stasiun bumi

Untuk menghitung gain antena (GantTx) dengan memperhatikan

parameter-parameter antena pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 dengan nilai

fTx = 6,218 GHz, fRx = 3,993 GHz, diamater antena penerima (DSB1) = 10

m, diamater antena pemancar (DSB2) = 4,5 m dan efisiensi antena = 0,6.

Untuk menghitung gain antena dapat menggunakan persamaan berikut :

Gant Tx = 20,4 + 20 log f(GHz) + 20 log D(m) + 10 log h

= 20,4+20 log(6,218) + 20 log(4,5) + 10 log(0,6)

= 47,12 dB

Gant Rx = 20,4 + 20 log f(GHz) + 20 log D(m) + 10 log h

= 2,4+20 log(3,993) + 20 log(10) + 10 log(0,6)

= 50,20 dB

Lalu menghitung EIRPSB masukan parameter pada table 3.2

EIRPSB = PHPA+ G ant – Feed Loss

= 10 + 47,12 – 1

= 56,12 dBW

C. Redaman Propagasi

Parameter pendukung perhitungan dapat menggunakan tabel 3.2 dan

tabel 3.3 dengan nilai fTx = 6.218 MHz, fRx = 3.993 MHz, dan jarak SB 2

ke satelit (RU) 35.829,24 Km. Nilai redaman ruang bebas (FSL) dapat

diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

FSL uplink = 32,5 + 20 log fTx (MHz) + 20 log RU(Km)

= 32,5 + 20 log (6.218) + 20 log (35.829,24)

= 199,46 dB

FSL downlink = 32,5 + 20 log fRx (MHz) + 20 log RD(Km)

Page 21: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

= 32,5 + 20 log (3.993) + 20 log (35.829,24)

= 195,61 dB

D. Redaman Atmosfer

Berdasarkan redaman atmosfer (atmosfer attenuation) sekitar 0,02 dB

E. Pointing loss

Pointing loss (LPointing) dapat diketahui dengan menggunakan parameter

pada tabel 3.2 dan 3.3 dengan nilai fTx = 6,218 GHz, fRx = 3,993GHz,

diameter antena (DTx) = 4,5 m dan (DRx) = 10 m. Perhitungan

Pointing loss (LPointing) dapat menggunakan persamaan berikut

F. Perhitungan data satelit

Perhitungan mengenai data satelit meliputi Power Flux Density (PFD),

IBOCXR, dan OBOCXR. PFD menunjukkan besarnya daya yang

dipancarkan suatu terminal dari stasiun bumi yang dapat diterima oleh

satelit. Parameter data input untuk perhitungan data satelit dapat dilihat

pada tabel 3.1 dengan nilai EIRPSB = 56,12 dBW LRA Uplink = 3,90 dB ,

dan LAtm = 0 ,02 dB. Nilai PFD dapat diketahui dengan menggunakan

persamaan berikut

Page 22: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

PFD = EIRPSB –162,12 – LRA Uplink – LAtm

= 56, 12 – 162,12 – 3,90 – 0,02

= -109,92 dBW/m2

Berdasarkan tabel 3.1 nilai SFD = -103 dB, PAD = 12 dB dan hasil

perhitungan sebelumnya nilai PFD = -109, 92 dB, maka nilai Input Back

Off (IBOcxr) dan Output Back Off (OBOcxr) dapat diketahui dengan

menggunakan persamaan berikut

IBOcxr = SFD + PAD – PFD

= -103 + 12 – (-109, 23)

= 18,92 dB

OBOcxr = IBOcxr – (IBOagg – OBOagg)

= 18,92 – ( 3 – 3 )

= 18,92 dB

Nilai EIRPSatelit dapat diketahui setelah diketahuinya nilai OBOcxr

sebesar 28,31 dB, maka perhitungan nilai EIRPSatelit dapar dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut

EIRP satelit = EIRP saturasi – OBOcxr

= 39 – 18,92

= 20,08 dBW

G. G/T (Figure of merit)

Nilai dari G/T dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini, tapi

terlebih dahulu harus diketahui nilai GR yaitu Penguatan antena

penerima maksimum dan Temperatur Sistem dengan menggunakan

persamaan berikutnya. Berikut data paramaternya dengan nilai Gant Rx

= 50,20 dB, Feed Loss (IFL) = 1 dB, dan berikut perhitungannya.

Page 23: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

H. Perhitungan C/N

Untuk mendapatkan nilai dari C/Ntotal, terlebih dahulu menghitung

C/Nuplink dan C/Ndownlink, yang diketahui parameter-parameternya

dari per hitungan sebelumnya adalah sebagai berikut:

EIRP SB = 56,12 dBW

EIRPsatelit = 20,08 dBW

G/T SB = 28,25 dB/K

G/T satelit = 2.5 dB/K

Loss propagasi uplink = 203,48 dB

Loss propagasi downlink = 196,46 dB

Boccupied = 1.228,8 KHz

Nilai C/N, C/Nuplink, C/Ndownlink, dan C/Ntotal, Link Margin, C/Nrequired

menggunakan beberapa persamaan, berikut perhitungannya

C/N uplink = EIRPSB – Lpropagasi Tx + G/T Sat – k– B

= 56,12 – 203,48 + 2,5– (–228,6) – (10 log (1.228,8×1000))

= 22.84 dB

C/N downlink–=EIRP Sat propagasi Rx + G/T SB – k – B

= 20,08 – 196,46 + 28,25 – (– 228,6) – (10 log (1.228,8×1000))

Page 24: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

= 19,57 dB

berdasarkan tabel 3.5 (Eb/Noreq = 6,60 dB) dan perhitungan sebelumnya

BOccupied = 1.228,8 KHz, maka nilai C/NReq dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut

elah diketahui besar C/N uplink dan C/N downlink , maka bisa dihitung C/Ntotal

dengan mengetahui parameter-parameter di bawah ini dan perhitungannya

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

C/IIntermod Earth Station = 28 dB

C/IIntermod Satellite = 24dB

C/IDownlink ASI = 24dB

C/IDownlink ASI = 24dB

C/NUplink = 22,84 dB

C/NDownlink = 19,57dB

Perhitungan C/Ntotal untuk C/I Crosspol (pengukuran hari pertama, waktu

pengukuran pagi) dengan nilai crosspol 36.96, dB, berikut :

Page 25: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

1. Untuk hasil Free Space loss mendapatkan FSL uplink = 199,46 dB dan FSL

downlink = 195,61 dB

2. Besarnya redaman atmosfir sekitar 0,02 dB

3. Hasil CPI sebesar = 39,96 dbBi dan C/N Total =15,2331

4. Perhitungan C/Ntotal untuk C/I Crosspol (pengukuran hari pertama, waktu

pengukuran pagi) dengan nilai crosspol 36.96, dB

Page 26: MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT ANALISIS HASIL CROSSPOL

DAFTAR PUSTAKA

[1] T. Simanjuntak, “Sistem Komunikasi Satelit,” dalam Sistem Komunikasi Satelit,

Bandung, P.T. Alumni, 2004.

[2] S. Yulianto, “Link Budget Transat sebagai Tool Optimalisasi Disain link transmisi

satelit,” dalam Link Budget Transat sebagai Tool Optimalisasi Disain link transmisi

satelit, Cibinong, PT. Telkom, 2003.

[3] W. P. Imam MPB, “Sistem Komunikasi Satelit (Teori dan Praktik),” dalam Sistem

Komunikasi Satelit (Teori dan Praktik), Purwokerto : , Penerbit Andi, 2014.