Makalah koloid

30

Click here to load reader

Transcript of Makalah koloid

Page 1: Makalah koloid

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul “ Penerapan Konsep Sistem

Koloid Dalam Dunia Industri       dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri” tepat pada

waktunya.

            Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang

tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya tulisan ini.

            Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan pengalaman

bagi para pembaca, sehingga penulis dapat meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga

kedepannya dapat lebih baik.

            Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis

miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                                                

                                                                                                                 Penulis

   

Page 2: Makalah koloid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga, tidak

mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini dapat

dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa ini.

Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti

sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan teknologi

(I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara sinergis dan continue,

maka akan dapat menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat

kesejahteraan masyarakat.                                      

            Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu

pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini,

salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia yang

diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat ini

ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak dapat

diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan suatu alat bantu yang berupa

mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai

medium pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak terjadi

pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam industri cat.

            Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya

sebatas zat padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis

sistem koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk industri

yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid

sangat berguna bagi kehidupan manusia.           

            Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut dalam

suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah

konsep sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat inilah yang

menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-partikel bergerak

terus-menerus, maka partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga tidak

mengalami sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan pemahaman mengenai

berbagai jenis sistem koloid, khususnya yang diaplikasikan dalam dunia industri sangat

diperlukan untuk menunjang kemajuan dunia perindustrian.

Page 3: Makalah koloid

1.2 Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan masalah, yaitu sebagai

berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?

2. Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?

3. Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri?

4. Apakah Manfaat koloid dalam industri?

1.3  Tujuan

            Tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-sifatnya sehingga

dapat diterapkan dalam dunia industri.

2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan masing-

masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.

Page 4: Makalah koloid

BAB II

LANDASAN

2.1 Pengertian Sistem Koloid

Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Istilah

koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti.

Secara harfiah, koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam

hal kemampuan difusinya.Nilai difusi koloid sama rendahnya dengan lem. .

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana

partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata

di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan

heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)

peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki

sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan

campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian

campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.  

            Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa

diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah

adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih

terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga

dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau

solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.     

            Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat

yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100

nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak

terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi

pengendapan, misalnya.

Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk membuktikan apakah

suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka diperlukan suatu alat bantu, yaitu

mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua fase zat. Salah

satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase

continue disebut sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue disebut sebagai zat

terdispersi.

Page 5: Makalah koloid

2.2 Sifat-sifat Koloid

            Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara lain sebagai berikut :

1. Efek Tyndall

            Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid,

atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui

suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan

penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek

Tyndall koloid.

 

Gambar 1. Perbedaan (a)larutan, (b)koloid dan (c)suspensi dengan menggunakanefek tyndal

Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall (1820-1893) seorang

ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru disebabkan

karena penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen

dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan, nyatanya berkas

cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut dilewatkan melalui

suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi tersebut.

2. Gerak Brown

            Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat

partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya

patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak

Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown

( 1773 – 1858), pada tahun 1827.

Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel koloid

dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel

koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.

3. Elektroforesis

Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu

koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?

Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut

bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid

yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang

bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid

dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

 

Page 6: Makalah koloid

(a) Sel elektroforesis sederhana dan (b) pemaparan pengendap Cottrell

Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan di

bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan suatu partikel koloid,

elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet.

Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan secara

elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara yang

dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh

Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode

Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell),

berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan partikel-partikel

koloid dalam asap buangan.

4. Absorpsi

Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada

permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu

bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda

dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah

permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi

karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-partikel

koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.

a. Pemutihan gula pasir

Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang

masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral

halus berpori atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau

arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.

b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera

Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam

larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan

mengabsorpsi zat warna.

c. Penjernihan air

Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 ) yang

ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi,

menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.

d. Obat

Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat

menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk

Page 7: Makalah koloid

sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang

menyebabkan sakit perut.

e. Alat Pembersih (sabun)

Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi.

Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang

melekat pada benda yang dicuci.

f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus

Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga

tidak terbawa oleh air hujan.

5. Koagulasi

Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini

terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan

positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara

menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi

(menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu sebagai berikut.

1) Penambahan Zat Elektrolit

Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan

terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan

menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan

koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.

a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion

negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah

digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.

b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion

positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah

digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl

2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan

Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan

terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan.

Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .

Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada lagi

proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap

suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk

gumpalan yang disebut 1em kanji.

Page 8: Makalah koloid

Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam industri:

a) Pembentukan delta di muara sungai.

Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit

dalam air laut.

b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks.

c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh, akan

menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan menggumpalkan koloid tanah liat yang

bermuatan negatif.

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya

(dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah

sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah

sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.

Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut adalah sol

hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar,

detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang,

dan sol Fe(OH) 3 .

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.

Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk

menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung

molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu.

Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan

atau penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid

liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat

yang berlawanan dengan koloid liofil.

7. Dialisis

Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan

koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel .

Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan

membran/selaput semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut.

Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput

ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak

dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air

yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air.

Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis

darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.

Page 9: Makalah koloid

8. Koloid Pelindung

Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat

melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau

membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering

digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya

tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut

emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air,

emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga

termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air.

2.3 Cara pembuatan Koloid

1.      Cara Kondensasi

            Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi

partikel koloid. Cara ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,

hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

  Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan

belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.

2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan

AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya

gas H2S:

2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)

  Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih

ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3

atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

Page 10: Makalah koloid

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

  Dekomposisi Rangkap

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S

2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3

dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;

As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;

AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

  Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut

Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid

berupa gel.

Penggantian Pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang

semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;

a. untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol

seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan

dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut

ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan

menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

b. Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih

dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi

kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2.    Cara Dispersi

            Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat

dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:

  Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai

diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.               

Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan

suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.      

Page 11: Makalah koloid

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan

untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini

biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:  

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar

akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel

berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk

membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk

pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.

  Cara Busur Bredik

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan

koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi

loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam

air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi

cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au,

dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan

sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air

suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi

loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan

terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa

pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka

metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

  Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan

dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar

menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses

pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.

Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.

Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu

endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat

pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun

Page 12: Makalah koloid

pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan

sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid.

Contohnya; gelatin dalam air.

Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid dengan penambahan zat

pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis,

atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3

(mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion

Fe3+  tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk

membentuk partikel-partikel koloid.

Beberapa contoh lain :

- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

-     Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-     Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3

2.4 Jenis jenis koloid

            Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas ke dalam

zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak disebut

koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan koloid).           

Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.

1)      Koloid Sol

Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat. Koloid sol ada

tiga jenis, yaitu:                 

a. Sol padat (padat-padat)           

      Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi padat.

Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair       )

      Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan

fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.     

c. Sol gas (padat-gas)       

      Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi

dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.        

Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan menjadi 2, yaitu

Page 13: Makalah koloid

sol liofil dan sol liofob.       

a. Sol Liofil           

      ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi molekul

mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofil..

Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin.

b. Sol Liofob         

      Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak mengadsorpsi molekul

mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob.

Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika ditambah sedikit

elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan koloid liofob. Untuk

mtnggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-

molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk

memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau

penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil

lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang

brelawanan dengan koloid liofil          

sifat liofob:           

1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak mengadsorpsi

molekul mediumnya.     

2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase terdispersi terhadap

medium pendispersi kecil   

3 Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut hidrofob      

4 Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental         

5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.

6 Lebih stabil Kurang stabil         

7 Reversibel Irreversibel  

2)      Koloid Emulsi      

      Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair. Koloid emulsi

ada tiga jenis, yaitu:

a. Emulsi padat (cair-padat)        

      Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair terdispersi dalam

fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku, dingin, es atau gelatus -

membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase padat dan cair. Penampilan gel

seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat

berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong

zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-

Page 14: Makalah koloid

agar, mentega, mutiara, dan, gel rambut

Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi adalah beras dan air.

Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase cair. Setelah dicampur melalui proses

memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek

continue dan discontinue tersebut, maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair

merupakan fase discontinue.      

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi cairan ketika digoyang,

tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala

histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'),

yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas

permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik.

b. Emulsi cair (cair-cair)  

       Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan

campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar

dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.

Contohnya adalah pada susu, minyak ikan, dan santan kelapa.

c. Emulsi Gas (cair-gas)  

      Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair terdispersi

dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan, dan hair

spray.

3)      Koloid Buih         

Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid emulsi ada

dua jenis, yaitu:      

a. Buih padat (gas-padat)

      Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat pendispersi

padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).        

Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:  

1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat dalam proses

pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis

mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida (CO2) untuk membentuk buih padat.

2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.

3) Busa jok           

Page 15: Makalah koloid

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri   

      Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya

(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang

telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk

koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa

harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan

suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil (pada

tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau

medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata)

dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas,

karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika,

pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar

produk-produk industri lainnya.  

      

Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut:

1.      Industri kosmetika     

Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan

umumnya sebagai emulsi.

Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama

merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi

(emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya.

Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi.

Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

2        Industri tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat

warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga

melekat pada tekstil.     

3        Industri sabun dan deterjen   

Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak)

dengan air.            

4        Cotrell Pabrik Industri           

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang

disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam

gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.      

Page 16: Makalah koloid

5        Penjernihan Air          

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan

berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak

untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat

dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang

terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang

bermuatan positif melalui reaksi:           

Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah

liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama

tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses

penjernihan air secara lengkap.

6        Pemutihan Gula         

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,

kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid

akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna

dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.          

3.2 Manfaat Koloid Dalam Industri

            Manfaatnya yaitu :

  Mengurangi polusi udara

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan

smenggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat

muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap

dan partikel berbahaya.

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung

logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-

ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan

diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan

tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam

industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh

kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

     Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu

dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat

besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah karet.

Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan

Page 17: Makalah koloid

terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya digunakan

asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak

lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan

muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai

lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan

lain,  misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan

dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet

dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel

karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.

   Penjernihan air

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air 

dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika

tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat

dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara

bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut            dengan

saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau

aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit

atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari penjernihan itu,

apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih

beberapa saat lamanya.

Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada 

dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku

dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini 

memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak

dapat diendapkan dengan cara itu.

Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid

diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat,

besi(II)sulfat,     besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan

selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7

(netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat,

sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.

Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-

benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan,

air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam

air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.

Page 18: Makalah koloid

Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan

pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Page 19: Makalah koloid

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:

1. Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih

zat yang bersifat homogen.

2. Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:

3. Koloid Sol (fase terdispersi padat):

1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.

2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.

3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.

4. Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):

1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar, mentega, mutiara.

2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan santan kelapa.

3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair spray.

5. Koloid buih (fase terdispersi gas):

1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti, Styrofoam, dan

busa jok.

2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih telur, Buih hasil

akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran, buih sabun, soda, pasta, dank rim

kocok.

6. Sistem Koloid digunakan dalam industri:

a. Industri kosmetika

b. Industri tekstil

c. Industri sabun dan deterjen

d. Cotrell Pabrik Industri

e. Penjernihan Air

f. Pemutihan Gula

4.2 Saran

Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak digunakan

dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan,

pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua untuk

mempelajari tentang koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan mempermudah kita

dalam berkehidupan.

Page 20: Makalah koloid

                                                                                                          

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga          

Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta:

Erlangga.       

Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI Semester

Kedua. Jakarta: Yudhistira.           

Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.     

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://sistemkoloid11.blogspot.com/

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/

http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.       

http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsihttp://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembuatan-

sistem-koloid/