Makalah Kolelitiasis

24
MAKALAH Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan tentang KOLELITIASIS Disusun oleh : 1. Hironimus Tolan Igor 2. Indra Brahmanto 3. Samsul Arifin S1 KEPERAWATAN ( 2A ) STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO TAHUN AKADEMI 2011 – 2012

Transcript of Makalah Kolelitiasis

Page 1: Makalah Kolelitiasis

MAKALAH

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

Gangguan Sistem Pencernaan

tentang

KOLELITIASIS

Disusun oleh :

1. Hironimus Tolan Igor

2. Indra Brahmanto

3. Samsul Arifin

S1 KEPERAWATAN

( 2A )

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO

TAHUN AKADEMI 2011 – 2012

Page 2: Makalah Kolelitiasis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat

diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan

autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 %

pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,

karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala

dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG,

atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik

diagnosis yang baru USG, maka banyak penderita batu kandung empedu yang

ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi.

Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan

sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru

menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus

koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu

bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali

tanpa gejala (silent stone).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Kandung Empedu ?

1.2.2 Apa definisi Kolelitiasis ?

1.2.3 Apa saja etiologi Kolelitiasis ?

1.2.4 Bagaimana Patofisiologi Kolelitiasis ?

1.2.5 Apa saja Tanda dan Gejala Kolelitiasis ?

1.2.6 Apa saja Komplikasi Kolelitiasis ?

1.2.7 Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis ?

1.2.8 Apa saja Penatalaksanaan dan Terapi Kolelitiasis ?

1.2.9 Bagaimana Konsep Keperawatan pada Penyakit Kolelitiasis ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang

penyakit Kolelitiasis, sedangkan untuk tujuan khususnya adalah senagai berikut :

1.3.1 Untuk memahami anatomi dan fisiologi dari Kandung Kemih

1.3.2 Untuk memahami definisi Kolelitiasis

1.3.3 Untuk memahami Etiologi Kolelitiasis

Page 3: Makalah Kolelitiasis

1.3.4 Untuk memahami Patofisiologi Kolelitiasis

1.3.5 Untuk memahami Tanda dan Gejala Kolelitiasis

1.3.6 Untuk memahami Komplikasi Kolelitiasis

1.3.7 Untuk memahami Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis

1.3.8 Untuk memahami penatalaksanaan dan Terapi Kolelitiasis

1.3.9 Untuk memahami Konsep Keperawatan pada penyakit Kolelitiasis

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah

penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang Kolelitiasis. Dan

diharapkan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.

Page 4: Makalah Kolelitiasis

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS

2.1 Definsi

Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kaskuli) dalam kandung

empedu berupa batu kolesterol akibat gangguan hati yang mengekresikan

kolesterol (Arief Mansjoer, 2001).

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,

atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya

adalah kolesterol. (Williams, 2003)

2.2 Etiologi

Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor

predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan

terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung

empedu.

a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting

dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu

kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.

Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu

(dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu

empedu.

b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi

progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur

tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi,

atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon

kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan

pengosongan kandung empedu.

c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan

batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri

dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul

akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.

Page 5: Makalah Kolelitiasis

Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kolelitiasis :

a. Jenis kelamin

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen

berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.

Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko

terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon

(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan

penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.

b. Usia

Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Orang dengan   usia > 60 tahun lebih cenderung untuk

terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.

c. Berat Badan (BMI)

            Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko

lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI

maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga

mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan

kandung empedu.

d. Makanan

       Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti

setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur

kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung

empedu.

e. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko

terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih

sedikit berkontraksi.

Page 6: Makalah Kolelitiasis

f. Penyakit Usus Halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah

crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

g. Nutrisi Intravena Jangka Lama

       Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak

terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati

intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam

kandung empedu

2.3 Patofisiologi

Ada tiga tipe batu empedu yaitu:

a) Tipe Batu Pigmen

Terjadi akibat proses hemolitik atau infeksi Escherichia coli atau Ascaris

lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin di

glukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristal

kalsium bilirubin.

b) Tipe Batu Kolesterol

Terjadi akibat gangguan hati yang mengeksresikan kolesterol

berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis kelarutan kolesterol/dalam

empedu.

Page 7: Makalah Kolelitiasis

Infeksi bakteri kedalam empedu

Mengubah bilirubin di glukuronida menjadi

bilirubin bebas

Kristal kalsium bilirubin

Gangguan fisiologi hati

Penyumbatan saluran empedu

Distensi empedu

Urin berwarna gelap feses berwarna pucat

Pengaliran sterkobilin dan urobilin terganggu

Cemas

Hospitalisasi

Kolelitiasis (Batu Empedu)

Penumpukkan kolesterol dalam

jangka waktu lama

Absorbsi lemak menurun

Penurunan produksi garam empedu

Peningkatan nilai kadar kritis kelarutan

kolesterol dalam empedu

Nyeri perut kanan atas

Gangguan rasa nyaman

Peradangan empedu

Peningkatan suhu tubuh

Empedu

2.4 Manifestasi Klinik

1. Rasa nyeri dan kolik bilier  Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu

empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.

Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.

Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen

kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri

ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan

makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat

kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan

kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar

Page 8: Makalah Kolelitiasis

akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus

kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago

kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok

pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan

menghambat pengembangan rongga dada.

2. Ikterus  Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan

menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa

kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini

membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering

disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.

3. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan

membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh

pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-

colored ”

2.5 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan pendukung dan diit

Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan

infus, pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.

Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit

merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi

terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan gangguan gastrointestinal

ringan.

b. Farmakoterapi

1. Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.

2. Analgesik.

3. Antibiotik bila disertai kolesistitis

4. Asam empedu (asam kemodeoksikolat).

c. Litotripsi

1. Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang

berulang yang diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam

kandung empedu untuk memecahkan batu empedu.

2. Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan

dengan ultra sound, tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang

dipasang melalui endoskopi yang diarahkan pada empedu.

d. Penatalaksanaan Pembedahan

Page 9: Makalah Kolelitiasis

1. Kolesistektomi

Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan.

Kandungan empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus

diligari.

2. Minikolesistektomi

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu

lewat luka insisi selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung

empedu yang berukuran lebih besar.

3. Kolesitektomi Lapanoskopi

Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding

abdomen dalam umbilikus.

2.6 Komplikasi

1. Kolesistitis akut dan kronik.

2. Koledokolitiasis.

3. Pankabatitis.

4. Kolangitis.

5. Abses hati.

6. Sirosin bilien.

7. Empiema.

8. Ikterus obstruktif.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a) Radiologi  Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai

prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat

dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.

Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi.

Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah

berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam

keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang

dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung

empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.

b) Radiografi: Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau

bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi

batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan

pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral

Page 10: Makalah Kolelitiasis

kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat

menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.

(Smeltzer, 2002) 

c) Sonogram Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding

kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)  

d) ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi) Pemeriksaan ini

memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada

saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang

fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah

kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus,

kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan

keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi

percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)

e) Pemeriksaan darah

Kenaikan serum kolesterol

Kenaikan fosfolipid

Penurunan ester kolesterol

Kenaikan protrombin serum time

Kenaikan bilirubin total, transaminase

Penurunan urobilirubin

Peningkatan sel darah putih

Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus

utama.

Page 11: Makalah Kolelitiasis

3 KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Pengumpulan Data

1. Identitas klien/pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,

pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal Masuk Rumah Sakit,

nomor register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.

2. Keluhan Utama

Pada pasien kolelitiasis biasanya akan megalami nyeri perut kanan

atas atau dapat juga kolik bilien disertai dengan demam dan ikterus.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien kolelitiasis biasanya akan terdapat gejala seperti perasaan

penuh pada epigastrium kadang-kadang mual dan muntah.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Umumnya pasien kolelitiasis mempunyai riwayat nyeri perut kanan

atas dalam jangka waktu yang lama.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada pasien kolelitiasis tidak terpengaruh pada riwayat penyakit

keluarga, karena kolelitiasis bukan merupakan penyakit turunan atau

kelainan bawaan atau kongenital.

6. Pola-pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada umumnya pasien kolelitiasis dapat memenuhi sebagian

besar dari tata laksana kesehatannya karena kolelitiasis tidak

mengganggu persepsi dan tata laksana hidup sehat.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Terdapatnya gangguan dan penurunan absorbsi lemak

menyebabkan pasien kolelitiasis mengalami gangguan

gastrointestinal ringan seperti perasaan mual, kadang-kadang

disertai muntah.

c. Pola eliminasi

Pada umumnya pasien kolelitiasis tidak mengalami gangguan

eliminasi, tetapi warna alvi dan urin berubah warna (alvi menjadi

warna pucat urin menjadi warna gelap).

d. Pola istirahat dan tidur

Page 12: Makalah Kolelitiasis

Akibat dari nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba muncul dapat

mengganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.

e. Pola aktivitas dan latihan

Akibat dari nyeri, mual, muntah, demam, perasaan penuh di

daerah epigastrium dapat mengganggu aktifitas dan latihan

pasien, karena pasien butuh istirahat.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Pada umumnya akan terjadi kecemasan terhadap keadaan

penyakitnya baik oleh pasien itu sendiri maupun keluarga pasien.

g. Pola hubungan peran

Pada umum peran pasien terhadap keluarga ataupun respon

keluarga terhadap keadaan penyakitnya pasien tidak ada

gangguan.

h. Pola reproduksi seksual

Pada umumnya pola reproduksi seksual berpengaruh karena

keadaan penyakit pasien.

i. Pola penanggulangan stress

Pada umumnya pasien kolelitiasis cemas terhadap penyakitnya

keadaan penyakitnya.

j. Pola sensori dan kognitif

Pada umumnya pasien dengan batu empedu tidak terdapat

gangguan pada sensori dan kognitifnya.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan tentang agama dan kepercayaan yang dianut

pasien tentang norma dan aturan yang di jalankan.

7. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Didapatkan saat klien waktu pengkajian k/u lemah, suhu tubuh

tinggi (jika ada infeksi), mual, muntah, nyeri perut kanan atas,

ikterus, distensi abdomen.

2) Pemeriksaan tanda-tanda Vital

Suhu tubuh

Denyut nadi

Tingkat kesadaran

Tekanan darah

3.2 Diagnoasa Keperawatan

Page 13: Makalah Kolelitiasis

1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi.

2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual/muntah dan anoreksia

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

Kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi, dan

hipermotilitas gaster.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

prognosis dan pengobatan.

3.3 Intervensi

Dx I : Nyeri berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses

inflamasi.

Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam.

KH :

Pasien mengatakan nyeri berkurang

Pasien lebih tenang dan merasa nyaman

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana Tindakan:

1. Lakukan pendekatan kepada klien dan keluarga.

Rasional: Dengan komunikasi yang baik diharapkan klien dan

keluarganya akan lebih kooperatif dalam tindakan perawatan.

2. Jelaskan pada klien tentang sebab akibat terjadinya nyeri dan cara

mengatasi nyeri.

Rasional: Diharapkan klien mengerti tentang nyeri yang dialamiya dan

bagaimana mengatasinya.

3. Observasi dan catat lokasi nyeri dan karakter nyeri.

Rasional: Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas akan dapat

mempermudah dalam melakukan tindakan selanjutnya.

4. Tingkatkan mobilisasi biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional: Mobilisasi pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra

Abdomen pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan

nyeri secara alamiah

5. Berikan kompres hangat didaerah nyeri.

Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.

Page 14: Makalah Kolelitiasis

Rasional: Diharapkan dapat menghindari kesalahan dalam pemberian

terapi obat/infus.

Dx II : Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan

dengan mual/muntah dan anoreksia.

Tujuan: Pasien dapat memenuhi intake sesuai dengan kebutuhan.

KH :

Pasien tidak mual dan muntah

Nafsu makan meningkat

Berat badan pasien normal

Rencana Tindakan:

1. Jelaskan pada klien dampak dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk

makan.

2. Jelaskan pada klien faktor-faktor yang dapat mengatasi mual.

Rasional: Meningkatkan motivasi klien untuk melakukan tindakan

mengetahui mual.

3. Anjurkan pada klien untuk makan makanan selagi hangat.

Rasional: Untuk menambah nafsu makan pasien.

4. Anjurkan pada posisi semi fowler saat makan.

Rasional: Untuk mencegah mual dan aspirasi.

5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi

dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat.

Rasional: Untuk mengatasi kata mual dan meningkatkan proses

penyembuhan pasien.

Dx III : Resiko tinggi kehilangan volime cairan berhubungan dengan

kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan; muntah,

distensi, dan hipermotilitas gaster

Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan keseimbangan cairan yang

adekuat.

KH :

Membran mukosa lembab

Keseimbangan cairan kembali adekuat

Turgor kulit baik

Page 15: Makalah Kolelitiasis

Tidak muntah

Rencana Tindakan :

1. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan kurang dari

masukan, peningkatan berat jenis urin. Observasi membrane mukosa atau

kulit, nadi perifer dan pengisian kapiler

Rasional: Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi

dan kebutuhan penggantian

2. Observasi tanda dan gejala peningkatan atau berlanjutnya mual atau

muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, tidak adanya bisisng usus.

Rasional: Aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral dapat

menimbulkan deficit natrium, kalium dan klorida.

3. Hindari dari lingkungan yang berbau

Rasional: Menurunkan rangsangan pada pusat muntah

4. Observasi ulang pemeriksaan lab, Hematokrit atau hemoglobin.

Rasional: Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikasi

defisit.

5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi

dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat.

Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki

ketidakseimbangan.

Dx IV : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

prognosis dan pengobatan.

Tujuan:

Klien mengerti tentang penyakitnya

Cemas pasien berkurang

KH :

Ekspresi wajah pasien lebih tenang (rileks)

Pasien menyetujui dilakukannya tindakan pengobatan

Rencana Tindakan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur awal dan persiapan yang

dilakukan.

Rasional: Informasi menurunkan cemas

2. Anjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman tinggi lemak.

Rasional: Mencegah/membatasi kambuhnya serangan kandung empedu.

Page 16: Makalah Kolelitiasis

3. Bantu pasien untuk menetapkan masalahnya secara jelas.

Rasional: Keterbukaan dan pengertian tentang persepsi diri adalah syarat

untuk berubah.

4. Tingkatkan harga diri pasien dan berikan support

Rasional: Dengan memberikan support diharapkan harga diri pasien akan

merasa hidupnya berguna dan dengan meningkatkan harga diri

mempunyai semangat untuk berobat sampai penyakitnya

sembuh.

3.4 Implementasi

Adalah perwujudan dari rencana yang telah disusun sebelumnya pada tahap

perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara optimal (Nasrul Effendi,

1995).

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan

semua tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).

a) Nyeri berkurang

b) Nafsu makan meningkat

c) BB kembali seimbang

d) Pasien tidak mual,muntah

Page 17: Makalah Kolelitiasis

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran UI: Jakarta.,

Effendi Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC: Jakarta.

Evelyn C. Pearce, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia:

Jakarta.

Lismidar, H, 1993, Proses Perawatan, UI: Jakarta.

Marilynn E. Doengoes dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi tiga, Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta, 2003.