Makalah Kn

24
BAB I PENDAHULUAN Dalam makro ekonomi, terdapat hal-hal utama yang menjadi pokok permasalahan yang sering kali dibahas. Permasalahan yang pertama adalah kelangkaan, dimana kebutuhan manusia terbatas sedangkan barang pemenuh kebutuhan-kebutuhan tersebut terbatas. Permasalahan lainnya yaitu masalah distribusi pendapatan. Permasalahan yang ketiga yaitu inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Permasalahan yang keempat yaitu pertumbuhan ekonomi. Dan yang yang kelima adalah pengangguran. Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi, terutama pertumbuhan yang sangat pesat tidak akan berlangsung secara terus menerus. Ada kalanya pertumbuhan ekonomi akan melambat. Bahkan sering pula terjadi keadaan dimana keadaan ekonomi mengalami kemunduran, yang dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif – yang menggambarkan pendapatan nasional pada tahun tertentu lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada masa seperti itu, biasanya tingkat pengangguran semakin meningkat,

description

Permasalahan Pengangguran

Transcript of Makalah Kn

Page 1: Makalah Kn

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam makro ekonomi, terdapat hal-hal utama yang menjadi pokok permasalahan

yang sering kali dibahas. Permasalahan yang pertama adalah kelangkaan, dimana

kebutuhan manusia terbatas sedangkan barang pemenuh kebutuhan-kebutuhan tersebut

terbatas. Permasalahan lainnya yaitu masalah distribusi pendapatan. Permasalahan yang

ketiga yaitu inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara

umum. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti

semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Inflasi juga sangat berkaitan

dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Permasalahan yang keempat

yaitu pertumbuhan ekonomi. Dan yang yang kelima adalah pengangguran. Masalah

pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara

berkembang seperti di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi, terutama pertumbuhan yang sangat pesat tidak akan

berlangsung secara terus menerus. Ada kalanya pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Bahkan sering pula terjadi keadaan dimana keadaan ekonomi mengalami kemunduran,

yang dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang negatif – yang menggambarkan

pendapatan nasional pada tahun tertentu lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada masa

seperti itu, biasanya tingkat pengangguran semakin meningkat, yang disebabkan tindakan

perusahaan-perusahaan mengurangi operasinya dan mengurangi penggunaan tenaga kerja.

Fenomena dimana pada suatu periode pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat

sehingga mengurangi tingkat pengangguran tapi di sisi lain harus menghadapi masalah

inflasi yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, pada periode lain pertumbuhan ekonomi

mengalami perlambatan yang memperburuk masalah pengangguran dengan semakin

banyaknya jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja. Hal tersebut merupakan fenomena

yang berlaku di setiap negara, baik negara maju maupun berkembang.

Page 2: Makalah Kn

BAB II

PERMASALAHAN

Pengangguran memiliki banyak efek negatif. Diantaranya dapat menimbulkan

naiknya tingkat kemiskinan yang kemudian dapat mendorong berbagai masalah sosial yang

nantinya dapat menimbulkan adanya krisis sosial. Bagi individu, menganggur dalam waktu

yang lama dapat mengakibatkan keterampilan yang ia miliki hilang. Bagi perekonomian

secara makro, pengangguran dapat mengurangi tingkat kemakmuran, pendapatan negara

dari pajak berkurang, dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat.

Permasalahan pengangguran yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia

jauh lebih kompleks daripada yang dihadapi negara maju. Keadaan tersebut disebabkan

antara lain karena adanya ketidakseimbangan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki

kebanyakan negara berkembang. faktor tersebut diperburuk dengan corak kegiatan

ekonomi yang masih bertumpu pada sektor-sektor yang tradisional. Perkembangan dan

struktur demografis di negara berkembang juga menimbulkan kecenderungan keadaan

pengangguran menjadi serius dari tahun ke tahun. Factor-faktor tersebut menyebabkan

persoalan pengangguran menjadi jauh lebih besar dan serius daripada yang dihadapi oleh

negara-negara maju.

Indonesia dan negara berkembang lainnya dihadapkan pada besarnya angka

pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan yang dikarenakan minimnya modal

untuk investasi, sedangkan pertumbuhan penduduk tinggi. Karena begitu seriusnya masalah

pengangguran di Indonesia melalui makalah ini, penulis mencoba mengangkat masalah

pengangguran yang terjadi di Indonesia dengan dampaknya dan bagaimana mengatasi

masalah pengangguran di Indonesia.

Page 3: Makalah Kn

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

1. Konsep Dasar Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Menurut standar internasional yang sudah ditetapkan, pengangguran adalah suatu

keadaan dimana seseorang yang sudah digolongkan ke dalam angkatan kerja, yang secara

aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi belum atau tidak

dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya atau ia sedang menunggu kesempatan

bekerja kembali. Yang dapat digolongkan sebagai pencari kerja yaitu :

1) Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau

pencari kerja baru.

2) Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha

untuk mendapatkan pekerjaan

3) Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Penduduk yang digolongkan ke dalam angkatan kerja adalah penduduk yang

berumur antara 15 sampai 64 tahun, kecuali penduduk usia muda yang masih melanjutkan

sekolah, ibu rumah tangga yang mengurus keluarganya, penduduk usia di bawah 64 tahun

yang sudah pensiun dan tidak ingin bekerja lagi, dan lain-lain.

Sumber : www.datastatistik-indonesia.com

Page 4: Makalah Kn

b. Macam Pengangguran

Pengertian kesempatan kerja penuh atau full employment bukanlah suatu kondisi

dimana dalam perekonomian tidak terdapat pengangguran. Tetapi tapi merupakan suatu

keadaan dimana 95% angkatan kerja memiliki pekerjaan. Jika terdapat pengangguran

sebesar 5%, maka kondisi tersebut sudah memenuhi kondisi full employment.

Pengangguran sebesar 5% tersebut dinamakan pengangguran alamiah yang tidak akan

mempercepat tingkat inflasi.

Pada umumnya, para ahli ekonomi membagi pengangguran menjadi tiga kelompok,

yaitu :

1) Pengangguran friksional.

Yaitu suatu jenis pengangguran yang disebabkan tindakan seseorang meninggalkan

pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik atau sesuai dengan

keinginannya. Ada tiga golongan yang dapat diklasifikasikan ke dalam pengangguran

friksional, yaitu :

a) Tenaga kerja yang baru pertama kali mencari pekerjaan

b) Pekerja yang meninggalkan pekerjaanya dan mencari pekerjaan baru

c) Pekerja yang kembali memasuki pasaran tenaga kerja

2) Pengangguran Struktural

Yaitu pengangguran yang disebabkan perubahan struktur perekonomian. Secara garis

besar, ada tiga sumber yang menyebabkan terjadinya pengangguran structural. Yang

pertama yaitu perkembangan teknologi, dimana penggunaan tenaga kerja manusia

digeser dengan penggunaan mesin-mesin yang canggih. Yang kedua, kemunduran yang

disebabkan persaingan dari luar negeri atau luar daerah. Ini banyak berlaku di Negara

maju. Yang ketiga, pertumbuhan suatu kawasan yang pesat yang mengakibatkan

kemunduran perkembangan ekonomi pada kawasan lainnya.

3) Pengangguran Cyclical

Pengangguran yang terjadi ketika keseluruhan permintaan tenaga kerjarendah. Ketika

output dan pengeluaran total turun, pengangguran meningkat di semua tempat.

Masalah pengangguran pada negara berkembang lebih kompleks daripada yang

terjadi di negara-negara maju. Pada negara-negara berkembang, terdapat tiga jenis

pengangguran lainnya yang disebabkan oleh kurangnya pekerjaan di sektor modern – yaitu

perusahaan-peusahaan yang yang terutama terdisi dari perseroan terbatas. Tiga jenis

Page 5: Makalah Kn

pengangguran tersebut yaitu pengangguran tersembunyi, yaitu suatu keadaan dimana suatu

jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang

diperlukan. Yang kedua, pengangguran musiman, yaiu pengangguran yang terjadi pada

suatu masa tertentu, misalnya petani yang mengenggur pada saat musim kemarau. Yang

ketiga, setengah menganggur (underemployment), yaitu suatu keadaan dimana seseorang

melakukan pekerjaan jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal.

2. Data Pengangguran di Indonesia

Jika dibandingkan dengan negara berkembang Asia Tenggara lainnya, tingkat

pengangguran terbuka di Indonesia termasuk tinggi. Tahun 2003, tingkat pengangguran di

Indonesia 9,5%, jauh lebih tinggi dibanding Malaysia, 3,6% dan Thailand, 1,5%. Hanya

Filipina yang memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari Indonesia, yaitu 10,2%.

Pengangguran terbuka adalah orang-orang yang

sebenarnya mampu dan ingin bekerja serta sedang mencari pekerjaan, akan tetapi tidak

mendapatkan pekerjaan sama sekali. Untuk mengukur tingkat pengangguran bukan hanya

pengangguran terbuka saja perlu yang diperhitungkan, tetapi juga perlu diperhitungkan

adanya suatu keadaan setengah menganggur. Yaitu ketika seseorang bekerja kurang dari 35

jam seminggu. Fenomena setengah menganggur biasanya ditemui di negara-negara

berkembang seperti Indonesia.

Dari grafik di atas, dapat dilihat tingkat pengangguran terbuka meningkat tajam dari

4,4% pada 1994 menjadi 6,5% pada 2004. Kemudian dapat dilihat pula antara tahun 1994 –

1997, yaitu sebelum terjadi krisis ekonomi, tingkat pengangguran relatif stabil. Kemudian

selama masa krisis mengalami kenaikan tajam sampai tingkat 6,5 % pada 1999 sebelum

Page 6: Makalah Kn

akhirnya mengalami penurunan sampai tingkat 5,5% pada 2001. Kenaikan tajam tersebut

disebabkan banyaknya perusahaan yang bangkrut karena dililt utang. Selain itu perusahaan

berusaha untuk mengurangi biaya untuk membayar gaji para pekerjanya, sehingga banyak

pekerja dan buruh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Setelah tahun 1999

tingkat pengangguran mengalami naik-turun sampai 2004. Setelah masa krisis, pada

dasarnya tingkat pengangguran mulai stabil. Tapi, tingkat keseimbangannya berada 2

tingkat lebih tinggi daripada periode sebelum krisis.

Pada grafik yang kedua memperlihatkan tingkat pengangguran yang terjadi di

daerah pedesaan dan perkotaan selama tahun 1994 - 2004. Pengangguran di daerah

perkotaan lebih besar daripada di daerah pedesaan.

Tabel 1 Proporsi tingkat pendidikan pada pengangguran

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Dasar 24,8 24,62 24,43 23,27 23,09 23,71 24,71 21,79 22,63 20,74 18,58

Menengah

Pertama

17,13 17,64 18,14 17,54 19,44 19,23 23,37 22,07 23,54 24,27 25,87

Menegah

Atas

49,62 48,89 48,15 50,18 48,98 47,86 43,98 46,93 45,95 47,96 47,46

Tinggi 8,46 8,87 9.28 9,01 8,48 9,2 7,94 9,21 7,88 7,03 8,09

Tabel di atas menunjukkan pengangguran yang terjadi berdasarkan tingkat

pendidikannya. Dasar ke bawah yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD), Menegah Pertama yaitu

tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Menengah Atas yaitu tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Tinggi yaitu tingkat Perguruan Tinggi. Dari tabel di atas

Page 7: Makalah Kn

terlihat bahwa pengangguran paling banyak terjadi pada penduduk berpendidikan terakhir

SMA yaitu rata-rata hampir 50% dari total pengangguran. Meskipun begitu, tingkat

pengangguran pada SMA dan perguruan tinggi tiap tahunnya relatif stabil. Hal yang

kontras terjadi pada tingkat SMP dimana pada tahun 1994 ‘hanya’ menyumbang sekitar

17%, menjadi hampir 26% pada tahun 2004. Fenomena ini terjadi berkaitan dengan

naiknya rata-rata pencapaian pendidikan masyarakat usia kerja, dari hanya lulus SD pada

satu dekade sebelumnya menjadi lulus SMP.

Diantara para penganggur, terdapat orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki

pengalaman bekerja. Mereka adalah golongan minoritas diantara pengangguran. Jka kita

lihat tabel 2, jumlah penganggur yang sudah memiliki pengalaman bekerja di daerah

perkotaan lebih banyak daripada di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan lapangan

pekerjaan yang tersedia di pedesaan merupakan jenis pekerjaan informal dimana pekerja

berpengalaman dapat mudah mendapatkan pekerjaan.

Tabel 2. Proporsi pekerja berpengalaman diantara pengangguran

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Nasional 38,69 34,01 28,89 32,18 37,12 32,06 34,30

Perkotaan 39,52 37,40 32,92 35,30 39,77 35,11 38,47

Pedesaan 37,38 28,35 22,99 27,26 32,89 27,20 27,96

Pengangguran dapat dilihat berdasarkan umur. Grafik di bawah ini memperlihatkan

bahwa sebagian besar penganggur adalah penduduk usia kerja yang masih muda, yaitu usia

15-24 tahun, dimana usia tersebut rata-rata menyumbang pengangguran sekitar 70%

pengangguran dari keseluruhan pengangguran yang ada. Sedangkan jumlah pengangguran

yang terjadi pada usia 45 tahun ke atas menyumbang pengangguran yang paling sedikit.

Page 8: Makalah Kn

3. Masalah Pengangguran di IndonesiaAkibat krisis finansial yang memporak-porandakan perkonomian nasional,

banyak para pengusaha yang bangkrut karena dililit utang bank atau utang

ke rekan bisnis. Begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa

di-PHK oleh perusahaan di mana tempat ia bekerja dalam rangka pengurangan

besarnya biaya yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya. Hal inilah

yang menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yakni

pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat.

Awal ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak sekitar tahun 1997

akhir atau 1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang hebat melanda Asia

khususnya Asia Tenggara mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai

reaksi terhadap gejolak moneter. Di Indonesia, kebijakan likuidasi atas 16

bank akhir November 1997 membuat sekitar 8000 karyawannya

menganggur. Dalam selang waktu yang tidak relatif lama, 7.196 pekerja

dari 10 perusahaan di-PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa Barat,

Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Selatan berdasarkan data pada akhir

Desember 1997. Ledakan pengangguran pun berlanjut di tahun 1998, di mana

sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru terjadi. Dengan perekonomian

yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap

sekitar 1,3 juta orang dari tambahan angkatan kerja sekitar 2,7 juta orang.

Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Akhirnya, total pengangguran

akan melampaui 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita

mengacu pada data-data pada tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5

sampai 4% belumlah memadai, seharusnya pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi

negara berkembang macam Indonesia adalah di atas 6%.

Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996, perekonomian hanya mampu menyerap

85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996

perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif besar

karena ekonomi nasional tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998,

pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun 1996. Pada tahun

1998 krisis ekonomi bertambah parah karena banyak wilayah Indonesia yang

diterpa musim kering, inflasi yang terjadi di banyak daerah, krisis moneter

Page 9: Makalah Kn

di dalam negeri maupun di negara-negara mitra dagang seperti sesama ASEAN,

Korsel dan Jepang. Jika kita masih berpatokan dengan

asumsi keadaan di atas, maka ledakan pengangguran diperkirakan akan

berlangsung terus sepanjang tahun-tahun ke depan.

Memang ketika menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000

ini sudah menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi

tahun 2000 yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang

semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah pengangguran

atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta

orang pada tahun 2000.

Berdasarkan perhitungan maka pada saat ini perekonomian negara kita

memerlukan pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen, meski idealnya diatas 6

persen, sehingga bisa menampung paling tidak 2,4 juta angkatan kerja baru.

Sebab dari satu persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap sektiar 400 ribu

angkatan kerja. Ini juga ditambah dengan peluang kerja di luar negeri yang

rata-rata bisa menampung 500 ribu angkatan kerja setiap tahunnya. Untuk

memacu pertumbuhan ekonomi yang pesat maka mau tidak mau negara kita

terpaksa harus menarik investasi asing karena sangatlah sulit untuk

mengharapkan banyak dari investasi dalam negeri mengingat justru di dalam

negeri para pengusaha besar banyak yang berhutang ke luar negeri. Hal ini

bertambah parah karena utang para pengusaha (sektor swasta) dan pemerintah

dalam bentuk dolar. Sementara pada saat ini nilai tukar rupiah rendah

(undervalue) terhadap dolar. Namun menarik para investor asing pun bukan merupakan

pekerjaan yang mudah. Situasi dan kondisi yang kondusif haruslah diupayakan dan

dipertahankan guna menarik investor asing masuk kemari dan menjaga agar para investor

asing yang sudah menanamkan modalnya asing tidak lagi menarik modalnya ke luar yang

nantinya akan berakibat capital outflow.

3. Mengatasi Masalah Pengangguran

Pada tahun 2003 tingkat pengangguran di Indonesia sebesar 9,5% dan tingkat

pengangguran terbuka sebesar 6,5% pada tahun 2004, 2,5% lebih tinggi dibandingkan 10

Page 10: Makalah Kn

tahun sebelumnya yaitu 4,5% pada tahun 1994. Tingginya tingkat pengangguran di

Indonesia merupakan masalah serius yang harus dihadapi bangsa Indonesia.

Besarnya angka pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan naiknya tingkat

kemiskinan yang kemudian dapat mendorong berbagai masalah sosial yang nantinya dapat

menimbulkan adanya krisis sosial yang ditandai dengan ditandai dengan meningkatnya

angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan

atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial. Bagi

individu, menganggur dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan keterampilan yang ia

miliki hilang. Bagi perekonomian secara makro, pengangguran dapat mengurangi tingkat

kemakmuran, pendapatan negara dari pajak berkurang, dan pertumbuhan ekonomi yang

terhambat. Pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus

mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, dan sebagainya, tapi mereka

tidak mempunyai penghasilan. Jadi, bisa dibayangkan berapa ton beras dan kebutuhan

lainnya yang harus disubsidi tiap harinya.

Karena besarnya efek negatif dari pengangguran, maka diperlukan solusi untuk

mengatasi masalah pengangguran. Untuk mengurangi masalah pengangguran, harus

diperhatikan lapangan kerja yang diciptakan dalam perekonomian harus sesuai dengan

kemampuan dan keinginan para pencari kerja. Daulat Sinuraya, Sekjen Himpunan Pembina

Sumberdaya Manusia Indonesia (HIPSMI), dalam artikelnya di

www.suarapembaruan.com, mengemukakan berbagai strategi dan kebijakan yang dapat

ditempuh sebagai berikut. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak

bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan

pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu

kebijakan makro dan mikro. Kebijakan makro yang berkaitan erat dengan pengangguran,

antara lain seperti kebijakan moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan

nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan)

dan lainnya. Setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus memiliki

komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.

Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus) . Kebijakan itu dapat dijabarkan

dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur,

berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam

Page 11: Makalah Kn

dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan

demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan

dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri

maupun masyarakat luas. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi gerakan nasional

melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu.

Kedua, melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal

dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi.

Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.

Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan

embrio mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan

Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai divisi menurut sasarannya. Dengan

membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan

mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun

dengan baik.

Kempat, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di

wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak

sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan

bahan non-organik yang dapat didaur ulang. Sampah sebagai bahan baku pupuk organik

dapat diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan

ke wilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan.

Semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja.

Kelima, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu

dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional

sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga

itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras

(hardware), perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di

bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.

Keenam, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar

negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya

diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Di samping itu, perlu dibuat peraturan

tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.Ketujuh,

Page 12: Makalah Kn

penyempurnaan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Kedelapan,

mengembangkan potensi kelautan Indonesia.

Page 13: Makalah Kn

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Tingkat pengangguran terbuka meningkat tajam dari 4,4% pada 1994 menjadi 6,5%

pada 2004. selama masa krisis pengangguran terbuka mengalami kenaikan tajam sampai

tingkat 6,5 %. Pengangguran di daerah perkotaan lebih besar daripada di daerah pedesaan.

Pengangguran paling banyak terjadi pada penduduk berpendidikan terakhir SMA yaitu

rata-rata hampir 50% dari total pengangguran. Pada tingkat lulusan SMP, pada tahun 1994

‘hanya’ menyumbang sekitar 17%, menjadi hampir 26% pada tahun 2004. Jumlah

penganggur yang sudah memiliki pengalaman bekerja di daerah perkotaan lebih banyak

daripada di daerah pedesaan. Sebagian besar penganggur adalah penduduk usia kerja yang

masih muda, yaitu usia 15-24 tahun, dimana usia tersebut rata-rata menyumbang

pengangguran sekitar 70% pengangguran dari keseluruhan pengangguran yang ada.

Besarnya angka pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan naiknya tingkat

kemiskinan yang kemudian dapat mendorong berbagai masalah sosial. Bagi individu,

menganggur dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan keterampilan yang ia miliki

hilang. Bagi perekonomian secara makro, pengangguran dapat mengurangi tingkat

kemakmuran, pendapatan negara dari pajak berkurang, dan pertumbuhan ekonomi yang

terhambat.

Untuk mengatasi masalah pengangguran diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan

makro dan mikro. Kebijakan makro antara lain denan menrapkan kebijakan moneter,

sedangkan kebijakan mikro menyangkut hal-hal yang lebih khusus.

Saran

Untuk mengurangi masalah pengangguran, harus diperhatikan aspek penting

dimana lapangan kerja yang diciptakan dalam perekonomian harus sesuai dengan

kemampuan dan keinginan para pencari kerja.

Page 14: Makalah Kn

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Makalah Kn

TUGAS KEWARGANEGARAAN

PENGANGGURAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dra. Margaretha Suryaningsih, MS.