Makalah KLP 6

44
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN (Nenek Moyangku Seorang Pelaut) Oleh Kelompok VI: AHMAD AMIN I1A3 12 024 ABDUL MASHURI I1A3 12 023 DEDI I1A3 12 026 DEVY PRIMANINGSIH I1A3 12 001 SUSANTI I1A3 11 039 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN KONSENTRASI ABALON JURUSAN PERIKANAN

description

ya

Transcript of Makalah KLP 6

Page 1: Makalah KLP 6

MAKALAH

WAWASAN KEMARITIMAN

(Nenek Moyangku Seorang Pelaut)

Oleh

Kelompok VI:

AHMAD AMIN I1A3 12 024ABDUL MASHURI I1A3 12 023DEDI I1A3 12 026DEVY PRIMANINGSIH I1A3 12 001SUSANTI I1A3 11 039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN KONSENTRASI ABALON

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Makalah KLP 6

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di

dunia. Pulau–pulau di kepulauan Indonesia dipisahkan oleh samudra, laut maupun

selat. Namun demikian, luas wilayah lautan lebih luas bila dibandingkan dengan

wilayah daratan, oleh karena itu negara Indonesia dikenal sebagai negara maritim.

Selain disebut negara maritim , negara Indonesia dikenal pula sebagai negara

agraris.

Penduduk di kepulauan Indonesia sangat heterogen, terdiri dari bermacam-

macam suku, ras, agama dan masyarakat. Berdasarkan kondisi geografisnya

masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu masyarakat pesisir dan

masyarakat agraris. Masyarakat pesisir mendiami di wilayah–wilayah sekitar

pantai, sedangkan masyarakat agraris mendiami di daerah pedalaman pulau yang

ada di Indonesia. Kondisi yang demikian menjadikan masyarakat pesisir dan

pedalaman mempunyai perbedaan dalam berbagai aspek kehidupannya.

Masyarakat pesisir atau dapat pula disebut masyarakat laut adalah

sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dekat daerah pantai

dengan ikatan – ikatan tertentu. Masyarakat laut umumnya mendiami daerah–

daerah di sekitar pantai yang ada di pulau–pulau di kepulauan Indonesia. Wilayah

kepulauan Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah perairan yang didalamnya

terdapat ribuan pulau. Atau dengan kata lain, secara geografis Indonesia

berbentuk kepulauan dengan wilayah laut lebih besar dari pada wilayah daratan.

Page 3: Makalah KLP 6

Hal ini memungkinkan peran dari masyarakat laut atau pesisir tidak bisa

dilepaskan dari berbagai segi kehidupan di Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang dikelilingi oleh laut hampir semua

provinsinya memiliki wilayah perairan, kondisi geografis yang demikian

menjadikan Indonesia negara maritim yang mempunyai daerah perikanan laut tak

kurang dari 6,85 juta km2 dan diperkirakan daerah tersebut memiliki kandungan

produksi ikan 10 juta ton pertahunnya. Namun sayangnya dengan potensi kelautan

yang berlimpah itu masyarakat Indonesia belum dapat memaksimalkan potensi

tersebut. Hal ini diakibatkan oleh paradikma pembangunan yang lebih

memprioritaskan masyarakat perkotaan dan pertanian di pedalaman sehingga

kurang memperhatikan kehidupan masyarakat di daerah pesisir. Sebab lain yang

mengakibatkan kurang diperhatikannya masyarakat didaerah pesisir dari segi

historis karena masih kurangnya para sejarawan yang melakukan penelitian

dibidang kemaritiman. Perhatian para sejarawan pada aspek maritim seperti

perdagangan, pelayaran, perkapalan, perikanan, perompakan, dan sebagainya

masih sangat kurang proporsinya jika dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya

seperti bidang pertanian, industri, perhubungan politik dan sebagainya. Hal

tersebut mungkin berkaitan dengan pengalaman sebagai bangsa Indonesia yang

semenjak memproklamirkan kemerdekaannya lebih banyak di warnai dengan

persoalan-persoalan kebaratan daripada persoalan-persoalan kebaharian, inilah

yang menyebabkan bangsa Indonesia naluri kebahariaannya semakin tumpul

sehingga kurang mampu melihat apalagi bertindak untuk memanfaatkan dunia

kebahariaan.

Page 4: Makalah KLP 6

Secara geografis wilayah Indonesia merupakan kawasan kepulauan yang

menempatkan laut sebagai jembatan penghubung bukan sebagai pemisah. Dengan

demikian, penguasaan terhadap laut merupakan suatu keharusan bagi penduduk

yang menghuni pulau–pulau yang ada di Indonesia.  Kondisi semacam ini,

membentuk mereka sebagai manusia yang akrab dengan kehidupan laut. Selain

itu, pulau–pulau yang ada di Indonesia letaknya sangat strategis dalam konteks

perdagangan laut internasional antara dunia barat dan dunia timur.

“ Nenek Moyangku Seorang Pelaut….”. Nyanyian itu pastinya tidak lagi

asing di telinga kita. Betapa tidak, dari kecil kita sudah diajari oleh guru kita

tentang dendangan lagu tersebut. Tapi apakah kita sadar, ternyata nyanyian itu

tidak hanya sekedar nyanyian belaka. Pelaut sangat identik dengan orang-orang

yang hidup di daerah perairan atau lebih tepatnya disebut dengan laut. Indonesia.

Sebuah negara maritim yang lebih dari wilayah lautnya meliputi 2/3 dari seluruh

luas wilayah negara. Memiliki kekayaan bahari yang begitu melimpah, layaknya

menjadi surga setiap pelaut dan nelayan yang hidup di bumi ini. Namun apakah

kenyataannya seperti itu?

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui asal-usul dan

perkembangan pelaut di Indonesia. Adapun manfaat pembuatan makalah ini

adalah menambah wawasan mengenai asal-usul dan perkembangan pelaut di

Indonesia.

Page 5: Makalah KLP 6

II. PEMBAHASAN

A. Asal Usul Pelaut Di Indonesia

Dari buku-buku sejarah baik pelajaran maupun tulisan ilmiah, tidak akan

ada keraguan bahwa nenek moyang kita sejak jaman kerajaan Sriwijaya hingga

Majapahit merupakan pelaut-pelaut tangguh. Pelaut-pelaut Bugis pun tidak

ketinggalan reputasi nya sebagai “orang laut” yang mampu mengarungi samudra.

Para ahli memiliki pandangan masing-masing mengenai asal mula bangsa

Indonesia. Masing-masing berpendapat berdasarkan sudut pandang yang berbeda.

Ada ahli yang menyelidiki asal-usul bangsa Indonesia dari persebaran bahasa, ada

pula yang melihatnya dari persebaran peninggalan artefak-artefak (benda-benda

rumah tangga dari batu, tulang dan logam) atau pun fosil-fosil manusia purbanya. 

Berikut ini teori-teori para ahli tentang asal-usul masyarakat Indonesia.

1. Prof. Dr. H. Kern

Ilmuwan asal Belanda, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari

Asia. Kern berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang digunakan di kepulauan

Indonesia, Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama,

yakni bahasa Austronesia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal

dari satu daerah dan menggunakan bahasa Campa. 

Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-

perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh

adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan didaerah Campa dengan

di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang banyak digunakan sebagai kata

tempat di Kamboja. Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang

Page 6: Makalah KLP 6

pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan

P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.

2. Van Heine Geldern

Berpendapat tak jauh berbeda dengan Kern bahwa bahasa Indonesia

berasal dari Asia Tengah. Teori Geldern ini didukung oleh penemuan-penemuan

sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya, yang ditemukan di Indonesia

mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.

3. Max Muller

Berpendapat lebih spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia berasal dari

daerah Asia Tenggara. Namun, alasan Muller tak didukung oleh alasan yang

jelas. 

4. Willem Smith

Melihat asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh

orang-orang Indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar

bahasa yang dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa

Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi dua, yaitu

bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia.

Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia,

Melanesia, dan Polinesia.

4. Hogen

Menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal

dari Sumatera. Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol

yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu

Page 7: Makalah KLP 6

Muda). Bangsa Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia

pada tahun 3.000 hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke

Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.

5. Drs. Moh. Ali 

Menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina.

Pendapat ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa

Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih

kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk ke Indonesia. 

Ali mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari hulu-hulu

sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan secara

bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM

(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro

Melayu). Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan

jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu

bercadik-dua.

6. Prof. Dr. Krom

Menguraikan bahwa masyarakat awal Indonesia berasal dari Cina Tengah

karena di daerah Cina Tengah banyak terdapat sumber sungai besar. Mereka

menyebar ke kawasan Indonesia sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM. Sedangkan

Mayundar berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal

dari India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan

Pasifik. Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria

merupakan bahasa Muda di India bagian timur.

Page 8: Makalah KLP 6

7. Dr. Brandes

Berpendapat bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia

memiliki persamaan dengan bangsa-bangsa yang bermukim di daerah-daerah

yang membentang dari sebelah utara Pulau Formosa di Taiwan, sebelah barat

Pulau Madagaskar; sebelah selatan yaitu Jawa, Bali; sebelah timur hingga ke tepi

pantai bata Amerika. Brandes melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan

bahasa.

8. Prof. Mohammad Yamin 

Sejarawan Indonesia, Prof. Mohammad Yamin, bahkan menentang teori-

teori di atas. Ia menyangkal bahwa orang Indonesia berasal dari luar kepulauan

Indonesia. Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli berasal dari

wilayah Indonesia sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada sebagian bangsa atau

suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia. 

Bagi bangsa Indonesia, berbicara tentang “laut” rasanya wajib hukumnya

karena Ruang atau Wilayah Hidupya terdiri dari laut yang memiliki besaran 70%

disamping 30% wilayah darat. Dengan diberlakukannya United Nation

Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 sebagai hukum positif

Internasional pada tanggal 16 November 1994 di Montego Bay, maka pokok-

pokok tentang Negara kepulauan telah diakui. Ketektuan ini pun telah

diratifikasikan oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985

sebagai dasar penetapan Negara Indonesia sebagai Negara Kepulauan. Namun

secara empiris ternyata kia tidak berdaulat sepenuhnya dilaut karena lebih besar

kepentingan maupun kekayaan dilaut dinikmati oleh pihak asing. Bagai mana

Page 9: Makalah KLP 6

mungkin wilayah laut yang kurang lebih 5,8 juta km2 diamankan dengan kekuatan

yang sangat minim dan orientasi ruang hidup bangsa lebih pada wilayah daratan,

sehingga tidak heran kondisi tersebut bisa terjadi.

B. Sejarah Pelaut Nusantara

Ceng Ho dan Colombus adalah dua pelaut ulung yang tersohor di penjuru

dunia. Mereka terkenal sebagai figur tangguh yang berani menantang ganasnya

samudra dengan perahu sejarahnya. Tapi ternyata kepiawaian mereka jauh

ketinggalan dari pelaut Nusantara. Dengan berdasar pada sumber sejarah yang

berlimpah, Dick bercerita tentang pelaut-pelaut nusantara yang sudah

menjejakkan kaki di Afrika sejak abad ke-5 M. Jauh sebelum bangsa Eropa

mengenal Afrika dan jauh sebelum bangsa Arab berlayar ke Zanzibar. Ceng Ho

apalagi, pelaut China yang pernah mengadakan muhibah ke Semarang pada abad

ke-14 M ini jelas ketinggalan dari moyang kita.

Penelitian Dick-read tentang pelaut nusantara ini seperti kebetulan.

Awalnya, ia datang ke mozambik pada 1957 untuk meneliti masa lalu Afrika.

Disana. untuk pertama kalinya mendengar bagaimana masyarakat Madagaskar

fasih berbicara dengan bahasa Austronesia laiknya pemukim di wilayah pasifik. Ia

juga tertarik dengan perompak Madagaskar yang menggunakan Kano (perahu

yang mempunyai penyeimbang di kanan-kiri) yang mirip perahu khas Asia timur.

Ketertarikannya memuncak setelah ia banyak menghadiri seminar tentang masa

lalu Afrika, yang menyiratkan adanya banyak hubungan antara Nusantara dan

sejarah Afrika.

Page 10: Makalah KLP 6

Dalam penelusurannya, Dick-read menemukan bukti-bukti mutakhir

bahwa pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra hindia dan berlayar sampai

Afrika Sebelum bangsa Eropa, Arab, dan Cina memulai penjelajahan bahari

mereka.

Diantara bukti tersebut adalah banyaknya kesamaan alat-alat musik,

teknologi perahu, bahan makanan, budaya dan bahasa bangsa Zanj (ras Afro-

Indonesia) dengan yang ada di Nusantara. Di sana, ditemukan sebuah alat musik

sejenis Xilophon atau yang kita kenal sebagai Gambang dan beberapa jenis alat

musik dari bambu yang merupakan alat musik khas Nusantara. Ada juga

kesamaan pada seni pahat patung milik suku Ife, Nigeria dengan patung dan relief

perahu yang ada di Borobudur.

Beberapa tanaman khas Indonesia yang juga tak luput di hijrahkan ke

sana, semisal pisang raja, ubi jalar, keladi dan jagung. Menurut penelitian George

Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada 1959, tanaman-tanaman itu

dibawa orang-orang Indonesia saat melakukan perjalan ke Madagaskar.

Di afrika juga ada masyarakat yang disebut Zanj yang mendominasi pantai

timur Afrika hampir sepanjang millennium pertama masehi. Lalu siapakah Zanj,

yang namanya merupakan asal dari nama bangsa Azania, Zanzibar dan Tanzania?

Tak banyak diketahui. Tapi ada petunjuk yang mengarahkan kesamaan Zanj

Afrika dengan Zanaj atau Zabag di Sumatera.

Dalam hal ini, Dick mengajukan dugaan kuat keterikatan Zanj,

Swarnadwipa dan Sumatera. Swarnadwipa yang berarti Pulau emas merupakan

nama lain Sumatera. Hal ini dapat dilihat dalam legenda Hindhu Nusantara. Dick

Page 11: Makalah KLP 6

menduga, banyaknya emas di Sumatera ini dibawa oleh Zanj dan pelaut nusantara

dari Zimbabwe, Afrika. Karena, Dick juga menemukan bukti yang menyatakan

tambang-tambang emas di Zimbabwe mulanya dirintis oleh pelaut Nusantara yang

datang ke sana. Sebagian tak kembali dan membentuk ras Afro-Indonesia.

Mungkin ras inilah yang disebut Zanj.

Terlepas dari percaya atau tidak, nyatanya penulis telah menjabarkan

banyak bukti yang menceritakan kehebatan pelaut Nusantara. Hal ini tentu

menjadi kebangaan tersendiri bagi kita sebagai keturunannya.

Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa di perairan Nusantara pada

paruh pertama abad XVI, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil

sebagai penjelajah samudra. Kronik China serta risalah-risalah musafir Arab dan

Persia menorehkan catatan agung tentang tradisi besar kelautan nenek moyang

bangsa Indonesia.

Serangkaian penelitian mutakhir yang dilakukan Robert Dick-Read

(Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008) bahkan

memperlihatkan fenomena mengagumkan. Afrikanis dari London University ini,

antara lain, menyoroti bagaimana peran pelaut-pelaut nomaden dari wilayah

berbahasa Austronesia, yang kini bernama Indonesia, meninggalkan jejak

peradaban yang cukup signifikan di sejumlah tempat di Afrika. Buku ini bercerita

tentang pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar sampai ke Afrika pada masa

lampau, jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan

jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di

pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar.

Page 12: Makalah KLP 6

Para petualang Nusantara ini bukan hanya singgah di Afrika. Mereka juga

meninggalkan banyak jejak di kebudayaan di seluruh Afrika. Mereka

memperkenalkan jenis-jenis tanaman baru, teknologi, musik, dan seni yang

pengaruhnya masih bisa ditemukan dalam kebudayaan Afrika sekarang.Sejak

abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik.

Ke Utara mengarungi laut Tiongkok, ke Barat memotong lautan Hindia hingga

Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah. Kian ramainya pengangkutan

komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di

Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.

Sumber sejarah pelayaran Indonesia dalam masa prasejarah bisa kita lihat

dari relief di candi-candi Hindu dan Budha yang dibangun setelah tahun 500

Masehi, seperti Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Di sana dapat dilihat bahwa

pada masa itu sudah berlangsung pelayaran niaga. Perlayaran ini merupakan

wujud aktivitas migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi pada

kawasan yang lebih jauh, sampai perhubungan laut bagi pengangkutan barang

dagangan.

Masyarakat Indonesia telah memiliki pranata hubungan perdagangan.

Budaya kemaritiman bangsa Indonesia bukanlah fenomena baru. Sejarah

menunjukkan, kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta

kelembagaan formal dan informalnya merupakan kontinuitas dari proses

perkembangan kemaritiman Indonesia masa lalu. Buktinya, berdasarkan

penelitian, terdapat tipe jukung yang sama yang digunakan oleh orang-orang

Kalimantan untuk berlayar. Situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan

Page 13: Makalah KLP 6

Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu layar, menggambarkan bahwa kita

adalah keturunan bangsa pelaut sudah sekitar tahun 10.000 sebelum masehi.

Selain itu, ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku

Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita

sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain dengan kapal-kapal yang laik

layar. Sejarah juga mencatat, bahwa Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi

kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.

Sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-15 terdapat lima jaringan

perdagangan (commercial zones).

1. Jaringan Teluk Bengal, yang meliputi pesisir Koromandel di India Selatan,

Sri Lanka, Burma (Myanmar), serta pesisir utara dan barat Sumatera.

2. Jaringan perdagangan Selat Malaka.

3. Jaringan yang meliputi pesisir timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan

Vietnam Selatan, dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan.

4. Jaringan Laut Sulu, meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao,

dan pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam).

5. Karingan Laut Jawa, meliputi kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku,

pesisir barat Kalimantan, Jawa, dan bagian selatan Sumatera, yang berada di

bawah hegemoni Majapahit (Sarasehan, 2014).

Masa kecil kita memang sering mendengarkan lagu yang mengisahkan

bahwa nenek-moyang kita seorang pelaut. Dongengdongeng pengantar tidur juga

banyak berkisah tentang tokoh-tokoh yang berhubungan dengan laut: di tanah

Melayu ada kisah tentang si Malin Kundang yang terkutuk menjadi batu karena

Page 14: Makalah KLP 6

durhaka setelah kaya dalam pelayaran lalu lupalah akan bundanya; di tanah Sunda

ada kisah tentang Sangkuriang yang marah cintanya ditolak karena sang terkasih

ternyata bundanya sendiri sehingga perahu yang dibuat untuk persembahan cinta

diobrak-abriknya hingga membentuk Gunung Tangkuban Perahu; di tanah Bugis

dikenal kisah Sawerigading yang membuat perahu I Lawarlenreng untuk

menemui Putri We Cudai setelah terketahui bahwa We Tenri Abeng yang dicinta

ternyata saudaranya sendiri, dan dalam perjalanan pulang perahu tersebut

terhempas ombak lalu kandas terbelintang patah karena konon melanggar sumpah

sendiri sebelum berlayar; di tanah Bali dan Jawa berkembang cerita tentang Panji

yang tergambarkan sebagai tokoh dalam kemajuan pramodern masyarakat pesisir

(Vickers, 2009).

Buku-buku sejarah memang banyak berkisah tentang peradaban bahari

bangsa Indonesia di masa lalu. Dikisahkan bahwa berbagai pemukiman pantai di

Nusantara pernah menjelma sebagai bandar yang diperhitungkan dalam pelayaran

dan perniagaan dunia, Banten yang kejayaannya kemudian digantikan Batavia;

Demak yang kejayaannya kemudian digantikan Semarang; Gresik yang

kejayaannya kemudian digantikan Surabaya; Gowa yang kejayaannya kemudian

digantikan Makassar. Dikisahkan pula betapa ulungnya para pelaut Nusantara

mengarungi samudera (Dick-Read, 2005); ada yang menjadi saudagar kaya raya

memperniagakan berbagai hasil bumi, barang kerajinan, serta emas dan logam;

ada yang menjadi pedagang budak dan perompak gagah berani menakutkan

kawan dan lawan; ada pula yang menjadi petualang mendatangi dan membuka

daerah baru serta menyebarkan syiar agama (Yuga, 2011).

Page 15: Makalah KLP 6

Artinya, di masa lalu bangsa dan nenek moyang kita memang

menumpukan peradabannya di atas pendasaran budaya pesisir dan bahari. Di masa

lalu bangsa dan nenek moyang kita memang telah mengembangkan keunggulan

berdasarkan potensi yang dimunculkan oleh hamparan laut dan isinya. Lalu

mengapa pada masa kini kita bukan lagi bangsa pelaut, bukan lagi bangsa yang

mengembangkan kejayaan berdasarkan budaya bahari? Selanjutnya, kalaupun saat

ini kita bukan lagi bangsa pelaut, bukan lagi masyarakat yang mengandalkan

budaya bahari, pelajaran apa yang bisa dimaknai dan ditransformasikan dari jagad

bahari masa lalu tersebut?

Pada zaman Majapahit, arus balik peradaban berlangsung dari wilayah

bawah angin diselatan ke atas angin di utara. Arus Balik yang mengisahkan

Nusantara dalam segala kemegahannya sebagai kekuatan maritim yang jaya.

Tetapi, kemudian Arus Balik membayangkan arus zaman membalik, segalanya

berubah: kekuasaan laut menjadi mengkerut ke pedalaman, kemuliaan menukik

dalam kemerosotan, kejayaan berubah ke kekalahan, kecemerlangan cendekia

menjadi kedunguan penalaran, persatuan berubah menjadi perpecahan yang

memandulkan segala kegiatan. Kehadiran Belanda dan Portugis (Peranggi)

mengubah struktur masyarakat dan pemerintahan. Westernisasi mengubah watak

bangsa yang tangguh, yang pandai memanfaatkan alam untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, menjadi masyarakat yang manja. Kemudian cenderung

konsumtif, sekaligus minim inovasi. Produk-produk asing terus dikonsumsi,

sehingga kita kehilangan kreasi untuk menemukan, mengolah, dan mencipta

(Sarasehan, 2014).

Page 16: Makalah KLP 6

Sejarah merupakan bagian penting dari pendekatan sosial budaya, niai-

nilai budaya dan wawasan budaya. Latar belakang sejarah keberadaan Bangsa

Indonesia sebahagian besar diawali dari terjadinya oksodus manusia, yaitu dengan

keberaniannya mengarungi lautan dari tanah asalnya sampai mencapai kepulauan

Indonesia. Di wilayah Barat Indonesia menurut catatan sejarah, nenek moyangnya

berasal dari Yunan yang merupakan pelaut-pelaut ulung di Tiongkok Selatan.

Sementara itu, di wilayah Timur Indonesia sejarah Indonesia juga tercatat berasal

dari kawasan Melanesia yang terkenal sebagai manusia laut atau bangsa bahari

ikut mengisi kepulauan nusantara.

Dapat dipastikan penghuni kepulauan nusantara dimasa lalu telah

mengembangkan transportasi laut sehingga mereka dapat mendiami hampir

seluruh kepuauan nusantara. Sebelum kehadiran bangsa penjajah, laut Indonesia

telah digunakan “ruang temu” daerah terjadinya interaksi antar berbagai suku,

yaitu sebagai media ekonomi, ajang percaturan politik, pertukaran bahasa dan

budaya, yang kemudianhari muncul kesadaran sebagai sebuah bangsa (Indonesia)

yang berciri bahari.

Robert Dick Read dalam bukunya “Penjelajah Bahari” menggambarkan

pengaruh peradaban Nusantara di Afrika adalah merupakan bukti sejarah mutahir

tentng penjelajah laut Indonesia sebelum Cheng Ho dan Colombus. Dalam

penelitiannya mengungkap bahwa pelaut-pelaut nusantara telah menaklukan

samudera jauh sebelum bangsa Eropa, Arab, dan Cina memulai sebagai penjelajah

bahari. Pada abad ke-5 para pelaut nusantara telah mampu menyeberang

Samudera Hindia hingga mencapai Afrika, serta meninggalkan banyak jejak

Page 17: Makalah KLP 6

budaya. Mereka memperkenalkan jenis-jenis tanaman, teknologi, musik dan seni

yang pengaruhnya masih bisa ditemukan dalam kebudayaan Afrika sekarang,

khususnya di Afrika Barat dan dataran rendah Nigeria.

C. Beberapa Kerajaan Yang Dikenal Dengan Penguasa Lautan

Sejak zaman dahulu kala ada bebrapa kerajaan yang tidak hanya dikenal

berkuasa di beberapa daerah, tetapi terdapat juga kerajaan yang berkuasa dalam

bidang pelayaran diantaranya ialah:

1. Kerajaan Sriwijaya (638-1030 M)

Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara, India dengan

Kepulauan Indonesia sudah ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur

perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusat-

pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan. Kerajaan-kerajaan

kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke-7, antara lain Tulangbawang,

Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil

berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya.

Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya antara

lain:

a. Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai pusat pemerintahan

terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-

pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi.

Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan.

Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan

Page 18: Makalah KLP 6

internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai

yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang

berbakat sebagai pelaut ulung.

b. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini

telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara

maritim.

Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani. Akan tetapi

karena Sriwijaya terletak di tepi Sungai Musi dekat pantai, maka perdagangan

menjadi cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata pencaharian

pokok. Perkembangan perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya

yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan

internasional. Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di

Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina. Di Sriwijaya

para pedagang melakukan bongkar muat barang dagangan. Dengan demikian,

Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Sriwijaya

mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di kawasan perairan

Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut

Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan

kemakmuran bagi rakyat dan negara Sriwijaya. Kapal-kapal yang singgah dan

melakukan bongkar muat, harus membayar pajak. Dalam kegiatan perdagangan,

Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis binatang liar, sedangkan

Page 19: Makalah KLP 6

barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas,

gading, dan binatang.

Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai

kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah kerajaan yang mengandalkan

perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut. Untuk

memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang

kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu mengawasi

perairan di Nusantara. Hal ini sekaligus merupakan jaminan keamanan bagi para

pedagang yang ingin berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena beberapa hal

antara lain :

a. Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini

disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa

lumpur. Akibatnya. Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan.

b. Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan

terutama karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan

semakin sulit.

c. Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-

kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan dari Raja

Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan.

Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri

Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala.

Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi

Page 20: Makalah KLP 6

Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377 armada

angkatan laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri

riwayat Kerajaan Sriwijaya.

2. Kerajaan Majapahit

Setelah Singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di

Jawa Timur, antara abad ke-14 sampai ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini

sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya).

Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden

Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai

hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari

buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,

Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan

Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik

menyerang pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali

pasukannya.

Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan

yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan

dalam mendirikan Majapahit. Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh

putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan

lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang menyebabkan pembantu-

pembantunya melakukan pemberontakan.

Di antara pemberontakan tersebut, yang dianggap paling berbahaya adalah

pemberontakan Kuti. Pada saat itu, pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota

Page 21: Makalah KLP 6

negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa Badander di bawah perlindungan

pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Gajah Mada kemudian menyusun

strategi dan berhasil menghancurkan pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah

Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan (1319-1321) dan Patih Kediri (1322-

1330).

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,

Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas,

bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu,

Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di

Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah Mada. Sumpah

Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya,

Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan

Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk

angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh

perairan yang ada di Nusantara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk,

Majapahit mengalami kemajuan di berbagai bidang. Majapahit juga menjalin

hubungan dengan kerajaan lain. Hubungan dengan Siam, Birma, Kamboja, Anam,

India, dan Cina berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan dengan luar

negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat.

Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman

dan tenteram. Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan

kemakmuran rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan-

Page 22: Makalah KLP 6

jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung

kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu

lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya, Sungai

Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang

berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat

perdagangan. Hal itu menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang

yang menjajakan barang dagangannya dari daerah pantai atau muara ke

pedalaman atau sebaliknya. Bahkan di daerah pantai berkembang perdagangan

antar daerah, antar pulau, bahkan dengan pedagang dari luar. Kemudian timbullah

kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa kota

pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya,

Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari

Cina India, dan Siam. Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong

munculnya kelompok bangsawan kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-

bahan dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah Indonesia Timur dan Malaka.

Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian besar

keluarga raja, setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregrek telah melemahkan

unsur-unsur kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan berakhir, Majapahit terus

mengalami kelemahan karena raja yang berkuasa tidak mampu lagi

mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya Majapahit

adalah semakin meluasnya pengaruh Islam pada saat itu (Nuh, 2014).

Page 23: Makalah KLP 6

D. Pelaut Ulung dari Kalangan Wanita Laksamana Malahayati

Telah diketahui bahwa di Indonesia banyak terdapat pelaut tangguh dan

sebagian besar adalah laki-laki. Tapi siapa sangka, dunia ini ternyata memiliki

sejarah tentang betapa hebatnya para pelaut wanita. Sejarah mencatat beberapa

pelaut paling terkenal di dunia, yang muncul di tiap era yang berbeda.

Laksamana Malahyati dianggap sebagai salah satu pelaut wanita terbaik di

dunia, Grace O’ Malley, wanita asal Irlandia ini memang memperlihatkan

keulungan dan kehebatannya sebagai seorang pelaut handal. Melaut baginya

bukan hanya karena kecintaannya terhadap profesi pelaut, tapi untuk

membuktikan kepada dunia bahwa dialah yang terbaik, dibandingkan dengan

rekan-rekan lelaki yang satu kapal dengannya. Sejarah pun mencatat bahwa Grace

adalah wanita “bajak laut” terhebat di dunia. Tidak ada yang menyangkali bahwa

ketrampilannya melaut melebihi para pelaut laki-laki saat itu.

Masih ada lagi pelaut wanita ulung lainnya. Naomi James yang lahir di

sebuah peternakan domba di Selandia Baru. Wanita yang bahkan tidak tahu

bagaimana caranya berenang di usianya yang sudah mencapai 23 tahun, pada

akhirnya mampu memecahkan rekor dunia dengan berlayar sendirian mengelilingi

dunia selama 272 hari.

Pelaut waita ulung lainnya adalah Laura Dekker. Pada usianya yang masih

sangat belia, sekitar 16 tahun, ia sudah berlayar sendirian. Wanita muda asal

Belanda ini tiba di kepulauan Karibia, Saint Maarten pada hari Sabtu 21 Januari

2012. Ia berlayar seorang diri selama satu tahun satu hari dengan menggunakan

kapal berukuran 11×5 meter, yang ia namai sendiri dengan sebutan ‘Guppy’.

Page 24: Makalah KLP 6

Masih ada beberapa nama pelaut wanita yang sangat hebat di atas laut.

Tapi apakah kita tahu bahwa ternyata seorang pelaut wanita asal Indonesia pantas

disejajarkan dengan pelaut-peluat wanita ulung tersebut. Namanya memang belum

dikenal secara luas, apalagi media barat tidak pernah memberitakan atau

mengulasnya. Namanya Malayahati.

Sebagai pelaut dan pejuang wanita, Malahayati pernah memimpin 2000

orang yang terdiri dari para janda yang suaminya telah tewas sebagai pahlawan di

medan laga (mereka dikenal dengan sebutan pasukan Inong Balee) untuk

berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11

September 1599. Pada pertempuran tersebut, ia berhasil membunuh Cornelis de

Houtman dalam sebuah duel di atas geladak kapal. Oleh karena itulah juga wanita

ini memperoleh gelar laksamana. Wanita pertama di dunia yang memperoleh gelar

laksamana.

Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Malayahati mengkoordinir

pasukannya di laut. Dengan sigap mereka juga mengawasi berbagai pelabuhan-

pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, serta secara seksama

mengawasi kapal-kapal jenis galey milik Kesultanan Aceh Darussalam. Seorang

nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis pernah

mengungkapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinan militer Laksanana

Malahayati, Kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut

yang teridentifikasi terdiri dari 100 buah kapal (galey) dengan kapasitas

penumpang 400-500 orang.

Page 25: Makalah KLP 6

Nama asli Malayahati sebenarnya adalah Keumalahayati. Ayahnya juga

ternyata adalah seorang laksamana, bernama Mahmud Syah. Nah, kakeknya dari

pihak ayah adalah Laksamana Muhammad Said Syah putra, yang dikenal luas

sebagai pendiri Kerajaan Aceh Darussalam. Belum ditemukan catatan sejarah

secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan tahun kematian

Malayahati. Ada beberapa perkiraan, antara lain dikatakan bahwa beliau memiliki

masa hidupnya di sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI.

Saya membayangkan, bahwa ketika dalam pertempuran hebat melawan

Belanda itu, wanita ini dengan gagah berani, berdiri di balik benteng dan

didampingi para Laskar Inong Balee menatap tajam serta penuh kemarahan ke

arah selat Malaka. Di kejauhan sana, terlihat jelas ribuan kapal Belanda

menyemuti lautan, semakin mendekat dan sudah siap-siap untuk menyerang Aceh.

Laksamana Malahayati, wanita asal kota rencong ini dengan semangat membara

dan tak mengenal takut sudah siap menanti. Darahnya mendidih. Ia seakan tak

sudih melihat tanah airnya terancam penjajah. Ia laksana perwira yang siap mati

bagi sesuatu yang sangat dicintainya.

Kemudian Malayahati mengangkat tangannya sembari berseru lantang.

Dengan nada yang tegas dan pasti. Dilapisi keyakinan yang amat sangat, beliau

memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kapal perang. Dengan langkah

yang penuh kepastian, dan diiringi teriakan memotivasi, Laksamana Malahayati

menaiki kapal perangnya. Rupa-rupanya mereka sudah benar-benar siap beradu

kekuatan melawan tentara penjajah di tengah laut. Kita pun sudah tahu akhir

Page 26: Makalah KLP 6

ceritanya. Laksamana Malahayati dan pasukannya berhasil memenangkan

pertempuran itu, dan De Houtman mati di tangannya.

Makam wanita ini ada di Aceh. Kita mungkin perlu merenungi kisah

kepahlawanan Laksamana Malahayati. Sangat bisa jadi tanpa beliau tanah Aceh

tidak akan seperti yang kita saksikan saat ini. Untuk menghargainya, maka ada

juga salah satu pelabuhan di Aceh yang dinamai Pelabuhan Malahayati.

Page 27: Makalah KLP 6

KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara yang dikelilingi oleh laut hampir semua

provinsinya memiliki wilayah perairan, kondisi geografis yang demikian

menjadikan Indonesia negara maritim yang mempunyai daerah perikanan laut tak

kurang dari 6,85 juta km2 dan diperkirakan daerah tersebut memiliki kandungan

produksi ikan 10 juta ton pertahunnya.

Sejarah merupakan bagian penting dari pendekatan sosial budaya, niai-

nilai budaya dan wawasan budaya. Latar belakang sejarah keberadaan Bangsa

Indonesia sebahagian besar diawali dari terjadinya oksodus manusia, yaitu dengan

keberaniannya mengarungi lautan dari tanah asalnya sampai mencapai kepulauan

Indonesia. Di wilayah Barat Indonesia menurut catatan sejarah, nenek moyangnya

berasal dari Yunan yang merupakan pelaut-pelaut ulung di Tiongkok Selatan.

Sementara itu, di wilayah Timur Indonesia sejarah Indonesia juga tercatat berasal

dari kawasan Melanesia yang terkenal sebagai manusia laut atau bangsa bahari

ikut mengisi kepulauan nusantara.

Page 28: Makalah KLP 6

DAFTAR PUSTAKA

Nur, M. 2006. Peradaban Laut dan Permasalahan Toponimi Pulau-Pulau di Sekitar Sumatera. Konferensi sejarah VIII pada Tanggal 14-17 November 2006. Jakarta.

Nuh. M. 2014. Sejarah Indonesia. Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Buddha).

Read, Robert Dick. 2008. Penjelajah Bahari (Pengruh Peradaban Nusantara di Afrika). PT Mizan Pustaka. 378 Halaman.

Salman, D., T. Tahara., N. Suyuti., M. Lampe., E.B. Demmalino. 2011. Jagad Bahari Nusantara (Telaah Diamika Pranata sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Pantai: Melestarikan Budaya Bahari dan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Swastiyansyah, Atika., E. Ratnasari., F.A. Mahmud., F.J. Purnomo. R. Mufidah., T. A. Rivanti., W. Widodo. 2013. Makalah sejarah Maritim “Masyarakat Laut dan Sikap Kelompok Sosial dan Negara Terhadap Laut. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang.

Teor, P. Ananta. 2014. Budaya Maritim Indonesia, Peluang, Tntangan dan Strategi. Arus Baik: Sebuah Epos Pasca Kejayaan Nusantara di Awal Abad 16. Yogyakarta.