Makalah Kimia Medisinal KLP. 1

36
 1 MAKALAH KIMIA MEDISINAL “ Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas Obat Diuretik “  Di s usun Oleh : G 701 11 051 IKALIANA G 701 11 053 FANI OKTAVIANI G 701 11 054 SUMARNI G 701 11 055 FANNY AMELIA S. G 701 11 056 PRAMITA PUTRI Kelompok :  I ( Satu ) Dose n Penanggun g jawab  : Yuliet, S.Si., M.Si., Apt. PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU

description

aaaaa

Transcript of Makalah Kimia Medisinal KLP. 1

MAKALAH KIMIA MEDISINAL Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas Obat Diuretik

Disusun Oleh :G 701 11 051 IKALIANAG 701 11 053 FANI OKTAVIANIG 701 11 054 SUMARNIG 701 11 055 FANNY AMELIA S.G 701 11 056PRAMITA PUTRIKelompok :I ( Satu )Dosen Penanggung jawab :Yuliet, S.Si., M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TADULAKOPALUKATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-Nya yang diberikan kepada kami berupa kesehatan rohani dan jasmani sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia Medisinal yang berjudul Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas Obat Diuretik, yang dapat diselesaikan dengan baik.Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan hambatan, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu serta para dosen-dosen farmasi yang telah banyak membantu kami dengan baik, kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam membuat makalah ini hingga makalah kimia medisinal ini dapat terselesaikan dngan baik.Tidak lupa kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan kritik-kritik dan saran-saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi pedoman bagi mata kuliah kimia medisinal selanjutnya. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Palu, 16 Mei 2014

Kelompok I

DAFTAR ISI

Sampul1Kata Pengantar2Daftar Isi3Bab. IPendahuluan1.1Latar Belakang41.2Tujuan51.3Rumusan Masalah5Bab. IIPembahasan2.1Diuretika62.2Kelompok Pembagian Diuretika62.3Mekanisme Kerja Diuretik82.4Masalah yang Timbul pada Pemberian Diuretik92.5Hubungan Struktur dan Aktivitas Obat Diuretik13Bab III.Penutup3.1 Kesimpulan35DAFTAR PUSTAKA

B A B IP E N D A H U L U A N

I.1Latar BelakangDiuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin,teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air,alkohol). Jika pada peningkatan ekskresi garam- garam maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada awal pemgobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin (dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus) sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel kembali menjadi normal.Urin diekskresikan oleh ginja. Unit fungsional dari ginjal adalah neufron, yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimalis dan distalis, loop of henle dan saluran pengumpul.. Diuretika mempengaruhi tiga proses fisiologis dalam pengangkutan elektrolit, yaitu pada filtrasi glomerulus , absorpsi kembali ditubulus atau loop of henle dan sekresi ditubulus.

I.2Tujuan1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud diuretika.2. Mengetahui dan memahami kelompok pembagian diuretika.3. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja diuretik.4. Mengetahui dan memahami masalah yang timbul pada pemberian diuretik.5. Mengetahui dan memahami Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas (HKSA) obat diuretik.I.3Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan diuretika?2. Apa saja kelompok pembagian diuretika?3. Bagaimana mekanisme kerja diuretik?4. Apa saja masalah yang timbul pada pemberian diuretik?5. Bagaimana Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas (HKSA) obat diuretik?

B A B IIP E M B A H A S A N

II.1DiuretikaDiuretika adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urin. Diuretika bekerja terutama dengan meningkatkan ekskresi ion-ion Na+, Cl-, HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan luar sel. Diuretika juga menurunkan absorbsi kembali elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif. Diuretika terutama digunakan untuk mengurangi sembab (edema) yang disebabkan oleh meningkatnyajumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan kehamilan, glaukoma, hiperkalsemi, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang kortikosterpoidatau estrogen. Diuretika juga digunakan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi.II.2Kelompok Pembagian DiuretikaBerdasarkan efek yang dihasilkan diuretika dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :1. Diuretika yang hanya meningkatkan ekskresi air dan tidak mempengaruhi kadar elektrolit tubuh.2. Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ (natriuretik),3. Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl-( saluretik).Secara umum diuretika dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu diuretika osmotik, diuretika pembentuk asam, diuretika merkuri organik, diuretika penghambat karbonik anhidrase, diuretika turunan tiazida, diuretika hemat kalium dan diuretika loop. Maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas obat-obat golongan diuretik.Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat ini. Antara lain : 1. Diuretik osmotik dan Aquaretics. Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit oleh tubuli, hingga rabsorpsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotik dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Contoh : manitol, glukosa, sorbitol, sukrosa, dan urea. 2. Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Diuretik jenis ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Contoh : asetazolamida. 3. Diuretik derifat tiasid. Efeknya lebih lemah dan lebih lambat, tetapi bertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (decompensatio cordis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis-efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya tidak bertambah (diuresis, penurunan tekanan darah). Contoh : hidroclorotiazid, talidon, indapamida dan klopamida. 4. Diuretik loop. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh : furosemida, bumetanida dan etakrinat. 5. Diuretik hemat kalium (Potassium Sparing Diuretic). Efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ ; proses ini dihambat secara kompetitif oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya mengenai Na+ dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretika loop tiazid terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka dengan pemberian bersama penghemat ekskresi kalium ini menghambat ekskresi K+ dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat. 6. Diuretik merkuri organik. 7. Diuretik pembentukan asam. Diuretika pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik. Senyawa golongan ini efek diuretiknya lemah dan menimbulkan asidosis hiperkloremik sistemik. Efek samping yang ditimbulkan antara lain iritasi lambung, penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan ketidaknormalan fungsi ginjal. Contoh : amonium klorida, amonium nitrat dan kalsium klorida.II.3 Mekanisme Kerja DiuretikKebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli tetapi juga di tempat lain, yakni di: 1. Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na+ dan air, begitu pula dengan glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manotol,sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. 2. Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henles loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika loop seperti furosemida, bumetanida dan etakrinat bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak. 3. Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di empat ini denganmemperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+. Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spirolakton)dan zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ kurang dari 5% dan retensi K+. 4. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.II.4 Masalah yang Timbul pada Pemberian Diuretik1. Hipokalemia Sekitar 50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsi di tubulus proksimal dan sebagian besar dari sisanya direabsorbsi di ascending limb loop dari Henle. Hanya 10% yang mencapai tubulus konvolutus distal. Kalium ada yang disekresi di pars recta tubulus distal. Terjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik disebabkan oleh: Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal. Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalam tubulus distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat karbonik anhidrase akan meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal. Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus proksimal. Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending limb. Hipokalemia akibat pemberian diuretik dapat menyebabkan : 1. Gangguan toleransi glukosa. Hipokalemia menghambat pengeluaran insulin endogen. 2. Hepatik ensefalopati. Pemberian diuretik harus hati-hati pada keadaan hati yang dekompensasi. 3. Artimia. Bila penderita sedang mendapat digitalis, hipokalemia dapat merangsang terjadinya aritmia. Penambahan kalium hanya diberikan bila: a. Kadar kalium darah kurang dari 3 meq/1. b. Dekompensasi hati yang mendapat diuretik (bukan Spironolakton). c. Penderita yang mendapat digitalis. 2. Hiperkalemia Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkan- kadar kalum darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spironolakton,. Amiloride, Triamterene. Kerja Spironolakton bergantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya menghambat sekresi kalium di tubulus distal. Kita harus berhati- hati atau sebaiknya diuretik jenis ini tidak diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes mellitus, dehidrasi berat atau diberikan bersama preparat yang mengandung kalium tinggi. 3. Hiponatremia Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin > 20 mq/L, kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terdapat alkalosis metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian. Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar natrium < 110 meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan pertanda buruk akibat hponatremia. Keadaan ini harus ditanggulangi secepatnya. 4. Deplesi Cairan Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pemakaian diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paru akibat payah jantung. Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoalbuminemi yang berat, pemberian diuretik dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan penurunan berat badan lebih dari 1 kg sehari. 5. Gangguan Keseimbangan Asam Basa Alkalosis metabolik terjadi akibat: Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar HCO3 dalam darah. Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan HCO3. Deplesi asam hidroklorida. Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalah tiasid dan diuretik loop. Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai pengurangan ekskresi klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebab lain seperti muntah- muntah, kehilangan asam lambung akibat pemasangan sonde lambung. Asidosis metabolik terjadi akibat: Sekresi ion H dihambat. Reabsorbsi HCO3 dihambat. Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis metabolik akibat dua proses di atas. Diuretik potassiumsparing menghambat sekresi ionH sehingga dapat menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis metabolik yang diakibatkan diuretik biasanya tidak disertai peninggian anion gap (Na (HCO3 + Cl) < 16 mcq/L).6. Gangguan Metabolik a. Hiperglikemi Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (hiperglikemi). Hipokalemia akibat pemberian diuretik dibuktikan sebagai penyebab gangguan toleransi ini (respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase II terganggu). Diuretik potassiumsparing tidak menyebabkan gangguan toleransi glukosa.b. Hiperlipidemia Trigliserida, kolesterol, Cholesterol HDL, Cholesterol VLDL akan meningkat dan Cholesterol HDL akan berkurang pada pemberian diuretik jangka lama (> 4 minggu). Antagonis Aldosteron akan menghambat ACTH, mengganggu hormon androgen (anti androgen). Mengakibatkan terjadinya ginekomastia atau gangguan menstruasi. c. Hiperurikemia Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Karena terjadi pengurangan volume plasma maka filtrasi melalui glomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus meningkat. Dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya hiponatremi. Bila natrium dikoreksi, kliren asam urat akan diperbaiki. d. Hiperkalsemia Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium darah. Ekskresi kalsium melalui urin akan berkurang. Peninggian kalsium darah ini disebutkan juga mempunyai hubungan dengan keadaan hiperparatiroid. Dari penelitian epidemiologi di Stockholm dilaporkan bahwa 70% dari orang yang hiperkalsemi setelah mendapat diuretik, menderita adenoma paratiroid e. Hipokalsemia Diuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan ekskresi kalsium melalui urin.

7. ToksisitasDiuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksi hipersensitifitas. Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran batu asam urat pada penderita dengan riwayat gout. Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat menimbulkan nefropati hipokalemi. Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan ototoksisiti. Lebih nyata lagi bila ada gagal ginjal. Gabungan dengan.II.5 Hubungan Struktur dan Aktivitas Obat Diuretik Diuretika OsmotikDiuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretika osmotik mempunyai berat molekul rendah, dalam tubuh tidak mengalami metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsul bowman ginjal, dan tidak diabsorbsi kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis besar atau lerutan pekat akan menarik air dan elektrolit ketubulus renalis, yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa, sehingga terjadi diuresis.Diuretika osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Efek samping diuretika osmotik antara lain adalah gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia. Contohnya : manitol, glukosa, sukrosa dan urea.Manitol adalah diuresis osmotik yang digunakan untuk mengatasi berbagai keadaan sembab apabila turunan tiazida sudah tidak efektif lagi. Manitol juga digunakan sebagai bahan diagnostik untuk mengukur kecepatan filtrasi glomerulus. Dosis diuretika : 50-200 g/hari, diberikan melalui infus IV 200 mg/Kg BB denngan kadar 15-25%. Diuretika Pembentuk AsamDiuretika pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik. Senyawa golongan ini efek diuretiknya lemah dan menimbulkan asidosis hiperkloremik sistemik. Efek samping yang ditimbulkan antara lain adalah iritasi lambung, penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan ketidak normalan fungsi ginjal.Contohnya : amonium klorida, amonium nitrat dan kalsium klorida.Mekanisme KerjaMekanisme terjadinya efek diuresis oleh aminium klorida digambarkan secara skematik melalui reaksi sebagai berikut :

Selain itu kelebihan ion Cl- dalam urin akan meningkatkan ion Na+ membentuk garam NaCl dan kemudian diekskresikan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air dan terjadi diuresis.Penggunaan amonium klorida dalam sediaan tunggal kurang efektif karena setelah 1-2 hari, tubuh (ginjal) mengadakan kompensasi dengan memproduksi amonia, yang akan menetralkan kelebihan asam, membentuk NH4+ , yang segera berinteraksi denagn ion Cl- membentuk NH4Cl dan kemudian diekskresikan, sehingga efek diuretiknya akan menurun secara drastis. Oleh karena itu di klinik biasanya digunakan bersama-sama denga diuretika lain, seperti turunan merkuri organik. Dosis oral untuk diuretik : 1-1,5 g 4 dd.NH4Cl lebih sering digunakan sebagai ekspektoran dalam campuran obat batuk, karena dapat meningkatkan sekresi cairan saluran napas sehingga mudah dikeluarkan. Diuretika Merkuri OrganikDiuretika merkuri organik adalah saluretik karena dapat menghambat absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Absorpsi pada saluran cerna rendah dan menimbulkan iritasi lambung sehingga pada umumnya diberikan secara parenteral. Dibanding obat diuretik lain, penggunaan diuretika merkuri organik mempunyai beberapa keuntungan, antara lain tidak menimbulkan hipokalemi, tidak mengubah keseimbangan elektrolit dan tidak mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan asam urat. Efek iritasi setempat besar dan menimbulkan nekrosis jaringan. Diuretika merkuri organik menimbulkan reaksi sistemik yang berat sehingga sekarang jarang digunakan sebagai obat diuretik.Mekanisme kerjaDiuretika merkuri organik mengandung ion merkuri, yang dapat berinteraksi dengan gugus SH enzim ginjal (Na, K-dependent ATP-ase) yang berperan pada produksi energi yang diperlukan untuk absorpsi kembali elektrolit dalam membran tubulus, sehingga enzim menjadi tidak aktif. Akibatnya absorpsi kembali ion-ion Na+dan Cl- ditubulus menurun, kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air sehingga terjadi efek diuresis.Mekanisme kerja diuretika merkuri organik dengan gugus SH enzim dijelaskan sebagai berikut :

Keterangan : GH dapat berupa gugus-gugus nukleofil, seperti OH, COOH, NH2, SH atau cincin imidazol.Hubungan struktur-aktivitasDiuretika merkuri organik mempunyai rantai yang terdiri dari 3 atom C dan satu atom Hg pada salah satu ujung rantai, yang mengikat gugus hidrofil X.

R = Gugus aromatik, heterosiklik atau alisiklik yang terikat pada rantai propil melalui gugus karbamoil. Gugus R sangat menentukan distribusi dan kecepatan ekskresi diuretika.Y = biasanya gugus metil, dapat pula gugus etil, secara umum pengaruh gugus terhadap sifat senyawa adalah kecil.X = subtituen yang bersifat hidrofil. Biasanya X adalah gugus teofilin, yang meningkatkan kecepatan absorbsi, dan juga mempunyai efek diuretik (terjadi potensiasi). Bila X adalah gugud tiol, seperti asam merkaptoasetat atau tiosorbitol, dapat mengurangi toksisitas terhadap jantung dan efek iritasi setempat.Contoh diuretika merkuri organik dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I Diuretika Penghambat Karbonik AnhidraseSenyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik, digunakan secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum diketemukan diuretika turunan tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan, parestesia, asidosis sistematik, alkalinasi urin dan hipokalemi. Adanya efek asidosis sistematik dan alkalinasi urin dapat mengubah secara bermakna perbandingan bentuk terionisasi dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain dalam cairan tubuh, sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan, metabolisme, ekskresi dan aktivitas obat-obat tersebut. Penggunaan diuretika penghambat karbonik anhidrase terbatas karena cepat menimbulkan toleransi. Sekarang, diuretika penghambat karbonik anhidrase lebih banyak digunakan sebagai obat penunjang pada pengobatan glaukoma, dikombinasi dengan miotik, seperti pilokorpin, karena dapat menekan pembentukan aqueous humour dan menurunkan tekanan dalam mata.Mekanisme kerjaKarbonik anhidrase adalah metaloenzim yang berperan dalam pembentukan asam karbonat, sebagai hasil reaksi antara air dan gas asam arang. Asam karbonat yang terbentuk kemudian terdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+inilah yang digunakan sebagai pengganti ion-ion Na+ dan K+ yang diabsorpsi kembali dalam tubulus renalisMekanisme diatas, digambarkan secara skematik sebagai berikut :

Bila kerja enzim dihambat maka produksi asam karbonat akan menurun, sehingga jumlah ion H+sebagai pengganti ion Na+juga menurun. Akibatnya jumlah ion Na+yang diabsorpsi kembali akan menurun dan ion Na+yang tertinggal, bersama-sama dengan HCO3-dan air, akan meningkatkan volume urin, yang kemudian dikeluarkan dan menyebabkan efek diuresis.Beberepa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.1. Karena struktur gugus sulfamil mirp dengan asam karbonat, diuretika yang mengandung gugus sulfamil, seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat menghambat enzim karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe kompetitif. Hipotesis pembentukan kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase dapat dilihat pada gambar 3.Gambar 3. Pembentukan kompeks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase pada sisi aktif melalui ikatan hidrogen.

2. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen pada gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja enzim.

Hubungan struktur-aktivitas1. Yang berperan terhadap aktivitas diuretika penghambat karbonik anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.2. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini disebabkan karena metazolid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada tubulus menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolid mempunyai aktivitas diuretik 5 kali lebih besar dibanding asetazolamid.

3. Modifikasi yang lain dari struktur asetazolamid secara umum akan menurunkan aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan perpanjangan gugus alkil pada rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.Contoh :a. Asetazolamid (Diamox, Glaupax), diabsorpsi secara cepat dalam saluran cerna, diekskresikan melalui urin dalam bentuk tak berubah 70%. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro 5 jam. Asetazolamid juga digunakan untuk pengobatan glaukoma dan sebagai penunjang pada pengobatan epilepsi petit mal, dikombinasi dengan obat antikejang, seperti fenitoin. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 250 mg 2-4 dd.b. Metazolamid, dianjurkan sebagai penunjang pada pengobatan glaukoma kronik. Penurunan tekanan intraokuler terjadi 4 jam setelah pemberian oral, dengan efek puncak dalam 6-8 jam, dan masa kerja 10-18 jam. Dosis untuk pengobatan glaukoma : 50-100 mg 2-3 dd.c. Etokzolamid, mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding asetazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma: 125-250 mg 2-4 dd.d. Diklorfenamid, aktivitas diuretiknya sama dengan metazolamid, digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan glaukoma: 25-100 mg 2-4 dd.

Diuretika Turunan TiazidaDiuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg+1 dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat. Diuretika turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi Diuretika turunan tiazida menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut.Mekanisme kerjaDiuretika turunan tiazida mengandung gugus sulfamil sehingga dapat menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretiknya terjadi karena adanya pemblokan proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada loop of Henle, dengan mekanisme yang belum jelas kemungkinan karena peran dari prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik anhidrase di tubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah.

Hubungan struktur dan aktivitasStudi hubungan struktur-aktivitas diuretika turunan tiazida menunjukkan bahwa aktivitas diuretik meningkat bila senyawa mempunyai gambaran struktur sebagai berikut:1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2 mempunyai aktivitas yang lebih besar.2. Pada posisi 2 ada substituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.3. Pada posisi 3 ada substituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2S CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat meningkatk aktivitas diuretik 10 kali.5. Substitusi langsung pada posisi 4,5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas diuretik.6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan CF3. Hilangnya gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas. Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretik.8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus elektronegatif lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid (thiazide-like diuretics) seperti pada turunan salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid (klopamid dan indapamid), dan turunan ptalimidin (klortalidon).Hubungan struktur dan aktivitas diuretika turunan tiazida dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hubungan struktur-aktivitas diuretika turunan tiazida

Keterangan :*) : potensi dibandingkan dengan aktivitas meralurid (=1)-) : tidak ada data penelitian

(Disadur dari foye WO, Ed, principles of medicinal chemistry, 3rd ed, philadelphia :lea d febiger, 1989,hal 406-407, dengan modifikasi )Dari Tabel 4. terlihat bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara potebsi naturetik oral dengan aktivitas penghambat karbonik anhidrase, yang dapat dilihat dari dosis penggunaan.Contoh :1. Hidroklorotiazid (H.C.T), merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan kartikosteroid atau hormon estrogen. Hidriklorotiazid juga digunakan untuk mrngontrol hipertensi ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan obat antihipertensi, seperti reserpindan hidralazin (ser-Ap-Es) atau-bloker,seperti asebutolol(sectrazide).Awal kerja obat terjadi 2 jam setelah pemberiaan secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 4 jam, dengan masa kerja 10 jam. Ketersediaan hayatinya 65 % dan dapat meninggkat menjadi 75% bila diberikan bersama-sama makanan. Dosis diuretik : 25-200mg 1-2dd, untuk mengontrol hipertensi: 25-50 mg 1-2 dd.2. Bendroflumetiazid ( Naturetin), mempunyai aktifitas diuretik yang lebih tinggi dan masa kerja yang lebih panjang ( 18 jam) dibanding hidroklorotiazid. Bendroflumetiazid digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab : 5 mg 1dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.3. Xipamid (Diurexan), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang noderat dan berat, serta untuk mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati, dan rematik. Masa kerja antihipertensinya 24 jam, dan efek diuretiknya 12 jam. Dosis : 10- 40 mg/ hari4. Indapamid (natrilix) merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi esensial yang ringan dan moderat. Indapamid dapat menurunkan kontraksi pembuluh darah sel otot polos karena mempengaruhi penukaran ion antar membran, terutama ca, dan merangsang sintesis prostaglandin PGE2 sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorbsi indapamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam setelah pemberiaan oral, dan 79 % obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro eliminasinya 15- 18 jam. Dosis : 2,5 mg/ hari.5. Klopamid, merupakan diuretik deng efek antihipertensi yang kuat digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat. Absorbsi klopamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, 40 -50 % obat terikat oleh plasma protein, dengan waktu paro eliminasi 6 jam. Dosis : 5 mg/hari6. Klortalidon (hygroton), merupakan diuretik kuat dengan masa kerja yang panjang, ( 48-72 jam). Klortalidon juga digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan, kadang- kadang dikombinasi dengan - bloker, seperti atenolol (tenoretic) dan oksprenolol (trasintensin). Absorbsi klortalidonrelatif lambat dan tidak sempurna, waktu paro absorbsi 2,6 jam, dan kadar darah maksimal dicapai setelah 2-4 jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah sehingga mempunyai waktu paruh plasma cukup panjang 35 -60 jam. Dosis oral untuk diuretik : 50 -100 mg, 3 kali per minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk mengontrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.

Diuretik Hemat KaliumDiuretik hemat kalium yang mempunyai aktivitas natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+dan meningkatkan sekresi ion Na+dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalem, dapat memperberat penyakit diabetes dan priai, serta menyebabkan ganguan pada saluran cerna.Mekanisme kerja Diuretika hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion ion, memblok absorbsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan eksresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.Diuretik hemat kalium dibagi menjdi dua keompok, yaitu diuretika dengan efek langsung dan antagonis aldosteron.1. Diuretika dengan efek langsung Contoh : amilorid dan trianterena. Amilorid HCL (puritrid), selain bekerja melalui mekanisme kerja diatas juga dapt mengubah permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan menyebabkan retensi K+ dan H+, amilorid digunakan untuk mengontrol sembab an hipertensi. Awalmkerja amilorid terjadi 2-3 jam setelah pemberiaan secara oral, kadar serum tertinggi dicapai dalam 3-4 jam, waktu paro 6 jamdan mempunyai masa kerja cukup panjang 24 jam. Penggunaan obat dapat dalam bentuk tunggal atau dikombinasi dengan diuretik turunan tiazid. Dosis oral untuk diuretik : 5 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 5 mg 1ddb. Triamteren, adalah diuretik turunan pteridin, absorbsi dalam saluran cerna cepat tetapi tidak sempurna. Ketresediaan hayatinya 30 -70 %, pada cairan tubuh terikat oleh protein plasma. Kadar plasmatertingg obat dicapai dalam 1 -2 jam setelah pemberiaan oral, dengan waktu paro, dengan waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis diuretik : 150 :300 mg/hari.

2. Antagonis Aldosteron Contoh : spironolaktonAldesteron, adalah mineralkortikoid yang dikeluarkan olek korteksadrenalismerupakan senyawa yang aktif untuk menahan elektrolit, dapat meningkatkan absorbsi kembali ion Na+ dan Cl- serta eksresi ion K+ dalam saluran pengumpul.

Senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan aldosteron, seperti spironolakton, bekerja sebagai antagonis melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor pada saluran pengumpul, dimana terjadi pertukaran ion Na+dan K+. penghambatan tersebut menyebabkan ekskresi ion Na+ dan Cl+, serta retensi ion K+.

Contoh;Spironolakton (aldactone, idrolatton), diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna, 98% terikat oleh protein plasma. Spironolakton cepat dimetabolisme dihati menjadi kanrenon, yaitu bentuk yang bertanggung jawab terhadap 80% aktivitas diuretiknya. Waktu paronya cukup lama, antara 10-30 jam. Aktivitanya meningkat bila diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan yiazid atau diuretik loop. Dosis 50-100mh/hari Diuretik LoopDiuretik loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitas jauh lebih besar dibandingakann turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat memblok penggankutan aktif NaCl pada loop henle sehingga menurunkan absorbsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25 %Mekanisme kerjaModel kerja diuretik loop pada tingkat molekul belum diketahui secara pasti, tetapi ada tiga hipotesis yang kemungkinan dapat digunakan untuk menjelaskan model kerja tersebut, yaitu:1. Penghambatan enzim Na +K +ATP ase2. Penghambat atau pemindahan siklik AMP,3. Penghambat glikolisisDiuretik loop menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti hiperurisemi, hiperglikemia, hipotesis, hipokalemi, hipokloremik alkalosis, kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan sembab paru yang akut, sebab karna kelainan jantung, ginjal atau hati, sembab karena keracunan kehamilan, sebab otak dan untuk pengobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang cukupan dan berat biasanya dikombinasi dengan obat antihipertensi seperti L--metildopa.Struktur kimia golongan ini Bervariasi dan secara umumdapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu turunan asam fenoksiasetat dan turunan sulfonomida.1. Turunan asam fenoksiasetatContoh ; asam etakrinatAsam etakrinat menimbulkan aktivitas diuretic karena dapat berinteraksi dengan gugus sulfihidril enzim yang bertanggung jawab pada absorbsikembali Na+ditubulus renalis. Yang berperan pada interaksi tersebut adalah gugus - ikatan rangkap tidak jenuh.Mekanisme reaksi asam etakrinat dengan gugus sulfihidrilenzim dijelaskan sebagai berikut: Asam etakrinat mempunyai awal kerja yang cepat 30 menit setelah pemberian oral, dan efeknya berakhir setelah 6-8 jam. Dosis: 50-100mg 2-3dd. Aktivitas relative beberapa turunan asam etakrinat dapat dilihat pada tablel 5.

Tabel 5. Aktivitas relatife analog asam etakrinatStruktur umum : Keterangan :Penghambat sulfihidril dalam menit untuk 50% reaksi.Penghambatan ATP- ase dari korteks renalis marmot (in vitro) .(Dari Sprague (1968), diureticks, dalam Rabinowits dan Myerson, Eds, Medicinal chemestri, vol, 2. Disadur dari foye WO. Ed , principles of medicinal chemistry, 3rd ed,Philadelphia: lea dan febiger, 1989, hal 209, dengan modifikasi).

Pada turunan fenoksiasetat aktivitas optimal dicapai bila:a. Gugus amino terletak pada posisi 1 cincin benzene.b. Gugus akriolilsulfihidrilyang reaktif terletak pada posisi para dari gugus asam oksiasetat.c. Gugus aktivasi (CH3atau CL) terletak pada posisi 3atau sampai posisi 2 dan 3.d. Subtituen alkil dari 2 sampai 4 panjang atom C terletak pada posisi a dari karbonil pada gugus akriloile. Atom atom H terletak pada posisi ujung C =C dari gugus akriloil.

Hubungan struktur dan aktivitas a. Reduksi gugus - keton tidak jenuh akan menghilangkan aktivitas, karena senyawa tidak mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim.b. Substitusi H pada atom C dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas.c. Adanya gugus etil pada atom Cmembuat senyawa mempunyai aktivitas maksimal. Makin besar jumlah atom C, aktivitasnya makin menurun.d. Substitusi pada cincin aromatik. Adanya gugus Cl pada posisi orto cinci aromatik, dapat meningkatkan aktivitas lebih besar dibandingkan substitusi pada posisi meta, karena efek induktif gugus penarik elektron tersebut dapat menunjang serangan nukliofil terhadap gugus SH. Disubstitusi gugus Cl atau metil pada posisi orto dan meta akan meningkatkan aktivitas. Adanya gugus pendorong elektron kuat pada cincin aromatik, seperti gugus amino atau alkoksi, akan menurunkan aktivitassecara dratis.e. Adanya gugus oksiasetat pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas, letak gugus pada posisi orto atau meta akan menurunkan aktivitas2. Turunan sulfamoil Benzoat Turunan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat dan 5-sulfamoil-3aminobenzoat.Contoh turunan asam5- sulfamoil-2aminobenzoat: furosemid,dan azosemisContoh turunan asam 5-sulfamoil-3aminobenzoat: bumetanid dan piretanidHubungan struktur dan aktivitas a. Subtituen pada posisi 1 harus bersifat asam, gugus karboksilat mempunyai aktivitas diuretik optimum.b. Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas diuretik yang optimum.c. Gugus aktivitas pada posisi 4 bersifat penarik elektron, seperti gugus-gugus Cl dan CF3 dapat pula diganti dengan gugus fenoksi (C6H5O-), alkolksi, anilino (C6 H5-NH-), benzil, benzol, atau C6H5-S, dengan disertai penurunan aktivitasd. Pada turunan asam 5sulfamoil-2-aminobenzoat, substituen pada gugus 2 amino relatif terbatas, hanya gugus furfuril, benzil dan tienilmetil yang menunjukan aktivitas diuretik optimal.e. Pada turunan asam 5- sulfamoil -3- aminobenzoat, subtituen pada gugus 3 amino relatif lebih banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik optimal.Contoh :a. Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan), merupakan diuretika saluretik yang kuat, aktivitasnya 8-10 kali diuretika tiazida. Awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif pendek kurang lebih 6-8 jam. Absorpsi furosemid dalam saluran cerna cepat, ketersediaanhayatinya 60-69% pada subyek normal, dan kurang lebih 91-99 % obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro biologis kurang lebih 2 jam. Furosemid digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat, karena dapat menurunkan tekanan darah, dosis 20-80 mg/hari.

b. Bumetanid (burinex), merupakan diuretik yang kuat denagn masa kerja pendek (kurang lebih 4 jam). Bunetanid digunakan terutama untuk pengobatan sembab yang berhubungan dengan penyakit jantng, hati dan ginjal. Pemindahan gugus amin dari posisi2 keposisi 3, dapat meningkatkan aktivitas diuretik sampai kuranglebih 50 kali, tetapi senyawa mempunyai masa kerja yang pendek. Bumetanid diabsorpsi dalam saluran cerna secara cepat dan sempurna, kurang lebih 98 % terikat oleh protein plasma. Efek maksimum dicapai kurang lebih 2 jam setelah peamberian oral, dan waktu parunya kurang lebih 1 jam. Selain sebagai diuretik, bumetanid juga mempunyai efek antihipertensi. Dosis 1-2 mg/hari.

B A B IIIK E S I M P U L A NIII.1 KesimpulanDiuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon anti diuretik ADH. Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan darah. Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis- jenis tersebut adalah diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik anhidrase ginjal, diuretik derifat tiasid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik merkuri organik dan diuretik pembentukan asam. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012,http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_MasalahPenggunaanDiuretika.html.Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB.Siswandono et. Bambang S., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya.Tjay, Tan Hoan dan Kirana Larasati. 2007. Obat-Obat Penting Edisi Ke Enam Cetakan Pertama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Tim Editor. 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru http://pharmafemme.blogspot.com/2009/06/25/diuretik.html