Makalah Kimia Lingkungan Tanah Revisi 2 Sdh

download Makalah Kimia Lingkungan Tanah Revisi 2 Sdh

of 32

description

kimia lingkungan tanah s1

Transcript of Makalah Kimia Lingkungan Tanah Revisi 2 Sdh

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami proses pelapukan akibat pengaruh iklim, terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme hidup termasuk vegetasi, organisme (manusia) pada suatu topografi atau relief tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Hasil pelapukan tersebut berupa bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi. Tanah terdiri dari partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air.

Menurut soil survey staff (1975) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh air yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah yang sulit didefinisikan. Ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m2 tergantung pada keragaman horisonnya.

Perubahan batuan induk menjadi bahan induk yang kemudian membentuk tanah, terjadi melalui proses pelapukan secara fisik, kimiawi dan biologi. Tanah disebut sebagai media yang dinamik disebabkan karena proses pelapukan fisik, kimiawi dan biologinya terus berlanjut tanpa pernah berhenti. Ketiga proses tersebut menjadi proses yang sangat penting dalam pembentukan tanah.

Cepat atau lambatnya ketiga proses tersebut bekerja membentuk sebuah solum tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor: jenis bahan induk, iklim, biota, topografi (relief) dan waktu. Proses dan faktor pembentuk tanah merupakan sebuah sistem yang terbuka, dimana dari sistem tersebut dapat terjadi pembentukan atau penambahan sebuah materi yang baru dan dapat juga menghilangkan sebuah materi. Oleh sebab itu dari sistem ini dihasilkan tanah dengan karateristik yang berbeda-beda sesuai dengan tempat terbentuknya.

Salah satu faktor pembentuk tanah adalah batuan induk. Batuan merupakan hasil akumulasi mineral-mineral. Tanah yang dihasilkan dari pelapukan batuan induk juga mengandung bahan mineral. Mineral yang terkandung dalam batuan dapat sama dan dapat juga berbeda sesuai dengan bahan awal pembentuknya. Berdasarkan sumber dan proses pembentukannya batuan terbagi atas; batuan beku, piroklastik, sedimen dan metamorf.

Batuan beku dan piroklastik memiliki kandungan mineral yang relatif sama, hal ini disebabkan karena keduanya berasal dari hasil aktivitas magma dan vulkanisme. Batuan sedimen mengandung mineral hasil rekristalisasi, alterasi dan ubahan dari mineral primer (mineral yang terdapat dalam batuan beku dan piroklastik). Sedangkan batuan metamorf memiliki kandungan mineral yang lebih resisten dibanding batuan lainnya. Hal ini disebabkan karena proses penambahan tekanan dan temperatur yang menyebabkan mineralnya mengalami alterasi dengan struktur yang lebih resisten, seperti mineral kyanit dan zircon. Batuan beku dan piroklastik merupakan batuan induk yang banyak mengandung unsur-unsur hara tanaman sedangkan batuan endapan terutama endapan tua (sedimen) dan metamorfosa umumnya mengandung mineral-mineral yang rendah kadar unsur haranya.

Oleh karena mengingat pentingnya tentang kimia lingkungan tersebut, maka disusunlah makalah kimia lingkungan tanah. Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsepsi tanah, jenis-jenis, sifat-sifat, mikroorganisme serta pencemaran dalam tanah.B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah struktur tanah yang ideal?

2. Bagaimanakah sifat-sifat fisik tanah?

3. Bagaimanakah sifat-sifat kimia tanah?

4. Mikroorganisme apa yang terdapat dalam tanah?

5. Apakah yang menjadi faktor penyebab pencemaran tanah?

6. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah?

C. Tujuan

1. Mengetahui struktur tanah yang ideal.

2. Menjelaskan sifat-sifat fisik tanah.

3. Menjelaskan sifat-sifat kimia tanah.

4. Menjelaskan mikroorganisme yang terdapat dalam tanah.

5. Menjelaskan faktor penyebab pencemaran tanah.

6. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah

BAB II

DASAR TEORIA. Tanah

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang

berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.

Gambar 2.1Diagram Fase Tanah

Sumber: http://repository.usu.ac.idTanah terdiri dari tiga komponen yaitu udara, air dan bahan padat (Gambar 2.1). Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran (ruang ini disebut pori atau voids) sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara.Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam tanah yang secara spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi, termasuk proses pembentukannya. Sebagian besar jenis tanah mengacu pada pola utama lapisan tanah yang kadang-kadang disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Setiap lapisan ditandai dengan huruf, dengan urutannya sebagai berikut: O-A-B-C-R.

Gambar 2.2

Lapisan Tanah

Sumber: http://thiaashipa27.blogspot.com/2013/04/tanah.htmlKeterangan:

1. Lapisan O

Huruf O menujukkan kata "organik". lapisan ini disebut juga dengan humus. Lapisan ini didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang berasal dari berbagai tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan dedaunan yang berada di atas tanah, yang sesungguhnya bukan bagian dari tanah itu sendiri.

2. Lapisan A

Lapisan A adalah lapisan atas dari tanah, sehingga diberi huruf A. Kondisi teknis dari lapisan A mungkin bervariasi, namun seringkali dijelaskan sebagai lapisan tanah yang relatif lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini memiliki warna yang lebih gelap dari pada lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak material organik. Dan mungkin lapisan ini lebih ringan dan mengandung lebih sedikit tanah liat. Lapisan A dikenal sebagai lapisan yang memiliki banyak aktivitas biologi. Organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda, nematoda, jamur, dan berbagai spesies bakteri dan bakteri archaea terkonsentrasi di sini, dan seringkali berhubungan dengan akar tanaman.

3. Lapisan E

Lapisan E merupakan horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terang.4. Lapisan B

Lapisan B umunya disebut lapisan tanah bawah, dan mengandung lapisan mineral yang mirip dengan lapisan mineral tanah liat seperti besi atau aluminium, atau material organik yang sampai ke lapisan tersebut oleh suatu proses kebocoran. Akar tanaman menembus lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat miskin material organik. Lapisan ini umumnya berwarna kecoklatan, atau kemerahan akibat tanah liat dan besi oksida yang terbilas dari lapisan A.

5. Lapisan C

Lapisan C dinamakan karena berada di bawah A dan B. Lapisan ini sedikit dipengaruhi oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini mungkin mengandung bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan C juga mengandung material induk.

6. Lapisan R

Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian pelapukan bebatuan menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini sangat padat dan keras dan tidak bisa digali dengan tangan.B. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan bentuk/ kondisi tanah asli, yang termasuk di antaranya adalah warna, tekstur, struktur, porositas, konsistensi maupun drainase. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik dalam hal absorbsi unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas gerakan akar tanaman.1. Warna Tanah

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah oleh karena warna dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah. Adapun penyebab perbedaan warna tanah umumnya adalah akibat perbedaaan kandungan bahan organik; semakin banyak kandungan bahan organik tanah tersebut maka warnanya akan semakin gelap. Sebagian tanah warnanya disebabkan oleh warna mineral tanah itu sendiri.Pada lapisan bawah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe. Pada daerah yang berdrainase buruk, yaitu sering tergenang air, maka seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan tereduksi, sedangkan pada tanah berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi yang berwarna merah atau limonit yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang kering maka disamping berwarna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan merah atau kuning yaitu dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut.

Ada 3 komponen penentu warna tanah, yaitu: hue, kroma (chrome) dan nilai (value):

a. Hue: menunjukkan panjang gelombang cahaya dominan yang dipantulkan benda.

b. Kroma: ukuran derajat kemurnian atau kejenuhan warna hue. Memiliki skala dari 0-20. Makin tinggi, warna makin terang.

c. Nilai: ukuran tingkat kebersihan atau kekotoran (terang-gelapnya) warna. Dinyatakan dengan skala 1-10 (derajat kombinasi pigmen hitam dan putih).

2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, debu, dan liat. Berdasarkan persentase perbandingan fraksi fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus tekstur tanah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun karena berkurangnya kemampuan tanah dalam menghisap air.Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah-tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Untuk penentuan tekstur tanah, dilakukan dengan menggunakan diagram segitiga tekstur tanah.

Gambar 2.13

Diagram segitiga tekstur tanah

Sumber: Adapsi B.G. Lewis. Soil Chemistry Vol IIBerdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi:

1) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir: bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2) Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.

3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:

a) Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.

b) Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt).

c) Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).

3. Struktur TanahStruktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Pada bahasan ini struktur tanah diberi batasan sebagai penyusunan partikel primer dan sekunder ke dalam suatu bentuk susunan tertentu dengan ruang pori. Jadi, ada 3 komponen struktur tanah yaitu padatan, bahan semen, dan ruang pori.

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman persatuan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman yang tumbuh pada tanah berstruktur padat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat dibandingkan akar tanaman pada tanah padat, dikarenakan banyaknya pori-pori pada tanah yang remah sehingga memudahkan akar melakukan intersepsi. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandingkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.Agregat tanah merupakan struktur tanah yang tersusun atas partikel primer berupa pasir, debu, dan liat. Agregat dibedakkan menjadi 4 golongan, yaitu :1) Kubus (blocky)

Gambar 2.4Struktur tanah Kubus (Blocky)

Sumber: http://thiaashipa27.blogspot.com/2013/04/tanah.htmlStruktur tanah kubus yaitu agregat yang mempunyai sumbu horizontal sama panjang dengan sumbu vertical sehingga agregat berbentuk seperti kubus. Jika sudutnya membulat disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuran agregat yang berbentuk kubus atau kubus membulat dapat mencapai 10 cm.

2) Lempeng (platy)

Gambar 2.5Struktur tanah Lempeng (Platy)

Sumber: http://epetani.deptan.go.id/blog/sifat-fisika-tanah-1703Struktur tanah lempeng yaitu agregat yang mempunyai sumbu horizontal lebih pendek dibandingkan sumbu vertikal sehingga agregat berbentuk pipih seperti lempengan. Agregat berbentuk lempeng biasanya terdapat pada tanah-tanah yang baru mengalami pengendapan.

3) Prisma

Gambar 2.6Struktur tanah Prisma

Sumber: http://thiaashipa27.blogspot.com/2013/04/tanah.htmlStruktur tanah prisma yaitu agregat yang mempunyai sumbu vertical lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai enam sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat, terutama di daerah semiarid. Jika puncaknya datar disebut prismatik dan jika membulat disebut kolumner.4) Granuler

Gambar 2.7Struktur tanah Granuler

Sumber: http://epetani.deptan.go.id/blog/sifat-fisika-tanah-1703Struktur tanah granuler yaitu agregat yang membulat biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut Crumbs atau Spherical. Ukuran struktur tanah berbeda-beda sesuai dengan bentuknya

Tabel 2.1 Ukuran butir-butir struktur tanah

UkuranLempengPrismaGumpalGranularRemah

Mm

Sangat halus< 1< 10< 5< 1< 1

Halus (kecil)1-210-205-101-21-2

Sedang2-520-5010-202-52-5

Kasar (besar)5-1050-10020-505-10-

Sangat kasar>10>100>50>10-

Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksida besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat antara lain:

a. Bahan Induk Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.

b. Bahan organik tanah Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.c. Tanaman Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Di samping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tersebut.

d. Organisme tanah Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat !ubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikelaarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.

e. Waktu Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.

f. Iklim Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.4. KonsistensiKonsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan lembab tanah dibedakan ke dalam bentuk konsistensi gembur sampai teguh. Dalam keadaan kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

5. Pori-pori tanah

Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehingga tanaman sering mengalami kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dari tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler atau remah porositas lebih tinggi dibanding yang berstruktur massif.6. Drainase

Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering yang tidak pernah tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal dan drainase internal. Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external drainage) maupun melalui peresapan ke dalam tanah (internal drainage). External drainage banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal drainage ditentukan oleh tekstur tanah. Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibedakan atas kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah). Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik kalau tanah selalu tergenang air.

C. Sifat Kimia TanahTanah terbentuk dari batuan yang melapuk. Adapun komposisi kimia rata-rata dari batuan beku ditunjukkkan dalam Tabel 2.2. Variasi kandungan unsur Silikon, Oksigen dan Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral silikat dan aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsium, magnesium, natrium, dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai komposisi mineralogik dari tanah yang telah melapuk minimal atau sedang. Sejumlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika pada fraksi pasir dan debunya, liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan negatif liat dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium.

Tabel 2.2 Komposisi kimia batuan beku dan tanah-tanah yang melapuk intensifSenyawaPersentase unsur kimia

SiO2

Al2O3

Fe2O3 TiO2

MnO

CaO

MgO

K2O

Na2O

P2O5 SO360

16

7

1

0,1

5

4

3

4

0,3

0,1

Total100,5

Adapted from Bohn, McNeal, and OConnor, 1985 in Foth, 1990Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu, terjadi pula perubahan komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah, terjadi kehilangan unsur-unsur Si relatif terhadap Al dan Fe. Pelepasan dan kehilangan Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si, dan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk intensif.

Adapun penjelasan masing-masing sifat-sifat kimia tanah yang penting untuk dipahami1. Reaksi tanah atau pH tanahReaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada tanah alkalin kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH- dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air murni yaitu:

HOH

H+ + OH-

[ H+] [OH-] = 10-14 = K (konstan)

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dsb. Didalam tanah, kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah diserap oleh koloid-koloid tersebut Banyaknya kation yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah dinamakan kapasitas sukar tercuci oleh gaya gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut disebut pertukaran kation.

Penetapan KTK di laboratorium dilakukan dengan menggunakan ekstraksi ammonium asetat pada pH 7 (NH4OAc pH 7). Cara lain yaitu ekstraksi dengan garam netral (misalnya dengan 1 N KCl) pada pH tanah yang sebenarnya, atau ekstraksi dengan barium klorida + trietanolamin (BaCl2-TEA) yang disangga pada pH 8,2. Dengan cara ini kita akan mendapatkan KTK tergantung pH, KTK efektif, dll.Kapasitas tukar tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang jauh lebih tinggi dibandingkan mineral liat seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3.Tabel 2.3 KTK koloid tanah

Koloid tanahKTK (cmol (+)/kg)

Humus

Klorit

Montmorilonit

Illit

Kaolinit

Haloisit 2H2O

Haloisit 4H2O

Seskuioksida 100-300

10-40

80-150

10-40

3-15

5-10

40-50

0-3

KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi kesuburan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah berpasir.3. Koloid tanah

Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Lempung termasuk koloid tanah (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).a. Mineral LempungMineral lempung merupakan pelapukan akibat reaksi kimia yang menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus. Karena itu, tanah lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Secara umum kira-kira 15 macam mineral diklasifikasikan sebagai mineral lempung. Di antaranya terdiri dari kelompok-kelompok : montmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Kelompok yang lain, yang perlu diketahui adalah : chlorite, vermiculite, dan hallositeb. Mineral liat Al-silikat amorf misalnya alofan.

Susunan pada kebanyakan tanah lempung terdiri dari silika tetrahedra dan alumunium okthedra (Gambar 2.8). Silika dan aluminium secara parsial dapat digantikan oleh elemen yang lain dalam kesatuannya, keadaan ini dikenal sebagai substansi isomorf. Kombinasi dari susunan kesatuan dalam bentuk susunan lempeng terbentuk oleh kombinasi tumpukan dari susunan lempeng dasarnya dengan bentuk yang berbeda-beda.

Gambar 2.8

Susunan mineral-mineral lempung (Mitchell, 1976)Kaolinite merupakan mineral dari kelompok kaolin, terdiri dari susunan satu lembaran silika tetrahedra dengan lembaran aluminium oktahedra, dengan satuan susunan setebal 7,2 (1 angstrom = 10-10 m) (Gambar 2.8a). Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian rupa sehingga ujung dari lembaran silika dan satu dari lapisan lembaran oktahedra membentuk sebuah lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen (Gambar 2.8b). Pada keadaan tertentu, partikel kaolinite mungkin lebih dari seratus tumpukan yang sukar dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk di antara lempengannya untuk menghasilkan pengembangan atau penyusutan pada sel satuannya

Gambar 2.9 (a) Diagram skematik struktur kaolinite (b) Struktur atom kaolinite (Mitchell,1976)Halloysite hampir sama dengan kaolinite, tetapi kesatuan yang berturutan lebih acak ikatannya dan dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal molekul air. Jika lapisan tunggal air menghilang oleh karena proses penguapan, mineral ini akan berkelakuan lain. Maka, sifat tanah berbutir halus yang mengandung halloysite akan berubah secara tajam jika tanah dipanasi sampai menghilangkan lapisan tunggal molekul airnya. Sifat khusus lainnya adalah bahwa bentuk partikelnya menyerupai silinder-silinder memanjang, tidak seperti kaolinite yang berbentuk pelat-pelat.

Montmorillonite, disebut juga dengan smectit, adalah mineral yang dibentuk oleh dua buah lembaran silika dan satu lembaran aluminium (gibbsite) (Gambar 2.10a). Lembaran oktahedra terletak di antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedral tercampur dengan hidroksil dari lembaran oktahedra untuk membentuk satu lapisan tunggal (Gambar 2.10b). Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium. Karena adanya gaya ikatan van der Waals yang lemah di antara ujung lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan lapisannya.

Jadi, kristal montmorillonite sangat kecil, tapi pada waktu tertentu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-tanah yang mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya tekanan pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya. Di samping itu tanah yang mengandung montmorillonite juga mempunya daya susut yang tinggi pada waktu musim kemarau. Faktor kembang susut ini yang mengakibatkan struktur perkerasan jalan maupun struktur ringan lainnya mengalami kerusakan.

Gambar 2.10 (a) Diagram skematik struktur monmorillonite(b) Struktur atom montmorillonite (Mitchell, 1976)Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium oktahedra yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra. Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedral terdapat pula substitusi silikon oleh aluminium (Gambar 2.11). Lembaran-lembaran terikat besama-sama oleh ikatan lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaranlembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan Illite tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-lembarannya.

Gambar 2.11 Diagram skematik struktur Illite (Mitchell, 1976)

Air biasanya tidak banyak mempengaruhi kelakuan tanah nonkohesif. Sebagai contoh, kuat geser tanah pasir mendekati sama pada kondisi kering maupun jenuh air. Tetapi, jika air berada pada lapisan pasir yang tidak padat, beban dinamis seperti gempa bumi dan getaran lainnya sangat mempengaruhi kuat gesernya. Sebaliknya, tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh air. Karena pada tanah berbutir halus, luas permukaan spesifik menjadi lebih besar, variasi kadar air akan mempengaruhi plastisitas tanahnya. Distribusi ukuran butiran jarang-jarang sebagai faktor yang mempengaruhi kelakuan tanah butiran halus. Batas-batas Atterberg digunakan untuk keperluan identifikasi tanah ini

4. Koloid Organik

Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O. Humus bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat. Sumber muatan negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan humus adalah tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah ikatannya jika pH lebih tinggi. Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali humus disusun atas 3 bagian utama yaitu asam fulvik, asam humik dan humin

5. Kejenuhan BasaKation yang terdapat dalam kompleks serapan koloid dapat dibedakan menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks serapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya KTK tanah tersebut.

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah yang mempunyai pH rendah umumnya juga mempunyai kejenuhan basa rendah. Begitu pula sebaliknya. Hubungan pH dengan kejenuhan basa pada pH 5,5 - 6,5 hampir merupakan suatu garis lurus.6. Unsur-Unsur Hara EsensialUnsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. Unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air, atau tanah yang berjumlah 17 yaitu : Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit.a. Nitrogen (N)Bahan organik adalah sumber N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan organik juga mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur-unsur mikro lain. Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara dibantu dengan adanya simbiose dengan tanaman leguminose yaitu bakteri bintil akar atau Rhizobium. Di samping itu dibantu pula oleh bakteri yang hidup bebas (non simbiotik) yaitu Azotobacter dan Clostridium. Fungsi Nitrogen adalah untuk Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berbentuk Protein, senyawa amino, Ammonium, Nitrat. Nitrogen diambil tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-.

b. Fosfor (P)Unsur P di dalam tanah berasal dari bahan organik (pukan, sisa-sisa tanaman), Pupuk buatan (TSP, DS), dan Mineral-mineral di dalam tanah (apatit) . Unsur P didalam tanah berupa P-organik dan P-anorganik. Fungsi fosfor dalam tanah yaitu sebagai pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, untuk mempercepat pematangan, memperkuat batang tidak mudah roboh, perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur mayur dan makanan ternak, tahan terhadap penyakit, membentuk nucleoprotein, metabolisme karbohidrat, menyimpan dan memindahkan energi.c. Kalium (K)Unsur Kalium dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah dan berasal dari pupuk buatan (ZK). Fungsi Kalium yaitu sebagai pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi ketahahan terhadap kekeringan dan penyakit, dan perkembangan akar.d. Kalsium (Ca)Ca dalam tanah berasal dari mineral primer (plagioklas), karbonat (kalsit dan dolomit) , garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat). Ca diambil tanaman dalam bentuk Ca++. Fungsi Kalsium yaitu penyusunan dinding sel tanaman, pembelahan sel, dan pertumbuhan (elongation).

e. Magnesium (Mg)Mg dalam tanah berasal dari mineral kelam (biotit, augit, hornblende, amfibol), garam (MgSO4), dan kapur (dolomit). Fungsi Magnesium adalah pembentukan klorofil, sistem enzim (aktivator), dan pembentukan minyak.

f. Belerang (S)Belerang (S) Diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan dalam bentuk gas SO2 dari udara melalui daun. Sedangkan bentuknya dalam tanaman berupa protein, sulfat dan volatile (mudah menguap) seperti allysulfat pada bawang putih dan bawang merah.g. Seng (Zn) Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn yaitu sebagai pembentukan hormon tumbuh, katalis pembentukan protein, dan pematangan biji

h. Besi (Fe) Fungsi Fe sebagai pembentukan klorofil, oksidasi reduksi dalam pernafasan, dan penyusun enzim dan protein.

i. Tembaga (Cu) Unsur tembaga (Cu), seperti juga unsur-unsur mikro lainnya, bersumber dari hasil pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan. Alloway (1995) mengemukakan bahwa ada 10 jenis bebatuan dan 19 mineral utama yang mengandung Cu. Kandungan Cu dalam bebatuan berkisar 2200 ppm (Adrinao, 1986) dan dalam berbagai mineral berkisar 23100%. Kebanyakan Cu mineral dalam bentuk kristal dan bentuk lainnya lebih mudah larut daripada Cu-tanah.fungsi Cu dalam tanah sebagai katalis pernafasan, penyusun enzim, pembentukan klorofil serta metabolisme karbohidrat dan protein.

j. Boron (B) Pembentukan protein, metabolisme nitrogen dan karbohidrat, perkembangan akar, pembentukan buah dan biji

k. Mangan (Mn) Metabolisme N dan asam organik, dan fotosintesis, perombakan karbohidrat dan pembentukan karotin, riboflavin dan asam askorbat

l. Molibdenum (Mo) Meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik serta pembentukan protein

D. Mikroorganisme dalam TanahMikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat disebut mikroba atau jasad renik. Tanah yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroorganisme per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroorganisme tersebut. Sebagian besar mikroorganisme tanah memiliki peranan yang menguntungkan, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, siklus hara tanaman, fiksasi nitrogen, pelarut posfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara. Mikroorganisme tanah sangat nyata perannya dalam hal dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat digunakan tanaman untuk tumbuh. Mikroorganisme tanah merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan tanaman tidak lepas dari peran mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah dapat di golongkan menjadi tujuh golongan utama, yaitu bakteri, Actinomyces, candawan, alga, protozoa, bacteriofag, dan virus. Bakteri merupakan kelompok mokroorganisme tanah yang paling banyak di temukan di berbagai jenis tanah. Ada beragam jenis bakteri yang menguntungkan bagi tanaman, di antaranya pseudomonas, Azotobacter, Lactobacillus, serta bakteri yang mengubah bentuk nitrogen-- seperti Nitrobacter dan Nitrosomonas.

Mikroorganisme tanah dapat hidup jika di dalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein yang di uraikan oleh bakteri dalam tanah sehingga menjadi asam amino yang terkenal berjumlah 20 jenis. Setelah diteliti ternyata pada tanaman yang subur, termasuk sayuran, selalu terdapat mikroorganisme dibagian akarnya. Mikroorganisme tersebut adalah pseudomonas putida dan pseudomonas fluorescent. Keberdaan kedua jenis mikroorganisme ini mutlak harus ada. Pada tanaman yang tidak sehat tidak ditemui mikroorganisme ini.

Tanaman yang akan tumbuh dengan baik jika memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Aktivitas yang di lakukan oleh mikroorganisme dapat menguntungkan tanaman. Namun perlu di ingat bahwa tidak semua mikroorganisme bermanfaat. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat merugikan tanaman, yaitu mikroorganisme yang menyebabkan penyakit bahkan kematian pada tanaman. Salah satu jenis mikroorganisme yang merugikan adalah fusarium yang menyebabkan layu fusarium. Fungsi lain dari mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit di serap menjadi bentuk yang mudah di serap tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun.E. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal berikut:a. Pencemaran secara langsung

Misalnya karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti plastik.

b. Pencemaran melalui air

Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau permukaan tanah.

c. Pencemaran melalui udara

Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar ini. Akibatnya tanah akan tercemar juga.d. InsektisidaKetika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.F. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah1. Pada kesehatanDampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.

Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.2. Pada EkosistemPencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

BAB III

PENUTUPA. Simpulan1. Struktur tanah yang ideal yaitu tersusun dari tiga komponen yaitu padat (butiran pasir, debu, liat dan bahan organik), cair (air di dalam pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah). Ketiga komponen tersebut harus berada dalam keadaan seimbang. Apabila tanah terlalu basah (hampir semua pori diisi air), maka akan kekurangan udara sehingga akar tanaman sulit bernapas. Sebaliknya, bila tanah terlalu kering (kekurangan air), walaupun cukup udara, tetapi dapat menyebabkan tanaman layu. Selain itu, tanah juga harus terdiri dari 4 komponen penyusun tanah yaitu berupa bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%, dan udara 25%.2. Sifat fisik tanah dilihat berdasarkan warna, tekstur, struktur, porositas, konsistensi maupun drainase. Komponen penentu warna tanah ada 3 yaitu hue, kroma (chrome) dan nilai (value). Struktur tanah terbagi menjadi 3 komponen yaitu padatan, bahan semen, dan ruang pori. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman persatuan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Pori-pori tanah/ porositas dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal dan drainase internal.3. Sifat kimia tanah dilihat berdasarkan

a. pH tanah ( Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.b. Kapasitas Tukar Kation ( KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah KTK rendahc. Koloid tanah ( Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Partikel-partikel koloid yang sangat halus yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).d. Koloid organik

Koloid organik tersusun atas C, H dan Oe. Kejenuhan Basa ( Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks serapan tanahf. Unsur hara esensial

Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co 4. Mikroorganisme tanah dapat di golongkan menjadi tujuh golongan utama, yaitu bakteri, Actinomyces, candawan, alga, protzoa, bacteriofag, dan virus.5. Faktor penyebab pencemaran tanah penggunaan pupuk yang berlebihan, pencemaran dari air dan udara yang mengandung polutan, penggunaan insektisida yang berlebihan, dari sampah padat yang bertumpuk banyak sehingga tidak dapat teruraikan

6. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah terhadap kesehatan antara lain tanah yang mengandung timbal (menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi), benzene (dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.

DAFTAR PUSTAKAHadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasar Fisika Tanah. Malang: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya.

Kirchan, David.2011.Arsenite modifies structure of soil microbial communities and arsenite oxidization potential.

Lewis, B. G. 1979. Soil Chemistry. Illinois: Northwestern University.

Lami, R., dkk. 2012. Arsenite modifies structure of soil microbial communities and arsenite oxidization potential. Federation of European Microbiological Societies: Blackwell Publishing Ltd. All rights reserved.Murtilaksono, K., dkk. 2000. Perilaku Sifat Fisika Tanah yang Berasal Dari Sedimen Berpirit dari Musi Banyuasin Sebagai Pengaruh Perlakuan Pengeringan hal 18-23. Jakarta: Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.

Mustafa, M dan Ahmad, A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Program Studi Agroteknologi Jurusan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin.Sartohadi, J., dkk, 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sastrawijaya, A.S. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sparks, D. L. 2003. Soil Chemistry Second Edition. California: An imprint of Elsevier Science Academic Press.

Utomo, Wani H. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: Ikip Semarang Press.http://id.wikipedia.org/wiki/Lapisan_tanah8