MAKALAH KESELAMATAN

27
MAKALAH KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI DALAM PERUSAHAAN Disusun Oleh: IKA NUR HIDAYAH 0931410091 I-A JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG

Transcript of MAKALAH KESELAMATAN

Page 1: MAKALAH KESELAMATAN

MAKALAH KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

LINGKUNGAN

PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI

DALAM PERUSAHAAN

Disusun Oleh:

IKA NUR HIDAYAH

0931410091

I-A

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2009/20010

Page 2: MAKALAH KESELAMATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatNya yang telah

dilimpahkan kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Sistem Pemrosesan

Transaksi pada Airline Reservations System” dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Lingkungan, dalam penyelesaian makalah ini , penulis banyak

mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan menambah

pengetahuan para pembaca tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat

dalam lingkungan sekitar terutama dalam lingkungan bisnis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen dan orang

tua yang telah mendidik dengan tekun dan sabar serta teman-teman yang telah memberi

dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah

ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna

kesempurnaan dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat positif bagi para pembaca.

Malang, 30 Desember 2009

Penyusun

Page 3: MAKALAH KESELAMATAN

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………….. i

Kata Pengantar……………………………………………………………….. ii

Daftar isi……………………………………………………………………… iii

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang………………………………………………….. 1

B. Tujuan…………………………………………………………… 1

C. Rumusan Masalah………………………………………………. 1

BAB II Pembahasan…………………………………………………………. 2

A. Hal-hal untuk Melaksanakan K3……………………………….. 2

B. Aturan K3………………………………………………………. 2

C. Landasan Hukum Tentang K3…………………………………. 3

D. Perwujudan Program K3………………………………………. 4

E. Contoh Permasalahan dalam Perusahaan……………………… 7

BAB III Penutup……………………………………………………………. 12

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 12

B. Saran…………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 13

Page 4: MAKALAH KESELAMATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang

dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan

cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan

apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Namun patut

disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaiman

mengimplementasikannya dalam lingkungan perusahaan. Dalam tulisan sederhana ini

penulis mencoba mengambarkan arti pentingnya K3 dan akibat hukum apabila tidak

dilaksanakan.

Perusahaan tidak akan berjalan secara sempurna tanpa adanya sistem keselamatan

dan kesehata kerja yang terdapat di dalamnya. Banyaknya pekerja juga merupakan suatu

kebutuhan dalam sebuah perusahaan, semakin banyak pekerja maka sistem untuk

keselamatan dan kesehatannya pun semakin besar.

B. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetauhi macam-macam masalah yang

sering terjadi di dalam perusahaan. Penulisan ini juga di tulis untuk mengetauhi

bagaimana cara-cara untuk mengatasi permsalhan yang terdapat dalam perusahaan.

Makalah ini juga untuk mengetauhi hambatan-hambatan yang terjadi dalam

perusahaa dan cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

C. Rumusan Masalah

1. Aturan apa saja yang di buat pemerintah tentang K3?

2. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah yang sering terjadi di perusahaan?

3. Hambatan-hambatan apa saja yag serting terjai di dalam perusahaan?

4. Bagaimana cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

Page 5: MAKALAH KESELAMATAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hal-hal Untuk Melaksankan K3

Adapun hal lain yang tak kalah pentingnya agar program K3 dapat terlaksana,

adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi

program bahkan melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja untuk dan atas

nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja.

Bila terjadi hal demikian, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut:

o Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.

o Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.

o Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.

o Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai

upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.

o Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.

o Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).

o Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.

o Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.

o Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak

yang berwenang.

o Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam

penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.

Inti dari terlaksananya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan standar

berupa kombinasi aturan, sanksi dan benefit dilaksanakannya K3 oleh perusahaan bagi

pekerja dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu K3 yang

dijadikan acuan/pedomanbagipekerjadanpengusaha.

B. Aturan K3

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.

1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:

mencegah dan mengurangi kecelakaan;

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

Page 6: MAKALAH KESELAMATAN

memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

memberikan pertolongan pada kecelakaan;

memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan

getaran;

mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun

psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;

memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses

kerjanya;

mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

batang;

mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya

C. Landasan Hukum Tentang K3

Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan hukum

penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan pijakan yang

jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber

hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:

1) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

3) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

4) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan

Kerja.

Page 7: MAKALAH KESELAMATAN

5) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran

Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja.

Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban

dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan

atau ahli keselamatan kerja;

Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja

yang diwajibkan;

Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan

kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas

dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

D. Perwujudan Program K3

Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus

bagi tenaga kerja, maka dibuatlah Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu program

perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti

sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan

sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan

kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Program jamsostek lahir dan diadakan dan selanjutnya dilegitimasi dalam UU No.

3 Tahun 1992 tentang Jamsostek sebagai pengakuan atas setiap tenaga kerja berhak atas

jaminan sosial tenaga kerja. Sedangkan ruang lingkup program jaminan sosial tenaga

kerja dalam Undang-undang ini meliputi:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja;

2) Jaminan Kematian;

3) Jaminan Hari Tua;

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Program Jamsostek sebagai pengejawantahan dari program K3 diwajibkan

berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 PP No. 14 Tahun 1993 bagi setiap perusahaan, yang

memiliki kriteria sebagai berikut:

Page 8: MAKALAH KESELAMATAN

1) Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih;

2) Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah) per bulan (walaupun kenyataannya tenaga kerjanya kurang dari 10

orang).

Akibat hukum bagi perusahaan yang tidak menjalankan program jamsostek ini

adalah Pengusaha dapat dikenai sanksi berupa hukuman kurungan selama-lamanya 6

(enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Dengan mengimplementasikan K3, setidak-tidaknya pengusaha dapat

mengantisipasi kemungkinan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, yaitu:

a. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut

(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya

merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

b. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu logam keras.

c. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

e. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

g. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

h. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

i. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

j. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

k. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

l. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

m. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.

n. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

o. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

p. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon

alifatik atu aromatik yang beracun.

q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

Page 9: MAKALAH KESELAMATAN

r. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

s. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

t. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

u. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan

seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya

yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

w. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,

tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

x. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion.

z. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau

biologik.

Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan

oleh hubungan kerja dapat berupa:

1) Tidak mampu bekerja untuk sementara

2) Cacat sebagian untuk selama-lamanya

3) Cacat total untuk selama-lamanya

4) Cacat kekurangan fungsi organ

5) Meninggal dunia.

Akibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjanya terjangkit

penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas, dapat mempengaruhi kinerja dan

produktivitas perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan menjadi berkurang. Ini

adalah bukti adanya korelasi perlindungan K3 dengan efektivitas dan efisiensi

perusahaan.

E. Contoh Permasalahan dalam Perusahaan

1. Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia

Page 10: MAKALAH KESELAMATAN

Energi angin merupakan salah satu potensi energi terbarukan yang dapat

memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi listrik domestik,

khususnya wilayah terpencil.Pembangkit energi angin yang biasa disebut Pembangkit

Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ini bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia

di mana pun, maka pembangkit ini dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan

ketersediaan sumber energi.

Dari data Blueprint Energi Nasional, Departemen ESDM RI dapat dilihat bahwa

potensi PLTB di Indonesia sangat menarik untuk dikembangkan karena dari potensi

sebesar 9,29 GW, baru sekitar 0,5 GW yang dikembangkan, yang berarti baru sekitar

5,38%. Secara implisit, hal ini menyiratkan bahwa jumlah penelitian dan jumlah peneliti

yang tertarik mengembangkan teknologi ini masih sangat sedikit. Prospek

pengembangan teknologi ini masih sangat tinggi. Beberapa wilayah di Indonesia

disinyalir dapat berkontribusi besar terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga

bayu/angin (PLTB) diantaranya wilayah NTT, Maluku, dan beberapa wilayah Indonesia

bagian timur.

Namun dari survey dan studi literatur dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional (LAPAN), pengembangan teknologi PLTB di Indonesia menghadapi beberapa

masalah penting yang harus dipecahkan karena menghambat pengembangan dan

mengurangi minat masyarakat untuk memakai energi angin ini, yaitu:

Dengan rata-rata kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus

dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang rendah (yang

kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya, karena fluktuasi kecepatan angin di

Indonesia cukup besar, kecepatan angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat.

Jika kita merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin

rendah, generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin yang tinggi. Akibatnya

generator akan rusak.

Maka dari itu, biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia tidak dirancang

untuk berputar secara optimal pada kecepatan rendah yang kemungkinan terjadinya

paling besar tersebut. Biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia dirancang untuk

berputar secara optimal pada kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi daripada

kecepatan rendah yang dimaksud tadi.

Page 11: MAKALAH KESELAMATAN

Namun solusi ini menghadapi masalah baru yaitu turbin tidak akan berputar

dengan baik pada kecepatan yang sangat rendah (yang sering terjadi juga karena

besarnya fluktuasi). Akibatnya daya tidak terbangkitkan pada kecepatan rendah. Maka

sistem turbin angin di Indonesia sering tidak menghasilkan daya (karena kecepatan

sangat rendah cukup sering terjadi).

2. Kecelakaan Industri

Bencana di industri (idustrial disasters) dikategorikan sebagai bencana karena ulah

manusia. Sesuai dengan jumlah korban yang terjadi misalnya sekitar 20 korban disebut ?

bencana industri berskala kecil?, 20 sampai 50 korban disebut ?bencana industri skala

menengah? dan bila menyangkut 50 100 orang atau lebih termasuk ?skala berat?.

Selanjutnya yang menjadi pokok pembicaraan kita adalah masalah kecelakaan

Industri. Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak

diharapkan.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja

khususnya di lingkungan industri dan kecelakaan ini belum tentu kecelakaan akibat

kerja, karena untuk sampai ke diagnose Kecelakaan Akibat Kerja harus melalui prosedur

investigasi. Didalam terjadinya kecelakaan industri (studi kasus 3) tidak ada unsure

kesengajaan apalagi direncanakan, sehingga bila ada unsure sabotase atau tindakan

kriminal merupakan hal yang diluar makna dari kecelakaan industri.

Setiap kecelakaan ada sebabnya, termasuk kecelakaan di industri, oleh karena itu

kecelakaan dapat dicegah. Secara umum terdapat 2 hal pokok, yaitu: perilaku kerja yang

berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Dari

penelitian-penelitian yang telah sering dilakukan ternyata factor manusia memegang

peran penting dalam hal timbulnya kecelakaan. Penelitian menyatakan bahwa 80% -

85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan factor manusia.

Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,

misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat

kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. Semuanya ini termasuk hal-hal yang

dapat/berpotensi membahayakan para pekerja lazim disebut sebagai potensial (potential

Page 12: MAKALAH KESELAMATAN

hazard). Bahaya potensial di tempat kerja/di industri dapat berupa : bahaya-bahaya fisik,

kimia, biologi, masalah ergonomi, dan masalah psikososial.

3. Kebakaran di Gresik

Begitu majunya era informasi yang kita rasakan sekarang ini. Melalui tayangan

televisi dan juga foto laporan media cetak, segera kita bisa menangkap hebatnya

kebakaran yang diakibatkan oleh meledaknya salah satu tangki yang terdapat di area

pabrik PT Petrowidada di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/1) sore.

Penyebab utama dari kebakaran itu masih terus diselidiki. Kita pun bertanya-tanya,

apakah itu disebabkan unsur kecerobohan, unsur kecelakaan karena korosi pada

beberapa bagian pabrik, ataukah ada unsur sabotase?

Namun, yang pasti meledaknya pabrik PT Petrowidada menimbulkan banyak

korban. Korban jiwa yang sejauh ini diketahui tiga orang tewas, termasuk di antaranya

Direktur Pabrik HM Samsi, sementara yang mengalami luka bakar jumlahnya mencapai

44 orang. Sebagian warga kota terpaksa mengungsi karena khawatir akan kebocoran

bahan kimia dari pabrik yang menghasilkan bahan baku produk plastik phthalic

anhydride dan maleic anhydride.

Dalam kaitan dengan keinginan kita untuk diakui sebagai negara industri, banyak

industri petrokimia yang kemudian kita bangun. Bukan hanya di Gresik, tetapi di banyak

tempat, termasuk yang dekat Ibu Kota, Cilegon.Jenis industri yang satu ini bukanlah

industri biasa. Dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang lain karena teknologinya

yang dipakai lebih tinggi sehingga mau tidak mau menuntut tingkat keahlian dalam

penanganan produksi maupun keamanan yang lain dari biasanya.

Pengalaman di banyak negara sangat tidak mudah bagi kita untuk bisa

mengunjungi pabrik-pabrik seperti ini. Dalam undangan resmi sekalipun, begitu banyak

peraturan yang harus ditaati oleh para tamu ketika masuk dalam kompleks pabrik

petrokimia.

Tanpa bermaksud mendahului hasil penelitian penyebab meledaknya pabrik PT

Petrowidada, kita sering kali khawatir dengan cara kita menangani pabrik-pabrik seperti

Page 13: MAKALAH KESELAMATAN

ini. Pemilihan lokasi saja sepertinya tidak memperhatikan kondisi sekitar, terutama

kalau terjadi musibah besar yang tidak kita inginkan.

Sebagai contoh saja, pabrik petrokimia Chandra Asri dan Trypolita yang ada di

kawasan Cilegon. Dua pabrik yang saling berhubungan itu memilih lokasi yang

strategis, yakni terletak berhadapan dalam radius yang sangat berdekatan. Namun, yang

membuat kita sangat khawatir, di antara kedua pabrik itu ada jalan umum yang dipakai

orang untuk berlalu lintas setiap saat antara Anyer dan Jakarta.

Di banyak negara, mustahil kita menemui kompleks pabrik petrokimia seperti itu.

Selain faktor keamanan yang sulit untuk dikendalikan, dampak yang diakibatkan kalau

terjadi kecelakaan sangatlah luar biasa. Unsur kimia yang ada di dalamnya bisa

menyebabkan malapetaka yang sangat hebat bagi masyarakat luas.Satu yang selama ini

menjadi kelemahan kita sebagai bangsa adalah dalam hal melakukan perawatan dan

pemeliharaan. Kita tidak kalah dari negara lain dalam membangun apa pun, namun

dalam hal perawatan dan pemeliharaan, kita sering ceroboh.

Meskipun setiap tahun diadakan perlombaan dan pemberian penghargaan kepada

perusahaan-perusahaan yang bisa menjalankan kegiatan usaha tanpa ada kecelakaan,

bekerja dengan penuh ketekunan dan tanpa cela belum menjadi bagian dari keseharian

kita. Sikap menggampangkan dan asal sudah memenuhi prosedur masih melekat pada

sebagian besar kita.

Pihak manajemen pun sering tidak memberikan perhatian cukup kepada mereka

yang bertugas untuk menjaga keselamatan dan melakukan kontrol. Bukan hanya dalam

masalah imbalan mereka sering ketinggalan, tetapi berbagai pelatihan keterampilan

kepada mereka yang bertugas di garis produksi paling depan sering kali

terlupakan.Memang ketika semua berjalan mulus dan tidak terjadi apa-apa, peran

mereka yang berada di garis depan, apalagi yang berurusan dengan pengawasan, tidak

tampak karyanya. Mereka baru menjadi berita dan pusat perhatian justru ketika musibah

itu datang.

Padahal, bagi yang namanya perusahaan, musibah itu tidak boleh terjadi.

Perusahaan mana pun tidak ada yang ingin kegiatan produksinya terhenti karena

terjadinya kecelakaan di dalam pabrik.Inilah yang sepantasnya mengentakkan kesadaran

Page 14: MAKALAH KESELAMATAN

kita semua terhadap pentingnya faktor keselamatan. Pentingnya kita juga

memperhatikan dan memberi kehormatan kepada mereka yang bekerja di barisan depan,

yang setiap kali menjaga bagaimana agar kegiatan perusahaan bisa berjalan mulus tanpa

ada gangguan apa-apa.

Kecelakaan yang terjadi di PT Petrowidada merupakan pelajaran bagi kita semua

untuk lebih berhati- hati. Sudah saatnya kita melakukan pemeriksaan ulang secara

saksama kepada semua pabrik petrokimia yang ada karena memang sudah masuk

usianya melakukan itu semua. Kita mulai membangun banyak pabrik petrokimia di

pertengahan tahun 1980-an, itu berarti sudah 20 tahun.

Dua hal yang membuat langkah itu semakin perlu dilakukan adalah perkembangan

lingkungan sekitar dan ketatnya persaingan usaha. Banyak pabrik petrokimia yang dulu

dibangun di daerah yang jauh dari permukiman penduduk, kini dipadati oleh masyarakat

sekitar karena adanya tekanan penduduk maupun tekanan ekonomi.Dari sisi persaingan

dunia usaha, semua negara berlomba untuk bisa merebut pasar. Di sinilah faktor

efisiensi berbicara dan penghematan sering kali menjadi salah satu faktor yang

dilakukan perusahaan. Kita hanya ingin mengingatkan agar sejauh apa pun penghematan

yang akan dilakukan, faktor perawatan, pemeliharaan, pengawasan, dan latihan-latihan

menghadapi keadaan yang terburuk tidak dikorbankan, tidak dilupakan.

Kebakaran di pabrik PT Petrowidada jelas mengganggu rangkaian produksi

nasional. Hasil dari pabrik ini merupakan bahan baku antara yang dibutuhkan pabrik

plastik lainnya untuk menghasilkan produk akhir.Musibah memang sulit untuk bisa

diduga. Pelajaran penting yang bisa kita petik, kita harus berupaya sejauh mungkin agar

musibah itu tidak terjadi.

Page 15: MAKALAH KESELAMATAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa ,membentuk suatu system

keselamatan dan kesehatan kerja yang terstruktur, agar tidak terjadi kecelakaan dalam

bekerja. Beri pelatihan dalam hal keselamatan kepada atasan dan karyawan, pelatihan

akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan

meminimalkan masalah dalam hal keselamatan.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat makmur dan sejahtera.

B. Saran

Keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan harus benar-benar

diperhatikan karena jika dalam perusahaan tidak melaksanakan program K3, maka akan

menghambat produksi dalam perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan juga akan

mengalami kerugian yang amat besar.

Page 16: MAKALAH KESELAMATAN

DAFTAR PUSTAKA

http://konversi.wordpress.com/2008/11/06/permasalahan-yang-sering-terjadi-pada-

sistem-wind-turbine-di-indonesia/

http://maksumpriangga.com/cara-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan.html

http://www.google.com/permasalahan-yang-sering-terjadi-dalam-perusahaan.html

http://www.google.com/fspmi-tentang-K3.html