Makalah Kertas
-
Upload
tya-annisaa -
Category
Documents
-
view
350 -
download
59
description
Transcript of Makalah Kertas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis
yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum
ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah
lempung yang dibakar.
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serta yang berasal dari pulp, Pulp adalah hasil pemisahan serat
dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai
proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Serat yang digunakan
biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia TBK (PTTK) merupakan pabrik
kertas non-integrasi yang terletak dekat Mojokerto, Jawa Timur,
Indonesia. PTTK memproduksi beragam jenis produk kertas seperti buku,
tas belanja, kalender, poster, dan produk-produk berbasis kertas lainnya.
Pabrik ini mempekerjakan sekitar 12.900 orang. PTTK memiliki peran
penting dalam mempengaruhi perkembangan ekonomi dan lingkungan
sosial, baik pada tingkat nasional maupun tingkat lokal.
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (“Tjiwi Kimia” atau
“Perseroan”) didirikan pada tanggal 2 Oktober 1972 dengan nama PT.
Tjiwi Kimia, berkedudukan di Desa Kramat Tumenggung, Kecamatan
Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1974, nama Perseroan
diubah menjadi PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia dan pada tahun 1996
menjadi PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Pada tahun 1990, saham
Perseroan mulai dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (keduanya
sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia).
Pada awal berdirinya, Perseroan hanya memproduksi soda dan
bahan kimia lainnya dan sejak tahun 1978, Perseroan memproduksi kertas
dengan kapasitas 12.000 ton per tahun. Saat ini, total kapasitas produksi
Perseroan adalah kertas sebesar 1.134.000 ton per tahun, kertas kemasan
sebesar 80.000 ton per tahun dan stationery sebesar 320.000 ton per tahun.
Kegiatan utama Perseroan adalah memproduksi berbagai jenis kertas tulis
dan cetak, baik coated maupun uncoated. Selain itu, Perseroan juga
memproduksi beragam jenis hasil-hasil produksi kertas (stationery) dan
produk perlengkapan kantor seperti buku tulis, memo, loose leaf, spiral,
amplop, kertas komputer, kertas kado, shopping bag dan produk fancy
yang diminati pasar internasional. Sesuai dengan permintaan pasar,
Perseroan memproduksi kertas yang memiliki nilai tambah termasuk
kertas tanpa karbon dan kertas cast coated dan board.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui proses industri pembuatan kertas dalam PT. Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia Tbk.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses industri dalam PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
berjalan?
BAB II
ISI
II.1. Bahan Baku Pembuatan Kertas
Pupl sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan kertas di
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk diperoleh dari Pindo Deli, salah satu anak
perusahaan Sinar Mas Group di Kalimantan yang memproduksi pulp. Pulp ini
dikimrimkan ke PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk dalam bentuk lembaran-
lembaran kering untuk diolah lebih lanjut menjadi kertas. Jenis pulp yang
digunakan di PT.Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk ini adalah NBKP ( Needle
Bleached Krafts Pulp ) dan LBKP ( Leaf Bleached Krafts Pulp ).
Bahan baku pembuatan kertas yang digunakan di PT.Pabrik kertas
Tjiwi Kimia, Tbk ini berbeda untuk tiap PM ( Paper Machine ), sesuai dengan
jenis dan karakteristik kertas yang diinginkan. Bahan baku dan bahan tambahan
yang digunakan dlam proses pembuatan kertas di PF ( Paper Factory ) 1 per 31
Oktober 2007 adalah :
II.1.1 PM 1
Produk : Kertas HVS 45 GSM.
Pulp : 10% NBKP
30% broke
60% deinking pulp.
Filler : TKF 65
Sizing agent : AKD/Alkyl Ketene Dimer ( Neuphore 545 )
Dye : P. Violet, P. Blue
Retention Aid : Polimer ( Percol 47 )
Silica
Stacrh : Gem Cat Q-500
II.1.2 PM 2
Produk : Kertas HVS 56 GSM.
Pulp : 10% NBKP
25% broke
65% deinking pulp.
Filler : TKF 65
Sizing agent : AKD/Alkyl Ketene Dimer ( Neuphore 545 )
Dye : Direct Yellow LG
Red 3 BF
Turquise GL 160
Retention Aid : Polimer ( Percol 47 )
PL 8660
Silica
Stacrh : Gem Cat Q-500
II.1.3 PM 3
Produk : Kertas NCR 50 GSM.
Pulp : 15% NBKP
25% broke
60% LBKP
Filler : TKF 65
Sizing agent : AKD/Alkyl Ketene Dimer ( Neuphore 545 )
OBA : Sinar White / ABPX
Dye : P. Violet
P. Blue
Retention Aid : Polimer ( Percol 47 )
Telioform M305
Stacrh : Gem Cat Q-500
II.1.4 PM 4
Produk : Kertas NCR 50 GSM.
Pulp : 10% NBKP
60% LBKP
30% broke
Filler : TKF 65
Sizing agent : AKD/Alkyl Ketene Dimer ( Neuphore 545 )
OBA : Sinar white / ABPX
Dye : P. Violet, P. Blue
Retention Aid : Polimer ( Percol 47 )
Silica
Stacrh : Gem Cat Q-500
II.2 Proses Pembuatan Kertas
Proses pembuatan kertas di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk secara
umum dapat dibagi dlam tiga tahap proses, yaitu stock preparation, approach
system, dan paper mechine. Floesheet unit stock preparation dan approach dan
approach system di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk ditampilakan pada
Gambar II.1
II.2.1. Stock Preparation
Stock Preparation adalah tahap pertama dalam proses pembuatan kertas di
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Unit ini bertujuan untuk mengelola bahn
baku menjadi buburan agar siap untuk diproses menjadi lembaran kertas.
Diagram proses pada unit stock preparation ditampilkan pada Gambar II.2.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat buburan pulp di unit stock
preparation ini merupakan campuran dari pulp dan kertas bekas. Semua bahan
baku ini diolah terpisah berdasarkan jenisnya dan pada akhirnya dicampur
menjadi satu di dalam mixing chest pad atahan akhir di unit stock praparatoin.
Untuk proses pengolahan bahan baku beeupa pulp, pertama-tama pilp
yang berupa bale dan berbentuk lembaran ini dihancurkan di dalam pulper. Ada
dua jenis pulper yang digunakan berdasarkan jenis pulp yang diolah , yaitu
NBKP pulper dan LBKP pulpe. Pada proses penghancuran lrmbran pulp ini
ditambahkan air untuk membantu proses penghancuran. Hasil yang didapatkan
dari proses ini beupa buburan pulp dengan konsentrasi 4-5%.
Buburan pulp yang dihasilkan dari pulper kemudian dipompa ke dalam
agitator chest. Agitator chest ini merupakan tempat penampungan sementara
untuk buburan pulp sebelum dimasukkan dalam HCD ( High Density Cleaner ).
Di dalam agitator chest ini tidak ada proses atau treatment khusus sebelum
buburan dipompa ke dalam HCD.
Buburan pulp yang dihasilkan du pulper masih mengandung banyak
pengotor. Pengotor di dalam buburan pulp ini dipisahkan dengan menggunakan
HDC. HDC ini bekerja berdasarkan prinsip sentrifugasi, di mana buburan yang
bercampur dengan pengotor akan dimasukkan kedalam HDC dengan sudut
tertentu yang memungkinkan buburan untuk berputar dalam HDC. Putaran ini
akan menghasilkan gaya sentrifugal dan pengotor yang lebih berat daripada serat
akan terlempar keluar dari putaran. Pengotor ini akan turun dan dibuang melalui
bagian bawah HDC, sedangkan serat yang lebih ringan akan naik menuju proses
selanjutnya. Pengotor yang terbuang sebagai reject dalam proses ini seperti
staples, kawat, kain, dan pasir, akan langsung dibuang sebagai produk bawah.
Proses selanjutnya adalah penguraian serat-serat dalam buburan pulp.
Proses ini dilakukan di dalam DDR ( Double Disk Refiner ). Pemguraian serat ini
bertujuan untuk meningkatkan luas penampang serat agar dapat mengikat lebih
banyak bahan pendukung saat ditambahkan. Selain itu, dengan proses penguraian
serat ini diharapkan dapat memperkuat ikatan antar serat di dalam pulp. Prinsip
kerja dari DDR ini adalah penguraian serat akibat tekanan dan gesekan antar disk
yang ada dalam DDR.
Untuk mengetahui seberapa jauh hasil dari proses penggilingan pada
double disk refiner ini dapat dilakukan pengukuran freeness. Nilai freeness
dipengaruhi oleh kuat lemahnya penggilingan oleh disk, sehingga secara
sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa power dari DDR yang digunakan
merupakan hal yang paling mempengaruhi hasil yang diperoleh. Jika dari hasil
pengukuran didapatkan nilai freeness yang kecil, maka :
- Tensile Strenght turun - Tearing strength naik
- Stiffness naik - Bursting naik
- Thickness naik - Porosity naik
Produk dari masing-masing DDR untuk LBKP dan NBKP kemudian dimasukkan
dalam agitator ches. Ini merupakan penampungan sementara buburan pulp
sebelum dicampur dengan mixing chest berdasrkan jenis kertas yang diinginkan.
Untuk pengolahan bahan baku berupa kertas dan dry broke, proses
pengolahannya hampir sama dengan proses pengolahan pulp, di mana kertas
bekas ini dihancurkan menjadi buburan di dalam waste paper pulper. Konsentrasi
buburan kertas yang didapakan hampir sama dengan konsentrasi pulp 4-5%.
Setalah itu juga dilakukan pemisahan pengotor di dalam HDC. Pengotor, seperti
kerikil dan staples, akan dibuang sebagai reject , sedangkan buburan kertas akan
dimasukkan dalam deflaker.
Deflaker merupakan suatu alat yang mirip dengan DDR. Alat ini khusus
dibuat untuk membuka kembali ikatan serat yang telah menjadi kertas untuk
menghasilkan serat tunggal. Karena ikatan serat pada kertas yang sudah jadi ini
lebih kuat daripada ikatan serat pada pulp, maka gaya yang diperlukan untuk
menguraikan kembali serat dalam kertas ini lebih besar jika dibandingkan dengan
gaya penguraian serat pada pulp.
Hail dari deflaker ini selanjutnya dialirkan menuju screen. Pemisahan
ukauran di screen ini dilakukan berdasarkan ukuran pengotor. Pengotor dengan
ukuran yang besar akan tertahan dan jatuh, sedangkan kotoran dengan ukuran
kecil akan lolos penyaringan dan ikut dalam buburan kertas menuju proses
selanjutnya. Pengotor yang jatuh ini kemudian disaring lebih lanjut dengan
menggunakan Jhonson screen/vibrating screen. Penyaringan kedua ini bertujuan
untuk memisahkan serat kertas bekas yang ikut tebawa pengotor. Serat kertas
bekas ini kemudian akan dikembalikan lagi kedalam agitatoe cest untuk
dicampur dengan buburan kertas hasil dari waste paper pulper, sedangkan
pengotor yang tidak lolos penyaringan akan dibuang.
Proses selanjutnya adalah pengurangan kadar air pada buburan kertas
dengan menggunakan sebuah rotary drum,atau yang lebih dikenal dengan washer
. Pengurangan adar air ini dilakukan dengan cara memisahkan air dari buburan.
Buburan yang lebih pekat ini akan dipompa ke dalam agitator chest , sedangkan
air akan disirkulasi kembali ke dalam pulper . Di dalam agitator chest ini
buburan hasil pengolahan dari wet broke yang berasal dari wire ini sendiri hanya
dilakukan proses pemekatan melalui washer.
Tahap terakhir dari stock preparation adalah pencampuran berbagai jenis
buburan di dalam mixing chest . Komposisi buburan yang dicampur di dalam
mixing chest ini berbeda-beda, tergantung dari jenis kertas yang diinginkan.
Untuk pembuatan kertas yang tanpa coating terkadang juga dilakukan
penambahan serat dari proses de-inking. Setelah didapatkan campuran buburan
dengan komposisi yang diinginkan, campuran buburan ini diproses lebih lanjut
dalam unit approach system.
II.2.2 Appoarch System
Appoarch System merupakan tahap transisi dalam proses pembuatan
kertas. Pada unit ini dilakukan penambahan bahan kimia pendukung ke dalam
campuran buburan serta dilakukan treatment lainnya sebelum campuran buburan
dibawa ke paper machine. Diagram proses di unit appoarch system ditampilkan
pada Gambar II.3.
Buburan yang telah dicampur di dalam mixing chest pada unit stock
preparation dimasukkandalam machine chest. Buburan yang masuk ke machine
chest memiliki TC ( Total Consistency ) sebesar 3-4%. Setelah itu, pada saat
dialirkan menuju ke flow box untuk tahap selanjutnya, ke dalam buburan juga
dilakukan penambahan OBA (Optical Brightening Agent).
Flow box ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara campuran
buburan sebelum masuk ke silo dan sekaligus mengatur laju buburan yang masuk
ke silo. Untuk mengatur laju buburan ini dilakukan overflow yang kemudian
dikembalikan lagi kedalam machine chest . Selain itu, dalam flow box dilakukan
penambahan bahan kimia lainnya seperti sizing agent, starch, dan dye.
Campuran buburan yang telah diberi tambahan bahan kimia di flow box
dialirkan ke dalam silo. Di dalam silo ini buburan diencerkan dengan
menggunakan air sisa yang berasal dari paper machine. Tujuan dari pengenceran
buburan ini adalah untuk meringankan beban pompa sedangkan tujuan dari
penggunaan air sisa paper machine untuk pengenceran adalah memanfaatkan
kembali bahan kimia yang masih tersisa dalam air tersebut. Setelah itu, pada saat
dialirkan menuju ke three stage cleaner, ke dalam buburan juga ditambahkan
filler.
Sebelum diolah menjadi lembaran kertas, terlebih dahulu dilakukan
penyaringan buburan di dalam three stage cleaner untuk menghilangkan
pengotor yang masih tersisa. Prinsip penyaringan yang digunakan sama dengan
cyclone separator , dimana buburan yang ringan akan naik keatas dan pengotor
yang berat akan turun ke bawah sebagai reject. Sesuai dengan namanya, proses
penyaringan ini terdiri dari tiga tahap, di mana reject pada tahap pertama ( 1st
stage cleaner ) akan disaring lagi dalam tahap kedua ( 2nd stage cleaner ), dan
demikian seterusnya hingga reject akhir hasil penyaringan di reject cleaner akan
dibuang. Buburan hasil penyaringan di 1st stage cleaner akan disaring lebih lebih
lanjut di dalam screen, buburan hasil penyaringan di 2nd stage cleaner akan
dikembalikan ke dalam silo untuk dicampur dengan buburan dari flow box,
sedangkan buburan hasil penyaringan di reject cleaner akan dicampur dengan
reject hasil 1st stage cleaner dan disaring ulang di 2nd stage cleaner . Saat
dialirkan menuju screen, kedalam buburan hasil penyaringan 1st stage cleaner
ditambahkan polimer sebagai retention aid.
Tahap selanjutnya adalah penyaringan lebih lanjut dengan menggunakan
screen berdasarkan ukuran dari pengotor. Buburan serat yang lolos dari screen
kemudian dimasukkan ke dalam head box, sedangkan pengotor akan disaring
lebih lanjut dengan menggunakan johnson screen. Head box ini merupakan
tempat penampungan terakhir buburan sebelum dituangkan dan dibentuk menjadi
lembaran kertas basah di dalam wire.
II.2.3. Paper Machine
Paper machine adalah tahap akhir dari proses pembuatan kertas di PT.
Pbrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Pada unit ini akan dilakukan pengolahan buburan
hingga didapatkan hasil akhir berupa roll kertas yang diinginkan. Diagram proses
di unit paper machine ditampilkan pada Gambar II.4
Unit paper machine terdiri dari tiga bagian, yaitu wet section, press
section, dan dry end section. Wet section adalah proses penuangan buburan kertas
ke wire sehingga terbentuk lembaran kertas basah, press section adalah proses
pengurangan kadar air lebih lanjut dalam kertas, dan dry end section adalah
proses pengeringan kertas sehingga didapatkan produk akhir berupa kertas
kering.
Pertama-tama, buburan yang berasal dari unit approach system
dimasukkan dalam head box sebelum dituang pada wire. Konsentrasi buburan
serat awal yang terdapat pada head box ini adalah 1%. Pada head box ini terdapat
bukaan kecil selebar wire untuk menentukan ketebalan dari kertas yang ingin
diproduksi.
Kemudian buburan ini dituang secara merata pada wire. Secara sederhana,
wire berfungsi untuk menganyam serat menjadi lembaran kertas basah dengan
ketebalan tertentu yang telah diatur pada head box. Di wire ini terjadi proses
pengurangan kandungan air dalam kertas (pematusan) dengan cara penirisan, baik
secara gravitasi maupun dengan penyedotan menggunakan pompa (suction box).
Air sisa hasil pemutasn ini akan disirkulasi kembali ke unit appoarch system dan
digunakan sebagai pengencer dalam silo. Kertas basah hasil pematusan ini
memiliki kandungan air sebesar 70-75%. Selain proses pematusan, pada wire ini
juga dilakukan pemotongan tepi kertas basah agar sesuai dengan lebar roll.
Potongan kertas basah ini disebut dengan wet broke dan dikembalikan ke unit
stock preparation untuk diolah kembali.
Lembaran kertas basah yang terbentuk di wire akan mengalami
pengurangan kadar air lebih lanjut dalam press section. Di tahap ini lembaran
kertas basah akan ditekan dengan menggunakan roll untuk menghilangkan air
dalam lembaran kertas. Kertas basah hasil press section ini memiliki kandungan
air sebesar 50%. Selain menguranfi kadar air, proses press ini juga berfungsi
untuk membuat kertas lebih mampat/padat dan meningkatkan smoothness kertas/
Setelah itu, lembaran kertas akan dikeringkan lebih lanjut di dalam pre-
dryer. Pre-dryer ini merupakan tahap pengeringan awal lembaran kertas. Dryer
yang digunakan adalah roll dryer dengan jumlah dan ukuran tertentu yang
berbeda-beda untuk setiap unit paper machine. Media pemanasan yang digunakan
adalah steam dengan suhu 120oC dan kandungan air pada lembaran kertas hasil
dari pre-dryer mencapai 5%.
Kertas yang telah mengalami proses pengeringan awal ini kemudian
dilapisi dengan starch pada bagian size press. Starch yang ditambahkan sebagai
external sizing ini bertujuan untuk menghaluskan permukaan kertas yang berbulu.
Penambahan starch dilakukan dengan penyemprotan larutan starch pada
permukaan kertas dengan menggunakan nozzle. Setelah dilapisi oleh starch,
kertas dilewatkan diantara roll press untuk menghilangkan kelebihan lapisan
starch yang diinginkan. Selain itu, roll press ini dapat meningkatkan karakteristik
kertas seperti brightness, opacity, gloss, printability, dan absorbs serat terhadap
tinta.
Pada proses size press ada kemungkinan kadar air dalam kertas akan
meningkat karena adanya tambahan air dari larutan starch. Untuk menurunkan
kembali kandungan air adanya tambahan air dari larutan starch. Untuk
menurunkan kembali kandungan air di dalam kertas hingga 5% , maka kertas
dikeringkan lagi dalam after dryer. After dryer ini juga mengguakan dryer
berupa roll dryer dan media pemanas yang digunakan juga berupa steam dengan
suhu 120oC. Akan tetapi, jumlah dan ukuran roll dryer yang terdapat pada after
dryer ini belum tentu sama dengan pre dryer karena jumlah air yang harus
diuapkan pada proses after dryer ini belum tentu sama dengan proses pre dryer.
Setelah didapatkan lembaran kertas yang kering, lembaran kertas dari
after dryer ini dihaluskan permukaannya (meningkatkan smoothness kertas)
dengan menggunakan calendar. Proses calendaring ini dilakukan dengan cara
menggesekkan permukaan kertas pada roll-roll yang ada pada calendar. Roll pada
calendar ini disebut juga dengan soft nip calendar. Ada dua unit soft nip calendar,
yaitu :
- Soft roll di bagian atas dan hard roll di bagian bawah.
- Hard roll di bagian atas dan soft roll dibagian bawah
Proses calendaring ini perlu dilakukan karena ada kemungkinan
penambahan external sizing dapat menyebabkan permukaan kertas menjadi kasar.
Proses calendaring ini dilakukan bergantian antara kedua permukaan ketas
sehingga didapatkan kehalusan yang sama untuk kedua permukaan kertas
tersebut.
Lembaran kertas kering ini kemudian digulung dengan menggunakan
paper rell menjadi roll kertas. Roll kertas berukuran besar dan panjang ini akan
dipotong-potong sesuai dengan pesanan konsumen dengan menggunakan
rewinder. Sisa potongan kertas di rewinder dan kertas yang putus selama proses
pengeringan disebut dengan dry broke dan dikembalikan ke unit stock
preparation untuk diolah kembali.
Roll kertas hasil potongan di rewinder ini kemudian dikemas di bagian
finishing sebelum dikirim ke konsumen. Produk kertas ini dijual oleh PT. Pabrik
Kertas Tjiwi Kimia, Tbk kepad konsumen dalam dua bentuk, lembaran (sheet)
dan gulungan (roll).
Untuk produk berbentuk roll, roll hasil potongan di rewinder yang sudah
memenuhi standar mutu ini langsung dikemas dan siap untuk dikirim. Sedangkan
untuk produk berbentuk lembaran, roll kertas ini dipotong terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin cutter hingga didapatkan lembaran kertas ddengan ukuran
yang diinginkan. Setelah itu, proses pengemasan lembaran kertas ini dibedakan
menjadi dua. Ukuran kertas yang berasal dari roll memenuhi standar mutu,
lembaran kertas dikemas secara langsung dengan menggunakan mesin. Untuk
kertas yang berasal dari roll yang ada sedikit defect tapi masih dalam batas
toleransi, lembaran kertas hasil potongan mesin cutter ini disortir terlebih dahulu
secara manual. Kemudian lembaran kertas yang lolos sortir akan dikumpulkan
dan dikemas secara manual.
II.3. Chemical Plant
Produk produk dari PT. Tjiwi Kimia secara luas telah digunakan sebagai
bahan dasar kimia disemua sector industry. Adapun produk utama yang
dihasilkan Chemical Plant yaitu :
1. Caustic Soda NaOH 48%
2. Caustic Soda Flake NaOH 98%
3. Liquid Chlorine CL2 99%
4. Hydrochloride Acid HCL 32-35%
5. Calcium Hypochlorite Ca(OCL) 60-70% power
6. Calcium Hypochlorite Ca(OCL) 65-70% granular
7. Sodium Hypochlorite Na(OCL)2 12-15%
Secara umum, proses di Chemical Plant ini dibagi menjadi dua Plant Utama,
yaitu Proses Soda (Chemical Plant 1) dan Proses Chlorine (Chemical Palnt II).
Sesuai dengan namanya, proses soda menghasilkan prosuk utama berupa Caustic
Soda Liquid dan Caustic Soda Flake. Selain itu, diproses soda ini juga dihasilkan
prosuk lain berupa gas Cl2 dan gas H2. Gal Cl2 dan gal H2 ini akan diolah lebih
lanjut menjadi prosuk lain dalam proses chlorine.
II.3.1. Chemical Plant 1 ( Soda proses )
a. Membrane I : OXYTECH, 1995
b. Membrane II : ASAHI, 1997
c. Jenis Produksi
NaOH 48% dan NaOH 32%
NaOH 98% (soda flake)
HCl 32% dan HCl 33%
Gas Cl2
Gas H2
d. Proses soda
Unit Brine
Pelarutan Garam
Garam dimasukkan kedalam Salt Dissolving Pit dan dilarutkan
dengan depleted brine, sludge washing waterdan air proses. Ke dalam
brine ditambahkan BaCl2 yang berfungsi untuk menghilangkan
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + 2 Cl –
Pemurnian Brine (Larutan Garam)
Brine dipompakan ke Purification Reaction Tank, dimana ditambahkan
purifying agent Na2CO3 dan NaOH untuk menghilangkan ion Ca2+ dan
Mg2+.
Reaksi:
Ca2+ + Na2CO3 → CaCO3 + 2 Na+
Mg2+ + 2 NaOH → Mg(OH)2 + 2 Na+
Setelah reaksi, brine dari purification reaction tank mengalir ke
Coagulating Reaction Tank secara gravitasi, dimana ditambahkan sodium
polyacrylate sebagai coalester.
Pengendapan dan Filtrasi Brine
BaSO4, CaCO3, dan Mg(OH)2 yang terbentuk dipisahkan dari brine dan
mengendap dibagian dasar settler, sedangkan brine mengalir ke unit
Electrolysis.
Unit Electrolysis
Pemurnian Brine Tahap Kedua
Brine dimurnikan di Secondary Brine Filter dan Ion Exchanger
sebelum masuk ke sel elektrosisis.
Proses Elektrolisis
Proses ini terjadi di MGC Electrolyzer, dimana Brine terelektrolisa
menjadi soda (NaOH), gas H2 dan Cl2.
Reaksi:
2 NaCl + H2O → 2 NaOH + Cl2 +H2
Proses Evaporasi
NaOH yang keluar dari MGC Electrolyzer ±32% dipekatkan
menjadi >48% pada Double Effect Evaporator
Dechlorinasi
Sisa Brine dari MGC Electrolyzer yang tidak membentuk soda
(depleted brine) di recycle ke unit brine dengan pengaturan pH dan
penghilangan kandungan Free Chlorine dengan reaksi:
2 NaOH + Cl2 + Na2SO3 → Na2SO4 + 2 NaCl + H2O
T101, 102, 103, 104
Merupakan tangki-tangki produk soda 48% yang telah dipekatkan
di Double Effect Evaporator, siap untuk dipasarkan.
Unit Gas
Chlorine and Hydrogen Treatment
Gas Cl2 dan H2 sebelum dikirim ke user terlebih dahulu
mengalami proses pengeringan dengan bantuan asam sulfat.
Waste Gas Treatment
Gas chlorine yang dihasilkan selama emergency, start up dan shut
down Unit mengalami Electrolysis direaksikan dengan larutan
sirkulasi NaOH membentuk larutan Natrium Hypochlorite
(NaOCl).
Reaksi:
Cl2 + 2 NaOH → NaOCl + NaCl + H2O
e. Proses Soda Flake
Proses ini merupakan pengkonsentrasian larutan caustic soda 48%
menjadi 98,5% dengan metode pengkonsentrasian satu tahap.
1. Dehidrasi
Menggunakan sistem final concentration satu tahap
2. Final Concentrator
Caustic soda diuapkan dengan tekanan atmosfer memanfaatkan
panas yang diberikan oleh garam. Secara counterflow panas
akan dipindahkan. Caustic meninggalkan concentrator dengan
konsentrasi 98,5% menuju separator yang secara gravitasi menuju
throttle valve.
3. Sistem Gula
Merupakan proses pencegahan masuknya oksigen kedalam
peralatan dengan menambahkan nitrogen atau steam. Penambahan
gula sebanyak 0.15 kg/ton NaOH 100% yang dihasilkan dapat
mengurangi pertambahan nikel hingga 2 ppm.
4. Sistem Pemanas Garam
Sistem ini menggunakan garam sebagai zat penukar panas. Garam
dalam tangki disirkulasi melalui coil pemanas yang dipanaskan
dengan burner untuk menjaga temperatur sirkulasi garam
tetap tinggi. Sebagian dari pipa garam terpisah ke caustic melt untuk
menjaga temperatur caustic tetap tinggi.
Pre Heating (pemanasan awal)
Sebelum tahap sirkulasi garam, pipa caustic, tangki garam dan
final concentrator dilengkapi dengan steam traacing yang
berfungsi sebagai pemanas pendahulu pada rangkaian garam.
Cooling
Jika sirkulasi garam mengalami gangguan untuk jangka waktu
lama, garam di concentrator akan lebih cepat dingin daripada di
tangki garam. Untuk mencegah terjadinya kejutan panas bila start
lagi, garam harus didinginkan terlebih dahulu. Pendinginan ini
dengan mengalirkan garam melalui by-pass.
5. Pipa-pipa Caustic
Seal Pot
Caustic di final concentrator mengalir menuju seal pot yang
berfungsi mencegah masuknya uap air ke pipa dan flaker. Seal pot
ini dipanaskan dengan garam dan steam.
Pipa Caustic Melt
Pipa dari Seal Pot menuju flaker dipanasi dengan garam dan
steam. Kemiringan pipa diatur supaya caustic melt tidak membeku. Pipa
caustic melt kedalam distribusi channel untuk mencegah
masuknya oksigen ke dalam pipa.
6. Flaking
Caustic melt mengalir dari final concentrator menuju wadah
penampung. Setelah menempel pada drum terbentuk lapisan
setebal 0,8-1,3 mm yang didinginkanoleh air pendingin dalam
silinder. Lapisan yang terbentuk dikelupas dengan pisau, lapisan
caustic akan pecah dan membentuk flakes.
7. Penimbangan , Pengantongan, dan Palletizing
Flakes dari flaker di isi re-bagging scale dengan sistem timbangan
mekanis. Setelah pengantongan, bagian dalam diikat dan bagian
luar dijahit dengan mesin jahit
8. Exhaust Air System
Debu caustic akan tercuci dalam Dust Resolving Tank dan
Exhaust Air Fan. Hisapan blower akan mengalir melalui air dalam
tangki sehingga debu caustic larut dan udara yang keluar akan
bersih.
9. Pengisian N2
Tangki Garam
Untuk mencegah dekomposisi karena masuknya O2, maka tangki
garam harus diberi N2 yang bertekanan rendah.
Seal Pot
Dengan penambahan N2 ke peralatan yang terbuat dari nikel akan
mengurangi korosi pada nikel.
III.3.2 Chemical Plant II (Chlorine Process)
a. Kaporit Plant I
Memproduksi kaporit dengan sistem Ca (berbentuk Powder)
b. Kaporit Plant II
Memproduksi kaporit dengan sistem Ca (berbentuk Powder) dan sistem
Na (berbentuk Granular)
c. Proses Kaporit
Penghancuran batu gamping (CaO)
Proses ini dilakukan di Jaw Crusher dimana CaO dihancurkan menjadi
ukuran yang lebih kecil (20-40 mm) agar lebih mudah bereaksi dengan air
membentuk Ca(OH)2
Pembentukan Ca(OH)2
Proses ini dilakukan di unit Slakeder.
Reaksi:
CaO + H2O → Ca(OH)2
Ca(OH)2 merupakan bahan baku untuk pembuatan kaporit bubuk. Setelah
proses reaksi, dilanjutkan dengan proses seleksi partikel Ca(OH)2 yang
halus dan kasar.
Pembuburan Lime Milk
Proses pembuattan lime milk (bubur Ca(OH)2) dengan cara melarutkan
Ca(OH)2 halus dalam sejumlah air pada sumur pembuburan. Proses ini
dilakukan 4 tahap, di sumur pembuburan 1, 2, 3, dan 4 sampai diperoleh
lime milk dengan kadar Ca(OH)2 yang sesuai dengan Na tandart.
Penentuan proses Ca atau Na dilakukan di sumur pembuburan 4.
Pembentukan Kaporit Ca(OCl)2, Proses Ca
Lime milk dari sumur pembuburan 3 dan 4 dengan konsentrasi 26-30%
dipompa ke reaktor selanjutnya direaksikan dengan gas Chlor.
Reaksi:
Ca(OH)2 + Cl2 → Ca(OCl)2 + CaCl2 + H2O
Pembentukan Kaporit Ca(OCl)2, Proses Na
Lime milk dari sumur pembuburan 4 di reaktor dibuat konsentrasi 20-24%
dan dicampur dengan soda (NaOH) dan mother liquor di dalam reaktor,
setelah itu gas chlor dialirkan.
Reaksi:
2 NaOH + Cl2 → NaClO + NaCl + H2O
Ca(OH)2 + Cl2 → 1/2 Ca(OCl)2 + 1/2 CaCl2 + H2O
CaCl2 + 2 NaOCl → Ca(OCl) 2 + 2 NaCl
Ca(OH)2 + 2 NaOH + 2 Cl2 → Ca(OCl)2 + 2 NaCl + 2 H2O
Reaksi Chlorinasi berlangsung didalam reaktor yang dilengkapi dengan
pengaduk dan coil pendingin guna menyerap panas hasil reaksi chlorinasi
agar suhu reaktor tetap stabil.
Pemisahan Cake dan Liquid
Pemisahan cake dan liquid ini menggunakan alat sentrifugal separator.
Liquid yang keluar dari seaprator di alirkan ke unit kaporit cair untuk
diolah menjadi kaporit cair dengan available chlorine ≥6%, sedangkan
cake Ca(OCl)2 dikirim ke unit rotary dryer.
Pengeringan Kaporit
Pengeringan cake bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam kaporit
sampai batas tertentu agar bubuk kaporit yang dihasilkan kualitasnya
lebih stabil. Proses pengeringan cake ada 2 cara: 1). Untuk proses kaporit
Ca umumnya cake yang dihasilkan oleh separator bisa langsung
dikeringkan dalam dryer (rotary dryer) dan hasilnya langsung digiling
supaya produk akhir berbentuk powder. 2). Untuk proses kaporit Na,
umumnya sebelum dimasukkan dalam unit dryer maka cake akan
dicampur dengan powder sampai kadar tertentu dan dibentuk granular
dengan granulator, baru di drying selanjutnya diayak untuk mendapatkan
hasil yang seragam.
Proses Pengemasan (Packing)
Pengemasan harus dilakukan dengan spesifikasi produk karena dalam
produksi kaporit ada beberapa kemasan lain:
a. Produk kaporit sistem Ca:
Kaporit powder 60% dan kaporit 60% mix
Kaporit powder 60% udang lokal
Kaporit powder 60% udang export
Kaporit powder 60 $
Kaporit powder 65 $
Kaporit powder 65% dan kaporit 65% mix
b. Produk kaporit sistem Na:
Kaporit TK Khlon 65 G (granular)
Kaporit TK Khlon 70 G (granular)
II.4. Utilitas
Utilitas utama dalam PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Adalah air,
listrik, dan steam. Kebutuhan air disuplai melalui unit water treatment, sedangkan
kebutuhan listrik dan steam disuplai oleh sebuah power plant yang dinamakan
Co-Gen (Coal Generator).
II.4.1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)
Unit pengolahan air di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk berfungsi
untuk menyuplai kebutuhan air untuk proses, air sanitasi, maupun air yang akan
diolah menjadi energi (steam) dalam Co-Gen dengan sumber air berupa air
sungai Brantas. Proses pengolajan air di unit ini hanya merupakan pengolahan air
sungai menjadi air proses saja dan tidak meliputi proses lain seperti pengurangan
kesadahan untik air yang digunakan untuk menghasilkan steam. Secara
keseluruhan, unit pengolahan air di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimi, Tbk ini terdiri
dari tiga unit, yaitu:
1. Unit 1 dengan kapasitas desain 30.000 m3/hari.
Unit ini memasok kebutuhan air di PF1, unit deinking, pedesaan, dan
buffer tank PF2.
2. Unit 2 dengan kapasitas desain 37.000 m3/hari.
Unit ini memasok kebutuhan air di chemical plant, NCR, Co-Gen, PM9,
dan mess.
3. Unit 1 dengan kapasitas desain 50.000 m3/hari.
Unit ini memasok kebutuhana air di PF3, PF4, CaCO3 plant, dan
converting plant.
Karena berbeda desain, maka peralatan yang digunakan di setiap unit
pengolahan air ini berbeda-beda. Walaupun demikian, secara umum prinsip
pengolahan air di setiap unit tetap sama. Diagram proses secara umum di unit
pengolahan air ini ditampilkan pada Gambar II.5
Pada unit pengolahan air, mula-mula air sungai yang dipasok dari sungai
Brantas dipompa masuk ke dalam tangki pre-sedimentasi. Pada proses
pemompaan ini air sungai dilewatkan sebuah penyaring untuk menjaga agar
kotoran yang berukuran besar seperti daun dan plastik tidak ikut masuk ke dalam
tangki pre-sedimentasi.
Di dalam tangki pre-sedimentasi ini terjadi pengendapan dari lumpur yang
ada di dalam air. Setelah air bebas dari lumpur dan kotoran lainnya, proses
selanjutnya adalah penghilangan kotoran yang terlarut dalam air. Penghilangan
kotoran ini dilakukan dengan penambahan senyawa-senyawa seperti larutan alum
dan polimer. Alum berfungsi untuk mengikat kotoran yang terlarut di dalam air
dan hasil ikatan itu akan membentuk floc. Setelah itu, polimer ditambahkan untuk
membantu penggumpalan floc lebih lanjut sehingga floc yang terbentuk akan
lebih besar dan cukup berat untuk mengendap. Proses pembentukan floc
(flokulasi) ini berbeda-beda untuk setiap unit pengolahan air.
Untuk unit 1 proses pembentukan dan pengendapan floc ini dilakkan di
dalam clarifier, sedangkan untuk unit 2 proses ini dilakukan secara terpisah,
dimana proses pembentukan floc dilakukan di dalam flocculation basin dan
proses pengendapan floc dilakukan di dalam sedimentation basin. Flocculation
basin di unit 2 ini juga dilengkapi dengan tifa buah pengaduk agar distribusi alum
dan polimer di dalam air lebih merata. Unit 3 memiliki sistem yang hampir sama
dengan unit 2 dimana proses pembentukan dan pengendapan floc dilakukan
secara terpisah. Perbedaanya adalah pada unit 3, proses pembentukan floc
dilakukan tanpa menggunakan pengaduk tetapi dengan sistem hydraulic jump.
Sistem hydraulic jump ini bertujuan untuk meningkatakan turbulensi air sehingga
terjadi proses pengadukan secara alami. Karena tidak dilengkapi dengan
pengaduk, maka distribusi alum dan polimer dalam air di unit 3 ini kurang merata
apabila dibandingkan dengan di unit 2. Untuk mengatasinya, proses pengendapan
(waktu tinggal di clarifier) di unit 3 lebih lama dibandingkan dengan di unit 2.
Setelah floc-floc mengendap di dasar tangki, floc tersebut akan dibuang menuju
sludge pit dan air akan diproses lebih lanjut.
Selain ditambahkan alum dan polimer, ke dalam air juga ditambahkan gas
Cl2. Salah satu tujuan dari penambahan gas Cl2 adalah sebagai desinfektan,
menghilangkan bau, dan menjernihkan warna dari air hasil pengolahan.
Penambahan gas Cl2 dapat dilakukan di clarifier (unit 1) atau pada proses
pembentukan floc (unit 2 dan unit 3).
Setelah penghilangan kotoran yang terlarut dalam air, proses selanjutnya
adalah penyaringan dengan menggunakan gravity filter. Prinsip penyaringan
dengan gravity filter ini adalah air dilewatkan dalam beberapa media penyaring
seperti anthracite, pasit, garnet, dan kerikil. Hal ini bertujuan untuk membantu
menahan floc yang lebih kecil dan tidak cukup berat untuk mengendap di proses
sebelumnya. Jika filter telah jenuh dengan pengotor, yang ditandai dengan
penurunan kecepatan penyaringan secara drastis, maka untuk membersihkannya
dialirkan backwash water ke dalam filter dari arah yang berlawanan. Backwash
water ini akan membawa tumpukan kotoran yang tertahan di filter dan dengan
sendirinya akan mengalami proses penyaringan ulang.
Pada tahap akhir air bersih yang dihasilkan akan disimpan di dalam clean
water basin. Fungsi dari clean water basin ini adalah untuk menampung air hasil
pengolahan secara sementara sebelum didistribusikan ke plant yang
membutuhkan, baik untuk air proses maupun untuk kebutuhan lainnya. Khusus
untuk air yang didistribusikan ke power plant untuk umpan boiler akan dilakukan
pengolahan air lebih lanjut di power plant.
Pengendalian kualitas di unit pengolahan air ini dilakukan untuk menjaga
agar kualitas air yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Standar air hasil pengolahan yang telah ditetapkan di unit pengolahan air ini
adalah:
a. pH: 6-7,5
b. Turbidity: di bawah 1,5 NTU.
c. Kandungan Cl2: dibawah 1 ppm.
d. Kandungan Cl-: dibawah 90 ppm.
e. T.H. (Total Hardness): max 250 ppm
f. M.A. (Methyl Alkalinity): dibawah 1,75 ppm
II.4.2. Co-Gen (Coal Generator)
Co-Gen merupakan power plant yang berfungsi untuk memasok
kebutuhan energi listrik semua plant di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Hal
ini dilakukan karena suplai energi dari PLN sebesar 35 MW masih tidak
mencukupi dan juga untuk menghemat biaya energi listrik. Co-Gen ini memiliki
tiga unit pembangkit listrik yaitu:
a. Unit 1 menghasilkan steam sebesar 220 ton/jam dan daya listrik sebesar
35 MW.
b. Unit 1 menghasilkan steam sebesar 220 ton/jam dan daya listrik sebesar
35 MW.
c. Unit 1 menghasilkan steam sebesar 300 ton/jam dan daya listrik sebesar
70 MW.
Energi dan steam yang dihasilkan oleh unit Co-Gen ini dihasilkan dengan
menggunakan boiler dengan feed berupa air hasil pengolahan di unit water
treatment. Namun sebelum digunakan, air hasil pengolahan ini akan diolah lebih
dahulu untuk menghilangkan kandungan logam dalam air, terutama ion Mg2+
dan ion Ca2+ karena ion-ion ini dapat menyebabkan terjadinya kerak yang dapat
menyumbat saluran perpipaan. Proses ini disebut proses demineralisasi dan akan
menghasilkan air yang bebas dari ion Ca2+ dam ion Mg2+. Air yang dihasilkan
ini disebut air demin dan baru dapat digunakan sebagai feed pada boiler.
Proses demineralisasi ini menggunakan dua proses, yaitu dengan reverse
osmosis dan penyaringan dengan karbon aktif. Pengolahan dengan sistem reverse
osmosis dilakukan di unit pengolahan 1, sedangkan proses penyaringan dengan
karbon aktif dilakukan di unit pengolahan 2.
Untuk unit 1, air akan mengalami penyaringan dengan sistem reverse
osmosis, dimana pada penyaringan ini hampir 25% pengotor akan tertahan. Sisa
pengotor lain yang lolos akan ditreatment lebih lanjut di proses berikutnya.
Sedangkan untuk unit 2 tidak dilakukan proses reverse osmosis. Sebagai
gantinya, di unit 2 ini dilakukan penyaringan dengan menggunakan karbon aktif,
di mana karbon aktif ini akan mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam
air.
Setelah mengalami proses penyaringan, baik dengan reverse osmosis maupun
dengan karbon aktif, proses selanjutnya adalah degasifier, yaitu proses untuk
mengurangi kandungan CO2 dan O2 di dalam air. Di unit 1, proses degasifier
dilakukan dengan cara mengkontakkan air dengan udara dalam bentuk partikel
dengan ukuran sekecil mungkin. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat
seperti blower yang mampu mnyemprotkan air ke udara untuk menghilangkan
gas CO2 dan O2 di dalamnya. Sedangkan untuk unit 2, sebelum dilakukan proses
degasifier terlebih dahulu dilakukan proses pengikat anion dengan menggunakan
cation exchanger. Cation exchanger ini akan mengikat ion-ion seperti Cl-, SO42-
dan lain-lain. Proses penghilangan ion ini akan dilanjutkan dengan proses
degasifier untuk menghilangkan kandungan CO2 dan O2 di dalam air.
Setelah proses degasifier, proses selanjutnya di unit 1 adalah pengikatan
ion-ion di dalam mixed bed berisis resin. Resin ini dapat mengikat ion-ion seperti
Ca2+, Mg2+, Fe2+, Cl-, dan SO42-. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan
penghilangan SiO2 di dalam SiO2 polisher. Sedangkan untuk unit 2, pengikatan
kation, seperti Ca2+, Mg2+, dan Fe2+ dilakukan di dalam anion exchanger.
Setelah itu, dilakukan pengikatan pengotor yang tersisa dengan menggunakan
resin.
Air hasil proses demineralisasi ini digunakan sebagai feed untuk boiler di
unit Co-Gen. Standar air demin untuk umpan boiler ini adalah:
a. Kandungan SiO2 = 20 ppb
b. Kandungan Fe2+ = 40 ppb
c. Kandungan Ca2+ dan Mg2+ = 0 ppb
Air demin ini digunakan untuk menghasilkan steam dengan menggunakan
boiler. Steam ini akan dimanfaatkan untuk pengeringan kertas, pemanasan, dan
pembangkit tenaga listrik. Jenis boiler yang digunakan di Co-Gen ini adalah PC
Boiler (Pulverized Coal) dengan tekanan operasi diatas 1500 psi. Jenis boiler,
sesuai namanya, ini menggunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran batu
bara sebagai media pemanas untuk menghasilkan steam. Namun, pada start up
digunakan solar sebagai media pemanas pengganti batu bara.
Pada proses pembuatan steam, mula-mula dilakukan proses di deaerator
untuk mengurangi kandungan udara, baik gas CO2 maupun O2, di dalam air. Ada
dua jenis deaerator yang digunakan di Co-Gen, yaitu LPD (Low Pressure
Deaerator) dan HPD (High Pressure Deaerator). Untuk air demin fresh dari
pengolahan proses pengurangan kandungan udara dilakukan di dalam HPD,
sedangkan untuk air condensate proses pengurangan kandungan udara dilakukan
di dalam HPD. Pada proses ini juga ditambahkan oxygen scavenger untuk lebih
mengurangi kandungan udara di dalam air.
Setelah iru, air akan dipanaskan di dalam pre-heater hingga suhu air
mencapai suhu umpan masuk boiler. Proses pemanasan awal ini dilakukan untuk
mengurangi beban pemanasan di boiler. Setelah mencapai suhu yang diinginkan,
air dimasukkan ke dalam boiler. Di dalam boiler ini akan terjadi pemanasan air
hingga dihasilkan steam dengan suhu ±180°C. Selanjutnya , steam yang telah
terbentuk akan dipanaskan lebih lanjut dengan menggunakan heater hingga
mencapai suhu 540°C dengan tekanan 100 bar. Steam yang dihasilkan dari heater
inilah yang akan didistribusikan ke turbin pembangkit tenaga listrik dan ke
seluruh plant untuk keperluan produksi.
II.5. Pengujian Kualitas Kertas
Pengujian terhadap produk kertas yang dilakukan di IPQC ini meliputi tes
laboratorium (chemical test dan physical test) dan test visual (dirt count, mark,
wavy, stretch, shade variation, dll). Tes laboratorium ini meliputi berbagai tes
dengan prosedur tertentu, sedangkan tes visual dilakukan melalui pengamatan
secara langsung.
II.5.1. Chemical Test
A. Moisture (Kadar air)
Moisture: jumlah air yang terkandung dalam selembar kertas.
Prosedur pengujian:
1. Timbang sampel yang hendak diuji kadar airnya. Asumsi massa
sampel mula-mula adalah A gram.
2. Keringkan sampel di dalam oven pada suhu 105°C-108°C selama 2-
3 jam.
3. Timbang sampel yang telah dikeringkan. Asumsi massa sampel
setelah pengeringan adalah B gram.
4. Penentuan kadar air sampel dengan persamaaan:
Kadar air:(A-B)/A x 100% = .... %
Standar kadar air ini tergantung dari jenis kertas yang digunakan,
seperti standar kadar air untuk photo copy paper adalah 4-5% dan untuk
kertas wood free adalah 5,5-6,5%.
B. Ash Content (Kadar Abu)
Tujuan: untuk mengetahui kandungan filter pada selembar kertas.
Prosedur pengujian:
a. Timbang sampel yang hendak diuji kadar abunya. Asumsi massa
sampel mula-mula adalah A gram.
b. Bakar sampel di dalam furnace pada suhu 925°C hingga sampel
terbakar sempurna (abu sisa pembakaran berwarna putih).
c. Timbang abu yang didapatkan. Asusmsi masa abu adalah B gram.
d. Penentuan kadar abu sampel dengan persamaan:
Kadar abu: B/A x 100% = .... %
C. pH
pH : jumlah ion hydrogen dalam kertas yang menyatakan derajat kertas
tersebut. Pengujian pH dalam kertas ini dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Surface pH : pH pada permukaan kertas
b. pH ekstrak : pH pada kertas yang dijadikan ekstrak (cairan)
3.5.2 Physical Test
A. Sifat Umum
1. Gramature
Gramature : massa lembaran kertas atau karton dalam gram dibagi dengan satuan
luasnya dalam meter persegi
Unit satuan : G/m2 (GSM)
Standar toleransi gramature kertas :
Tabel Standar Toleransi Gramature Kertas :
Gramature (G/m2 ) Toleransi (%)
≤ 28 G/m2 7 %
30, 35, 40 6 %
45, 50, 56 5 %
≥ 63 G/m2 4 %
Prosedur penentuan gramature kertas :
a. Potong selembar kertas dengan template ukuran 25 cm x 40 cm.
b.Timbang lembaran kertas dengan neraca, misalnya massa = A gram.
c. Penentuan gramature sampel dengan persamaan :
G/m2
2. Thickness
Thickness : jarak tegak lurus antara 2 permukaan kertas atau karton yang diukur
pada kondisi standar.
Unit satuan :micrometer, micron
Peralatan :micrometer = 0-5000 micron
readability = 0,001 mm (1 micron)
pressure = 50 kPa, 100 kPa
Thickness kertas yang bervariasi dapat menyebabkan kelancaran pada proses
terganggu atau hasil kualitas cetak kertas tidak seragam.
3. Density
Density: perbandingan antara gramature dan thickness dalam selembar kertas.
Unit satuan : gram/cm3.
B. Sifat Permukaan
1. Roughness/Smoothness
Beberapa metode pengujian roughness/smoothness kertas adalah :
a. Penentuan roughness kertas dengan metode Bendtsen & Shieffeld
Kekerasan permukaan kertas (roughness) menyatakan sifat permukaan
kertas yang dihitung berdasarkan jumlah udara dalam ml/min yang dapat
melalui cela-celah permukaan kertas tersebut dengan lingkaran plat logam
dari alat ukur khusus (roughness gauge) yang diletakkan diatasnya dan
pengukuran dilakukan dalam keadaan standar.
Unit satuan = ml/min
Pengukuran roughness kertas dengan metode Bendtsen & Shieffeld lebih
cocok digunakan untuk permukaan kertas non coated dengan nilai
Bendtsen roughness berkisar antara 50ml/min 1200 ml/min.
b. Penentuan roughness kertas dengan metode Parker Print Surf (PPS)
Prinsip pengukuran metode PPS disesuaikan dengan teknan cetak, dimana
kekerasan kertas diukur berdasarkan prinsip air leak dengan kondisi
bantalan sesuai dengan cetak Letter Press atau Gravure.
Unit satuan = µm (micron)
Spesifikasi penentuan roughness untuk beberapa jenis kertas antara lain
adalah ≥ 4 µm untuk kertas uncoated, antara 2 dan 4 µm untuk kertas
matt, dan ≤ 2 µm untuk kertas gloss.
c.Penentuan smoothness kertas dengan metode Bekk
Prinsip pengukuran kelicinan kertas (smoothness) dengan metode Bekk
adalah waktu dalam detik yang diperlukan untuk menarik volume udara
tertentu (10 ml) diantra permukaan kertas (contoh uji) dan permukaan
bidang datar berbentuk licin, yang mempunyai kontak area tertentu.
Pengukuran dengan metode Bekk lebih cocok untuk pengukuran
smoothness pada kertas coated.
Unit Satuan = sekon/10ml
Pada metode Bekk, makin tinggi nilai smoothness berarti permukaan
kertas tersebut semakin halus. Sedangkan untuk metode Bendtsen-
Shieffeld dan metode PPS, makin tinggi nilai roughness berarti
permukaan kertas tersebut makin kasar.
2. Porosity
Beberapa metode penentuan porositas kertas antara lain :
a. Penentuan porositas kertas dengan metode Bendtsen & Shieffeld
Penentuan porositas dengan metode Bendtsen & Shieffeld didasarkan
pada jumlah volume udara (ml) per satuan waktu (menit) yang dapat
menembus lembaran kertas dari alat ukur khusus kondisi standar.
Unit satuan = ml/menit
b. Penentuan porositas dengan metode Gurley
Penentuan porositas dengan metode Gurley didasarkan pada jumlah waktu
yang diperlukan oleh 100 ml udara masuk untuk menembus selembar
kertas berbentuk lingkaran seluas 645 mm2 yang diukur pada kondisi
standar.
C. Sifat Kekuatan
1. Tensile Strength (Ketahanan Tarik) dan Elongation (Kemoloran)
Tensile Strength : gaya dalam Kgf atau KN/m yang diperlukan untuk
menarik jalur uji lembaran kertas selebar 15 mm sampai putus
Unit Satuan = Kgf/15 mm, KN/m (Kgf/15 mm = 0,654 KN/mm)
Pengujian ketahanan tarik (tensile strength) dilakukan terhadap arah MD
dan CD sampel kertas. Breaking length dari smapel kertas dinyatakan
dengan :
K N x 101,970 gram,/KNBreaking length (panjang putus) = m =.... m
Gramature (gram/m2)
Elogation : pertambahn panjang kertas pada saat mulai ditarik pada alat
Tensile Strength hingga kertas putus.
Unit satuan = mm, %
2. Tearing Strength (Ketahanan Sobek)
Tearing Strengt : gaya dalamgrf atau mN yang dibutuhkan untuk
menyobek kertas yang dengan panjang 43 mm sebanyak 16 lembar dalam
kondisi standar.
Unit satuan : grf atau mN
Peralatan = Elemendorf Paper Tester
3. Stiffness (Ketahanan Kertas)
Stiffness merupakan sifat yang penting pada kertas, karena sifat ini dapat
digunakan untuk mengetahui kekuatan kertas tersebut menahan tekanan
pada proses packing dan penyimpanan.
Beberapa metode pengujian Stiffness kertas adalah :
1. Penentuan Stiffness kertas dengan metode Taber
Kekuatan taber adalah gaya dalam mN atau bending moment (momen
lengkungan) dalam grf.cm (gram gaya centimeter) yang diperlukan
untuk melengkungkan kertas atau karton dengan ukuran 38,1 mm x 70
mm dengan sudut lengkungan 15o dan diukur pada kondisi standar.
Unit satuan = mN, gr.cm, mN-m
Gr cm x 1,98 = mN
Gr cm x 0,0981= mN-m
2. Penentuan Stiffness kertas dengan metode Resonance (Resonance
Length Method) T 535 om – 85
Bending Stiffness (S) ialah besar ketahanan moment per satuan lebar
kertas atau karton dimana kertas atau karton tersebut dilipat didaerah
perubahan elastic yang diukur pada kondisi standar dengan frekuensi
25 Hz.
Besar Bending Stiffness (S) ini dihitung berdasarkan panjang strip
kertas (L) dalam mm pada saat terjadinya penyimpangan resonansi
yang tersebar dan gramature kertas tersebut.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung besar bending Stiffness
kertas adalah:
3. Penentuan stiffness kertas dengan metode Clark
Kekakuan Clark adalah kemampuan kertas atau karton untuk
mengimbangi momen lengkung yang ditimbulkan oleh berat kertas itu
sendiri yang besarnya setara dengan panjang kritis kertas (cm)
pangkat tiga dibagi seratus, diukur pada kondisi standar.
Unit satuan = cm3 / 100
4. Bursting (Ketahanan Retak) T 403 om – 91
Bursting : tekanan dalam kg/cm2 atau kPa yang diperlukan untuk
memecahkan selembar kertas dengan luas 1 in2.
Peralatan = Mullen Bursting Tester
Unit satuan = kg/cm2, kPa (1 kg/cm2= 98,07 kPa)
5. Folding (Ketahanan Lipat) T 423 om – 89
Folding: jumlah lipatan yang dapat dilakukan terhadap kertas atau
karton denga lebar 15 mm dengan beban 1 kg atau 1,5 kg hingga
putus.
Peralatan = Mit Folding Edurance
Unit satuan = n (jumlah)
6. Picking (Surface Strength)
Picking: tercabutnya partikel-partikel pada permukaan kertas setelah
kertas tersebut mengalami proses cetak.
Peralatan = RI Print Ability, IGT atau Wax Pick.
Pada uncoated paper, proses picking dapat terjadi karena kandungan
abu dan filler dlaam kertas terlalu tinggi atau kualitas pulp yang
rendah.
Sedangkan pada coated paper, proses picking dapat terjadi apabila
kualitas base paper , latex, dan bahan kimia lain yang digunakan
kurang baik.
V.2.4. Sifat Absorbsi
a. Sizing
Sizing: resensitas atau ketahanan kertas terhadap penetrasi zat cair,
baik air, tinta, maupun minyak.
Beberapa metode pengujian Sizingkertas :
a. Penentuan Sizing dengan metode Size effect
Bahan : FeCl3 dan NH4SCN
b. Penentuan Sizing denga metode HST (Hercules Sizing Tester)
Bahan : Naphtol Green
c. Penentuan Sizing dengan metode Pen and Ink Test
Bahan : parker ink, pena penggores
b. Water absortive
Water absortive : jumlah air yang dapat diserap kertas tiap satuan
luas.
Jenis pengukuran Water absortive dengan metode Cobb :
Simbol Waktu tes
Cobb30 20 = 1
Cobb60 45 = 1
Cobb120 105 = 1
Cobb300 285 = 1
c. K & N
K & N : pengukuran daya serap kertas terhadap tinta.
d. Drying Time
Drying Time : waktu yang diperlukan oleh tinta untuk mengeringkan
setelah mengalamu proses cetak.
Peralatan : RI Print Ability.
V.2.5 Sifat Optik
a. Warna Kertas (L*a * b)
L*a * b merupakan terminology dalam sifat optic (warna) kertas.
L * (Light) : 0 (gelap)/(-) berarti hitam atau gelap
100 (putih)/(-) berarti putih atau terang
a* (amber): (+) merah/berarti kemerah-merahan
(-) hijau/berarti kehijau-hijauan
b* (bluish) : (+) kuning/ berarti kekuning-kuningan
(-) biru/ berarti kebiru-biruan
b. Brightness
Derajat kecerahan kertas yang diakibatkan oleh cahaya tampak
(cahaya dengan panjang gelombang 457 nm)
Unit satuan : % ISO
c. Opacity
Sifat kertas yang menyatakan keburaman kertas
Unit satuan : %
d. Gloss
Sifat kilap dari ketas yang disebabkan karena adanya pemantulan
sempurna cahaya yang mengenai permukaan kertas.
Unit satuan : %
V.2.6 Sifat Lain
a. Formasi
Keserangaman pendistribusian fiber (serat) dan filler (bahan pengisian)
didalam selembar kertas.
Faktor – factor penyebab terjadinya cacat formasi antara lain :
1. Tidak adanya konsistensi pada suspense serat
2. Setting mesin, terutama ratio antara Jet Wire dan Slice.
3. Penambahan bahan kimia yang tidak tepat.
b. Orientasi serat
Keseragaman atau kelurusan arah derat dalm selembar kertas sesuai
dengan arah mesin.
c. Curling
Peristiwa melengkungnya kertas sebelum atau sesudah mengalami proses
Photo copy maupun offset.
Faktor penyebab terjadinya curling antara lain :
1. Moisture pada kertas tidak merata
2. Orientasi serat (TSO) terlalu besar
II.6 Limbah
Limbah yang dihasilkan di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk
berwujud limbah cair dan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
limbah dari paper machine dengan debit 38.000m3 /hari dan limbah dari
non paper machine (Cast Coating, Converting, OMC, Carton Box, NCR)
dengan debit 1600m3 / hari. Kedua jenis limbah memiliki karakteristik
yang berbeda. Limbah dari paper machine memiliki kandungan
pencemaran yang relative lebih rendah daripada limbah non paper
machine.
Limbah dari paper machine mengandung :
BOD : 800 ppm
COD : 2000 ppm
TSS : 2000 ppm
pH : 6-8
Sedangkan limbah dari non paper machine mengandung :
BOD :15.000-20.000 ppm
COD : 30.000 ppm
TSS : 30.000 ppm
pH : 5-6
Limbah dengan kadar pencemaran yang tinggi ini harus dioalah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Menurut S.K. Gubernur
no.45 tahun 2005, limbah yang hendak dibuang ke lingkungan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
BOD :70 ppm
COD : 150 ppm
TSS : 70 ppm
pH : 6-9
Pb : 0,01 ppm
Hasil dari pengolahan limbah cairan di unit pengolahan limbah di PT.
Pabrik Kertas TIjiwi Kimia, Tbk telah memenuhi standar yang ditetapkan
pemerintah, bahkan konsentrasi yang ada dalam hasil pengolahan limbah
tersebut jauh dibawah standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Secara umum, criteria dari hasil pengolahan limbah cair di PT. Pabrik
Kertas Tijiwi Kimia, Tbk adalah :
BOD :20-25 ppm
COD : 40-45 ppm
TSS : 40-45 ppm
pH : 7
Pb : tidak terdeteksi
Proses pengolahan limbah di PT. Pabrik Kertas TIjiwi Kimia, Tbk
terdiri dari tiga proses, yaitu proses fisika, proses kima, proses biologi.
Proses fisika meliputi proses pemisahan padatan besar yang terdapat pada
air limbah menggunakan inlet pit yang dilengkapi dengan barscreen.
Proses kimia meliputi proses pemisahan padatan yang tersuspensi dalam
air limbah dengan cara menambahnkan bahan kimia tertentu agar padatan
tersebut dapat diendapkan dan dipisahkan. Sedngkan proses biologi
meliputi proses penjernihan air dengan bantuan bakteri yang akan
mendegradasi zat organik pencemar yang terlarut di dalam air limbah.
Namum pelaksanaannya, proses kimia sementara ini tidak dilakukan lagi
karena tanpa adanya penambahan bahan kimia tesebut kualitas dari air
hasil pengolahan limbah ini sudah memenuhi, bahkan di bawah standar
pemerintah. Diagram proses di unit pengolahan limbah adalah sebagai
berikut :
II.5.2. Pengolahan Limbah Cair
Pada pengolahan limbah ini, limbah dari paper machine
dimasukkan langsung kedalam lagoon B , sedangkan limbah dari non
paper machine dimasukkan terlebih dahulu ke dalam buffer tank. Buffer
tank ini dilengkapi dengan blower dan berfungsi untuk menstabilkan pH
limbah noo paper manchine hingga mencapai pH 6-8 serta
menghomogenkan konsentrasi limbah yang berasal dari berbagai unit
proses. Semua limbah cair ini dialirkan melewati barscreen yang terdapat
pada inlet pit untuk menghilangkan pengotor padatan yang berukuran
besar.
Setelah proses di buffer tank, limbah dari non paper machine yang
telah homogeny dicampur dengan limbah paper machine di lagoon B
dengan perbandingan 1:23. Lagoon B ini juga dilengkapi dengan mixer
dan aerator agar proses pencampuran limbah lebih merata. Setelah
didapatkan campuran limbah yang homogen, limbah ini dialirkan kedalam
flocculation. Di flocculation tank ini seharusnya dilakukan penambahan
alum dan polimer untuk menghilangkan padatan yang tersuspensi didalam
air. Tetapi hai ini sekarang sudah tidak dilakukan lagi dan senyawa kimia
yang ditambahkan ada proses ini hanya bertujuan untuk mengatur pH
limbah. Apabila pH limbah < 6 maka ditambahkan NaOH, dan sebaliknya
apabila pH limbah > 8 maka ditambahkan H2SO4.
Setelah melewati flooculation tank, limbah dipompa kedalam
primary clarifier. Di sisni akan terjadi pemisahan antara padatan dan
cairan limbah. Cairan limbah (supernatant) dialirkan secara gravitasi ke
kolam activated system (lagoon H dan lagoon DE0, sedangkan padatan
(sludge) dialirkan ke sludge strong tank dan diolah lebih lanjut dengan
sludge thickener dan belt press.
Didalam kolam activated sludge system dilakukan penambahan
bakteri untuk mendegradasi zat organic terlarut yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses sebelumnya. Demi menjaga pertumbuhan
bakteri, kolam dilengapi dengan aerator untuk menjaga suplai O2 didalam
air dan juga ditambahkan urea (sumber nitrogen) dan TSP (sumber fosfat)
sebagai nutrien untuk bakteri. Penambahan nutrien makanan ini diatur
dengan perbandingan massa tertentu, yaitu 100 : 5 : 1 untuk BOD, N, dan
P.
Setelah itu, kondisi pada kolam juga dijaga agar sesuai dengan
kondisi pertumbuhan bateri, seperti :
1. Suhu : < 34 oC
2. pH : 7-8
3. O2 terlarut : 2 mg/liter (min)
4. MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)
Dengan adanya proses biologi ini, supernatant sudah mengalami
penurunan kadar pencemaran hingga 90-95% sehingga criteria dari air
hasil pengolahan di activated sludge system ini adalah :
BOD : ± 20 ppm
COD : < 50 ppm
TSS : < 50 ppm
Selanjutnya, hasil olahan di activated sludge akan diendapkan
lebih lanjut di secondary clarifier. Dari pengendapan ini akan diperoleh
hasil berupa supernatant, scum, dan sludge. Scum adalah busa yang
mongering dipermukaan air di clarifier dan scum yang dihasilkan ni
ditampung di scum storage tank sebelum di alirkan ke lagoon B untuk
diolah kembali. Sludge yang dihasilkan di secondary clarifier ini tidak
diproses lebih lanjut, tetapi ditampung dalam recyle sludge tank sebelum
disirkulasi kembali ke lagoon B dan lagoon H. Supernatant yang
dihasilkan kemudian dialirkan ke lagoon G yang merupakn kolam control
kualitas air, dimana air tersebut tidak mengalami gangguan, maka air
sudah aman untuk dibuang ke sungai.
Kualitas air yang masuk lagoon G ini adalah :
BOD : 20 ppm
COD : 50 ppm
TSS : 40 ppm
pH :7
Pada unit pengolahan limbah ini juga dilakukan uji dilaboraturium
untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam air yang
dihasilkan. Parameter yang diperiksa dilaboraturium biologi
adalah :
- pH
- TTS (Total Suspended Solid)
- TDS (Total Disolved Solid)
- TS (Total Solid)
- BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- COD (Chemical Oxygen Demand)
- DO (Dissolved Oxygen)
- Heavy metal (Cu, Cd, Fe, Cr6+, Pb, S, dan NO3)
- Cl2
- Total hardness
II.5.2 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat ini merupakan hasil dari pengolahan limbah cair,
yaitu sludge yang dihasilkan dari primary clarief. Hasil pengolahan
limbah padat ini pada akhirnya dapat dibuang atau dijual kepada industri
lain yang membutuhkan.
Pertama-tama, sludge yang dihasilkan di primary clarifier akan
ditampung dalam sludge tank. Sludge yang ditampung didalam sludge
strong tanj kemudian akan dimasukkan kedalam thickener untuk
mengurangi kadar airnya. Konsentrasi sludge yang masuk kedalam
thickener adalah 2% , sedangkan konsentrasi sludge yang keluar dari
thickener adalah 6%. Sludge ini kemudian akan dimasukkan ke dalam belt
press untuk menghilangkan kadar air lebih lanjut.
Produk yang dihasilkan belt press berupa sludge cake dengan
konsentrasi 50%. Sludge cake ini dapat dibuang kedalam landfill, dibakar
didalam incinerator untuk menghasilkan steam yang akan digunakan
untuk menggerakkan turbin, atau digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan batu bara egg tray. Sedangkan filtrate yang dihasilkan selama
proses pengolahan limbah padat ini ditampung dalam belt press filtrate
tank dan disirkulasi kembali kedalam lagoon B.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan kertas di PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk
secara umum dapat dibagi dalam tiga tahap proses, yaitu stock
preparation, appoarch system, dan paper machine.
2. Proses produksi di PT. Pabrik Kertas Kimia, Tbk dibagi dalam tiga
jenis palnt yang ada, yaitu paper factory (PF), converting factory
(CF), dan Chemical plant. Dalam paper factory ini menghasilkan
berbagai macam jenis kertas seperti wood free base paper, paper
plain fotocopy, art paper, cast coated paper, carbonless paper,dan
sebagainya. Converting factory ini menghasilkan kebutuhan
kantor, gift, kemasan, dan lain-lain.
3. Kapasitas produksi dalam Paper factory, PF 1, PF 2, PF 3 dan PF 4
mencapai 1.000.000 ton base paper dan 300.000 ton art paper per
tahun. Unit Non carbon required dan Cast coated memiliki
kapasitas produksi masing-masing 24.000 ton/tahun dan 42.000
ton/tahun. Total kapasitas berbagi macam produk yang dihasilkan
di CF1, CF2, CF3, dan CF4 mencapai 240.000 ton/tahun,
sedangkan kapasitas untuk carton box mencapai 150.000
ton/tahun.