MAKALAH KEPERAWATAN ANAKparotitis
-
Upload
agus-triwahyudi -
Category
Documents
-
view
71 -
download
7
Transcript of MAKALAH KEPERAWATAN ANAKparotitis
MAKALAH KEPERAWATAN ANAKPAROTITIS
Disusun oleh :
1. Aditya Prima Saputra (P 27220011 106)
2. Aditya Wahyu Pratama (P 27220011 107)
3. Afif Muhammad Nizar (P 27220011 108)
4. Agista Delima Permadani (P 27220011 109)
5. Aisyah Nur Azizah (P 27220011 110)
6. Alifah Farikhah (P 27220011 111)
7. Amanda Bintaratmaja (P27220011 112)
8. Ana Mustika Sholichah (P 27220011 113)
9. Astrini Rachma Putri (P 27220011 114)
10. Ayu Budiati (P 27220011 115)
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN D IV KEPERAWATAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40%
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh
v i r u s . I n f e k s i t e r j a d i p a d a a n a k - a n a k k u r a n g d a r i 1 5 t a h u n
s e b e l u m penyebaran imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak
langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit
inis e r i ng t e r j ad i pada o r ang dewasa muda s eh ingga men imbu lkan
ep idemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang
menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis
epidemika cenderung tidak jelas secara klinis.
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan
komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa :
Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, dan
orchitis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Parotitis?
2. Apa etiologi Parotitis?
3. Bagaimana pathogenesis Parotitis?
4. Apa manifestasi klinis Parotitis?
5. Bagaimana komplikasi Parotitis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Parotitis?
7. Bagaimana tatalaksana Parotitis?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi Parotitis
2. Mengetahui etiologi Parotitis
3. Mengatahui patologi Parotitis
4. Mengetahui manifestasi klinis Parotitis
5. Mengetahui komplikasi Parotitis
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Parotitis
7. Mengetahui cara pencegahan dan penanganan Parotitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Parotitis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular
dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan
tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
(Warta Medika, 2009)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya (Rampengan, 1993). Adapun mereka yang beresiko besar
untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan
mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo, 2008)
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan
melalui:
1. Kontak langsung
2. Percikan ludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-
40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat
menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa
tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
B. Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus
subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2
glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga
memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat
larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4
ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran
napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum
setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya
lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat
infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
(Sumarmo, 2008)
Klasifikasi Parotitis
Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1
bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah
terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
C. Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar
parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari
serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam
tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian
terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan
ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,
anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase
akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas
kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
Infeksi Virus Masuk Melalui percikan Ludah Virus Jenis
Paramyxovirus Pembengkakan Kelenjar Parotis Nyeri
D. Manifestasi Klinik Parotitis
Gejala umum pada anak, biasanya masa prodormal jarang terjadi, tetapi
mungkin bersama dengan demam, nyeri otot (terutama leher), nyeri kepala dan
malaise. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 oC. Kemudian timbul
pembengkakan kelenjar parotis yang mula – mula unilateral tetapi dapat menjadi
bilateral. Pada awalnya hanya pembengkakan hanya terjadi pada rongga antar tepi
posterior mandibula dan mastoid, kemudian meluas dalam deretan yang melengkung
ke bawah dan ke depan, yang di batasi oleh zygoma. (Yvonne, 2000).
Bengkak lebih mudah diliat dengan pandangan daripada dipalpasi karena
sudah terjadi udema kulit dan jaringan lunak yang sudah meluas. Bengkak maksimal
yang terjadi hanya dalam beberapa jam, tetapi puncaknya terjadi pada 1-3 hari.
Bengkak tersebut mendorong lobus telinga ke atas dan keluar serta sudut mandibula
tidak dapat dilihat. (Yvonne, 2000).
Biasanya bengkak tersebut dapat hilang dalam 3 – 7 hari dimana daerah
pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih
apabila penderita makan atau minum seusatu yang asam. Hal ini merupakan gejala
khas dari penyakit parotitis. (Yvonne, 2000)
E. Komplikasi Parotitis
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,
obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang
organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi
setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan
yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam
tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan
sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.
Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya
menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung
dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit
sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis
yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi
infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas
6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang
dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan
sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik
disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan
tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi
pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan
selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi
dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.
Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang
sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya
parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.
Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
11. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis pembengkakan yang nyeri, biasanya
bilateral dari kelenjar lakrimalis neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 10–20 hari uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari, skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus, trombosis vena sentral.
F. Pemeriksaan Diagnostik Parotitis
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit
dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi
sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
2. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.
Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
3. Pemeriksaan serologis
a. Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat
dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
b. Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.
Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh
titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode
yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis
dan tidak mahal.
c. Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon
antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis
epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1
bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara
lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4
kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang
baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai
maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12
minggu.
4. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-
NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun
G. Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat sembuh atau hilang sendiri yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan
suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena
mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita :
1. Penderita rawat jalan
a. Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
b. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
c. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
d. Kompres panas dingin bergantian
e. Medikamentosa
f. Analgetik-antipiretik bila perlu
metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
g. Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko
menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.
Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin.
Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.
2. Penderita rawat inap
a. Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
b. Diet lunak, cair dan TKTP
c. Analgetik-antipiretik
d. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
Istrahat yang cukup
Pemberian analgetik
Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4
hari)
c. Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja
Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan dengan imunisasi
pasif dan imunisasi aktif. Imunisasi pasif diberikan hiperimun globulin. Menurut
beberapa penelitian bahwa imunisasi cara ini kurang efektif.
Imunisasi aktif diberikan vaksin virus mumps yang telah dilemahkan.
Pemberian vaksin ini terbukti efektif dalam meningkatkan kadar antibodi dan
memberikan proteksi sekitar 95 %. Pemakain vaksin ini secara rutin telah dilakukan di
Amerika sejak tahun 1970, biasanya vaksin ini diberikan bersama-sama dengan
vaksin campak dan rubela (MMR). Vaksin ini memberikan respons antibodi yang
cukup baik. (Roberson, 1988)
Kontraindikasi : Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif,
alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
H. Asuhan Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Apakah mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi
kiri. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di sekitar daerah
nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi kanan, menjadi sukar menelan dan
nafsu makan menurun, BB menurun.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
Tidak punya riwayat penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum
pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah semua anggota keluarga dahulu sudah pernah mengalami gejala yang
sama. Apakah kemungkinan tertular teman sebangku.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital : suhu, tensi, RR, nadi, kesadaran
b. B1 (breathing) : normal
c. B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
d. B3 (brain) : compos mentis, mengalami kecemasan dan terus menerus
gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakit kepala dan kaku leher.
e. B4 (bladder) : normal
f. B5 (bowel) : porsi makan menurun
g. B6 (bone) : kelemahan otot, malaise
6. Pemeriksaan Penunjang
Apakah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar leukosit <
4 x 109/L darah. Apakah dilakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam serum,
terbukti kadar amilase naik >137 U/L darah.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan
Kriteria hasil : Berat badan kembali ke rentang normal
No Intervensi Rasional
1 Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan
makanan kecil tambahan yang tepat.
Menghindari makanan asam
Makanan yang keras tidak
mampu dikunyah oleh pasien
parotitis. Makanan asam
menmbah rasa tidak nyaman pada
pasien parotitis.
2 Berikan diet cair atau makanan selang
/hiperalimentasi bila diperlukan
Bila masukan kalori gagal untuk
memenuhi kebutuhan metabolic,
dukungan nutrisi dapat digunakan
untuk mencegah malnutrisi
3 Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi
sering
Membasahi selaput lendir mulut
yang kurang basah karena jarang
digunakan
2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat
parotitis dan pengaruh lingkungan
Tujuan : pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan
proses penyembuhan
Kriteria Hasil : Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan
rasa aman dan nyaman
No Intervensi Rasional
1. Istirahat selama periode demam Pada perode demam, metabolism
tubuh tinggi sehingga istirahat
dapat Mengurangi metabolism
tubuh dan mempercepat
kesembuhan klien
2. Kompres dingin pada daerah bengkak Karena terjadi infeksi, suhu di
sekitar lokasi pembengkakan
mengalami peningkatan Dengan
kompres dingin diharapkan suhu
dapat turun dan mengurangi
pembengkakan
3. Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis
Tujuan : menghilangkan factor resiko komplikasi
Kriteria hasil : komplikasi tidak terjadi
No Intervensi Rasional
1 Mengurangi terjadinya komplikasi dengan
pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4
hari dan globulin
Kortikosteroid dapat menekan
pertumbuhan mikroba dan
Globulin mencegah terjadinya
orkitis
2 Pantau jantung dengan pemasangan EKG Mencegah resiko terjadi
komplikasi ke otot jantung
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak parotitis adalah
1. Berat badan anak kembali pada ukuran normal
2. Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi
3. Nyeri pada daerah parotis yang bengkak hilang
4. Pembengkakan pada daerah parotis hilang
5. Anak kembali merasakan rasa aman dan nyaman setelah proses penyembuhan
6. Tidak ada terjadi komplikasi penyakit lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pembahasan ialah:
1. Parotitis merupakan penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah, terutama
kelenjar parotis
2. Mumps dapat terjadi pada semua usia, tapi paling sering terjadi pada anak-anak
berusia 5-15 tahun
3. Parotitis disebabkan oleh karena adanya virus yaitu virus Paramyxovirus yang
memiliki pembungkus (enveloped)
4. Patogenesis Parotitis diawali dari virus yang bereplikasi di dalam saluran
pernafasan kemudian menyebar melalui aliran darah ke organ – organ lain
5. Gejala Parotitis : panas, sakit kepala, muntah, nyeri, demam febris. Manifestasi
klinis: kelenjar parotis terasa sakit dan membengkak, nyeri pada saat
minum/makan sesuatu yang asam, kulit tampak bewarna merah kecoklatan di
bagian parotis, bagian bawah daun telinga terangkat ke atas, tampak kemerahan
6. Komplikasi Parotitis meliputi: Meningoensefalitis, Epididimo-Orkitis,
Oophoritis, Pankreatitis, NefritisTiroiditis.
7. Tatalaksana: Pemberian imunisasi MMR pada anak 15 bulan, istirahat yang
cukup, pemberian analgesik dan antipiretik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Keperawatan Parotitis pada Anak dalam
http://keperawatankita.wordpress.com diakses tanggal 4 April 2013.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI
Rampengan&Laurents. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC. Jakarta. Indonesia. 1995.
Hal.74-89
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI
Yvonne, M. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta. Indonesia: 2000