Makalah Kelompok 2 Genap

30
MAKALAH KOMUNIKASI KG Komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien Usila Disusun Oleh : KELOMPOK II (GENAP) Farida Hanum 09/280346/KG/08398 Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/08812 Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814 Kristika Maharani 11/311844/KG/08816 Mika Cendy Permatasari 11/311871/KG/08818 Ela Novitasari Kadoli 11/311938/KG/08820 Nurul Imanda Syafjon 11/311942/KG/08822 Pipit Rezita Aprilliani 11/311985/KG/08824 Athistya Diska .P. 11/312001/KG/08826 Rita K.Darise 11/312026/KG/08828 Khalifa Unsa Maulidiya 11/312057/KG/08830

Transcript of Makalah Kelompok 2 Genap

Page 1: Makalah Kelompok 2 Genap

MAKALAH KOMUNIKASI KG

Komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien Usila

Disusun Oleh :

KELOMPOK II (GENAP)

Farida Hanum 09/280346/KG/08398

Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/08812

Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814

Kristika Maharani 11/311844/KG/08816

Mika Cendy Permatasari 11/311871/KG/08818

Ela Novitasari Kadoli 11/311938/KG/08820

Nurul Imanda Syafjon 11/311942/KG/08822

Pipit Rezita Aprilliani 11/311985/KG/08824

Athistya Diska .P. 11/312001/KG/08826

Rita K.Darise 11/312026/KG/08828

Khalifa Unsa Maulidiya 11/312057/KG/08830

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Kelompok 2 Genap

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

Rahmat-Nya lah para penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah Ilmu

Komunikasi Kedokteran Gigi yang berjudul “Komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien Usila” ini

kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok kami.Para penulis berharap makalah

yang telah kami buat ini bisa menjadi tambahan informasi dan pengetahuan.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

berperan dan membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.Kami mengakui makalah ini

masih jauh dari sempurna.Namun, kami berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat

terhindar dari kesalahan dan kekurangan.

Kami mengharapkan koreksi, saran, dan kritik yang membangun sebagai bahan acuan

bagi kami dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya

bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, November 2013

Hormat kami,

Penulis

Page 3: Makalah Kelompok 2 Genap

DAFTAR ISI

MAKALAH KOMUNIKASI KG.........................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

BAB II...................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................................................6

I. KOMUNIKASI......................................................................................................................6

I.1. Pengertian Komunikasi..........................................................................................................6

I.2. Elemen Komunikasi...............................................................................................................6

I.3. Proses Komunikasi.................................................................................................................7

II. KOMUNIKASI EFEKTIF.....................................................................................................8

II.1. Pengertian Komunikasi Efektif..............................................................................................8

II.2. Keberhasilan Komunikasi Efektif..........................................................................................9

III. KOMUNIKASI DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN USILA.........................................10

III.1. Pasien Usila..........................................................................................................................10

III.2. Hambatan Saat Berkomunikasi dengan Pasien Usila............................................................11

III.3. Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien Usila dan Goal (Tujuan) yang Diharapkan............13

III.4. Komunikasi Terapeutik........................................................................................................15

BAB III................................................................................................................................................18

KESIMPULAN...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

Page 4: Makalah Kelompok 2 Genap

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalanikehidupan.Sebagai

bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan, dan kepentingan

serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari aktivitas

komunikasi.Dokter gigi sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling

lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. Perilaku

non verbal sama pentingnya pada orang dewasa seperti, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan

nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Sedangkan

komunikasi pada lansia yang harus di perhatikan yaitu, faktor fisik, psikologi, dan

keterampilan komunikasi yang tepat.Selain itu, dalam komunikasi terhadap lansia juga

dibutuhkan keterampilan, di karenakan lansia mengalami berbagai penurunan diantaranya

adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran.

Penerapan dalam kemampuan berkomunikasi antara dokter gigi dan pasien tidaklah

mudah.Situasi yang tidak mudah bisa terlihat dimana pasien membutuhkan komunikasi yang

khusus.Yang mana dalam situasi itulah diperlukan kepekaan dan strategi yang khusus agar

komunikasi bisa berjalan dengan efektif. .

Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai masalah

klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di praktek klinis

khusunya mengenai keadaan rongga mulut penduduk lanjut usia. Dokter gigi yang berpraktek

perlu memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga mereka

akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien lanjut usia tersebut.

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak

hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian

terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun

Page 5: Makalah Kelompok 2 Genap

pelayanan kesehatan gigi pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap

memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan

persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam

keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien

lanjut usia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi?

2. Apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi efektif?

3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi pada lansia?

4. Apa saja hambatan saat berkomunikasi dengan pasien lansia?

5. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan pasien lansia?

6. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui definisi dari komunikasi.

2. Mengetahui definisi dari komunikasi efektif.

3. Mengetahui definisi dari komunikasi pada lansia.

4. Mengetahui apa saja hambatan saat berkomunikasi pada pasien lansia.

5. Mengetahui teknik saat berkomunikasi dengan pasien lansia.

6. Mengetahui definisi dari komunikasi terapeutik.

Page 6: Makalah Kelompok 2 Genap

BAB II

PEMBAHASAN

I. KOMUNIKASI

I.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti

'sama' Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to

common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara

penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung

pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication

depends on our ability to understand one another).

Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan

sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi. Komunikasi

tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,

seni dan teknologi.

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum

komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan

penyiaranKomunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan,

atau komunikasi tak bertujuan

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat

dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang

disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. (Wiryanto, 2004)

I.2. Elemen Komunikasi

Dalam komunikasi dibutuhkan elemen komunikasi agar komunikasi dapat diterima

dengan baik. Elemen komunikasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengirim/komunikator(sender)

Pengirim/sender merupakan orang yang memulai komunikasi.(Funell, 2009) Pengirim

memulai komunikasi dengan proses encoding dan mengirim pesan melalui saluran.

Proses encoding mentranslasikan ide pengirim menjadi simbol atau bahasa yang

Page 7: Makalah Kelompok 2 Genap

menunjukaan tujuan pengirim.Fungsi dari encodingadalah membuat ide atau tujuan

menjadi sebuah pesan. (Lewis, 2007)

2. Pesan(message)

Pesan(message) merupakan informasi yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim

pada penerima dan dapat berupa informasi verbal dan non verbal. (Funell, 2009)Pesan

dapat beruba verbal yaitu berupa kata yang diucapkan dan dituliskan dalam

mengirimkan pesan.Dapat juga berupa nonverbal yang berarti ditunjukkan tanpa kata-

kata tetapi misalnya melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah. (Bonewit-West, 2013)

3. Penerima/komunikan(receiver)

Penerima(receiver) merupakan orang penerima pesan. (Funell, 2009)

4. Media/saluran(channel)

Saluran merupakan sarana dalam menyampaikan pesan, misalnya melalui visual,

pendengaran, penciuman, atau taktil.Sebagai contoh, kata yang diucapkan

menyampaikan pesan melalui saluran pendengaran dan menyentuh pasien pada saat

berkomunikasi merupakan contoh komunikasi menggunkan saluran taktil. (Funell,

2009)

5. Umpan balik(feedback)

Umpan balik(feedback) merupakan konfirmasi pesan apakah telah diterima sesuai

yang dimaksud.Umpan balik membantu pengirim mengenali apakah maksud dari

pesan yang disampaikan telah dimengerti. (Funell, 2009)

I.3. Proses Komunikasi

Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator

menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu

Page 8: Makalah Kelompok 2 Genap

kepada komunikan. Dalam pengertian itu tampak proses komunikasi yang diawali dengan

komunikator yang menyampaikan pesan dan diakhiri dengan komunikan yang menerima

pesan. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak mempunyai titik awal atau titik akhir. Proses

komunikasi berlangsung dalam keadaan dinamik, berkelanjutan, berubah-ubah, on going

tanpa start point atau stopping point. Untuk menganalisis dinamika proses komunikasi, maka

dilakukan pengenalan proses yang telah dihentikan tersebut. Kebanyakan pada studi

komunikasi, penyederhanaaan tersebut diawali dari komunikator (source) yang

menyampaikan pesan (message) melalui saluran (channel) kepada komunikan (receiver)

sampai komunikasi menimbulkan perubahan (effect) pada komunikan.( Wiryanto, 2004)

Contoh proses komunikasi antara dokter dan pasien yaitu pada saat dokter melakukan

anamnesis ke pasien. Dalam melakukan anamnesis, terkadung pengertian komunikasi

interpersonal antara dokter dan pasien. Dalam berkomunikasi, terdapat dua aspek yang

penting yaitu komunikasi verbal dan non verbal.Komunikasi verbal yaitu wawancara dokter

ke pasien terkait keluhan utama yang dirasakan pasien, dan komunikasi non verbal yaitu

pasien menanggukan kepala saat ditanya oleh dokter. Dalam proses anamnesis terjadi proses

komunikasi interpersonal anatara dokter dan pasien. Yang dapat disingkat dalam tiga proses

yaitu pasien bercerita, dokter mendengar dan memperhatikan dan tanya jawab. Ketiga proses

ini terlaksanakan secara simultan, bukan berurutan, atau periodik , berlangsung secara efisien

dalam waktu yang terbatas. Dalam pelaksanaanya terdapat tiga model yaitu :

1. Dokter memberikan kesempatan pada pasien sebanyak-banyaknya untuk menceritakan

keluhannya, baru melakukan tanya jawab.

2. Dokter lebih banyak bertanya, pasien sekedar menjawab.

3. Kombinasi keduanya.

II. KOMUNIKASI EFEKTIF

II.1. Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif yaitu komunkasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap

(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikais. Tujuan dari

komunikasi efektif adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang

Page 9: Makalah Kelompok 2 Genap

disampaikan antara pemberi komunikasi dan penerima komunikasi sehingga bahasa yang

digunaka oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan

dipahami dengan baik oleh penerima informasi.Syarat untuk berkomuniaksi secara efektif

yaitu :

1. Menciptakan suasana yang menguntungkan,

2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan mudah dimengerti,

3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikas,

4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya,

5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.

(Wiryanto, 2004)

II.2. Keberhasilan Komunikasi Efektif

Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien,

dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan

dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang

dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan

kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari

alternatif untuk mengatasi permasalahannya.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua

pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi

dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya

bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak

hal-hal negatif dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan

keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat

berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman

ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena

yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa

dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Contoh Hasil Komunikasi Efektif:

- Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan

pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter,

Page 10: Makalah Kelompok 2 Genap

misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur,

melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri

sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan

sebagainya).

- Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya

(membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.

- Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan

kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan

segala konsekuensinya.

- Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya

pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif:

- Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya

mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya,

melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau

memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya.

- Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang

merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya

ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak

tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.

- Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan sebagai

subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.

- Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.

- Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.

- Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau

menyembuhkan sendiri (self therapy).

III. KOMUNIKASI DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN USILA

III.1. Pasien Usila

Lansia (Lanjut Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk

berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri

Page 11: Makalah Kelompok 2 Genap

ini adalah populasi perumur 60 tahun atau lebih. Klasifikasi pada lansia adalah: Pralansia

seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih, lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat

berinteraksi pada lansia:

1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien

telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.

2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien

3. Pertahankan kontak mata dengan pasien

4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci

komunikasi efektif

5.  Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya

6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat

yang sederhana.

7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien

8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien

9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi

10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien

11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang

cukup saat berinteraksi.

12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.

13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses penyampaian pesan atau gagasan dari

perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapadari lansia, sehingga

diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi. Terjaidnya komunikasi berupa

pesan yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama dengan pesan yang di terima oleh

komunikan. (Nugroho, 2009)

III.2. Hambatan Saat Berkomunikasi dengan Pasien Usila

Berkomunikasi dengan pasien lansia memerlukan kesabaran dan sikap

pengertian.Apalagi biasanya pasien lansia ditemui dengan keadaan fungsi pendengaran dan

Page 12: Makalah Kelompok 2 Genap

penglihatan yang mulai menurun. (Da Silva dkk, 2005) Beberapa pasien menunjukkan defisit

pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam

berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu berusia lebih dari 65

tahun mengalami pengurangan pendengaran yangmempengaruhi komunikasi.

Menurut (Hull, 2005) Pasien lansia seringkali menjadi lebih cerewet dan rasa ingin

tahunya tinggi, terutama pada pasien lansia yang biasa hidup sendiri.Oleh karena itu, kita

sebagai dokter gigi harus dengan sabar mendengarkan keluhan yang disampaikan pasien dan

menanggapinya dengan berbicara yang jelas dan sopan kepada pasien lansia tersebut.

Beberapa pasien lansia menunjukkan kendala dalam bahasa, ingatan yang mulai

menurun, kondisi emosional yang menyimpang, dan kesulitan dalam berkonsentrasi,

sehingga biasanya komunikasi verbal dan non verbal akan terpengaruhi. (Gluck, 1998)

Sebagian lansia juga mengalami Parafrenia, yaitu Suatu bentuk skizofrenia pada lansia,

ditandai dengan waham(curiga).Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau

menarik diri dari kegiatan sosial.

Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang berkurang,

tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat mata.

Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang normal.

Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan

mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda. Jika suara anda melengking, meredam

lengkingan ketika anda berbicara dapat membantu pasien untuk mendengar anda dengan

lebih baik.Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan

untuk bertanya kepada pasien apakahdia mengerti. Orang dengan gangguan pendengaran

mungkin akan menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau

salah memahami beberapa informasi.Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek

pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et

al ., 2000). 

Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan

klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna

kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi yang berada dilantai

Page 13: Makalah Kelompok 2 Genap

klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda.Setiap

bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas

berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan dua sumber cahaya, pencahayaan untuk

latar belakang dan lampu tertutup (Roter, 2000)

Saat memasuki ruangan pemeriksaan, anda sebaiknya langsung mengarah ke

pasiendengan tenang, menjaga kontak mata dan menampilkan ekspresi yang bersahabat.

Pergunakan nada suara yang tenang dan lembut sembari menyentuh bahu pasien dengan

lembut akan menunjukkan anda peduli dan ingin berbagi. Anda harus memperkenalkan diri,

walaupun anda telah mengenal pasien ini cukup lama.Akan cukup efektif bila anda

menghabiskan beberapa menit untuk mengobrol dan mengingatkan pasien pada keadaan

sosialnya. Proses mengingatkan ini merupakan tehnik komunikasi yang cukup efektif karena

hal ini akan membangkitkan memori jangka panjang mereka, membuat kilas balik masa lalu,

saat ini dan masa akan datang dalam pikiran mereka serta mengurangi ketegangan (Puentes,

1998).

III.3. Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien Usila dan Goal (Tujuan) yang

Diharapkan

Komunikasi yang baik akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional,

sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia. Komunikasi efektif dapat

mengikutsertakan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan sehingga membantu

proses mengingat, berpengaruh terhadap ketaatan & kepuasan serta berpengaruh terhadap

emosional bahkan fisik pasien lanjut usia (Hidayat, 2013).

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman

yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus

mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Menurut Mundakir (2006), ada beberapa teknik

komunikasi yang dapat diterapkan antara lain:

1. Teknik Asertif

Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan

menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika

pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.Asertif

merupakan pelaksanaan dan etika komunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas

kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

Page 14: Makalah Kelompok 2 Genap

2. Responsif

Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien.

Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien.

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk

perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau

kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan tentang perubahan tersebut,

misalnya dengan mengajukan pertanyaan, “apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini?”

atau “Apa yang bisa saya bantu?”.

3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi

komunikasi yang diinginkan.Ketika klien mengunggkapkan pertanyaan- pertaanyaan di

luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud

pembicaraan.Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang

menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugan kesehatan.

4. Supportif

Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak

merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi

termotivasi untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya.Dukungan diberikan

baik secara materiil maupun moril.Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek

fisik maupun psikis dapat menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil.Perubahan ini

perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan

mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya

sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara.

5. Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi

tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali agar pembicaraan kita dapat

diterima dan dipersepsikan sama dengan klien.

6. Sabar dan Ikhlas

Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak –

kanakan.Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi

Page 15: Makalah Kelompok 2 Genap

jengkel dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan

kerusakan hubungan antara klien dengan perawat.

III.4. Komunikasi Terapeutik

Pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam masalah bagi lansia

baik secara biologik, psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual. Penurunan kemampuan

beradaptasi terhadap perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan

psikososial pada lansia.Pada masalah kesehatan jiwa yang sering timbul lansia yaitu

kecemasan.Penyebab kecemasan yang sering dialami lansia adalah kondisi lingkungan atau

tempat tinggal seseorang, emosi yang ditekan, sebab-sebab fisik.Kecemasan tidak sejalan

dengan kehidupan dan berlangsung terus-menerus dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan

yang sangat bahkan kematian.Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan

kecemasan pada lansia adalah dengan memberikan komunikasi terapeutik (Azizah, 2013).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan

dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Seorang tenaga kesehatan yang mendengarkan klien lansia tidak saja memakai

telinganya tetapi seluruh eksistensi dirinya. Memfokuskan seluruh perhatian tidak hanya pada

apa yang disampaikan lansia, tetapi bagaimana lansia itu menyampaikannya. Melalui sikap

tubuh, lansia dapat merasakan apakah perawat atau pemberi asuhan siap dan berminat untuk

mendengarkannya (Mundakir, 2006).

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan

mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah

situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan, mengurangi keraguan,

membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan

egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal

peningkatan derajat kesehatan, mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan

terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proposional dalam rangka membantu

penyelesaian masalah klien (Azizah, 2013).

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang

berbeda pula.

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Page 16: Makalah Kelompok 2 Genap

Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan

verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan penuh

perhatian adalah dengan:

a. Pandang klien ketika sedang bicara

b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.

b. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau

tangan.

c. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

d. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan

balik.

e. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan

orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai seorang

dokter kita tidak harus menerima semua prilaku klien.Dokter sebaiknya menghindarkan

ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan

kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan dokter bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai

klien.Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan

kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara

berurutan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Dengan mengulang kembali ucapan klien, dokter memberikan umpan balik sehingga

klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi

berlanjut.Namun dokter harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena

pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.

5. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, dokter perlu menghentikan pembicaraan untuk

mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam

Page 17: Makalah Kelompok 2 Genap

memberikan pelayanan keperawatan.Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat

perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

6. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih

spesifik dan dimengerti.Dokter tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika

menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa

informasi yang baru.

7. Menyampaikan hasil observasi

Dokter perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil

pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.Dokter

menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien.Menyampaikan hasil

pengamatan dokter sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus

bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

8. Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap

keadaanya.Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi

klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap dokter. Apabila ada

informasi yang ditutupi oleh dokter, maka dokter perlu mengklarifikasi alasannya.

9. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada dokter dan klien untuk mengorganisir pikirannya.

Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka

akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk

berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses

informasi.Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

10. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang

perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai

hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut

jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha

keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas

perbuatannya.

Page 18: Makalah Kelompok 2 Genap

(Purba, 2003)

BAB III

KESIMPULAN

1. Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan

sebagainya.

2. Komunikasi efektif yaitu komunkasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap

(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.

3. Tujuan dari komunikasi efektif adalah memberikan kemudahan dalam memahami

pesan yang disampaikan antara pemberi komunikasi dan penerima komunikasi

Page 19: Makalah Kelompok 2 Genap

sehingga bahasa yang digunaka oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, sera

dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi.

4. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan

kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata

tambahan bagi pasien yaitu empati.

5. Berkomunikasi dengan pasien lansia memerlukan kesabaran dan sikap pengertian.

Biasanya pasien lansia ditemui dengan keadaan fungsi pendengaran dan penglihatan

yang mulai menurun.

6. Dalam melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain memiliki

pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau

perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan

dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

7. Teknik tersebut diantaranya Teknik Asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi,

sabar dan ikhlas

DAFTAR PUSTAKA

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients andtheir physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24

Adelman et al., 2000;Robinsonet al., 2006

Azizah, Siti., Puji Lestari dan Liya Novitasari. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Lansia yang Tinggal di Balai Rehabilitasi Sosial “Mandiri”

Page 20: Makalah Kelompok 2 Genap

Pucang Gading Semarang.PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH.

Bonewit-West, K. 2013.Today`s Medical Assistant: Clinical and Administrative Procedures. Elsevier. St. Louis, Missouri.

Da Silva, J.D. dkk. 2005. Oxford Handbook of Clinical Dentistry. USA. Oxford University Press Inc.

Daldiyono.2006. Menuju Ilmu Seni Kedokteran Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Funell, R., Koutoukidis, G. Dan Lawrence, K. 2009. Tabner`s Nursing Care: Theory and Practice. Elsevier. Australia.

Gluck, G.M. dkk. 1998. Jong’s Community Dental Health.Missouri. Mosby

Hidayat, Veny. 2013. Teknik Bimbingan Konseling Usia Lanjut. Diakses pada tanggal 4 November 2013. http://www.scribd.com.

Hull, R. 2005. The Manual of Dental Assisting. Australia. Ligare Pty Ltd.

Lewis, P. S., Goodman, S. H., Fandt, P. M. dan Michlitsc, J. F. 2007.Management: Challanges for Tomorrow Leaders. Thomson South-Western. USA.

Mundakir. 2006. Komunikasi keperawatan dalam pelayanaan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Nugroho, H.W. 2009.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Purba, Jenny M. 2003. Komunikasi dalam keperawatan.USU digital library.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo:Jakarta