Makalah Kelompok 1 ISSUE 2 Refisi

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau irreversible, berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia.Hidrokoloid reversible dan komponen cetak termasuk dalam kategori ini. Kompound cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik (Anusavice, 2003). Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu- abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, 1

Transcript of Makalah Kelompok 1 ISSUE 2 Refisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau

irreversible, berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah

ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah

tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi.

Misalnya hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of

paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik

mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan

tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan,

tanpa terjadi perubahan kimia.Hidrokoloid reversible dan komponen cetak

termasuk dalam kategori ini. Kompound cetak adalah campuran resin dan

malam serta diklasifikasikan sebagai substansi termoplastik (Anusavice,

2003).

Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.

Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di

alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah

atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat,

oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara

kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium

sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan

air, maka strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan

menimbulkan panas(Anusavice, 2003).

Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia

Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang

yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya,

malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik

dan pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam

gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992).

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan macam-macam bahan cetak dan malam yang dipakai di

kedokteran gigi?

2. Menjelaskan macam-macam gips yang dipakai di kedokteran gigi?

3. Menjelaskan struktur, sifat mekanis, fisis, biologis bahan cetak, gips dan

malam yang dipakai di kedokteran gigi?

4. Menjelaskan pemakaian dan pengaplikasian bahan cetak, malam, dan

gips yang dipakai di kedokteran gigi?

1.3 Hipotesa

Material cetak, gypsum, dan malam berperan penting dalam bidang

kedokteran gigi.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bahan Cetak

2.1.1 Pengertian Bahan Cetak

Bahan cetak atau impression material merupakan material yang

digunakan untuk mengambil cetakan dari rahang atau jaringan mulut

beserta gigi-giginya (Dyah, 2009).

2.1.2 Fungsi Bahan Cetak

Bahan cetak berfungsi untuk membuat replika akurat dari jaringan

keras dan lunak rongga mulut (Dyah, 2009).

2.1.3 Syarat Bahan Cetak

Menurut Anusavice (2003) kriteria suatu bahan cetak, yaitu:

1. Bahan cetak tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan

jaringan mulut, serta cukup kental untuk tetap berada di dalam

sendok cetak yang menghantarkan bahan cetak ke dalam mulut.

2. Selama di mulut bahan cetak harus berubah (mengeras) menjadi

benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya

waktu pengerasan harus kurang dari 7 menit.

3. Cetakan yang sudah mengeras harus tidak berubah atau robek

ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil

sehingga bahan cor dapat dituangkan.

Menurut Anusavice (2003) syarat bahan cetak adalah sebagai berikut:

1. Bahan tersebut tidak boleh membahayakan pulpa dan jaringan

lunak.

2. Bahan tersebut tidak boleh mengandung substansi toksik yang larut

dalam air, yang dapat dilepaskan dan diserap kedalam sistem

sirkulasi sehingga menyebabkan respons toksik sistemik.

3. Bahan tersebut harus bebas dari bahan berpotensi menimbulkan

sensitivitas yang dapat menyebabkan suatu respons alergi.

4. Bahan tersebut harus tidak memiliki potensi karsinogenik.

3

2.1.4 Klasifikasi

Bahan cetak dapat dikelompokan sebagai reversible dan

irreversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah

irreversible menunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi, bahan tidak

dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi.

Misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE),

dan plaster of paris mengeras dengan reaksi kimia, sedangkan bahan

cetak elastomerik mengeras dengan sebaliknya, reversibel berarti bahan

tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan,

tanpa terjadi ikatan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompound cetak

termasuk ke dalam kategori ini (Anusavice, 2003).

Cara lain mengelompokan bahan cetak gigi adalah menurut

penggunaannya. Beberapa bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat

dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk

cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan

sebelum ditemukannya agar. Meskipun bahan tersebut sudah tidak

dipakai lagi untuk pasien bergigi bahan cetak ini memiliki keunggulan

dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi (Anusavice, 2003).

Bahan cetak elastik termasuk ke dalam penggunaan kedua. Bahan

ini dapat secara akurat mereproduksi baik struktur keras maupun lunak

dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal.

Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa gigi,

kebanyakan digunakan untuk membuat model cor untuk gigi tiruan

sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi (Anusavice,

2003).

Klasifikasi bahan cetak menurut Anusavice (2003) sebagai berikut:

Berdasarkan cara

pengerasannya

Non Elastic Elastic

Ireversible Plaster of Paris; Oksida

seng eugenol

Hidrokoloid; Elastomer

(Polisulfid, Polieter,

4

Silikon kondensasi,

silikon tambahan)

Reversible Kompoun; Malam Agar Hidrokoloid

2.1.5 Aplikasi Bahan Cetak

Menurut Anusavice (2003) macam-macam aplikasi dari bahan

cetak adalah sebgai berikut:

No Bahan Cetak Fungsi

1. Plaster Of Paris Edentulous Ridge

2. Oksida Seng Eugenol Interoclusal Record

3. Kompoun/Wax Preliminary Impression

4. Alginat Gigi dan Jaringan Lunak

5. Agar Gigi dan Jaringan Lunak

6. Elastomer Gigi dan Jaringan Lunak

2.1.6 Sifat-Sifat Bahan Cetak

Bahan cetak siloxane memiliki beberapa sifat fisis, mekanis

dan biologis. Sifat fisis terdiri atas kekerasan, creep, viskositas,

dan resilience. Sifat mekanis terdiri atas tear strength, elastisitas, flow,

dan fleksibilitas. Sifat biologis terdiri atas reaksi hipersensitivitas

dan toksisitivitas (Rinaldy, 2009).

A. Sifat fisis

1. Creep

Creep adalah perubahan dimensi yang berangsur-angsur tetapi

permanen yang terdapat pada bahan cetak dibawah muatan statis

atau tekanan konstan. Bahan cetak dapat mengalami deformasi

permanen jika load diberikan dalam waktu yang lama walaupun

load yang diberikan dibawah elastik limit (Rinaldy, 2009).

2. Viskositas

5

Viskositas adalah ukuran konsistensi suatu bahan beserta

ketidakmampuannya untuk mengalir. Bahan dengan viskositas

rendah memiliki kemampuan untuk mengalir lebih baik dari

pada bahan dengan viskositas yang tinggi. Viskositas suatu

bahan juga dipengaruhi oleh shear force yang diberikan

kepada bahan ketika pengadukan. Viskositas bahan dapat

berkurang dengan meningkatnya tekanan dari luar atau shear

stress. Sehingga, bahan dengan viskositas rendah hanya

membutuhkan sedikit stress untuk menghasilkan flow yang

tinggi (Rinaldy, 2009).

B. Sifat Mekanis

1. Flow

Flow adalah sifat bahan yang memungkinkan untuk berubah

bentuknya bila diberikan suatu load walaupun load tersebut tidak

diperbesar lagi (konstan). Bahan cetak yang memiliki flow

yang tinggi mengalir dengan baik dan dapat mencetak detail

yang baik (Rinaldy, 2009).

2. Elastisitas

Elastisitas adalah sifat suatu benda yang dimungkinkan

untuk diubah bentuknya dengan beban yang bila beban tersebut

dihilangkan akan kembali kebentuk semula. Sifat elastisitas

yang baik pada suatu bahan dapat ditunjukkan dengan melihat

besarnya elastic recovery dan perubahan dimensi bahan

tersebut (Rinaldy, 2009).

3. Tear strength

Tear strength adalah ketahanan suatu bahan cetak terhadap

sobekan. Nilai tear strength dapat dilihat dengan adanya tear

resistance. Tear resistance pada bahan cetak merupakan

pertimbangan yang penting selama bahan cetak dipindahkan dari

mulut (Rinaldy, 2009).

4. Fleksibilitas

6

Fleksibilitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah

bentuk setelah diberikan sedikit stress. Maksimum fleksibilitas

pada bahan cetak elastis dibutuhkan untuk berdeformasi tanpa

menyebabkan perubahan bentuk yang permanen. Makin rendah

nilai fleksibilitas suatu bahan cetak makin sulit bahan cetak

tersebut diangkat dari mulut (Rinaldy, 2009).

C. Sifat biologis

Hipersensitivitas dan toksisitivitas. Contohnya: Bahan cetak

alginat tidak mengiritasi, tidak beracun, dan dapat ditolerir oleh

jaringan mulut. Bau dan rasanya biasanya bisa ditolerir (Rinaldy,

2009).

2.2 Malam (Wax)

2.2.1 Pengertian Wax

Malam adalah suatu campuran dari beberapa macam bahan organik

dengan berat molekul dan kekuatan rendah serta mempunyai sifat

thermoplastic (Dyah, 2009).

2.2.2 Fungsi Wax

Malam berfungsi sebagai pola, material pembantu dalam proses,

atau material untuk pencetakan gigi (Dyah, 2009).

2.2.3 Syarat Wax

Menurut juliarti (2011) syarat malam (wax) adalah sebagai berikut:

1. Stabil pada suhu mulut

2. Dapat mengisi rongga cetak

3. Non iritan dan Non toxic

4. Tidak meninggalkan residu

5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan

7

2.2.4 Komposisi Malam

Menurut Juliarti (2011) malam berdasarkan komposisi dibagi

menjadi :

1. Mineral, seperti malam parafin, dan mikrokristalin,

1). Parafinwax

a. Tipe : mineral

b. Sumber : diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah

(petroleum dan shale oil).

c. Struktur : rantai lurus hidrokarbon dengan kristal berbentuk

plat jarum.

d. Sifat :lunak pada suhu 37-55derajat celcius, cair pada suhu

48-70 derajat celcius.

e. Tidak memperlihatkan permukaan yang licin dan

mengkilap.

2). Microcrystalline

a. WaxTipe : mineral.

b. Sumber : sama dengan parafin wax.

c. Struktur: rantai polykristal hydrocarbon yang bercabang

dengan kristal yang lebih halus.

d. Sifat : cair pada suhu 65-90 derajat celcius, lebih keras dari

parafin wax, BM lebih tinggi.

2. Hewan

1. Bee’s wax

a. Tipe : Serangga

b. Sumber : Derivat dari indung madu atau sarang madu lebah

c. Struktur :Terdiri dari sebagian kristalin natural polyester.

d. Sifat :Sering dicampur dengan parafin wax untuk

memodifikasi sifat dari parafin wax sehingga menjadi tidak

begitu rapuh/getas pada suhu kamar serta mengurangi flow di

bawah stress pada suhu lebih tinggi (misal suhu mulut).

8

3. Tumbuhan

1. Carnauba wax

a. Tipe : tumbuhan

b. Sumber : sejenis pohon palm di Amerika selatan

c. Sifat : lunak pada suhu 80C, cair pada suhu 84C

d. Berwarna hijau atau kuning, keras dan kuat. Dicampur

dengan parafinwax untuk mengontrol suhu pelunakan dan

modifikasi sifat-sifatnya.

e. Mempunyai bau enak dan permukaan mengkilap

2). Candellila wax

a. Tipe : tumbuhan

b. Sumber : tumbuhan

c. Sifat : lunak pada suhu 63-68 derajat celcius, lebih keras dari

carnauba wax, berwarna coklat muda.

2.2.5 Klasifikasi Wax

Menurut juliarti (2011) malam (Wax) di klasifikasikan menjadi tiga,

sebagai berikut:

1. Pattern wax (malam pola)

a). Inlay wax (malam inlay)

a. Disebut juga sebagai inlay casting wax/inlaypattern wax.

b. Dipergunakan untuk pembuatan pola inlay.

c. Juga digunakan untuk pembuatan pola dari crown (mahkota tiruan)

&bridge (GTJ).

9

d. Tersedia dalam bentuk batangan yang bulat atau agak lonjong

dengan diameter 5-6mm panjang 7-8cm, cones kecil atau dalam

bentuk padat plastis.

e. Berwarna biru tua atau hijau tua, kuning gading (ivory) khusus

untuk tipe soft.

b). Casting wax/sheet casting wax (lembaran malam tuang)

a. Tersedia dalam bentuk lembaran tipis ukuran 10x10cm, berwarna

merah muda, atau dalam bentuk siap pakai (ready made shape)

dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan bentuk-bentuk

komponen gigitiruan kerangka logam, berwarna biru, merah atau

hijau.

b. Digunakan pada pembentukan model dari suatu gigitiruan kerangka

logam (frame denture/steel denture)Base plate wax/denture

modelling wax (model malam gigitiruan).

c. Lebih populer disebut malam merah.

d. Berbentuk lembaran dengan ukuran (umumnya) panjang 12-15cm,

lebar 7,5-9 cm dan tebal 1-1,3 cm, berwarna merah atau merah

muda.

c).Base plate wax/denture modelling wax (model malam gigitiruan).

Klasifikasi base plate wax, tiga tipe base plate wax menurut

ADAS No.24 :

a. Tipe I : malam lunak (soft wax) untuk membangun/membentuk

bagian luar pola gigi tiruan malam.

b. Tipe II :medium wax untuk membuat pola malam yang dapat

dicobakan dalam mulut.

c. Tipe III :hard waxpaling sering digunakan untuk membuat dan

mengukir pola malam dari GT akrilik (GTS dan GTP), dapat juga

10

digunakan untuk pembuatan pola dari plat ortodontik yang nantinya

akan terbuat dari bahan akrilik heat curing.

2. Processing wax

1. Boxing wax

a. Memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk

tanpa membutuhkan pemanasan.

b. Digunakan dalam laboratorium untuk membuat dinding batas /box

dari cetakan sebelum dilakukan pengisian dengan dental stone.

c. Lunak pada temperatur 21 derajat celcius dan bertahan bentuknya

sampai suhu 35 derajat celcius.

d. Bentuk : berupa pilahan atau lembaran dengan panjang 30cm, lebar

4cm, dan tebal 1mm, berwarna hitam atau hijau.

2. Utility wax

a. Digunakan untuk menambah sayap atau panjang sendok cetak.

b. Membuat box pada cetakan.

c. Oleh pabrik digunakan untuk melekatkan gigi artifisial pada

tempatnya untuk dipasarkan.

d. Lunak dan dapat dibentuk tanpa melakukan pemanasan.

e. Terbuat dari bees wax, petrolatum, dan malam-malam lainnya

dengan berbagai perbandingan.

f. Sedikit melekat pada suhu 20-24 temperatur Celcius.

g. Warna merah tua atau orange.

h. Di bidang ortodontik disebut perphery wax.

i. Dalam bentuk stick berwarna putih/kuning muda.

11

3. Sticky wax

a. Dikenal juga dengan sebutan malam perekat

b. Mengandung bees wax dan beberapa resin alami

c. Berbentuk batangan bulat, panjang 7-10cm, diameter 7-8mm,

berwarna kuning atau merah coklat

d. Keras dan rapuh serta bersifat adesif

e. Lebih keras dan lebih getas dibanding malam inlay

f. Digunakan dalam lab untuk berbagai hal di mana dibutuhkan

penyambungan sementara, misalnya untuk menyatukan bagian-

bagian logam sewaktu penyolderan atau pada waktu reparasi GT

yang patah

g. Mencair pada temp 60-65C, flow pada temperatur 20-25 derajat

Celcius.

3. Impression wax

a). Corrective impression wax

a. Digunakan sebagai malam pelapis pada pinggiran sendok cetak

untuk mendapatkan hasil yang lebih cermat

b. Mengandung paraffin wax, ceresin, dan partikel-partikel metal

c. Flow pada temp 37 derajat celcius adalah 100%

b). Bite registration wax

a. Digunakan untuk pencatatan oklusi/keadaan gigitan dari gigi

rahang atas dan bawah (seluruh gigi atau hanya pada regio

tertentu).

b. Mengandung bees wax, paraffin atau ceresin, serta partikel

aluminium atau copper.

12

c. Flow pada temperatur 37 derajat celcius berkisar 2,5-22%.

d. Berbentuk lembaran atau berbentuk huruf U atau sesuai dengan

bentuk rahang.

2.2.7 Sifat-Sifat Malam

a). Sifat fisis

1. Temperatur transisi solid-solid

Ketika temperatur wax meningkat, transisi solid-solid terjadi

ketika bentuk lattice kristal stabil (orthombic di kebanyakan

dental wax) dimulai untuk merubah bentuk heksagonal yang

berada di bawah titik cair wax. selama perubahan progresif dari

satu tipe lattice ke tipe lattice lainnya, wax dapat dimanipulasi

tanpa putus, pecah, atau tertekan. keberadaan titik trnasisi solid-

solid dan temperatur yang terjadi tidak hanya membuat wax dapat

dimanipulasi dengan baik, tetapi juga menjelaskan sifat fisis dan

kesesuaian untuk beberapa prosedur klinis dan laboratorium.Wax

yang sesuai dengan transisi solid-solid dalam mulut diatas 370C.

2.Thermal ekpansi dan kontraksi

Wax akan mengalami ekspansi ketika dipanaskan dan

berontraksi jika temperatur diturunkan. Wax mempunyai

koefisien thermal ekspansi lebih besar dibandingkan bahan

kedokteran gigi lainnya. Suhu wax dapat menurun dari 37 – 200 C

dan penyusutan linear lebih kurang 0,6% dapat terjadi dengan

koefisien thermal ekspansi 350.10 -6 /celcius.

3. Flow

Merupakan sifat yang sangat penting terutama pada

pembuatan inlay. flow akan meningkat dengan temperatur yang

tinggi diatas temperatur transisi solid-solid.

4. Tekanan internal

Wax mempunyai thermal conductility rendah, sehingga sulit

untuk mencapai hasil yang seragam. jikawax dibentuk atau

diadaptasikan ke bentuk tanpa pemanasan yang adekuat di atas

13

temperatur transisi solid-solid, kemungkinan terjadi stress pada

pembentukan bahan ini. bentuk dari stess akan menyebabkan

distorsi.

b). Sifat mekanis

Modulus elastis, proporsional limit, dan tekanan compressive

wax paling rendah dibandingkan bahan kedokteran gigi yang lain.

Kekuatan wax tergantung temperatur, jika temperatur rendah maka

wax akan lebih keras karena pada thermal ekspansi yang tinggi wax

menjadi lunak dan cair. sifat mekanis terdiri dari tekanan residual

serta ductility yang tergantung pada temperatur.

2.3 Gipsum

2.3.2 Pengertian Gipsum

Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan

dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses

kimia Di alam, gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-

abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain

seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau

oksida lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran

gigi adalah kalsium sulfat dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips

tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya berubah menjadi

kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas (Anusavice, 2003).

2.3.3 Fungsi Gipsum

Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak

menemui aplikasi penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik

maupun pekerjaan laboratorium. Material gips ini banyak dipergunakan

antara lain dalam pembuatan model studi dari rongga mulut, die,

articulating cast, mould, refractory investment dan sebagai piranti

penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan

pembuatan protesa gigi (Anusavice, 2003).

2.3.4 Syarat Gipsum

1. Sifat mekanis baik.

2. Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.

14

3. Memiliki stabilitas dimensional yang baik.

4. Bahan cetak tidak terjadi interaksi antara permukaan cetakan dengan

permukaan model, die.

5. Murah dan mudah dipergunakan.

2.3.5 Komposisi Gipsum

Menurut Annusavice (2004) adapun komposisi gypsum adalah:

a) Calcium (Ca) : 23,28 %

b) Hidrogen (H) : 2,34 %

c) Calcium Oksida (CaO) : 32,57 %

d) Air (H2O) : 20,93 %

e) Sulfur (S) : 18,62 %

2.3.6 Klasifikasi Gipsum

Menurut Anusavice (2004) tersaji 5 jenis gipsum yang terdaftar

oleh Spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat yang dihasilkan masing-

masing, yaitu:

a. Plaster Cetak (Tipe I)

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan

zat tambahan untuk mengatur waktu pergeseran dan ekspansi

pergeseran. Ciri dari plaster tipe I ini Cocok sebagai finishing, bukan

bahan materi, dan digunakan untuk mencetak rahang tak bergigi dan

memiliki kompresi 580 + 290 psi. warna dari gypsum ini ada biru

dan kuning

Gambar 1: Gipsum tipe I

15

b. Plaster Model (Tipe II)

Plaster model ini atau plaster laboratium tipe II sekarang

digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila

ekspansi pergeseran tidaklah penting dan kekuatan cukup, sesuai

batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan

dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang

umumnya berwarna.

Gambar 2: Gipsum Tipe 2

c. Stone Gigi (Tipe III)

Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi

tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak.Die stone merupakan

reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di

dalam model tersebut. Ciri dari stone gigi ini memiliki kekuatan

tekan 3000 psi, dan diperdagangkan dalam warna biru dan kuning.

Gambar 3 : Gipsum Tipe 3

16

d. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi (Tipe IV)

Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari

stone, karena preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir

sehimgga selaras dengan tipe-tipe die. Suatu instrumen yang tajam

digunakan untuk tujuan ini, karenanya stone harus tahan terhadap

abrasi. Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV

(stone die) kurang lebih 92, stone tipe III adalah 82. Ciri nya

permukaan lebih keras dan kekuatan tekan 5000 psi, digunakan

untuk pembuatan model restorasi.

Gambar 4 : Gipsum Tipe IV

e. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V)

Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan

memiliki kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone

gigi tipe IV. Sebagai tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan

dari maksimal 0,10%-0,30%. Gipsum ini berwarna Orange dan

digunakan untuk casting atau pembentukan positif logam.

Gambar 5: Gipsum tipe V

17

2.3.7 Sifat-Sifat Gipsum

1. Sifat kimia, menurut Craig dkk (1987)adalah:

a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang

dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan

tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume.

b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras

dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua

tahap sebagai berikut :

1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu

campuran .Gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir

ke dalam cetakan. Secara visual ditandai dengan hilangnya

kemengkilatan. Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih

dapat dipotong dengan pisau.

2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk

bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun

reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah

kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan

dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

2. Sifat mekanis, menurut Craig dkk (1987) antara lain :

a. Compressive strength (kekuatan tekan hancur) kekuatan gips

berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel

dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk

mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan

untuk pencampuran plaster of paris.

b. Tensile strength (daya rentang) Daya rentang dari gips sangat penting

pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya

sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang

gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam

keadaan basah maupun kering.

18

c. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan

dan daya tahan abrasi. Kekerasan permukaan gips berhubungan

dengan kekuatan tekan hancur. Daya tahan abrsai meningkat dan

meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi

maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras

merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.

19

MATERIAL CETAK

MANIPULASI

ELASTIK(Hidrokoloid & Elastomer)

NON-ELASTIK(Gips & Malam)

STRUKTUR KOMPOSISISIFAT

APLIKASI

BAB III

CONCEPTUAL MAPPING

20

BAB IV

PEMBAHASAN

Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible,

berdasarkan pada cara bahan cetak tersebut mengeras. Istilah ireversibel

menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi.Jadi bahan sudah tidak dapat

diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya

hidrokoloid alginat , pasta cetak oksida eugenol, dan plaster of paris mengeras

dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan

polimerisasi. Sebaliknya, reversible berarti bahan tersebut melunak dengan

pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia.

Hidrokoloid reversible dan komponen cetak termasuk dalam kategori ini.

Kompound cetak adalah campuran resin dan malam serta diklasifikasikan

sebagai substansi termoplastik (Anusavice, 2003) .

Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.

Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia Di alam,

gips merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat.

Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,

anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimia, gips yang

dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihitrat

(CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka

strukturnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan

panas.

Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan

yang memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran

Gigi.Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia

Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang

tidak bergigi.Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam

masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan

pekerjaan laboratorium.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi

biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis (E.C. Combe, 1992).

21

Sebuah malam dental juga harus memiliki syarat-syarat tertentu sehingga

malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan

secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium malam dental

digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan

jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental (E.C. Combe, 1992).

22

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bahan cetak, Gypsum dan malam berperan penting dalam kedokteran

gigi dan mempunyai peran dan fungsi masing-masing sesuai kebutuhannya.

5.2 Saran

1. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengertian, jenis, macam-

macam, dan persyaratan dari bahan cetak, malam, dan gypsum.

2. Seorang calon dokter gigi harus memahami pengaplikasian dari bahan

cetak, malam, dan gypsum.

3. Seorang calon dokter gigi diharapkan mengikuti perkembangan cetak,

malam, dan gypsum yang terus berubah penggunaannya seiring dengan

perkembangan jaman.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran

Gigi.Jakarta EGC. Hal: 157-158, 162, 167-169.

Anonim. 2009. Gypsum Product. Yogyakarta: FKG UGM.

Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th

edition. United State of America : Mosby.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :

Balai Pustaka.

Hayati, Kumala. 2003. Skripsi: Sifat-sifat wax dalam kedokteran gigi.

Universitas Sumatra Utara:Medan. Web: http://repository.usu.ac.id.

Date: 3 desember 2012. Time: 19:13:58.

Juliatri. 2011. Malam kedokteran gigi / dental wax. PTI, PSKG FK UNSRAT.

Irnawati, Dyah. 2009. Material Cetak. Yogyakarta: FKG UGM.

Irnawati, Dyah. 2009. Wax. Yogyakarta: FKG UGM.

Rinaldy, Riny Zoraya. 2009. Skripsi: Hubungan Elastisitas dengan Stabilitas

Dimensional pada Bahan Cetak Siloxane. Universitas Sumatra

Utara.web: http://repository.usu.ac.id. Date: 5 desember 2012. Time:

15:23. Hal: 11,17-21.

24