Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

38
MAKALAH FISIOLOGI HEWAN HEWAN RUMINANSIA (Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang Dibimbing oleh Drs. Nur Widodo, M.Kes) Oleh: Kelompok 1 Anggi Gusti Kristyawan 201310070311133 Nuril Faizah 201310070311142 Masfadilah 201310070311161 Hani’ Faridah 201310070311166 1 | Fisiologi Hewan-Makalah Hewan Ruminansia

description

sistem pencernaan hewan ruminansia

Transcript of Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Page 1: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

HEWAN RUMINANSIA

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang Dibimbing

oleh Drs. Nur Widodo, M.Kes)

Oleh:

Kelompok 1

Anggi Gusti Kristyawan 201310070311133

Nuril Faizah 201310070311142

Masfadilah 201310070311161

Hani’ Faridah 201310070311166

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

1 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 2: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah

Fisiologi Hewan yang berjudul “Hewan Ruminansia”. Kami mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam

menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:

1. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M., M.Pd sebagai Kepala Program Studi

Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah

memfasilitasi program Pendidikan Biologi;

2. Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes. sebagai dosen pengampu mata kuliah

Fisiologi Hewan yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membimbing, mengarahkan, dan mendukung dalam rangka penyelesaian

tugas makalah ini;

3. Serta teman-teman kelompok 1 yang dapat bekerja sama dengan baik dalam

penyusunan dan penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik dan saran konstruktif kami harapkan untuk kesempurnaan makalah

yang kami tulis lebih lanjut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Amin.

Malang, 14 Maret 2015

Penyusun

2 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 3: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ....................................................................................................1

Kata Pengantar ...................................................................................................2

Daftar Isi ..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6

2.1 Hewan Ruminansia....................................................................................6

2.2 Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan Pada Ruminansia.....................7

2.3 Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.....................................................14

2.4 Peran Mikroba Dalam Sistem Pencernaan Ruminansia............................17

2.4.1 Mikroba Rumen...............................................................................18

2.4.2 Bakteri Rumen.................................................................................19

2.4.3 Protozoa Rumen...............................................................................20

2.5 Perbedaan Sistem Pencernaan Ruminansia dan Non Ruminansia............20

BAB III PENUTUP.............................................................................................23

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................23

3.2 Saran .........................................................................................................23

Daftar Pustaka.....................................................................................................24

3 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 4: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruminansia atau dikenal dengan hewan memamah biak merupakan hewan

yang sering dipelihara untuk diambil manfaat dan jasanya, diantaranya yaitu sapi

potong, sapi perah, kerbau, domba, kambing (Kartasudjana, 2001). Sebagian besar

makanan hewan ruminansia berupa bahan hijauan yang terdiri atas rumput atau daun-

daunan, Sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan

bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ruminansia

termasuk kelompok mamalia. Sistem pencernaan pada mamalia memiliki anatomi

dan fisiologi yang hampir sama antara satu dengan yang lain. Baik ruminansia

maupun non ruminansia makanan dicerna dalam saluran khusus yang sudah

berkembang dengan baik, pencernaan berlangsung di dalam organ khusus yang

disebut organ gastrointestinal.

Pada prinsipnya fungsi saluran pencernaan hewan dimaksudkan untuk

mencerna dan mengabsorbsi zat-zat nutrisi dan mengekskresikan sisanya sebagai

kotoran. Dengan demikian fungsinya mempunyai kesamaan pada beberapa spesies.

Pada beberapa hewan (ternak) karnivora dan omnivora, lambung relatif sederhana

yang disebut sebagai lambung monogastrik. Pada kebanayakan hewan struktur

kantong lambung ini sangat esensial karena didalamnya terdapat kelenjar-kelenjar

yang mensekresikan asam hidroklorat (HCl) dan pepsinogen sebagai prekusor pepsin.

Renin (sebagai faktor koagulas susu) dan lipase gastrik yang menghidrolisis lemak

disekresikan pada ternak muda (Rahmadi, dkk., 2003).

Perkembangan lambung dan atau intestin pada ternak herbivora mengalami

modifikasi karena mempunya kemampuan untuk memanfaatkan selulosa dan

polisakarida tanaman. Selulosa adalah struktur karbohidrat yang berperan sebagai

kerangka pada semua tanaman dan merupakan salah satu bahan organik yang

ketersediaannya sangat berlimpah bagi kehidupan ternak herbivora. Hanya ternak

ruminansia yang mampu mendegradasi selulosa tanaman menjadi suatu komponen

4 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 5: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

yang bermanfaat untuk membentuk produk-produk, baik untuk kepentingan pokok

hidup maupun produksi. Kemampuan memanfaatkan selulosa atau polisakarida

tanaman tersbut dimungkinkan mengingat adanya beberapa bakteri dan fungi dalam

lambung yang mampu memproduksi enzim selulolitik yang dapat menghidrolisis

selulosa menjadi selubiosa dan glukosa (Rahmadi, dkk., 2003).

Sistem pencernaan hewan ruminansia berbeda dengan hewan non ruminansia.

Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal, karena

lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasums. Berdasarkan

latar belakang tersebut, pembahasan dalam makalah ini akan lebih ditekankan pada

fungsi saluran pencernaan dan bagaimana sistem pencernaan dari hewan ruminansia

bekerja serta mikroba apa yang berperan dalam proses tersebut. Selain itu akan

disajikan pula perbedaan sistem pencernaan pada hewan ruminansia dan non

ruminansia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud hewan ruminansia beserta macamnya?

2. Bagaimana anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia?

3. Bagaimana sistem pencernaan hewan ruminansia bekerja?

4. Bagaimana peran mikroba dalam sistem pencernaan ruminansia?

5. Apa perbedaan sistem pencernaan hewan ruminansia dengan non ruminansia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hewan ruminansia beserta macamnya.

2. Untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia.

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pencernaan hewan ruminansia.

4. Untuk mengetahui peran mikroba dalam sistem pencernaan ruminansia.

5. Untuk mengetahui perbedaan sistem pencernaan hewan ruminansia dengan non

ruminansia.

5 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 6: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hewan Ruminansia

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo

Artiodactyla dan sub ordo Ruminantia. Kata ruminansia berasal dari bahasa latin

ruminae yang berarti mengunyah berulang-ulang. Mekanisme ini disebut proses

ruminasi, yaitu suatu proses pencernaan yang dimulai dari masuknya pakan dalam

rongga mulut kemudian masuk ke rumen dan setelah menjadi bolus dimuntahkan

kembali (regurgitasi), lalu dikunyah kembali (remastikasi) dan selanjutnya ditelan

kembali (redeglutisi). Proses ruminasi berjalan kira-kira 15 kali sehari, dimana setiap

ruminasi berlangsung selama 1 menit sampai 2 jam. Selain terjadi proses ruminasi,

pada ternak ruminansia juga terjadi proses eruktasi yang berasal dari kontraksi dorsal

saccus rumen ke depan yang membawa gas keluar setelag kardia membuka

(Rahmadi, dkk., 2003).

Sebagai ternak herbivora ruminansia merupakan kelompok ternak yang

penting, baik yang sudah mengalami domestikasi maupun yang masih liar. Hal ini

mengingat jumlah dan jenis ternak mamalia saat ini semakin berkurang. Pada ordo

Artiodactila ada 333 genus yang dapat dideteksi dan hanya 86 genus yang masih

hidup. Ternak ruminansia yang sebenarnya dibagi dalam 3 familia, yaitu Cervidae

yang terdiri dari 17 genus, familia Giraffidae yang terdiri dari 2 genus dan familia

Bovidae (ruminansia dengan tanduk berlubang) yang terdiri dari 49 genus yang masih

hidup (Rahmadi, dkk., 2003).

Hewan pemamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi

dikenal sebagai ruminansia. Kelompok hewan memamah biak yang sering dipelihara

untuk diambil manfaat dan jasanya, antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau,

domba, kambing, dll. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya

menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan,

dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya. Lambung hewan-

hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang.

Ciri khusus dari hewan ruminansia adalah memiliki lambung jamak yang terdiri atas

6 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 7: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Kartasudjana,

2001).

2.2 Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan Hewan Ruminansia

Saluran Pencernaan pada ruminansia hampir sama dengan saluran pencernaan

pada mamalia lainnya namun terdapat perbedaan pada jumlah ruangan saluran

lambung. Sistem pencernaannya yaitu mulut, esophagus, lambung (rumen, retikulum,

omasum, abomasum), usus halus, usus besar (kolon), secum, anus. (Melyasari, dkk.,

2014). Berikut ini adalah pembahasan pada masing-masing alat pencernaan pada

ruminansia:

1) Mulut

Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh

mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva.

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan

ke dalam cavitas oral. Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan

anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan

dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen

anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan

bikarbonat (sebagai anionnya) (Melyasari, dkk., 2014).

Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim

amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa

asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.

Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung

immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4% dan 0,32 mg

%. Fungsi saliva diantaranya yaitu membantu penelanan, buffer (ph 8,4 – 8,5), suplai

nutrien mikroba (70% urea). Mekanisme sekresi saliva yaitu, pada kelenjar saliva,

granula sekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari

sel-sel asinar ke dalam duktus (Melyasari, dkk., 2014).

7 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 8: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

2) Esophagus

Esophagus merupakan saluran makanan masuk menuju lambung. Esofagus

yang panjangnya adalah kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm adalah jalur untuk

mengalirkan makanan setelah dari faring ke lambung. Gerakan mendorong dan

meremas akan membuat bolus turun ke lambung secara perlahan. Aktivitas menelan

ini termasuk pada aktivitas yang dipengaruhi kesadaran,karena bagian atas esofagus

ini tersusun atas otot lurik (rangka) yang responnya dipengaruhi kesadaran.

Adanya mukosa yang dihasilkan di esofagus juga mempermudah proses

mendorong bolus ke arah lambung, sehingga bolus akan lebih licin, selain itu adanya

mukus akan membuat resiko gesekan berkurang dengan licinnya permukaan,

membuatnya dapat meregang untuk menampung makanan dan air sebanyak kurang

lebih 2 liter.

3) Lambung

Lambung ternak ruminansia terdiri dari empat kompartemen, yaitu retikulum

(perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut buku), dan abomasum (perut

sejati). Retikulum, rumen, dan omasum merupakan fore stomach sedangkan

abomasum merupakan true stomach (Rahmadi, dkk., 2003). Dari pembagian tersebut

maka rumen, reticulum, dan omasum merupakan lambung depan yang semu, hal

tersebut dikarenakan ketiga bagian tersebut tidak ada glandulanya (tanpa kelenjar/non

glandula) tanpa mucus dan tidak menghasilkan enzim untuk membantu mencerna

nutrien. Sedangkan bagian lambung yang paling belakang yaitu abomasums yang

disebut juga dengan lambung sejati karena di bagian inilah disekresikannya enzim

yang dapat membantu dalam proses pencernaan (Nuswantara, 2002).

a. Rumen

Rumen merupakan suatu kantung muskular yang besar yang terbentang dari

diafragma menuju ke pelvis (Rahmadi, dkk., 2003). Rumen menempati dari

pertengahan rongga perut bagian kiri memenjang ke belakang sampai tulang pinggul

atau pelvis dan kedepan menempel pada diafragma sekat rongga dada. Bagian ini

memiliki tonjolan-tonjolan kecil yang disebut dengan papillae yang tidak berglandula

8 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 9: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

dan tanpa mempunyai fungsi sebagai sekretorik tetapi beradaptasi dengan baik dalam

mencerna bahan kasar. Bagian luar dari rumen seperti ada sulcus (groove) yaitu suatu

celah akan tetapi dilihat dari dalam disebut dengan pilar atau tonjolan sehingga rumen

dibagi menjadi kantong-kantong atau saccus yaitu ventral saccus, dorsal saccus,

cranial saccus, dan caudal saccus (Nuswantara, 2002).

Dari besar kecilnya kantong tersebut maka bagian yang terbesar adalah dorsal

saccus, diikuti ventral saccus, caudal saccus dan paling kecil adalah cranial saccus.

Caudal saccus dibagi menjadi 2, yaitu dorso-caudal saccus dan ventro-cauda saccus.

Sedangkan dilihat dari pilarnya (sulcus) dibagi menjadi 3 bagian (dilihat dari

luarnya) yaitu dorsal groove, ventral groove, dan longitudinal groove (Nuswantara,

2002).

Permukaan mukosa rumen ber-papillae dan berwarna hitam sehingga nampak

seperti kain beludru kasar, dan oleh karena itu disebut perut beludru. Rumen dan

retikulum dihuni oleh mikrobia, yaitu bakteri yang konsentrasinya mencapai 109/cc

dan protozoa yang konsentrasinya mencapai 105/cc cairan rumen. Retikulum terpisah

dari rumen oleh suatu lipatan retikulo-ruminal. Karena pemisahnya hanya merupakan

lipatan, isis rumen dan retikulum dapat tercampur dengan mudah. Oleh karena itu,

retikulum dan rumen sering dianggap sebagai suatu kesatuan, yaitu retikulo-rumen.

Isi retikulo-rumen dicampur aduk dengan kontraksi berirama yang terus menerus dari

otot-otot dinding dari retikulo-rumen. Retikulo dan rumen merupakan alat pencernaan

fermentatif.

Menurut letak dari partikel pakan yang masuk dalam rumen maka rumen dibagi

menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Gas zone, yaitu bagian yang paling atas, pada bagian ini berisi gas-gas hasil

fermentasi dari pakan yang ada dalam rumen yang meliputi gas CH4, CO2, H2S,

dan H2. Pada bagian gas zone tersebut besar kecilnya dipengaruhi oleh jenis

pakan (hasil fermentasi) yang gasnya dikeluarkan melalui kardia dengan proses

eruktasi.

2. Pad zone, yaitu bagian dari rongga rumen yang berisi fiber (serat) yaitu suatu

ingesta yang terbentuk dari serat makanan yang dikonsumsi. Pada bagian ini

9 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 10: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

juga terdapat populasi mikroorganisme terutama yang mencerna serat seperti

kapang dan bakteri selulotik.

3. Fluid phase, yaitu rongga dari rumen yang berisi cairan. Pada bagian ini adalah

bagian yang paling besar dibandingkan dengan rongga rumen lainnya,

disamping itu juga terdapat populasi mikroorganisme yang paling banyak.

4. High density phase, adalah bagian rongga rumen yang berisi benda berat, benda

asing di bagian tersebut seperti batu, metal (Nuswantara, 2002).

Rumen di dalamnya terdapat tonjolan-tonjolan kecil yang disebut dengan

papillae (tounggue like structure) yang berperan untuk memperluas permukaan

sehingga memperluas penyerapan nutrien hasil fermentasi tersebut lebih besar

(Nuswantara, 2002).

b. Retikulum

Retikulum merupakan lambung bagian terdepan (cranial) dan merupakan

bagian rumen dimana dinding retikulum mengandung mucous membrane dan terdapat

banyak lekukan. Permukaan retikulum mempunyai bentuk kotak-kotak seperti sarang

lebah atau jala sehingga retikulum juga sering disebut sebagai perut jala atau

honeycomb. Lambung bagian ini juga berpapilae sedang bentuknya lain dengan

papilae pada rumen. Bentuk papilaenya lebih spesifik (seragam) yang berbentuk segi

enam seperti sarang lebah yang telah disebutkan sebelumnya. Permukaan retikulum

yang kotak-kotak menyebabkan retikulum dapat menahan pakan kasar. Pakan kasar

dapat ditolak oleh retikulum kembali kedalam mulut untuk dikunyah lagi atau ditolak

kedalam rumen untuk dicerna oleh mikroba. Retikulum membantu proses ruminasi,

dimana bolus diregurgitasi kedalam mulut (Rahmadi, dkk., 2003)

Retikulum berfungsi untuk: (1) menyebarluaskan pakan untuk dicerna, (2)

membantu dalam proses ruminansi (regurgitasi), (3) mengatur arus bahan pakan dari

retikulo-rumen melelui reticular-omasal orifice, (4) lokasi fermentasi, (5) tempat

terkumpunya “junk-high densiy material”, dan (6) absorbsi dari hasil akhir proses

fermentasi (VFA, amonia, air, dan lain-lain) (Rahmadi, dkk., 2003).

10 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 11: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Di dalam retikulum sering dijumpai bahan-bahan bukan berupa pakan yang

tanpa sengaja dimakan oleh ternak ruminansia. Batu, sekrup, baud, paku dan

sebagainya sering dijumpai dalam kantong bawah retikulum. Oleh karena itu, petani

di Amerika Serikat menamanakn retikulum sebagai hardware stomach (Rahmadi,

dkk., 2003).

Lokasi retikulum yang persis di belakang diafragma menempatkannya hampir

dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga bila ada benda-benda asing

cenderung akan diam disitu. Retikulum melekat pada diafragma, kira-kira di belakang

rusuk 6 – 8 di sebelah kiri garis median. Selain itu terjadi kontak antara retikulum

dengan diafragma, hati, omasum dan abomasum (Rahmadi, dkk., 2003)

Suatu hal yang paling penting membahayakan jika benda asing seperti paku

misalnya dapat menembus dinding reticulum yang dapat menyebabkan berlubangnya

selaput rongga perut (peritonium) yang disebut dengan peritonitis. Selanjutnya jika

tidak ditangani secara serius maka benda tersebut akan mengenai diafragma selaput

rongga dada, jika hal tersebut berlanjut maka akan mengenai jantung sehingga

disebut dengan pericarditis atau yang disebut dengan traumatic perikarditus (hard

ware disease) suatu hal yang sangat fatal (Nuswantara, 2002).

c. Omasum

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya

berbuku-buku. pH omasum berkisar antara 5,2 - 6,5. Antara omasum dan abomasums

terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice. Letak omasum di sebelah

kanan (retikulum) disebelah rusuk 7 - 11. Omasum merupakan lambung depan

terakhir yang dimiliki oleh ternak ruminansia. Perut depan bagian tersebut masih

tergolong perut semu karena belum mensekresikan getah pencernaan. Dilihat dari

anatominya omasum berbentuk seperti lembaran-lembaran atau lipatan-lipatan yang

disebut dengan laminae, perut bagian ini sering disebut dengan perut buku-buku

(Nuswantara, 2002).

Lambung bagian omasum ini memiliki fungsi sebagai berikut:

11 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 12: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

1.Mengatur arus ingesta (bahan makanan yang telah dicerna) ke abomasum lewat

lobang yang ada di antara omasum dan abomasum yang disebut dengan

omasi-abomasal orifice. Setelah masuk maka ingesta tersebut didorong masuk

ke dalam abomasums.

2.Omasum juga mencerna ingesta (bagian dalam terdapat lamine) sehingga

ingesta yang ada dalam omasum tersebut seolah-olah tergilas di lamine

tersebut.

3.Penyaring dengan adanya lamine pada bagian ini maka ingesta yang lebih besar

akan tertinggal di dalam omasum sedangkan ingesta yang lebih kecil akan

diteruskan ke abomasums.

4.Omasum juga merupakan tempat absorbsi produk akhir fermentasi seperti air

sehingga jika lambung tersebut kita buka banyak terdapat ingesta yang agak

kering (Nuswantara, 2002).

d. Abomasum

Abomasum merupakan lambung sejati karena bagian ini sudah mulai

disekresikan getah pencernaan seperti HCl dan pepsin. Abomasum ternak ruminansia

sama fungsinya dengan lambung (abomasums pada ternak non ruminansia). Lambung

tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu cardia, fundus, dan pylorus. Bagian

cardia merupakan gland mucus dimana bagian ini berdekatan dengan omasum, antara

abomasums dan omasum ini dihubungkan oleh suatu celah yang disebut dengan

omaso-abomas orifice. Bagian berikutnya adalah fundus yang berglandula (fundic-

gland), pada tengah ini banyak disekresikan enzim pencernaan, fundic gland atau

kelenjar yang mendukung terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:

1.Body chief cells yang mensekresikan seperti prorenindan pepsinogen.

2.Nech chief cells yang mensekresikan mukos.

3.Periental cells yang mensekresikan HCl.

Dan bagian paling akhir dari abomasums adalah pylorus yang dilengkapi

dengan glandula mukosa (phyloric gland di mana bagian pylorus ini yang

menghubungkan antara abomasums dengan usus halus). Fungsi dari abomaum ini

12 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 13: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

adalahadalah mengatur arus ingesta ke usus halus dibantu dengan adanya fold

(ridges) dengan gerakan peristaltik sedangkan kembalinya dengan gerakan anti

peristaltic. Fungsi dari fold atau ridges yaitu berfungsi mempertinggi penyerapan.

Sering juga timbul suatu kelainan dalam gerakan dari abomassum yang dapat

menyebabkan bahan makanan yang dikonsumsi tidak dapat terus ke bagian lain yaitu

usus halus sehingga terakumulasi, gejala ini disebut dengan spasmus (menegang)

untuk mengatasinya maka harus diberi obat anti sposmodik (Nuswantara, 2002).

4) Usus Halus (Intestinum Tenue)

Usus halus berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi. Kedalam usus

halus masuk 4 sekresi yakni:

1. Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer.

2. Cairan empedu: dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak),

mengaktifkan lipase    pankreas, zat warna.

3. Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung.

4. Cairan usus

Usus halus terletak pada lengkungan duodenum. Untuk mensekresikan enzim:

1. Amilase: alfa amilase, maltase, sukrase.

2. Protease: tripsinogen,  kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase.

3. Lipase: lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase.

4. Nuklease: ribonuklease, deoksi ribonuklease.

5) Kolon

Kolon berbentuk menyerupai tabung berstruktur sederhana, dengan kondisi

mirip pada rumen. Berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, absorpsi VFA

dan air. Ditinjau dari struktur histologinya, usus besar saluran pencernaan tersusun

atas: Tunika mukosa (lamina epitel, propria, dan muskularis mukosa), Tunika

submukosa (jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan saraf), Tunika muskularis

(stratum sirkulare dan longitodinal), dan Tunika serosa (Junqueira et al. dalam

Suwiti, dkk, 2010).

13 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 14: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

2.3 Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia

Ruminansia merupakan poligastrik yang mempunyai lambung depan yang

terdiri dari retikulum (perut jala), rumen (perut handuk), omasum (perut kitab), dan

lambung sejati yaitu abomasum (perut kelenjar). Proses pencernaan di dalam

lambung depan terjadi secara mikrobial. Mikroba memegang peranan penting dalam

pemecahan makanan (Cole, 1962). Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi

pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar.

Menurut Chutikul (1975) rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat

kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama

bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi

selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba

akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat

(Ranjhan dan Pathak, 1979).

Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Pencernaan mekanik yang terjadi di dalam mulut.

2) Pencernaan hidrolitik yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu sendiri.

3) Pencernaan fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumen.

Pencernaan fermentatif merupakan proses yang dapat meningkatkan

pencernaan bahan makanan dalam rumen, karena pada ternak ruminansia pencemaan

makanan sangat tergantung pada aktifitas mikroorganisme. Aktifitas mikroorganisme

rumen dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan dalam ransum (Oh, dkk., 1969).

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang

sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,

polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri

dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di

tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar

(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua

kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada

omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan

14 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 15: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya

dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak

selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum

karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat

dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan

demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada

sapi. Inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan

susu yang bermanfaat bagi manusia.

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia:

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa

tetumbuhan seperti rumput.

2. Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar.

3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum

dan Abomasum.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu

terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat

pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Tabel 1. Susunan gigi sapi

3 3 - - - - - - Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 - 4 4 - 3 3 Rahang bawah

Keterangan:

I = insisivus = gigi seri C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan M = molar = geraham belakang

15 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 16: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak)

tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham

lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk

mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas

50% selulosa.

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus

(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi

(mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan

sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga

perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara

yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi

proses pembusukan dan fermentasi.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung

seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang

dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.

Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung.

Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan

selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses

pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya

dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan

kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan,

yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan

lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena

makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada

karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.

Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu

dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat

(selulosa).  Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi

untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas

16 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 17: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak

tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme

bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan

organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio) (Melyasari, dkk.,

2014).

Gambar 1. Organ dan sistem pencernaan hewan Ruminansia

2.4 Peran Mikroba dalam Pencernaan Ruminansia

Pencernaan merupakan proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan

pakan dalam alat pencernaan. Proses pencernaan tersebut meliputi pencernaan

mekanik, pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif. Pencernaan mekanik

terjadi dalam mulut oleh gigi melalui proses mengunyah dengan tujuan untuk

memperkecil ukuran, kemudian pakan masuk ke dalam perut dan usus melalui

pencernaan hidrolitik, tempat zat makanan diuraikan menjadi molekul-molekul

sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh hewan (Sutardi, 1980).

Hasil pencernaan fermentatif berupa Volatile Fatty Acid (VFA), NH3 dan air

yang sebagian diserap dalam rumen dan sebagian lagi diserap dalam omasum.

Selanjutnya pakan yang tidak dicerna disalurkan ke abomasum dan dicerna secara

hidrolitik oleh enzim-enzim pencernaan, sama seperti yang terjadi pada monogastrik

(Arora, 1989).

17 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 18: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Sistem pencernaan ruminansia sangat tergantung pada perkembangan populasi

mikroba yang mendiami rumen dalam mengolah setiap bahan pakan yang

dikonsumsi. Mikroba tersebut berperan sebagai pencerna serat dan sumber protein.

Mikroba rumen berperan mencerna pakan berserat yang berkualitas rendah dan dapat

dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi induk semang, sehingga kebutuhan asam-

asam amino untuk ternak tidak sepenuhnya tergantung pada protein pakan yang

diberikan (Sutardi, 1980).

Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam rumen

dapat optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran

mikrobia rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan danpenyediaan zat

makanan dan energi bagi ternak ruminansia tersebut (Purbowati, dkk., 2014)

2.4.1 Mikroba Rumen

Mikroba yang terdapat dalam rumen dibagi menjadi empat jenis

mikroorganisme anaerob, yaitu bakteri, protozoa, fungi dan mikroorganisme lainnya

seperti virus. Penghuni rumen yang fungsional paling penting adalah bakteri, dalam 1

ml getah rumen terkandung 109 sampai 1010 sel dan merupakan 5-10% massa kering

isi perut besar (Schlegel dalam Kurniawati, 2009). Jumlah protozoa dalam rumen

lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 106 sel/ml.

Ukuran tubuhnya lebih besar dengan panjang tubuh berkisar antara 20-200 mikron,

oleh karena itu biomassa total dari protozoa hampir sama dengan biomassa total

bakteri (McDonald et al., 2002).

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi

mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmitik, kandungan

bahan kering dan potensial oksidasi reduksi (Dehority, 2004). Pola pertumbuhan

bakteri dan protozoa rumen dipengaruhi oleh pola fermentasi yang ditunjukkan oleh

proporsi molar VFA dan pH rumen. Perkembangan populasi mikroba rumen terutama

bakteri akan dibatasi oleh kadar amonia cairan rumen yang rendah, karena ini sangat

diperlukan oleh bakteri sebagai sumber N untuk membangun sel tubuhnya

(Kurniawati, 2009).

18 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 19: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

2.4.2 Bakteri Rumen

Spesies-spesies bakteri dan protozoa yang berbeda saling berinteraksi melalui

hubungan simbiosa dan menghasikan produk - produk yang khas seperti selulosa,

hemiselulosa, dan pati melalui pencernaan polimer tumbuhan. Bakteri rumen spesies

tertentu seperti Ruminococcus flavifaciens, R. alubus, Butyrivibrio fibrisolvans, dan

Selenomonas ruminantium bertanggung jawab dalam fermentasi pregastrik

membentuk asetat, propionat, butirat, CO2 dan H2. Fermentasi akan diikuti

meningkatnya pertumbuhan mikroba dan sintesis protein sel sebagai sumber protein

untuk ternak. Bakteri dalam rumen mampu mensintesis vitamin – vitamin golongan B

kompleks (Arora, 1989).

Bakteri merupakan biomassa terbesar di dalam rumen, terdapat sekitar 50% dari

total bakteri hidup bebas dalam cairan rumen dan sekitar 30 - 40% menempel pada

partikel makanan. Beberapa jenis bakteri dari spesies Micrococcus, Staphylococcus,

Streptococcus, Corynebacterium, Lactobacillus, Fusobacterium dan

Propionibacteriun ditemukan menempel pada epitel dinding rumen, disamping itu

terdapat spesies bakteri methanogen yang hidup menempel pada protozoa (Dehority,

2004).

Bakteri rumen memiliki fungsi yang sangat penting terhadap fermentasi serat

dan tanaman berpolimer (Arora, 1989). Bakteri mengurai karbohidrat polimer dalam

pakan menjadi senyawa sederhana seperti asam lemak dan alkohol dari selulosa,

amilum, fruktosan dan xilan (Schlegel dalam Kurniawati, 2009).

Bakteri rumen terdiri dari jenis gram positif dan gram negatif. Perbedaan utama

antara bakteri gram positif dan gram negatif terletak pada struktur dinding sel.

Dinding sel bakteri gram negatif merupakan struktur berlapis, sedangkan bakteri

gram positif mempunyai satu lapis yang tebal. Bakteri gram positif memiliki

kandungan peptidoglikan yang tinggi dibandingkan bakteri gram negatif, disamping

itu kandungan lipid pada dinding sel bakteri gram positif lebih rendah dari dinding sel

bakteri gram negatif (Waluyo, 2005).

Spesies bakteri rumen yang termasuk dalam gram positif antara lain

Lactibacillus ruminis, Lactobacillus vitulinus, Eubacterium ruminantium,

19 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 20: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Clostridium polysaccarilyticum, Streptococcus bovis dan Butyrivibrio fibrisolvens,

sedangkan yang termasuk dalam gram negatif antara lain Prevotella sp.,

Ruminobacter amylophilus, Fibrobacter succinogenes, Selenomonasruminantium,

Succinimonas amylolitica dan Treponema bryantii (Hobson dan Stewart, 1997).

2.4.3 Protozoa Rumen

Protozoa merupakan mikroorganisme yang ada dalam rumen dengan jumlah

lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 1 juta/ml

(McDonald et al., 2002). Protozoa bersifat anaerob, apabila kadar oksigen atau pH isi

rumen tinggi, maka protozoa tidak dapat membentuk cyste untuk mempertahankan

diri dari lingkungan yang jelek, sehingga dengan cepat akan mati (Arora, 1989).

Pada ruminansia, protozoa yang bersilia berkembang di dalam rumen dan

membantu pencernaan zat – zat makanan dari rumput – rumputan yang kaya akan

serat kasar. Protozoa jenis Holotrica terutama memecah gula terlarut seperti glukosa,

maltosa, sukrosa dan pati terlarut dan melepaskan asam asetat, asam butirat, asam

laktat, CO2, H2 dan amilopektin. Amilopektin sebagai simpanan energi bagi protozoa

digunakan apabila substrat dalam lingkungan rumen berkurang (Kurniawati, 2009).

Keadaan kelaparan atau kekurangan makanan jangka lama merupakan faktor

utama penyebab berkurangnya jumlah protozoa. Rendahnya pH mengurangi populasi

protozoa secara drastis. Protozoa mempunyai kemampuan sangat kecil untuk

mensintesa asam amino dan vitamin B kompleks. Protozoa memperoleh dua

golongan zat makanan tersebut dari bakteri dan dapat menghidrogenasi asam – asam

lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh (Arora, 1989). Sebagian besar protozoa

memakan bakteri untuk memperoleh sumber nitrogen dan mengubah protein bakteri

menjadi protein protozoa, bersamaan dengan itu memperoleh tambahan sumber

protein dan pati dari ingesta rumen (Kurniawati, 2009).

2.5 Perbedaan Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia dan Non Ruminansia

Pada hewan berlambung tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung

kepada aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam

20 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 21: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

tubuh hewan tersebut. Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang

termasuk herbivora seperti kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat

memanfaatkan selulosa karena dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam

sekum. Pada ruminansia atau hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan

tumbuh-tumbuhan, di samping enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-

sel khusus, juga terdapat sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang

terdapat dalam rumen, sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa

dengan baik. Sebagian besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran

pencernaannya panjang dan lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak

secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh mikroorganisme rumen

(Melyasari, dkk., 2014).

Umumnya pangan/pakan atau campuran berbagai pangan/pakan yang disebut

ransum yang dikonsumsi tidak dapat langsung diserap oleh usus. Makanan tersebut

harus diolah dahulu dalam alat pencernaan atau disebut proses pencernaan. Proses

pencernaan makanan ialah proses mekanis/fisik dan biokimiawi yang bertujuan

mengolah bahan makanan menjadi zat makanan atau dikenal zat gizi yang mudah

diserap oleh tubuh, bila zat makanan tersebut diperlukan. Proses fisik dan biokimiawi

bahan makanan tersebut hanya akan berjalan normal dan efisien bila alat-alat

pencernaan dan alat asesorinya dalam keadaan normal dan mampu mengeluarkan

enzim-enzim yang mempengaruhi proses pencernaan tersebut. Alat pencernaan ini

merupakan sistem organ yang terdiri atas lambung (gastrium) dan usus (intestinum)

sehingga dikenal dengan istilah sistem gastrointestinal dan alat pembantunya atau

asesori seperti gigi, lidah, pankreas, dan hati (Melyasari, dkk., 2014).

Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan

(Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi

alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung

jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan

kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain

manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak

semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung.

21 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 22: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang

berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang

merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke

dalam non-ruminansia (Melyasari, dkk., 2014).

Gambar 2. Saluran pencernaan pada ruminansia

Gambar 3. Saluran pencernaan pada non ruminansia

22 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 23: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ruminansia merupakan kelompok hewan memamah biak yang sering dipelihara

untuk diambil manfaat dan jasanya, antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau,

domba, kambing.

2. Saluran Pencernaan pada ruminansia hampir sama dengan saluran pencernaan

pada mamalia lainnya namun terdapat perbedaan pada jumlah ruangan saluran

lambung. Sistem pencernaannya yaitu mulut, esophagus, lambung (rumen,

retikulum, omasum, abomasum), usus halus, usus besar (kolon), secum, anus

3. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu proses

pencernaan mekanik, pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif.

4. Mikroba berperan sebagai pencerna serat dan sumber protein. Mikroba rumen

berperan mencerna pakan berserat yang berkualitas rendah dan dapat

dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi induk semang.

5. Perbedaan sistem pencernaan pada hewan ruminansia dengan hewan non

ruminansia adalah ruan lambung dan susunan giginya.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah agar

memanfaatkan makalah ini sebagai sumber bacaan untuk menambah wawasan atau

pemahaman dan bisa menjadi bahan pelajaran bagi mahasiswa mengenai hewan

ruminansia.

23 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 24: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S. P., Srigondo, B (ed). 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta: Gajah Mada Universiity Press.

Cole, H. H. 1962. Introduction to Livestock Production. W. H. Freeman and Co. San Fransisco.

Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition, In the Asiatic Water Buffalo, Proceding of an International Syimposium head at khon kaen. Thailand, March 31 – April 6. Food and Fertilizer Technology Centre. Taipei, Taiwan.

Dehority, B.A. 2004. Rumen Microbiology. Nottingham: Nottingham University Press

Hobson, P.N and C.S. Stewart. 1997. The Rumen Microbial Ecosystem. Great Britain. St Edmundsbury Press,

Kartasudjana, R. 2001. Tekniok Produksi Ternak Ruminansia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Kurniawati, A. 2009. Evaluasi Suplementasui Ekstrak Lerak (Sapindus rarak) Terhadap Populasi Protozoa, Bakteri, dan Karakteristik Fermentasi Rumen Sapi Peranakan Ongole Secara In Vitro. Skripsi tidak diterbitkan. Institut Pertanain Bogor. Fakultas Peternakan. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.

McDonald, P., R. Edwards and J. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. New York.

Melyasari, dkk. 2014. Makalah Sistem Pencernaan Mamalia (Ruminansia). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nuswantara, L, K. 2002. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia (Sapi Perah).Semarang: Universitas Diponegoro. Fakultas Peternakan. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak

OH. H. K. Longhurst, W. M. and Jones, M.B. 1969. Reaction Nitrogen Intake to Rumen Microba Activity and Consumption Quality Roughoge by Sheep. Animal Science. 28: 272.

Purbowati, E., Rianto E., Dilaga, W.S., Lestari C., Adiwinarti, R. 2014. Karakteristik Cairan Rumen, Jenis, dan Jumlah Mikroba Dalam Rumen Sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan Vol. 38 (1): 21 – 26.

Ranjhan, S. K. And Pathak, N.N. 1979. Management and Feeding of Buffalo. New Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd.

24 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a

Page 25: Makalah Kelompok 1 Hewan Ruminansia

Rahmadi, D., dkk. 2003. Diktat Kuliah Ruminologi Dasar. Semarang: Universitas Diponegoro. Fakultas Peternakan. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suwiti, N. K., Setiasih, N. L., Suastika, I. P., Piraksa, I. W., Susari, N. 2010. Studi Histologi Usus Besar Sapi Bali (Histological Study Large Intestine Of Bali Cattle). Buletin Veteriner Udayana. Vol. 2 (2): 101 – 107.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

25 | F i s i o l o g i H e w a n - M a k a l a h H e w a n R u m i n a n s i a