Makalah Kelompok 1
-
Upload
dessy-angghita -
Category
Documents
-
view
115 -
download
3
description
Transcript of Makalah Kelompok 1
TEORI DAN PROSES PENUAAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pra profesi keperawatan komunitas
Disusun oleh:
Kelompok 1
Ahmad Jaelani PPN 14147
Dessy Angghita PPN 14166
Ega Kusmawati PPN 14173
Emilio V. Rosi PPN 14177
PROGRAM PROFESI NERS XIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2015
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Proses Menua
Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2008) Menua atau menjadi
tua dapat diartikan sabagai suatu proses menghilangnya secara pelahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan
suatu proses fisiologik yang berlangsung perlahan-lahan dan efeknya
berlainan pada tiap individu. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi
merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2008).
Proses menua pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak
pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai saat kematian. Proses
menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut. Dengan demikian
manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan
akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut
sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes
militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma
asidosis, metastasis kanker dan sebagainya (Darmojo, 2011).
B. Teori Penuaan
Terdapat beberapa teori penuaan yang dimuat dalam buku ajar keperawatan
lansia. Donlon (2007 dalam Stanley dan Beare, 2007) mengelompokkan
teori-teori tersebut kedalam kelompok teori seperti:
1. Teori Biologis
a. Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan
bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan
ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein,
mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan
lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi
permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini
menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi
kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal
bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein.
b. Teori genetika
Menurut teori ini, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel
atau struktur jaringan. Teori ini terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatic dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa proses
replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya
informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA
menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain
sehingga mengubah informasi genetik dan mengakibatkan kesalahan
pada tingkat seluler dan menyebabkan system dan organ tubuh gagal
untuk berfungsi.
c. Teori cross link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen
dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama
meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia
yang menimbulkan aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya
terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya
menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink
jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang
dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d. Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme
yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas
dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi
normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan
ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan
radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat
kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan penentuan
waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada
perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini.
Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada
tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah
mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan
mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan
peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan
menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.
e. Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam system imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,
pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan,
sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi
system imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh.
Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid. Penganjur teori ini
sering memusatkan pada peran kelenjar timus, dimana berat dan
ukuran kelenjar timus akan menurun sering bertambahnya umur
sehingga mempengaruhi kemampuan diferensiasi sel T dalam tubuh
dan mengakibatkan menurunnya respons tubuh terhadap benda asing
didalam tubuh.
f. Teori neuroendokrin
Dalam teori sebelumnya dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara
penuaan dengan perlambatan system metabolisme atau fungsi sel.
Sebagai contoh dalam teori ini adalah sekresi hormon yang diatur
oleh system saraf. Salah satu area neurologi yang mengalami
gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini
kadang-kadang di interpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian,
atau kurangnya pengetahuan.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor
ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan
lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang
mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan
cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor
lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru
mulai untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat
memengaruhi penuaan.
h. Teori autoimun
Dalam teori ini dijelaskan bahwa didalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan
autoimun.
2. Teori Psikososiologis
a. Teori Kepribadian
Teori ini menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Dalam teorinya
Jung (1971) menyatakan bahwa terdapat kepribadian introvert dan
ekstrovert dan keseimbangan terhadap keduanya sangat penting bagi
kesehatan. Dalam konsep interioritas ini Jung mengungkapkan bahwa
separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki
tujuannya sendiri, yaitu untuk me-ngembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri. Lansia
sering menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian
pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu
arah yang tidak bisa diubah.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson (1986) menguraikan
tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang
sebagai bagian kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati
kehidupan yang yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk
disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
c. Teori Disengagement
Teori pemutusan hubungan, dikembangkan pertama kali pada awal
tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini
daoat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk
fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
dari pengurangan kontak sosial adalah agar ia dapat menyediakan
waktu untuk merefleksikan pen-capaian hidupnya dan untuk
menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya
bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua ke generasi muda. Teori ini memiliki titik kelemahan
karena seolah-olah membatasi peran lansia di masyarakat dan pada
kenyataannya banyak lansia yang masih berkontribusi secara positif
bagi masyarakat dalam usia senjanya.
d. Teori Aktivitas
Teori ini dikatakan sebagai lawan dari teori disengagement yang
menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan
cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain
ditunjukkan dalam teori ini. Sebuah penelitian juga menunjukkan pen-
tingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk
mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori ini dikenal juga sebagai teori perkembangan dan mencoba
menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif
atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya
kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan akibat penuaan. Lansia yang terbiasa memiliki
kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan
mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah
lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau
abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya
tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda
di dalam masa akhir kehidupannya.
3. Teori Telomere
Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA
nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal
sebagai telomere. Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang
sintesis DNA menuju ke mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal
DNA ditinggal di ujung setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada
setiap pembelahan sel, telomere menjadi pendeksel . Pada saat sel somatik
bereplikasi, satu potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi,
dan telomere memendek secara progresif. Akhirnya , setelah pembelahan
sel yang multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal
proses penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang
telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang
disebut telomerase.
Pemendekan telomere dapat menjelaskan batas replikasi (“Hayflick”) sel.
Hal ini didukung oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang
sesuai umur individu darimana kromosom didapat. Dari pengamatan
jangka panjang bahwa fibroblast manusia dewasa normal pada kultur sel,
memiliki rentang masa hidup tertentu; fibroblast berhenti membelah dan
menjadi menua setelah kira-kira 50 kali penggandaan. Fibroblast neonatus
mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah,
sementara itu fibroblast pada pasien dengan progeria, yang berusia
premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau lebih.
Menuanya fibroblas manusia dalam biakan dapat dihindari secara parsial
dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun sel ini akhirnya juga
mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan kematiaan sel masif.
C. Perubahan Fisik Pada Proses Penuaan
Menurut Darmojo (2011), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,
tetapi suatu perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan
beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant.
Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada proses penuaan diantaranya:
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem Pernafasan
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik
nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f. CO2 pada arteri tidak berganti
g. Kemampuan untuk batuk berkurang
h. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring degan bertambahnya usia.
3. Sistem pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya
keratin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem persyrafan
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya
dalam setiap harinya).
b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan
terhadap dingin.
d. Kurang sensitif terhadap sentuhan
5. Sistem penglihatan
a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau
6. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun
sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis
normal 90 mmHg.
7. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi
sebagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain;
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini
akibat metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan
pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu).
g. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
9. Sistem reproduksi
a. Menciutnya ovari dan uterus
b. Atrofi payudara
c. Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
d. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi
perubahan-perubahan warna.
10. Sistem genitourinaria
a. Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus,
kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang
kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten
uria.
b. Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi
buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine.
c. Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65
tahun
11. Sistem endokrin
a. Produksi hampir semua hormon menurun
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
c. Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah
dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH, LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.
12. Sistem muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
b. Kifosis
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
d. Persendian membesar dan menjadi pendek
e. Tendon mengerut dan mengalami skelrosis
D. Perubahan Mental Pada Proses Penuaan
Perubahan mental pada lansia dipengaruhi dengan bertambahnya umur.
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(hereditas), dan lingkungan. Perubahan mental pada lansia, terdiri dari
perubahan ingatan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang
(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan),
dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
Perubahan–perubahan mental pada lansia berkaitan dengan dua hal yaitu
kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu
namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak
berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan (Nugroho,
2008). I.Q. (Intellegentian Quantion) tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan–teanan dari faktor waktu).
E. Perubahan Kognitif Pada Proses Penuaan
Umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi
perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sebanyak
75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif. Sementara fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan.
Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain, dari hasil
penelitian diketahuai bahwa kemunduran sub sistem yang membangun proses
memori dan belajar mengalami tingkat kemunduran yang tidak sama. Fungsi
otak yang menurun seiring dengan bertambahnya usia adalah fungsi
memori berupa kemunduran dalam kemampuan penamaan dan kecepatan
mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori
(speed of information retrieval from memory). Penurunan fungsi memori
secara linier itu terjadi pada kemampuan kognitif dan tidak
mempengaruhi rentang hidup yang normal. Perubahan atau gangguan
memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu, sebagai contoh,
memori primer (memori jangka pendek) relatif tidak mengalami perubahan
pada penambahan usia, sedangkan pada memori sekunder (memori jangka
panjang) mengalami perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk
mengirimkan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang
mengalami kemunduran dengan penambahan usia. Perkembangan otak
menjadi tua terbukti dapat berlanjut terus sampai usia berapapun kalau saja
otak memperoleh stimulasi yang terus menerus, baik secara fisik dan mental.
Hal ini disebut juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada usia
lanjut.
Walaupun jumlah sel-sel otak berkurang setiap hari dengan beberapa puluh
ribu sehari, tetapi pengurangan ini tidak bermakna bila dibandingkan jumlah
sel yang masih ada sebagai cadangan. Ditambah lagi bukti-bukti penelitian
yang menunjukkan bahwa pada stimulasi lingkungan yang kaya, jaringan
antarsel dalam permukaan otak (corteks serebri) bertambah terus
jumlahnya sehingga dampaknya sumber daya otak dan kemampuan
kognitif usia lanjut dapat terus berkembang.
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran
beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori
kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup seharihari,
hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain
itu fungsi belahan otak sisi kanan sebagai pusat intelegensi dasar akan
mengalami kemunduran lebih cepat daripada belahan otak sisi kiri sebagai
pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari
kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah
kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian. Penurunan kognitif pada
lansia juga bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada
wanita hal ini dikarenakan adanya peranan hormon seks endogen dalam
perubahan fungsi kognitif serta reseptor esterogen di otak yang berperan
dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Status kesehatan juga
merupakan satu faktor penting yang memperburuk fungsi kognitif lansia.
Salah satunya adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat
meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, penurunan hipokampus
(Gunawan, 2009).
F. Sindroma Proses Penuaan yang Prematur
Beberapa penyakit genetik yang menunjukan adanya proses penuaan yang
prematur. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah dijumpainya rambut yang
beruban, mengkerutnya kulit, dan pendeknya masa hidup dari penderita
tersebut. Pada beberapa kasus hal ini dapat terjadi karena mutasi dari gen.
Adapun proses penuaan yang premature diantaranya (Tamher, 2009):
1. Warner’s Syndrome
Pada penderita ini kelihatan pada rambut mereka telah beruban pada usia
20 tahun dan penderita umumnya meninggal pada usia 40 tahun. Tanda-
tanda proses penuaan seperti osteoporosis, katarak, dan arterosklerosis
dapat terlihat pada penderita. Meskipun pada waktu mudanya, sel-sel juga
mengalami replikasi penuaan namun hanya sebanyak 20 kali, sedangkan
yangnormal mencapai 70 kali atau lebih. Hal ini disebabkan oleh mutasi
di WRN, dimana WRN ini diperlukan untuk perbaikan dan pemeliharaan
DNA yang terdapat di telomere.
2. Cockayne Syndrome (CI)
Terjadi karena mutasi pada gen-gen yang berfungsi pada perbaikan DNA
yaitu pada saat terjadi transkripsi DNA. Pada penderita ini hanya
menunjukkan beberapa tanda proses penuaan, namun proses kematian
sangatlah cepat pada penderita ini.
3. Ataxia Telangiectasia (AT)
Penderita menunjukkan proses penuaan yang premature hal ini
disebabkan karena kerusakan pada fungsi gen yang mendeteksi kerusakan
DNA (ATM) sehingga gen gagal memulai untuk proses perbaikan selnya.
4. Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome
Anak-anak yang menderita sindroma ini akan menunjukkan tanda-tanda
proses penuaan premature yang parah sejak mereka dilahirkan dan
penderita akan meninggal setelah mereka berumur belasan tahun.
Disebabkan oleh mutasi gen (LMNA) untuk lamin yang berfungsi
menstabilkan membrane dalam dari pembungkus inti sel. Sebagaimana
telah diketahui bahwa replikasi, transkripsi, dan perbaikan dari DNA
berlangsung di bagian dalam dari inti sel, sedangkan pada penderita
sindroma ini terjadi peningkatan kerusakan pada DNA dan kerusakan
pada ekspresi gen. Sindrom penuaan yang premature ini terlihat bahwa
terjadinya mutasi bukan seluruhnya pada sel, tetapi terjadi mutasi pada
gen-gen yang bertanggung jawab pada proses replikasi, perbaikan, dan
transkripsi dari dari seluruh gen.
5. Anti Aging
Pada penderita proses penuaan yang premature terapi yang maksimal
belumlah dijumpai, namun dengan diketahuinya bahwa adanya enzim
telomerase yang menghambat pemendekan telomere ini,maka para
ilmuwan masih berusaha untuk membentuk suatu substrat yang bekerja
seperti enzim telomerase tersebut. Namun penghambatan proses penuaan
pada sel-sel yang normal telah banyak ditemukan dengan munculnya
produk-produk anti aging. Dugaan bahwa radikal bebas tersebar dimana-
mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak,
pembakaran bahan baker pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan
sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida dan pencemaran lain di
dalam makanan kita, bahkan karena olahraga yang berlebihan,
menyebabkan tidak ada pilihan selain tubuh harus melakukan tindakan
protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi banyaknya radikal bebas
tersebut adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan
pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.
Selain jenis antioksidan enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal
pula jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan
vitamin, seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia
seperti senyawa fenolik. Senyawa fenolik ini banyak dijumpai pada
sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan sebagainya yang merupakan
konsumsi makanan kita sehari-hari. Suplemen vitamin banyak beredar di
pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui, hingga saat ini para
ahli masih sulit memastikan berapa komposisi yang seimbang antara
radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Beberapa antioksidan
dalam dosis tertentu bisa berubah sifat menjadi prooksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, B. (2011). Geriatri Imu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia
Gunawan, S. (2009). Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep.Kes RI
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3.
Jakarta: EGC
Tamher, Noorkasiani. (2009). Pengantar Dalam: Kesehatan Usia Lanjut
dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Cetakan Pertama.
Jakarta: Salemba Medika