Makalah Kel. Ke2 OKE!

55
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain, baik dalam segi bahasa maupun dalam kebudayaan yang berbeda pada individu yang menempati daerah tertentu. Berkomunikasi dengan orang lain bisa dalam bentuk verbal dan nonverbal sehingga tercipta hubungan ataupun interaksi diantara pengirim pesan dan penerima pesan dengan menggunakan suatu media sehingga terjadi timbal balik diantara keduanya. Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat menggunakan keterampilan, pengetahuan dan pengalamannya serta komunikasi dalam melakukan tindakan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien. Dalam melakukan pengkajian untuk mendapatkan data ataupun informasi perawat menggunakan komunikasi kepada klien, keluarga, rekan sejawat serta tim kesehatan yang lainnya. Selain pengkajian, perumusan masalah, klarifikasi, perencanaan dan tindakan serta mengevaluasi dibutuhkan komunikasi yang berkesinambungan dan holistic dilihat secara keseluruhan. Pada komunikasi yang perawat terapkan dalam melakukan hubungan dengan klien, keluarga klien, rekan sejawat dan juga tim kesehatan yang lain menggunakan prinsip yang sama yaitu komunikasi terapeutik. Keterampilan komunikasi terapeutik akan menjadi efektif apabila perawat mengetahui teknik, strategi dan tahapan dalam melakukan asuhan keperawatan. Maka dari itu penulis menjadikan hal tersebut untuk menjadi bahan acuan dalam pembuatan makalah ini. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum 1

Transcript of Makalah Kel. Ke2 OKE!

Page 1: Makalah Kel. Ke2 OKE!

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain, baik dalam segi bahasa maupun dalam kebudayaan yang berbeda pada individu yang menempati daerah tertentu. Berkomunikasi dengan orang lain bisa dalam bentuk verbal dan nonverbal sehingga tercipta hubungan ataupun interaksi diantara pengirim pesan dan penerima pesan dengan menggunakan suatu media sehingga terjadi timbal balik diantara keduanya.

Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat menggunakan keterampilan, pengetahuan dan pengalamannya serta komunikasi dalam melakukan tindakan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien. Dalam melakukan pengkajian untuk mendapatkan data ataupun informasi perawat menggunakan komunikasi kepada klien, keluarga, rekan sejawat serta tim kesehatan yang lainnya. Selain pengkajian, perumusan masalah, klarifikasi, perencanaan dan tindakan serta mengevaluasi dibutuhkan komunikasi yang berkesinambungan dan holistic dilihat secara keseluruhan.

Pada komunikasi yang perawat terapkan dalam melakukan hubungan dengan klien, keluarga klien, rekan sejawat dan juga tim kesehatan yang lain menggunakan prinsip yang sama yaitu komunikasi terapeutik. Keterampilan komunikasi terapeutik akan menjadi efektif apabila perawat mengetahui teknik, strategi dan tahapan dalam melakukan asuhan keperawatan. Maka dari itu penulis menjadikan hal tersebut untuk menjadi bahan acuan dalam pembuatan makalah ini.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Menjelaskan bagaimana berinteraksi perawat dengan klien, keluarga, komunitas, teman sejawat, dan tenaga kesehatan lain di berbagai area keperawatan.

1.2.2 Tujuan khususAdapun tujuan khusus disusunnya makalah ini antara lain:

a. Menjelaskan konsep komunikasi sesuai area keperawatan.b. Menggambarkan berbagai teknik komunikasi melalui tahapan komunikasi terapeutik

sesuai area keperawatan.c. Menganalisa teknik komunikasi yang digunakan melalui tahapan komunikasi

terapeutik sesuai area keperawatan.d.

1

Page 2: Makalah Kel. Ke2 OKE!

1.3 Metode Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi kepustakaan

dimana kelompok melakukan kajian dari berbagai referensi yang terkait melalui studi literatur.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Berisi tinjauan teori

Bab III : Berisi pembahasan

Bab IV : Berisi kesimpulan

Daftar pustaka.

2

Page 3: Makalah Kel. Ke2 OKE!

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOMUNIKASI SESUAI AREA KEPERAWATAN2.1.1 Keperawatan Medikal Bedah2.1.1.1 Pengertian

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseoarang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter, 2005).Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan dipimpin oleh seorang professional (Potter, 2005).

Keperawatan medikal bedah adalah pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada orang dewasa dengan atau yang cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.

Pada komunikasi pada area keperawatan medikal bedah menggunakan Model Carl Roger yaitu berkomunikasi dengan empati, menghargai dan membangun. Dalam berkomunikasi harus menghargai dan menerima klien tanpa syarat

2.1.1.2 Tehnik dan sikap komunikasi

Teknik Komunikasi Terapeutik

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukan penerimaan, pertanyaan terbuka, mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri, klarifikasi, refleksi, memfokuskan, membagi persepsi, identifikasi tema, diam , informasi, menawarkan diri, memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, dan saran. ( Menurut Stuart & Sundeen, 1987, hal. 124 ).

Sikap Komunikasi Terapeutik

Menurut Egan ( 1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983 hal 372 ) mengidentifikasikan lima sikap dan cara menghadirkan diri secara fisik yaitu: berhadapan, mempertahankan kontak mata, membungkuk kearah klien, mempertahankan sikap terbuka, dan tetap rileks

3

Page 4: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.1.3 Ruang lingkup keperawatan medikal bedahRuang lingkup medikal bedah adalah 1. Mempertahankan dan mengembalikan pola normal berbagai fungsi antara lain tidur,

bernafas, aktifitas, nutrisi dan lain-lain.2. Mengatasi nyeri dan ketidaknyamanan3. Mengatasi masalah emosional yang berhubungan dengan sakit dan pengobatan

antara lain berduka cita, kehilangan, cemas, dll4. Member pengetahuan untuk mempertahankan kesehatan5. Meningkatkan kemampuan merawat diri6. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan7. Memberikan asuhan menjelang ajal dan kematian8. Memodifikasi lingkungan untuk mempercepat penyembuhan

2.1.1.4 Hubungan perawat dan pasien dalam keperawatan medikal bedah

Hubungan perawat dengan klien terdiri dari beberapa tahap yaitu :

Fase orientasi

Membangun iklim kepercayaan

Memformulasikan kontrak dengan klien Melakukan kontrak dengan klien

Komponen kontrak ( nama perawat, peran yang diharapkan dari perawat & klien, tujuan, kererahasiaan, harapan, topik kegiatan, interaksi

Fase kerja

Berespon dan mengeksplorasi perasaan dan reaksi pasien Peningkatan pemahaman diri pasien Fasilitasi agar pasien melakukan tindakan yang dilakukan

Fase terminasi

Mengakhiri hubungan perawat dan pasien Mengevaluasi proses dan tujuan yang dicapai Sikap saling mengekspresikan

4

Page 5: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.2 Keperawatan Maternitas

2.1.2.1 Pengertian

Keperawatan maternitas merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan, dimana perawat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap masalah yang mungkin timbul pada periode perinatal dan di luar periode perinatal.

2.1.2.2 Fokus Asuhan Keperawatan Maternitas

Sasaran dan fokus asuhan keperawatan maternitas adalah perempuan sepanjang usia subur sampai periode kesuburan berakhir yang berkaitan dengan kesehatan sistem reproduksi, perempuan masa kehamilan, persalinan, dan nifas, serta bayi baru lahir sampai usia 40 hari beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2.1.2.3 Konsep Pelayanan Keperawatan Maternitas

Menurut Asosiasi Perempuan dalam Kesehatan Kandungan dan Neonatal (2002) adalah sebagai berikut :

1. Sikap Caring PerawatDalam melaksanakan asuhan keperawatan maternitas, perawat harus menerapkan caring dalam mengimplementasikan tindakan. Karena perilaku caring ini menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.

2. Family Centered CareDi mana dalam memberi asuhan keperawatan maternitas, perawat mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan untuk perawatan keluarga, wanita sepanjang usia subur, wanita hamil dan wanita bersalin, serta bayi baru lahir sampai umur 40 hari dan keluarganya.

3. Konsep Adaptasi Intra Ekstra UterinePerawat maternitas dalam pelayanannya memantau kondisi janin dalam uterus, merespon dengan baik tindakan persalinan, baik tindakan mandiri maupun kolaborasi.

4. Bonding AttachmentPerawat mampu memberikan pelayanan kesehatan buat ibu dan bayi baru lahir.

5. Eksklusive Breast FeedingPerawat harus mampu memberikan pengertian kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

6. Self Care

5

Page 6: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Perawat memberikan self care adalah supaya tercapai derajat kesehatan bagi wanita, ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, serta keluarga secara optimal.

7. HospitalisasiPerawat harus mampu memberikan kontrol perasaan ibu di saat ibu harus di rawat di RS dan terpisah dari anaknya.

8. Proses KehilanganReaksi berduka dapat timbul bila bayi meninggal. Di sini perawat dapat mendukung ibu maupun keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan untuk menghadapi proses kehilangan dan berduka.

9. Safety and Injury PreventionPerawat harus mampu memberikan rasa nyaman dan tindakan pencegahan terhadap cedera pada wanita usia subur, ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir.

2.1.2.4 Teknik Komunikasi di Area Maternitas

Berikut beberapa teknik berkomunikasi dengan klien khusus perawatan maternitas diantaranya :1. Menggunakan komunikasi secara efektif kepada individu maupun kelompok dengan

menggunakan model komunikasi formal dan non formal.2. Pahami budaya klien sebelum masuk tahap perkenalan.3. Perhatikan dimensi hubungan dengan klien.4. Bina sikap saling percaya dengan klien. Ini merupakan kunci keberhasilan tindakan

keperawatan.

2.1.2.5 Peran dan Hubungan Komunikasi Maternitas

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antara perawat dan klien yang berkomunikasi, dipengaruhi oleh :1. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat, akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.

2. JarakJarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman dan kontrol. Perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.

3. Citra DiriManusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan, dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi.

4. Kondisi Fisik

6

Page 7: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya, indra pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.

2.1.3 Keperawatan Jiwa

2.1.3.1 pengertian

Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar-manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran, dan perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain (Keliat, B, 2011).Prinsip komunikasi yang efektif menurut Roger, 1957 dalam Childs, et all, 2009 adalah dengan menerima seseorang sebagai individu yang unik, menerima individu tanpa menuduh dan anggapan positif yang tak bersyarat dengan empati serta dengan kesungguhan. Self awareness yakni memahami diri sendiri dan respon diri terhadap situasi yang mengarah pada peningkatan keterampilan komunikasi. Self awareness adalah kunci untuk memahami alasan kenapa sebagian interaksi sukses dan sebagian tidak.Bagian penting dalam keterampilan keperawatan jiwa adalah kesadaran dalam interaksi, baik verbal maupun non verbal. Dalam keperawatan jiwa, interaksi adalah alat penting dalam intervensi. Kepedulian pada interaksi ini penting untuk memastikan interaksi yang terapeutik, bukan social dan memikirkan beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam berinteraksi:

1. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang tingkah laku dan masalah klien sekarang.

2. Interaksi harus goal-directed: Apakah tujuan interaksi sesuai diagnosa keperawatan klien dan hasil yang diharapkan?

3. Keterampilan atau teknik komunikasi harus teridentifikasi dan tahapan interaksi harus terencana.

4. Selama interaksi, perawat harus memonitor secara kontinu respon klien, mengevaluasi keefektifan interaksi dan membuat perubahan sesuai indikasi.

Dalam keperawatan kesehatan jiwa, poses pengkajian disebut sebagai pengkajian psikososial, yang mencakup pemeriksaan status mental. Tujuannya ialah membangun gambaran status emosional klien saat ini, kapasitas mental dan fungsi perilakunya.

7

Page 8: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkajian psikososial

1. Partisipasi/umpan balik klien Bila klien tidak mampu atau tidak mau berpartisipasi, beberapa area pengkajian tidak

akan lengkap atau tidak jelas. Misalnya klien yang sangat depresi mungkin tidak memiliki tenaga untuk menjawab pertanyaan atau

menyelesaikan pengkajian.2. Status Kesehatan Klien

Bila klien merasa nyeri atau letih atau cemas, perawat dapat mengalami kesulitan membuat klien berpartisipasi dalam pengkajian. Perawat perlu mengenali situasi tersebut dan mengatasinya sebelum melanjutkan pengkajian.

3. Pengalaman terdahulu/ Kesalahpahaman klien tentang perawatan kesehatanPersepsi klien dengan lingkungannya dapat menimbulkan emosi yang menghambat dalam memperoleh pengkajian psikososial yang akurat. Perawat harus menggaliperasaan dan persepsi klien untuk membangun hubungan kerja saling percaya sebelum meneruskan pengkajian.

4. Kemampuan Klien untuk memahamiPerawat perlu mendengar, membaca dan memahami bahasa yang digunakan klien. Bila bahasa klien berbeda dengan bahasa perawat, klien dapat salah interpretasi sehingga informasi yang didapat tidak akurat.

5. Sikap dan pendekatan perawat.Bila klien merasa pertanyaan perawat singkat dan kasar,atau klien merasa didesak atau ditekan untuk menyelesaikan pengkajian, ia mungkin hanya memberikan informasi yang superficial dan tidak membahas area masalah secara keseluruhan. Perawat harus menyadari respon dan perasaannya sendiri dan mampu melakukan pengkajiandengan beroriantasi pada fakta.

1.2.3.3 Standar Praktik Keperawatan Klinis Keperawatan Jiwa

Standar asuhan berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh perawat sepanjang proses keperawatan (Stuart, 2007), meliputi:

1. Pengkajian

Perawat menetapkan kontrak keperawatan, mendapatkan informasi dari klien dan keluarga, memvalidasi data dengan pasien dan mengorganisasi data.

2. Diagnosis Keperawatan

Mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan standar, menganalisis dan mensintesis data, mengidentifikasi masalah/kekuatan, memvalidasi masalah dengan pasien, merumuskan diagnose keperawatan, dan menentukan prioritas masalah.

3. Identifikasi hasil

8

Page 9: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Menyusun hipotesis, menjelaskan hasil yang diharapkan, memvalidasi tujuan dengan pasien.

4. Perencanaan

Memprioritaskan tujuan, mengidentifikasi aktivitas keperawatan, memvalidasi rencana dengan pasien.

5. Implementasi

Mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia, mengimplementasikan aktvitas keperawatan, menghasilkan alternative, dan koordinasi dengan anggota tim lain.

6. Evaluasi

Membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan, meninjau proses keperawatan, memodifikasi proses keperawatan sesuai kebutuhan, dan berpartisipasi dalam aktivitas peningkatan kualitas.

2.1.2.4 Teknik Komunikasi Efektif dalam Keperawatan Jiwa

Komunikasi efektif dalam hubungan terapeutik membutuhkan pemahaman dan caring juga kemampuan mendengar perawat terhadap klien. Komunikasi yang efektif akan mendorong klien untuk menilai perasaan, mengeksplorasi masalah lebih dalam, membangaun kekuatan yang sudah dimiliki dan memebangun strategi koping.

1. Broad Opening (Pertanyaan Terbuka)Menggunakan pertanyaan teruka yang member kesempatan kepada klien untuk mengajukan topik. Contoh: “ Bagaimana pendapat anada?”

2. Giving Recognition (Memberikan pengakuan)Mengindikasikan perhatian dan kepedulian pada klien. Contoh: “Saya lihat anda memakai baju baru, anda terlihat sangat cantik.”

3. Minimal Ecouragement (Dorongan yang Minimal)Merupakan reinforcement verbal dan nonverbal mengindikasikan perawat mendengar aktif dan tertarik dengan yang klien katakana. Contoh: “Teruskan/” “Hu`um…”

4. Offering Self (Menawarkan Diri)Memperkenalkan diri dan mengidentifikasi hubungan untuk menawarkan support emosi dan moral. Contoh: “Saya akan bersama dengan anda dirini sejenak.”

5. Accepting (Menerima)Menunjukkan bahwa perawat mendengar danbersedia mendengarkan apa yang klien katakana. Contoh: “Ya.” “Saya menyimak apa yang anda katakana.”

6. Making Observation (Mengobservasi)Menyatakan apa yang perawat lihat dalam penampilan dan perilaku klien. Contoh: “ Tampaknya anda marah?”

7. Validating perception

9

Page 10: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Memberikan kesempatan pada klien untuk memvalidasi atau membenarkan pemahaman perawat saat berkomunikasi. Contoh:”Begini yang saya dengan dari anda…. Apakah itu benar?”

8. Exploring (Mengeksplorasi)

Berusaha membuat detil yang lebih spesifik pada masalah klien dan mengidentifikasi pola atau tema. Contoh: “Dapatkah anda ceritakan satu saja saat anda merasa sangat kecewa?”

9. ClarifyingMembuat makna pesan klien menjadi jelas dan mencegah perawat membuat asumsi pada pesan klien. Contoh:”Katakan, apa yang anda maksud dengan kecewa?”

10. Placing the event in time or sequenceMengklarifikasi hubungan suatu kejadian dalam suatu waktu sehingga perawat dan klien bisa melihatnya dalam satu perspektif. Contoh: “Apakah ini sebelum atau sesudah?” “Kapan hal ini terjadi?”

11. Focusing Percakapan langsung menuju inti pembicaraan. Contoh: “Anda

mengatakan kalau merasa sangat mual.”

12. Encouraging the formulation of a plan of actionSaat klien memiliki rencana dalam pikirannya untuk menghubungkan dengan situasi yang penuh tekanan, hal ini memungkinkan mencegah peningkatan kemarahan atau kecemasan pada tingkat yang tidak terkendali. Contoh: “Lain waktu jika kondisi ini tiba, apa yang mungkin anda lakukan untuk mengendalikannya secara tepat?”

13. Suggesting CollaborationMenawarkan kerjasama dengan klien. Contoh: “Mungkin anda dan saya dapat mendiskusikanperasaan yang meningkatkan rasa cemas anda.”

14. RestatementMengulangi pernyataan klien untuk menghindari asumsi yang salah. Contoh: “Anda takut hal tersebut akan terjadi pada anda?”

15. ReflectionFokus pada pesan dan perasaan klien, mengkomunikasikan ketertarikan perawat, memungkinkan klien mengetahui bahwa perawat mendengarkan secara aktif. Contoh:”Kelihatannya anda sedikit tertekan sekarang.” ” Kalau menurut anda sendiri?”

16. SummarizingMengorganisasi isu utama yang telah dibicarakan.Contoh: “selama setengah jam ini kita telah mendiskusikan…”

10

Page 11: Makalah Kel. Ke2 OKE!

1.2.3.5Tahap-tahap hubungan terapeutik perawat-klien

1. Tahap Pre InteraksiSelama tahap pre interaksi, dapat berlangsung dalam beberapa detik hingga beberapa minggu, perawat mengkaji masalah klien yang belum terselesaikan dan mengumpulkan data tentang pasien. Mengkaji perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri. Menganalisis kekuatan dan keterbatasan professional diri. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien yakni membuat strategi pelaksanaan. Contoh strategi pelaksanaan pada klien dengan resiko bunuh diri ada pada lampiran.

2. Tahap OrientasiTahap pertama dalam asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah membangun hubungan terapeutik. Hubungan perawat-klien yang efektif akan meningkatkan kekuatan klien dan memungkinkan perawat merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi asuhan bersama klien, tidak hanya klien sendiri. Untuk membangun hubungan yang efektif, perawat harus mendapatkan kepercayaan klien (trust). Untuk meningkatkan kepercayaan klien pada perawat, ingatlah TRUST:T:Try ExpressionR: Reflection Refleksi didefinisikan sebagai proses melihat kembali pengalaman praktek untk mendeskripsikan, menganalisa, mengevaluasi dan menginformasikan pembelajaran tentang praktek (Reid, 1993 dalam Sully, 2005).U: Use silenceS: Set limits Batasan yang efektif dapat menyediakan struktur dan rasa caring. Limit juga meminimalkan manipulasi oleh klien.T: Time with the clientPerawat memperkenalkan diri, membina rasa percaya, melakukan setting limits dan membangun focus percakapan berdasarkan data pengkajian. Perawat dan pasien membuat persetujuan, menulis kontrak atau mendiskusikan dan membuat tujuan. Waspada jika pasien melawan pada tahap ini, memastikan apakah maksud perawat yang sesungguhnya.

3. Tahap KerjaPerawat dan pasien mengeksplorasi masalah dan bekerja mencapai tujuan. Perawat berperan sebagai konselor dan fasilitator, dengan partisipasi aktif dari klien. Klien bebas mencari masalahnya dan menemukan pandangan atau solusi. Berikut beberapa tehnik dan sikap perawat jika diterapkan dalam kasus:

Komunikasi dengan Klien yang Depresi

Klien dengan depresi seringkali tidak mau berkomunikasi. Salah satu faktor yang mengkontribusi pada diagnosa depresi adalah berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan kurangnya ketertarikan atau kesenangan

11

Page 12: Makalah Kel. Ke2 OKE!

pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati dan berkurangnya tingkat konsentrasi, kesulitan berpikir dan membuat keputusan. Kesuksesan hubungan dengan klien depresi dalam percakapan, pada tahap awal perlu mencari tahu apa yang bisa dilakukan perawat untuk membantu. Seringkali klien dengan depresi merasa tidak berguna (American Psychiatric Assosiation (APA) 2000 dalam Childs, 2009). Orang yang depresi seringkali memikirkan bunuh diri.Perawat perlu mengetahui pentingnya ketertarikan untuk mendengar cerita klien sebelum menyatakan pendapat. Rasa keingintahuan perawat pada klien seringkali cukup untuk meningkatkan harga diri klien. Perawat sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka untuk membantu klien melanjutkan ceritanya pada saat klien kehilangan konsentrasi atau sulit berpikir. Contohnya: “Ceritakan lagi tentang hal itu?” atau “Bisa ceritakan apa yang anda rasakan sekarang?”

Komunikasi dengan Klien yang CemasKecemasan adalah respon normal terhadap ancaman atau bahaya; bagaimanapun, terdapat saat dimana kecemasan mengganggu diri klien, pekerjaan dan fungsi social sampai sedemikian luas. Klien mungkin cemas dengan kondisi medis atau klien telah memiliki gangguan kecemasan yang memburuk pada kemungkinan tertundanya pembedahan.Kunci untuk berkomunikasi dengan klien yang cemas, apakah itu ringan, sedang atau berat adalah ‘being with’ yakni mendampingi. Klien tidak perlu mengatakan apapun pada perawat, namun perawat sebaiknya tetap di dekat klien hingga klien siap berbicara. Kadang klien dengan kecemasan merasa diluar kendali yang mengarah ke panic. Oleh karena itu, penting adanya seorang perawat untuk mengendalikan situasi.

Komunikasi dengan Klien PsikosisKomunikasi dengan klien yang pernah mengalami gejala psikosis mungkin sulit dan murni menantang sebab psikosis adalah kondisi dimana seseorang merasa dijauhkan. Mendengar suara dan delusi paranoid merupakan gejala psikosis (APA, 2000 dalam Childs 2009). Misalnya saat seseorang lupa menyikat gigi, dan ia merasa bahwa orang-orang yang melihat berpikir “betapa menjijikan” padahal kenyataannya tidak ada yang tahu apakah ia sudah menyikat gigi atau belum.Selain menunjukkan pemahaman empatik, penting untuk mendengarkan klien. Ini melibatkan konsentrasi pada apa yang telah dikatakan, merangkum apa yang dikatakan tanpa merubah makna dan mengingat isi dari perkataan klien (Egan, 2007 dalam Childs 2009).

Komunikasi perawat dengan klien penyakit mental kronisBanyak penyakit kronis yang mengancam kebebasan seseorang menyebabkan ketakutan, kecemasan dan tekanan spiritual. Ketergantungan perawatan diri pada orang lain akan menimbulkan perasaan tidak berdaya. Ketidakberdayaan dan

12

Page 13: Makalah Kel. Ke2 OKE!

kehilangan pemahaman tujuan hidup mengganggu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pada fungsi tubuh (Potter & Perry, 2009).Satu jenis dari penyakit mental kronis adalah gangguan personality disorders yang bisa menyebabkan seseorang menderita hingga secara drastis menyimpang dari norma sosial. Contoh dari beberapa gangguan kepribadian antara lain: paranoid, narsistik, obsessive compulsive. Perawat dapat menggunakan teknik komunikasi terapeutik mendengar,diam, menggunakan pertanyaan terbuka, refleksi, meng- observasi.

Komunikasi perawat dengan klien penyakit mental terminalMenurut U.S. Legal dalam Stang, 2010 penyakit terminal adalah penyakit yang aktif dan progresif yang tidak ada pengobatannya serta prognosisnya fatal. Penyakit mental terminal terjadi saat gejala tekanan jiwa tidak dapat dikendalikan dan bunuh diri adalah hasil yang dapat diduga.Penyakit terminal biasanya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, isolasi, hal yang tak terduga dan kematian. Individu yang mengalami penyakit terminal biasanya akan menemukan dirinya meninjau ulang kehidupan mereka dan mengajukan pertanyaan seperti: “Mengapa ini terjadi pada saya?” atau “Apa yang telah saya lakukan?” Dengan memahami beberapa teori dan model pada proses berduka akan membantu perawat memahami apa yang dialami klien dan bagaimana mereka mengatasi kehilangan mereka. Compassionate communication adalah komunikasi yang berfokus pada klien dan tidak memerlukan waktu yang banyak. Komunikasi ini memungkinkan

perawat menilai lebih dengan mendengarkan klien dan menyatakan bahwa pengalaman klien itu unik sehingga membuat komunikasi lebih efektif pada klien yang menghadapi kematian. Beberapa pertanyaan untuk mengkaji pikiran bunuh diri (WHO, 2000 dalam Childs, 2009):a) Apakah kau merasa tidak bahagia dan tidak tertolong?b) Apakah kau merasa putus asa?c) Apakah kau merasa tidak mampu menghadapi hari-hari?d) Apakah kau merasa hidup seperti terbakar?e) Apakah kau merasa hidup itu tidak berharga?f) Apakah kau merasa senang melakukan bunuh diri?

4. Tahap TerminasiPada tahap terminasi, perawat mereview dan meringkas kemajuan pasien. Bersama-sama, perawat dan pasien menentukan tujuan yang sudah tercapai. Perawat secara formal mengakhiri percakapan, pastikan untuk menjawab perasaan pasien pada terminasi. Waspada jika pasien merasa terluka atau marah dengan kepergian perawat.

13

Page 14: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.4 Keperawatan Keluarga2.1.4.1 Konsep keperawatan keluarga

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan mengingatkan kontak dengan orang lain (Potter & Perry, 2005).Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan perkawinan, dan kedekatan emosi yang masing – masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga. (Mia fatma, 2007 )

Keluarga adalah dua orang atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedmen, 1998).

2.1.4.2 Teknik Komunikasi dalam keperawatan keluargaTehnik komunikasi dalam area keperawatan keluarga mengacu pada tehnik komunikasi terapeutik Stuart dan Sundeen, (1998) yang mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut:a. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam hal ini perawat berusaha mengerti

klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien dan keluarga. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien dan keluarga. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.

b. Menunjukkan penerimaan. Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien dan keluarga

d. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

e. Mengklasifikasi. Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

f. Memfokuskan. Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.

g. Menyatakan hasil observasi.Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.

h. Menawarkan informasi. Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien dan keluarga yang bertujuan memfasilitasi klien dan keluargauntuk mengambil keputusan.

14

Page 15: Makalah Kel. Ke2 OKE!

i. Diam. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.

j. Meringkas. Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.

k. Memberi penghargaan. Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.

l. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.

m. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.

n. Menempatkan kejadian secara berurutan.Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

o. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya,Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.

p. Refleksi.Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

2.1.4.3 Sikap komunikasi dalam area keperawatan keluarga1. Berhadapan. Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu untuk

klien dan keluarga2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata berarti menghargai klien dan

menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan

atau mendengar sesuatu.4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan

keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap menerima kehadiran orang lain dalam komunikasi.

5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal, yaitu :

a. Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara.

b. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.

15

Page 16: Makalah Kel. Ke2 OKE!

c. Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.

d. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.

e. Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.

2.1.4.5 Tahapan dalam komunikasi area keperawatan keluargaHubungan perawat- klien dengan keluarga merupakan hal yang penting bagi perawat komunitas. Fase–fase hubungan dari perawat klien dan keluarga memiliki kesamaan dengan hubungan perawat – klien secara individu.Fase hubungan perawat–klien dengan keluarga :a. Fase premisiasi atau persiapan

Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Serta kontrak waktu dengan keluarga.

b. Fase inisiasi atau perkenalanFase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan , selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan

c. Fase implementasiPada fase ini, kerja perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki keluarga bersama–sama dengan keluarga. Lakukan intervensi sesuai perencanaan. Eksplorasi nilai–nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.

d. Fase TerminasiDalam fase ini, perawat membuat hasil kesimpulan, hasil kunjungan berdasarkan pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang dialami atau masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga. Pada fase ini tinggalkan nama dan nomer telepon perawat

e. Fase pasca kunjunganFase ini sering terabaikan. Di fase ini perawat hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayan kesehatan, tempat perawat bertugas.

16

Page 17: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.5 Keperawatan Komunitas

2.1.5.1 Hubungan perawat-komunitas

Banyak perawat membentuk hubungan dengan kelompok komunitas dengan berpartisipasi dalam organisasi lokal, menjadi relawan untuk pelayanan masyarakat atau berorganisasi politik. Perawat tersebut harus mampu membangun hubungan dengan komunitasnya untuk menjadi agen pengubah yang efektif. pemahaman tentang praktikkeperwatan beroriantasi komunitas dan populasi serta membangun hubungan ketrampilan praktek merupakan hal yang penting dalam pelayanan kesehatan pada semua lingkungan praktek (Stanhope dan Lancaster,2004) dalam buku potter & Perry,2009.

Komunikasi dalam masyarakat terjadi melalui media, seperti bulletin, suat kabar, radio, televisi dan situs informasi elektronik. Perawat menggunakan bentuk komunikasi ini untuk berbagi informasi dan mendiskusikan masalah kesehtan masyarakat.

2.1.5.2 Peran perawat dalam pengajaran dan pembelajaran

Perawat memiliki tanggung jawab etik untuk mengajar klien. Klien berhak mengambil keputusan tentang pelayanan setelah menerima informasi yang cukup. Informasi tersebut harus akurat, lengkap, dan sesuai dengan kebutuhan klien.(Potter & Perry,2009)

Tangung jawab perawat adalah mengajarkan informasi yang dibutuhkan klien dan keluarganya. Perawat sering mengklarifikasi informasi yang disediakan dokter dan penyedia layanan lainnya, yang merupakan sumber informasi utama untuk beradaptasi dengan masalah dengan masalah kesehatan (potter&Perry,2009)

2.1.5.3 Konsep Promosi Kesehatan

Komunitas merupakan kumpulan dari individu, keluarga dan masyarakat yang berkumpul pada area tertentu. Dalam menjaga kesehatannnya maka pemerintah membuat suatu kebijakan untuk membantu kesehatan masyarakat yang disebut dengan pendidikan kesehatan yang kemudian dikenal dengan istilah promosi kesehatan.

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, social budaya, politik, dan sebagainya).(Achjar,Komang ayu henny,2012)

2.1.5.4 Sasaran promosi kesehatan

17

Page 18: Makalah Kel. Ke2 OKE!

a. Sasaran primerMasyarakat khususnya individu, keluarga, dalam hal ini contohnya kepala keluarga, ibu hamil, anak sekolah, dan remaja. Upaya promosi yang dilakukan pada kelompok primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

b. Sasaran sekunderPara tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya.

c. Sasaran tersier

Para pembuat keputusan atau pembuat kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap para tokoh mayarakat dan juga masyarakat pada umumnya.(Achyar, Komang ayu Henny,2012)

2.1.5.5 Strategi promosi kesehatan

Ada 5 (lima) pendekatan utama advokasi,yaitu :

a. Melibatkan para pemimpinb. Bekerja dengan media massac. Membangun kemitraand. Memobilisasi massae. Membangun kapasitas.

2.1.5.6 Metode promosi kesehatan

1) Metode pendidikan individual (perorangan)Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina prilaku baru, atau membina sesorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan prilaku atau inovasi. Contoh seorang ibu yang tertarik menggunakan akseptor KB. Bentuk pendekatan meliputi : a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dimaksudkan agar petugas lebih dekat dan intensif dalam meneliti dan menyelesaikan masalah klien

b) Wawancara (interview)Cara ini bertujuan untuk menggali informasi mengapa klien tidak atau belum mau menerima perubahan, tertarik atau tidak terhadap perubahan.

2) Metode pendidikan kelompokYang perlu diperhatikan pada metode ini adalah besarnya kelompok serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. a) Kelompok besar

Peserta penyuluhan lebih dari 15 orang, metode yang baik digunakan adalah metode ceramah dan seminar.

18

Page 19: Makalah Kel. Ke2 OKE!

b) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang disebut sebagai kelompok kecil, metode yang cocok untuk kelompok kecil adalah :

Diskusi kelompok Brain storming Bola salju (Snow balling ) Kelompok – kelompok kecil (Buzz group) Memainkan peranan ( Role Play ) Permainan simulasi (Simulasi game)

3). Metode Pendidikan MassaPada umumnya,bentuk pendekatan massa ini tidak langsung yaitu dengan menggunakan media massa seperti:

a) Ceramah umum (public speaking)b) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik

TV maupun radio.c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan di suatu media massa

d) Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan dan penyakit

e) Billboard, yang di pasang di pinggir jalan, spanduk, poster

2.1.5.7 Media Promosi Kesehatan

a) Media cetak: booklet, leaflet,Rubrik,poster, foto dllb) Media Elektronik : Televesi, video, laptop dllc) Media papan (billboard)

2.1.5.8 Tahapan promkes

Sebelum melakukan pendidikan kesehatan di masyarakat ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu

1) Analisa kebutuhan belajar peserta didika) Identifikasi Kelompok peserta didik. b) Identifikasi kebutuhan belajar peserta.

2) Karakteristik Peserta didik3) Diagnosa Pembelajaran.4) Sasaran.5) Tujuan pembelajaran 6) Waktu dan tempat.

19

Page 20: Makalah Kel. Ke2 OKE!

7) Strategi.a) Advokasib) Bina suasana

c) Gerakan pemberdayaan8) Metode

Metode yang digunakan dalam rangka memecahkan masalah meliputi:a) Seminar/presentasi.b) Demonstrasi.c) Snow balling.d) Pengelolaan media promosi.e) Pembentukan POKJA.

9) Media.10) Evaluasi.

a) Metode Evaluasi.b) Alat Evaluasi.

2.2 KOMUNIKASI SESUAI SITUASI/ KEBUTUHAN KHUSUS

2.2.1 Tim kesehatan

Menurut Grippando (1977) Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam asuhan keperawatan. Komposisi anggota tim kesehatan bervariasi tergantung jumlah tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit perawatan, dan program pendidikan perawat yang berafiliasi / bekerja sama (Priharjo).Setiap hari perawat berkomunikasi dengan penyedia pelayanan kesehatan yang lain, misalnya dokter, ahli gizi, terapis dan sebagainya. Perawat memenuhi peran unik sebagai koordinator pelayanan bagi klien.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, dikenal beberapa peran perawat, yaitu : peran independen (mandiri), dependen (bergantung) dan interdependen (kolaborasi). Peran mandiri adalah peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang tindakannya dapat dipertanggungjawabkan secara mandiri oleh perawat. Untuk peran dependen adalah peran perawat dalam melaksanakan program kesehatan di mana dalam hal ini dokter atau ahli dari tim kesehatan lain (misalnya : ahli gizi, terapis) yang bertanggung jawab. Sedangkan peran kolaborasi adalah peran perawat dalam mengatasi masalah kesehatan secara team work dengan tim kesehatan lain. Profesi keperawatan menghargai kontribusi profesional lain dalam melakukan asuhan kesehatan bagi klien untuk memberikan hasil yang terbaik.

Kadang-kadang komunikasi dengan tim kesehatan yang lain dapat menjadi hal menantang. Hubungan yang berhasil dengan rekan kerja bergantung pada ketrampilan

20

Page 21: Makalah Kel. Ke2 OKE!

berkomunikasi yang baik dengan cara membangun hubungan profesional. Caranya antara lain sebagai berikut :a. Menyapa atau setidaknya tersenyum pada setiap orang yang kita jumpai di tempat

kerjab. Perkenalkan diri dan jelaskan peran dan tempat kerja sebelum meminta saran,

bantuan, perubahan atau layananc. Jadilah rekan kerja yang supportif dan mendukung. Beri selamat kepada rekan kerja

atas prestasinya, berikan umpan balik positif untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik serta tawarkan bantuan kapanpun memungkinkan

d. Berusahalah membangun hubungan di unit dan tempat kerja. Hadiri visite keliling dengan dokter atau pertemuan siang klinik dengan rekan tim kesehatan yang lain

e. Gunakan akal sehat dalam berhadapan dengan kolega. Berikan pujian di depan umum, tetapi simpan kritikan untuk situasi yang melindungi privasi

Selain hal tersebut di atas perawat perlu menggunakan sikap asertif dalam berkomunikasi. Asertif adalah ketrampilan yang digunakan untuk secara efektif mengkomunikasikan pemikiran dan perasaan. Untuk menyampaikan poin-poin penting pengirim pesan harus mengenali diri sendiri dan memahami penerima pesan. Berbicara secara asertif tidak melanggar hak-hak atau integritas orang lain. Asertif adalah :a. Pernyataan jelas dan langsungb. Menggunakan pernyataan “ Saya “, “ Saya perlu”, atau “ Saya rasa “c. Penghargaan hak-hak orang lain dan diri sendirid. Jujur dan sungguh-sungguhe. Tegas dan positiff. Tidak bersifat meminta maafg. Spesifik untuk situasi tersebut

Menggunakan ketrampilan asertif memungkinkan ekspresi fakta, pemikiran dan kepercayaan kepada orang lain dengan percaya diri. Belajar bersikap asertif memerlukan kesadaran diri dan penerimaan strategi baru dalam pendekatan terhadap situasi. Ketrampilan ini bermanfaat baik secara personal maupun profesional.

2.2.2 Kelompok

Perawat bekerja dalam berbagai peran untuk berbagi pengetahuan, memberikan dukungan dan merencanakan asuhan. Ketrampilan komunikasi dasar digunakan dalam peran-peran tersebut. Perawat seringkali bekerja dalam kelompok kecil, baik dengan sesama perawat, tim kesehatan lain atau pasein dan keluarga. Dalam kelompok kecil perawat mencakup sebagai partisipan atau sebagai moderator. Tujuan dari kelompok kecil dapat spesifik untuk suatu topik atau lebih terbuka untuk membantu diskusi masalah dan isu.

21

Page 22: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Perawat dalam peran sebagai moderator atau fasilitator membantu partsipan di dalam kelompok untuk berbagi perspektif dan pengetahuannya dan mendukung satu sama lain. Moderator menentukan aturan dasar bagi kelompok (misalnya rasa hormat, kerahasiaan dan lainnya), mendukung, partisipasi, mengarahkan diskusi dan meringkas ide yang ada.

Komunikasi difasilitasi oleh sikap yang penuh hormat, membiarkan orang lain bicara, menerima sikap dan pendapat yang berbeda serta menciptakan tujuan bersama.

2.2.3 Transkultural

Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya kultural yang di miliki klien dan latar belakang sosial juga keterampilan bahasa yang dimilikinya. Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih dominan di bandingkan dengan budayanya yang modern.

Sebelum memulai pengkajian perawat harusnya :

1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien2. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan 3. Mempelajari pola komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal dan

nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata4. Mempelajari perilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam berinteraksi

Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

1. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.

2. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien.

3. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.

Komunikasi dan budaya saling berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang budaya ditransmisikan dalam kelompok dan untuk orang-orang diluar kelompok. Berkomunikasi dengan klien dari latar belakang etnis dan budaya sangat pentung untuk

22

Page 23: Makalah Kel. Ke2 OKE!

memberikan perawatan yang kompeten secara budaya. Ada variasi budaya dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal.

1. Komunikasi verbalPerbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam komunikasi verbal : kosa kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme, kecepatan, pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan untuk berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya tidak sama dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang translator mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah adalah seorang individu yang menengahi komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa menambah dan mengurangi arti atau pemaknaan.

2. Komunikasi nonverbal Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya. Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku nonverbal komunikasi:

1). Apa perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2). Perilaku nonverbal dalam kebudayaan klien.

Nonverbal komunikasi dapat mencakup penggunaan keheningan, gerakan mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa kebudayaan memerlukan keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berbicara, atau memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan mengambarkan keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju.Ekspresi wajah bisa berbeda-beda diantara kebudayaan.

Pedoman Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda :

1. Kaji nilai – nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda. Review kembali pengalaman pribadi Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang berpengaruh

negatif terhadap perawatan.2. Kaji variabel – variabel komunikasi dari perspektif budaya

Tentukan identitas etnis pasien Gunakan pasien sebagai sumbernya (apabila memungkinkan). Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi hubungan perawat dan

klien kemudian beresponlah dengan tepat.

3. Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar belakang budaya.

23

Page 24: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien. Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan

pelayanan kesehatan. Rasa sensitif terhadap keunikan pasien. Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien. Evaluasi efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan.

4. Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya. Perhatikan tanda – tanda rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien Beri respon yang menenangkan hati dengan mempertahankan budaya klien.

5. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupakan hubungan yang terapeutik. Berkomunikasi dengan hormat menggunakan pendekatan pendekatan yang baik

dan menenangkan hati. Gunakan teknik mendengar yang sesuai.

6. Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam. Lakukan wawancara tanpa terburu – buru Ramah tamah Tanyakan pertanyaan yang umum selama mengumpulkan informasi. Bersikap sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan

klien. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan

waktu serta perhatian penuh pada klien.7. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi.

Sadar akan fedback / respon klien yang tidak mengerti. Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi.

8. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang berhubungan dengan seksualitas. Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan seksual tidak dapat

dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis kelamin yang berbeda.

9. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan bahasa yang berbeda. Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian untuk membantu

mengurangi ketakutan klien. Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras. Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk membantu

pemahaman klien. Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan. Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin. Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus Hindari penggunaan istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien. Gunakan kamus bahasa yang tepat.

10. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi.

24

Page 25: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Minta interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi. Dapatkan fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman. Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya.

2.2.4. Komunikasi penyakit Kronis

Strategi yang dapat digunakan dalam komunikasi yaitu rephrasing (menyampaikan kembali dengan kalimat yang berbeda), inferring(mengambil kesimpulan untuk mengklarifikasi informasi), memberikan informasi, mendengar aktif, privasi, mendengar aktif, privasi dan menghormati batasan.

Tahap komunikasi keperawatan :

Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

Diagnosa keperawatan mengumpulkan informasi dari klien, keluarga klien dan tim kesehatan yang lain untuk mengidentifikasi kebutuhan dan memprioritaskan tindakan .

Rencana keperawatan berinteraksi untuk menentukan klien yang inginkan untuk melakukan tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan memberikan tindakan keperawatan, perawat harus aktif dalam keterampilan dan komunikasi untuk kebutuhan fisik dan psikososial klien.

Evaluasi memberi penilaian kemajuan dan hasil akhir tindakan keperawatan, serta perbaikan keperawatan.

Pedoman dalam berhubungan dengan klien penyakit kronis Tidak memberi stigma “cap” Tidak mengucilkan (isolasi) Tidak membesarkan masalah Rephrasing (menyampaikan kembali dengan kalimat yang berbeda), Inferring (mengambil kesimpulan untuk mengklarifikasi informasi), Memberikan informasi Mendengar aktif Privasi dan menghormati batasan. Cari lingkungan yang tenang Perhatikan bahasa verbal dan nonverbal klien Jangan mengubah pesan Berbicara pelan dan jelas Gunakan struktur kalimat sederhana Hindari pemakaian kata teknis ganti dengan kata awam Susun materi sesuai dengan rencana tindakan Jangan beranggapan informasi sudah dimengerti klien

25

Page 26: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Penuhi kebutuhan secara tepat

Menurut Peplau dalam buku Asmadi (2005) halaman 132, fase komunikasi terdiri dari :

1. Fase orientasi dipengaruhi sikap perawat dank lien dalam memberi atau menerima bantuan.

2. Fase identifikasi diharapkan klien dapat memiliki perasaan dan mengatasi masalah untuk mengurangi masalah dan putus asa.

3. Fase eksploitasi prinsipnya menggali, memahami dan mencegah meluasnya masalah dengan memberi bantuan untuk langkah memecahkan masalah.

4. Fase terminasi, fase akhir mengakhiri hubungan terapeutik, klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat.

2.2.5 Penyakit Terminal dan kondisi Khusus

Hubungan terapeutik dan ketrampilan komunikasi seperti mendengar aktif merupakan hal yang sangat penting ketika membantu klien yang berduka. Mengenali isi komunikasi verbal dan nonverbal pada berbagai tahap berduka dapat membantu perawat memilih intervensi yang memenuhi kebutuhan psikologis dan fisik pasien. Komunikasi dapat terjalin dengan baik apabila segala hal antara pasien dan perawat dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya kesalahan dalam mempersepsikan kondisi penyakit. Akibat perbedaan persepsi tentang perawatan kritis antara pasien dan perawat maka dapat menyebabkan terputusnya komunikasi dan hal tersebut harus segera di antisipasi.

Terputusnya komunikasi juga dapat ditingkatkan oleh stress terhadap penerimaan dan pengenalan terhadap peran sakit. Pada banyak kebudayaan, perilaku peran sakit dihubungkan dengan seringnya peran yang tidak berdaya. Ansietas dihubungkan dengan ketidakberdayaan yang mendukung kemunduran pada orang dewasa. Ansietas dapat terjadi bila adanya ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi serta takut akan meninggal. Dan tindakan keperawatan dengan menguatkan rasa pengendalian dapat membantu meningkatkan rasa otonomi dan menurunkan rasa kendali. Tindakan meningkatkan perasaan pengendalian pada pasien dapat dilakukan melalui pemberian perintah dan kemungkinan, penggunaan pedoman antisipasi, memungkinkan pilihan kapanpun mungkun, mengikutkan pasien dalam pengambilan keputusan serta pemberian informasi dan penjelasan. Informasi yang disampaikan haruslah jelas dan benar. Oleh itu, perawat harus menggunakan tekhnik dan sikap komunikasi yang baik dan benar dalam penyampaiannnya.

Dalam mengatasi ansietas, perawat dapat membantu dalam hal komuniksasi menggunakan tekhnik dialog internal dan eksternal. Pada dialog internal, orang dengan ansietas yang tinggi umumnya memberikan pesan peningkatan atau menetapnya ansietas

26

Page 27: Makalah Kel. Ke2 OKE!

mereka. Pesan ini disampaikan pada komunikasi percakapan yang secara kontinyu seseorang ‘bicara sendiri’ atau dialog internal. Pada dialog eksternal, secara sederhana kebutuhan pasien untuk berbicara secara akurat tentang dirinya dengan orang lain, tujuan yang sama dapat dicapai. Jika Perawat dapat membantu pasien mengembangkan pesan dialog, dapat meningkatkan percaya diri, perasaan pengendalian, kemampuan untuk mengatasi, optimisme dan harapan.

Orang dewasa cenderung menyatakan isu dependensi yang tidak teratasi saat mereka menjalankan peran sakit dengan tidak memerlukan atau mengingkari kebutuhan terhadap perhatian keperawatan. Pasien ini dapat mencoba mengembangkan hubungan dependensi dengan perawat dan dapat membuat banyak kebutuhan dengan waktu dan perhatian mereka. Tujuan keperawatan adalah menurunkan tingkat ansietas terhadap dependensi yang tidak teratasi. Perawat harus menginformasikan pasien berapa banyak waktu yang tersedia dan membiarkan mengetahui saat dimana tinggal hanya 5 atau 6 menit untuk kunjungan. Dan cara yangdigunakan nya haruslah dengan komunikasi yang baik.

Komunikasi antara pasien dan penyedia asuhan kesehatan bisa diperkuat dengan advance directive (arahan di muka). Ini merupakan istilah untuk beberapa dokumen yang menjelaskan keinginan pasien mengenai resusitasi kardiopulmonal, pemberian makanan melalui selang, dan bantuan hidup lanjutan. Kehilangan seseorang yang dicintai dapat menjadi peristiwa yang terlalu berat bagi keluarga dan sahabat pasien. Perawat berada pada posisi yang unik untuk mendengarkan dan menghibur keluarga selama keterkejutan dan berduka awal. Pendidikan perawat dalam berkomunikasi dan proses berduka memberikan strategi yang bermanfaat dalam intervensi kepada mereka yang mengalami kehilangan. Berkomunikasi dengan orang yang berduka:- Dengarkan pengalaman orang tersebut, bantulah orang yang bertahan hidup ini

mengekspresikan perasaannya- Nilai sistem pendukung orang yang berduka: keluarga, teman, orang kepercayaan,

dengan siapa orang tersebut dapat berbicara dengan bebas- Hadir dan mendengar aktif kepada pengalaman berduka orang tersebut

- Berikan cukup waktu untuk orang tersebut mengulang kisah kematian

- Dukung diskusi mengenai masa depan tanpa almarhum, hal-hal yang mereka lewatkan, peranan baru orang yang bertahan hidup

- Hindari penggunaan respon dalam hafalan, seperti: “anda akan segera menjadi lebih baik”, “waktunya sudah tiba” atau “dia lebih baik pergi sekarang”

- Izinkan perbedaan individual dalam berduka karena kadang-kadang orang ”mendengar suara” orang yang terkasih atau “merindukan baunya”

- Sarankan kelompok pendukung yang membantu anggota keluarga dan anak-anak yang telah mengalami kehilangan oran terkasih

27

Page 28: Makalah Kel. Ke2 OKE!

- Rujuk orang dengan berduka yang berkepanjangan, depresi, dan ada ide bunuh diri ke konselor yang sesuai

Langkah-langkah dalam menyampaikan bad news:- Diskusikan dengan siapa yang akan hadir

- Cari tempat yang cukup tenang

- Diskusikan tentang pandangan pasien terhadap keadaanya

- Respon emosi pasien

- Hargai emosi pasien dan empati

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pada kondisi terminal. Upaya yang diberikan perawat haruslah bertindak aktif guna meringankan beban penderitaan klien, terutama yang tidak dapat disembuhkan. Komunikasi perawat yang baik dan efektif dapat memberikan ketenangan bagi pasien dan keluarga dalam menghadapi situasi / kondisi yang menegangkan.

BAB III

PEMBAHASAN

28

Page 29: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Kasus pemicu 2

Perawat yanti merupakan perawat baru yang bertugas di RS cipta pesona.Sesuai peraturan RS , setiap perawat baru harrus melakukan program orientasi di beberapa ruangan. Program ini meliputi kewajiaban dinas di unit pelayanan medikal bedah, unit perinatologi, unit pelayanan psikiatri. Fokus asuhan keperawatan yang diberikan di ruangan ini adalah pelayanan pada klien dengan penyakit kronik dan terminal. Saat ini perawat yanti, merasa bingung memepersiapkan diri untuk melakukan interaksi di ruang – ruang tersebut.

Selain berkomunikasi dengan klien, perawat yanti juga merasa cemas karena belum terbiasa berkomunikasi dengan profesi lain, terutama yang lebih senior dan berebeda latar belakang budayanya. Berkomunikasi dengan profesi lain ( dokter, ahli gizi, dsb ) juga merupakan tatangan besar bagi perawat yanti. Dalam program orientasi perawat yanti juga diharuskan mempresentasikan kasus yang paling menarik dan kemudian didiskusikan di hadapan rekan perawat dan dokter.

Masalahyang sama juga dihadapi oleh perawat dewi yang bertugas puskesmas kecamatan sida mulya, Perawat Dewi harus melakukan interaksi dengan keluarga dan komunitas, dan melakukan case conferen dihadapan seluruh tenagan kesehatan di puskesmas tersebut.

3.1 Keperawatan medikal bedah

Dalam melakukan asuhan keperawatan,khususnya di keperawatan medikal bedah, perawat Y harus mempunyai kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kondisi klien sehingga tujuan dari pemberian asuhan keperawatan tercapai. Oleh karena itu, perawat Y harus mempunyai pedoman dan standar dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu menggunakan standar asuhan keperawatan yang ada ( NANDA, NIC dan NOC ). Dengan adanya pedoman tersebut, perawat Y akan lebih mudah dan terarah dalam melakukan asuhan keperawatan.

3.2 Keperawatan maternitas

Bentuk komunikasi di area maternitas, perawat Y harus menggunakan bentuk komunikasi yang tidak menyulitkan klien yan ada di dalam area ini dimana klien lebih sensitif. Biasanya menggunakan komunikasi asertif yaitu komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain dan menjaga hubungan antar manusia.

3.3 Keperawatan Jiwa

Tehnik komunikasi yang digunakan oleh perawat Y di area keperawatan jiwa ini adalah dengan membangung komunikasi teraupetik .Untuk meningkatkan kepercayaan klien

29

Page 30: Makalah Kel. Ke2 OKE!

pada perawat, mengacu pada TRUST: T: Try Expression, R: Reflection, U: Use silence, S: Set limits, T: Time with the client.

3.4 Keperawatan keluarga

Yang perlu dipersiapkan oleh perawat D adalah mengetahui masalah yang ada dikeluarga tersebut sehingga apa yang direncanakan sesuai dengan masalah yang ada. Selain itu perawat D perlu memahami prinsip hubungan antara perawat dan keluarga. Dalam melakukan promosi kesehatan di keluarga, perawat dewi harus mempersiapkan Laporan Pendahuluan dan Satuan Acara Pembelajaran agar perawat dewi sebagai perawat baru dapat mengetahui hal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum terjun ke keluarga.

3.5 Keperawatan komunitasYang diperlukan oleh perawat D adalah mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga proses promosi kesehatan dapat memperoleh hasil yang efektif.

3.6 Tim Kesehatan

Dalam melakukan komunikasi dengan tim kesehatan, perawat Yanti terlebih dahulu harus membina hubungan profesional dengan anggota tim kesehatan yang lain, seperti dicontohkan pada bab yang sebelumnya. Dengan hubungan profesional yang baik maka komunikasi akan lebih mudah dan terbuka. Setelah tahap membina hubungan profesional, perawat Yanti seharusnya menerapkan sikap asertif dalam berkomunikasi. Dengan menerapkan prinsip asertif maka perawat Yanti dapat lebih mudah berkomunikasi dan tidak lagi merasa cemas apabila berhadapan dengan perawat senior, serta berhadapan dengan dokter maupun anggota tim kesehatan yang lain.

3.7 Kelompok

Pada kasus pemicu perawat Dewi mengalami kesulitan dalam melakukan case conference di hadapan seluruh tenaga kesehatan di puskesmas Sida Mulya. Dalam hal ini perawat Dewi harus menerapkan prinsip komunikasi dengan kelompok. Perawat Dewi dalam peran sebagai moderator membantu partisipan di dalam kelompok untuk berbagi perspektif dan pengetahuannya dan mendukung satu sama lain. Moderator menentukan aturan dasar bagi kelompok (misalnya rasa hormat, kerahasiaan dan lainnya), mendukung, partisipasi, mengarahkan diskusi dan meringkas ide yang ada.Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antara perawat dan klien yang berkomunikasi di area maternitas haruslah memperhatikan faktor lingkungan, jarak, citra diri dan kondisi fisik.

3.8 Penyakit kronis

30

Page 31: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Dalam melakukan komunikasi pada penyakit kronis, perawat Y harus memberikan perhatian penuh, memberikan informasi yang jelas dan benar, dan tidak memberikan harapan yang berlebihan. Selain itu seorang perawat sebaiknya berkomunikasi kepada klien penyakit kronis tidak memberi stigma atau cap kepada klien, jangan mengucilkan, mencari lingkungan yang tenang untuk berkomunikasi, berbicara pelan dan jelas, jangan mengubah pesan, menghindari kata-kata yang tidak dimengerti klien dengan menggunakan kata-kata awam, menggunakan kalimat sederhana, jangan beranggapan kalau informasi yang disampaikan dimengerti oleh klien.

3.9 Penyakit terminal dan kondisi khusus

Pada area komunikasi. Peran perawat Y lebih banyak memberikan support kepada klien dan keluarga.

31

Page 32: Makalah Kel. Ke2 OKE!

BAB IV PENUTUP

Setiap manusia akan melakukan komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai perawat, baik perawat Y dan perawat D memerlukan ketrampilan komunikasi, sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan baik yang ada di area keperawatan maupun yang ada di area khusus dapat terpenuhi tujuannya.

Pada kasus ini kelompok menyimpulkan bahwa komunikasi yang dapat dilakukan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan adalah

1. Di area keperawatan medikal bedah menggunakan standar asuhan keperawatan yang ada di NANDA

2. Di area keperawatan maternitas menggunakan komunikasi asertif dan dengan cara membangun hubungan terapeutik dan membina hubungan saling percaya (trust).

3. Pada area keperawatan keluarga, perawat Y harus mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di keluarga .

4. Yang diperlukan oleh perawat D adalah mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga proses promosi kesehatan dapat memperoleh hasil yang efektif.

5. Dengan menerapkan prinsip asertif maka perawat Yanti dapat lebih mudah berkomunikasi dan tidak lagi merasa cemas apabila berhadapan dengan perawat senior, serta berhadapan dengan dokter maupun anggota tim kesehatan yang lain.

6. Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antara perawat dan klien yang berkomunikasi di area maternitas haruslah memperhatikan faktor lingkungan, jarak, citra diri dan kondisi fisik.

7. Dalam melakukan komunikasi pada penyakit kronis, perawat Y harus memberikan perhatian penuh, memberikan informasi yang jelas dan benar, dan tidak memberikan harapan yang berlebihan.

8. Pada area komunikasi. Peran perawat Y lebih banyak memberikan support kepada klien dan keluarga.

32

Page 33: Makalah Kel. Ke2 OKE!

33

Page 34: Makalah Kel. Ke2 OKE!

DAFTAR PUSTAKA

Arwani. ( 2003 ). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta

Bobak, L. ( 2004 ). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Carolyn M, Hudak. (1997). Keperawatan kritis. Jakarta : EGC

Childs, L.L., et all. (2009). Essential Skills Clusters for Nurses Theory for Practice. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd.

Christensen dkk. ( 2009 ). Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Dalami, E., Dkk. (2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Nasir,et all.(2009).Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Schultz, J.M. & Videbeck, S.L. (2009). Lippincott`s Manual of Psychiatric Nursing Care Plan. Eighth Edition. China: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.

Sheldon,L.K. (2009). Komunikasi Untuk Keperawatan: Berbicara dengan Pasien, Jakarta: Erlangga.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1995). Principles And Practice of Psychiatric Nursing, 5 th edition Mosby Year Book, Inc ST. Louis.

Sully, P. & Dallas, J. (2005). Essential Communication Skills for Nursing. Philadelphia: Elsevier Limited.

Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktek, Jakarta: EGC.

Uripni, dkk. ( 2003 ). Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Videbeck, S.L. (2008) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

34

Page 35: Makalah Kel. Ke2 OKE!

Wulaningsih, I. ( 2008 ). Profesionalisme Pelayanan Keperawatan Maternitas. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Volume 02 ( Nomer 01 ). Halaman 19 – 24.

DAFTAR ISI

Halaman judul …………………………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii

Daftar Isi …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 11.2 Tujuan penulisan ………………………………………………….. 11.3 Metode ………………………………………………….. 21.4 Sistematika Penulisan………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOMUNIKASI SESUAI AREA KEPERAWATAN………………. 3

2.1.1 keperawatan Medikal Bedah ………………………………… 32.1.1.1 pengertian ………………………………………………………… 32.1.1.2 Tehnik Dan Sikap Komunikasi Teraupetik ……………………….. 32.1.1.3 Ruang lingkup keperawatan medikal bedah………………………. 42.1.1.4 Hubungan perawat dan pasien dalam keperawatan medikal bedah 4

2.1.2 Keperawatan Maternitas…………………………………………….. 52.1.2.1 Pengertian…………………………………………………………….. 52.1.2.2 Fokus Asuhan Keperawatan Maternitas…………………………… 52.1.2.3 Konsep Pelayanan Keperawatan Maternitas………………………. 52.1.2.4 Teknik Komunikasi di Area Maternitas……………………………. 62.1.2.5 Peran dan Hubungan Komunikasi Maternitas…………………….. 6

2.1.3 Keperawatan Jiwa……………………………………………………. 72.1.3.1 pengertian…………………………………………………………….. 7

2.1.3.2 Standar Praktik Keperawatan Klinis Keperawatan Jiwa………… 8

2.1.3.3 Teknik Komunikasi Efektif dalam Keperawatan Jiwa……………. 8

35

Page 36: Makalah Kel. Ke2 OKE!

2.1.3.4 Tahap-tahap hubungan terapeutik perawat-klien…………………. 9

2.1.4 Keperawatan Keluarga……………………………………………….. 112.1.4.1 Keperawatan Keluarga……………………………………………… 142.1.4.2 Konsep keperawatan keluarga………………………………………. 142.1.4.3 Teknik Komunikasi dalam keperawatan keluarga………………… 142.1.4.4 Sikap komunikasi dalam area keperawatan keluarga…………….. 152.1.4.5 Tahapan dalam komunikasi area keperawatan keluarga………… 16

2.1.5 Keperawatan Komunitas……………………………………………… 172. 1.5.1Hubungan perawat-komunitas……………………………………….. 172.1.5.2 Peran perawat dalam pengajaran dan pembelajaran………………. 172.1.5.3 Konsep Promosi Kesehatan…………………………………………... 172.1.5.4 Sasaran promosi kesehatan …………………………………………… 182.1.5.5 Strategi promosi kesehatan……………………………………………. 192.1.5.6 Metode promosi kesehatan……………………………………………. 192.1.5.7 Media Promosi Kesehatan ……………………………………………. 192.1.5.8 Tahapan promkes………………………………………………………. 19

2.2 KOMUNIKASI PADA BERBAGAI AREA DAN KONDISI KHUSUS

2.2.1 Tim Kesehatan………………………………………………………… 202.2.2 Kelompok……………………………………………………………… 212.2.3 Transkultural………………………………………………………….. 22

2.2.4 Penyakit Kronis……………………………………………………….. 252.2.5 kondisi terminal dan kondisi khusus………………………………… 26

BAB III PEMBAHASAN

3.1 keperawatan Medikal Bedah………………………………………… 293.2 Keperawatan Maternitas…………………………………………….. 293.3 Keperawatan Jiwa……………………………………………………. 303.4 Keperawatan Keluarga………………………………………………. 303.5 Keperawatan Komunitas…………………………………………….. 303.6 Tim Kesehatan………………………………………………………... 303.7 Kelompok……………………………………………………………… 30

36

Page 37: Makalah Kel. Ke2 OKE!

3.8 Penyakit Kronis……………………………………………………….. 313.9 kondisi terminal dan kondisi khusus………………………………… 31

BAB IV PENUTUP

KOMUNIKASI DALAM AREA KEPERAWATAN DAN BERBAGAI SITUASI/ KEBUTUHAN KHUSUS

OLEH

AGUNG PURWADI

CHANIFAH

EVI RIYANI

IWAN SETIAWAN

MULYANA

RINAWATI

SRI SURYANINGRUM

YUYUN SETYAWATI

37

Page 38: Makalah Kel. Ke2 OKE!

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, kelompok

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Komunikasi dalam Berbagai Area Keperawatan

dan berbagai situasi/ kebutuhan khusus” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menemui banyak rintangan dan hambatan,

tetapi berkat kerja keras dan kerjasama yang baik dalam kelompok makalah KD1 dapat

diselesaikan. Berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, serta fasilitas perpustakaan yang

lengkap membuat kelompok tetap bersemangat mengerjakan tugas ini.

Kelompok menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini. Maka dari itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

agar dalam penyusunan makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok 4 pada khususnya dan bagi

mahasiswa/i Fakultas Ilmu Keperawatan pada umumnya.

Depok, 20 Maret 2012

Penyusun

38