Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

49
BAB I PENDAHULUAN Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). 1

Transcript of Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Page 1: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa

Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat

yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini

dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik

terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,

tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan

ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada

ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel

pada uterus.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.

Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik

(lebih besar dari 90 %).

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan

yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim

misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di

tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk

rudimenter rahim.

1

Page 2: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

No. Register : 012704

Nama : Ny. W

Umur : 33 tahun

Pendidikan : SMP

Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Lama Menikah : 2 tahun

Nama Suami : Tn J

Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA

Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Masuk kamar bersalin : 15 Maret 2012

Jam : 10:10

Pengantar : Kiriman Puskesmas dengan diagnosa Susp. KET

Dana Persalinan : JAMKESMAS

2

Page 3: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

2.2 Anamnesa :

Subyektif

a. Keluhan Utama : Nyeri perut & Pusing

b. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut, Pusing, mengeluarkan darah dari jalan lahir,

nafas sesak, tidak bisa BAK dan BAB

c. Riwayat penyakit dahulu : memakai kontrasepsi IUD Lopes Loop 5 tahun yang lalu

d. Riwayat penyakit keluarga : -

e. Riwayat haid :

- Menarche : 12 th

- Siklus : 28 hari

- Lamanya : 7 hari

- Dysmenore : ( - )

- HPHT : Lupa

- Tafsiran persalinan : -

f. Riwayat Obstetri :

- Anak pertama lahir spt. B, di tolong bidan, berat badan 3200 gram, umur 13 tahun

- Hamil ini.

Obyektif

Status Generalisata

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Komposmentis

TTV Tekanan darah : 90/60 mmHg RR : 20 X/menit

Nadi : 80 X/menit Suhu : 36,7 0C

TB : 158 cm BB : 79 kg

3

Page 4: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

2.3 Pemeriksaan Fisik

Kepala dan Leher : A/I/C/D : +/-/-/+

Pembesaran KGB : -

Thorax : Inspeksi : Simetris

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Rh -/-, Wh -/-

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : Batas kiri atas SIC II LMC sinistra.

   Batas kanan atas SIC II LPS dextra.

   Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra.

   Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra.

Auskultasi : S1 – S2 tunggal.

Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba.

Nyeri tekan ( + ) seluruh perut (Slight destended)

Genitalia : VT Ø Fluksus (+) sedikit-sedikit

Portio Multipara tertutup, slinger pain.

Cavum Douglas menonjol

Adneksa parametrium (D) : massa (+), Nyeri (+)

Adneksa parametrium (S) : massa (-), Nyeri (+)

Extremitas : AH - - Oedem - -

- - - -

4

Page 5: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorim ( 15 Maret 2012 )

Hematologi Rutin

Hemogobin : 3,8 g/dl

Laju Endap Darah : 115/155 mm/jam

PCV : 11,3 %

Eritrosit : 1.260.000 jt/cmm

Hitung Jenis Sel : -/-/-/78/20/2

Leukosit : 15.700 /cmm

Trombosit : 141.000 /cmm

Hbs Ag : Negatif

Urinalisis

Plano test : Positif

2.5 Diagnosa

Kehamilan Ektopik Terganggu

2.6 Planning

Advis dokter Jaga:

- Pasang infus RL Tangan kanan & kiri (Grojok 4 flash)

- Injeksi Cefotaxim 1g IV

- Pasang O2

- Pasang DC

- Cek darah lengkap & Hbs Ag

- Persiapan Darah Whole Blood

- Persiapan Cito Laparatomi

5

Page 6: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Follow Up hari ke 0 Tanggal 15 Maret 2012 jam 12.30

S : Pasien datang dari OK dengan keadaan Umum lemah dan kedinginan

KU : Lemah

O : Tekanan darah : 100/60 mmHg RR : 20 X/menit

Nadi : 108 X/menit Suhu : - 0C

TB : 158 cm BB : 79 kg

A : Kehamilan Ektopik Terganggu

P :- Injeksi ceftriaxon 2x1g

- Injeksi Antrain 3x1ampul

- Injeksi Ranitidine 2x1

- Puasa sampai bising usus (+)

- Whole Blood 2 kolf/ hari sampai dengan HB 8 g%

- Observasi keluhan, reaksi transfusi, prediksi urin dan balance cairan.

Jam 12.45 : Transfusi WB kolf I

Jam 16.00 : Transfusi WB kolf II

Follow Up Hari 1 Tanggal 16 Maret 2012 jam 06:00

S : Pusing, Mual & Muntah, kentut (+)

O : Status Generalisata

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Komposmentis

T : 100/70 mmHg N : 100 x/menit

RR : 28 x/menit S : 36,7 0C

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan (+)

Bising Usus (+)

Genitalia : VT Ø Fluksus (+) sedikit-sedikit6

Page 7: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Prediksi Urine >300 cc/jam

A : Post operasi Kehamilan Ektopik Terganggu + anemia

P : Advis dr. Jaga

- Ceftriaxon 2x1g IV

- Antrain 3x1ampul IV

- Ranitidine 2x1 IV

- Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

- Tranfusi Whole Blood sampai Hb ≥ 8

- Observasi keluhan, reaksi tranfusi, prediksi urin & balance cairan

Jam 14.00 : Transfusi WB kolf III

Jam 19.15 : Transfusi WB kolf IV

Tanggal 16 Maret 2012 jam: 20.55

S : pasien mengeluh nyeri dada, sesak,

O : Tekanan darah : 130/70 mmHg RR : 28 X/menit

Nadi : 100 X/menit Suhu : 36,7 0C

TB : 158 cm BB : 79 kg

Pemeriksaan thorax : Inspeksi : Asimetris, Retraksi (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler

Ronki : +/+

Whezing : +/+

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan ( + )

Bising Usus (+)

Genitalia : Fluksus (-) 7

Page 8: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Lapor dr.Vera Sp,OG

A/P: - Furosemid 2 Ampul

- O2 4-6 liter permenit

Tanggal 16 Maret 2012 jam: 22.30

S : pasien mengeluh nyeri dada, sesak, sering mengigau

O : Tekanan darah : 120/70 mmHg RR : 24 X/menit

Nadi : 96 X/menit Suhu : 37,2 0C

TB : 158 cm BB : 79 kg

Status Lokalis : A/I/C/D : +/-/-/+

Pemeriksaan thorax : Inspeksi : Asimetris, Retraksi (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler

Ronki: +/ + , Whezing: +/+

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan ( + )

Bising Usus (+)

Genitalia : Fluksus (-)

Prediksi Urin : 200cc / jam

Lapor dr.Vera sp,og

A/P: - Aminophhylin drip 1 ampul dalam 500 cc D5 (20 tpm)

- EKG

- Lab: - DL

- Bun/ kreatin

- SGOT/ SGPT

- UL8

Page 9: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Follow Up Hari 2 Tanggal 17 Maret 2012 jam 06:00

S : Pusing, Nyeri Perut

O : Status Generalisata

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Komposmentis

T : 120/ 70 mmHg N : 84 x/menit

RR : 16 x/menit S : 36,6 0C

Status Lokalis : A/I/C/D : +/-/-/+

Pemeriksaan thorax : Inspeksi : Asimetris, Retraksi (+)

Palpasi : Nyeri tekan (+)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronki: +/ +

Whezing: +/+

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan ( + )

Bising Usus (+)

Genitalia : Fluksus (-)

A : Post operasi Kehamilan Ektopik Terganggu + anemia

P : Advis dr. Jaga

- Aminophylin drip 1 ampul dalam 500 cc D5( 20 tpm)

- Injeksi furosemid 2 x 2 ampul

- Amoxicilin 3x 500 mg

- Asam mefenamat 2x 500 mg

- Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

- Tranfusi Whole Blood sampai Hb ≥ 8 g %

- Observasi keluhan, reaksi tranfusi, prediksi urin & balance cairan9

Page 10: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Laboratorim ( 17 Maret 2012 )

Hematologi Rutin

Hemogobin : 7,2 g/dl

Laju Endap Darah : 120/140mm/jam

PCV : 21,3 %

Eritrosit : 2.320.000 jt/cmm

Hitung Jenis Sel : -/-/-/80/17/3

Leukosit : 12.700 /cmm

Trombosit : 203.000 /cmm

Hbs Ag : Negatif

HATI

SGOT : 35

SGPT : 23

GINJAL

BUN : 20,2

Kreatinin Serum : 0,95

URINALISIS URIN

PH : 6,5 Nitrit : Negatif

SG : 1,010 Protein : Negatif

Glukosa Urin : Negatif Billirubin Urin : Negatif

Keton : Negatif Blood : 5+

Leukosit Urin : Negatif Urobilinogen : Negatif

10

Page 11: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Follow Up hari ke 3 Tanggal 18 Maret 2012 jam 06:00

S : Pusing.

KU : Cukup

O : Tekanan darah : 110/70 mmHg RR : 24 X/menit

Nadi : 84 X/menit Suhu : 36,8 0C

Status Lokalis : A/I/C/D : -/-/-/-

Pemeriksaan thorax : Inspeksi : Asimetris, Retraksi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler

Ronki : +/ -

Whezing : -/-

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan ( + )

Bising Usus (+)

Genitalia : Fluksus (-)

A : Post Operasi Laparatomi Kehamilan Ektopik Terganggu

P : - Amoxicilin 3 x 500 mg

- Asam mefenamat 2 x 500 mg

- Vitral 1 x 1

Jam 08.15 : Transfusi PRC I kolf (WB telah masuk IV kolf)

11

Page 12: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Follow Up hari ke 4, 19 Maret 2012 jam 06:00

S : Pusing sedikit

KU : Cukup

O : Tekanan darah : 100/70 mmHg RR : 20 X/menit

Nadi : 76 X/menit Suhu : 36,6 0C

Status Lokalis : A/I/C/D : -/-/-/-

Pemeriksaan thorax : Inspeksi : Asimetris, Retraksi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler

Ronki : -/-

Whezing : -/-

Status Ginekologi

Abdomen : Nyeri tekan ( + )

Bising Usus (+)

Genitalia : Fluksus (-)

A : Post Operasi Laparatomi Kehamilan Ektopik Terganggu

P : - Aff Infuse + DC

- Pulang

- Kontrol ulang 3 hari lagi.

12

Page 13: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA 

3.1 DEFINISI

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi dan

tumbuh di luar endometrium kavum uteri.1

3.2 KLASIFIKASI

Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu;

1. Tuba Fallopii (95%-98% dari seluruh kehamilan ektopik), yaitu pada:

- Pars interstisialis (2%)

- Istmus (25%)

- Ampulla (55%)

- Infundibulum (1%)

- Fimbria (17%)

2. Uterus, yaitu pada :

- Kanalis servikalis (<1%)

- Divertikulum

- Kornu (1-2%)

- Tanduk rudimenter

3. Ovarium (<1%)

4. Intraligamenter (<1%)

5. Abdominal (1-2%)

- Primer

- Sekunder

6. Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy).3

13

Page 14: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

3.3 ETIOLOGI

Fungsi tuba falopii pada alat reproduksi wanita sangat penting, yaitu:

1. Proses ovum pick up mechanism

2. Transportasi spermatozoa menuju ampula tuba sebagai tempat yang paling besar

untuk terjadinya konsepsi.

3. Alat transportasi ovum menuju ampula tuba sehingga dapat terjadi konsepsi.

4. Tempat tumbuh kembangnya hasil konsepsi, dari bentuk zygot sampai blastula

sehingga siap untuk melakukan implantasi.

5. Alat tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus sebagai tempat akhir

implantasi dan tumbuh kembang sampai menjadi aterm.2

Peningkatan insidensi dari kehamilan ektopik dihubungkan dengan :

1. Meningkatnya kejadian PID (Pelvic Inflammatory Disease) dan kemajuan dalam

penanganan penyakit ini

2. Penggunaan kontrasepsi misalnya IUD, ataupun kontrasepsi yang mengandung

progesteron

3. Bertambahnya prosedur pembedahan untuk menangani penyakit pada tuba falopii,

misalnya ligasi tuba, reanastomosis tuba

4. Bertambahnya penggunaan sterilisasi elektif

5. Berkembangnya teknik diagnosa

6. Paparan dietilstilbestrol

7. Riwayat Salpingitis, misalnya oleh karena infeksi Chlamydia

8. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

9. Penggunaan Agen induksi ovulasi

10. Adhesi peritubal yang terjadi setelah adanya abortus, infeksi puerperal,

endometriosis 14

Page 15: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

11. Riwayat infertilitas

12. Meningkatnya usia ibu hamil anak pertama

13. Inseminasi buatan

14. Hubungan sexual diusia muda dan berganti – ganti pasangan

15. Merokok

16. Latihan fisik yang berat 1,3

Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba adalah :

1. Infeksi alat genitalia interna, khususnya tuba falopii

a. Infeksi STD akibat makin meningkatnya hubungan sexual pranikah.

b. Infeksi asendens akibat penggunaan IUD.

c. Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba Falopii adalah Chlamydia

trachomatis yang menyebabkan peyempitan lumen tuba.

2. Terdapat desakan dari luar tuba

a. Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada bagian tertentu, lumen tuba

falopii menyempit, akibatnya hasil konsepsi tidak dapat lewat sehingga tumbuh

dan berkembang setempat.

b. Endometriosis menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga terjadi

penyempitan tuba falopii.

3. Operasi pada tuba falopii

a. Operasi rekonstruksi tuba falopii, tetapi lumennya tidak selebar semula sehingga

hasil konsepsi tersangkut dan tumbuh kembang di dalamnya.

b. Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan pembukaan lumen ynag tidak

sempurna dan terjadi penyempitan. Akibatnya hasil konsepsi tersangkut dan

terjadi kehamilan ektopik.

4. Kelainan kongenital alat reproduksi interna

15

Page 16: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

a. Tuba falopii memanjang sehingga dalam perjalanan blastula terpaksa melakukan

implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik.

b. Terdapat divertikulum dalam tuba falopii, sehingga hasil konsepsi dapat

melakukan implantasi dan terjadi kehamilan ektopik.

5. Terjadi migrasi intraperitoneal spermatozoa ataupun ovum

a. Terjadi kehamilan ektopik pada uterus rudimenter.

b. Terjadi kehamilan pada ovarium.

6. Kelambatan implantasi

Kelambatan implantasi hasil konsepsi menyebabkan implantasi terjadi di bagian

bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan kehamilan servikalis.2

3.4 PATOFISIOLOGI

Adanya abnormalitas pada morfologi tuba ataupun pada fungsinya dapat

menyebabkan adanya kehamilan ektopik. Pada kehamilan yang normal, ovum dibuahi

pada tuba falopii kemudian bergerak menuju uterus. Sangat diyakini bahwa yang paling

berperan menyebabkan kehamilan ektopik adalah rusaknya mukosa tuba, yang dapat

menghalangi jalannya embrio karena adanya jaringan parut. Kemungkinan yang lain

adalah defek kecil pada mukosa menarik embrio untuk berimplantasi ditempat tersebut.

Hal lain yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah disfungsi aktifitas otot polos

tuba. 3

Karena tuba kekurangan lapisan submukosa, ovum yang telah dibuahi cenderung

tertanam pada epitelium dan zigot diam pada dinding muskular dari tuba. Pada

permukaan zigot terdapat kapsul trofoblas yang secara cepat berproliferasi yang

menginvasi dinding muskular dari tuba. Pada saat yang sama, pembuluh darah maternal

membuka dan darah mengalir pada daerah sekitar trofoblas atau diantara trofoblas dan

jaringan tambahan. Dinding tuba yang berhubungan dengan zigot hanya bisa 16

Page 17: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

memberikan tahanan ringan terhadap invasi trofoblas, yang secepatnya tertanam

didalamnya. Embrio atau fetus pada kehamilan ektopik biasanya tidak ditemukan

ataupun terhambat pertumbuhannya.10

Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria dan pars

muskularis dinding tuba. Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan

invasif jaringan trofoblas. Karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba,

terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh. Pada suatu

saat, kebutuhan embrio di dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari

vaskularisasi tuba itu.

Ada beberapa kemungkinan akibat hal ini :

1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran

darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan

ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.

2. kemungkinan "tubal abortion", lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung

distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.

3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat

pelepasan dari suplai darah tuba.

4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi

villi chorialis atau distensi berlebihan tuba - keadaan ini yang umum disebut

kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba. 5

Secara umum, estrogen menstimulasi aktifitas mioelektris dari tuba dan progesteron

memiliki efek untuk menghambat. Perubahan rasio estrogen / progesteron mungkin

mempengaruhi motilitas tuba. Tingginya tingkat estrogen mungkin menyebabkan

spasme tuba, yang akan mengahalangi transportasi embrio menuju cavum uteri.

Sebaliknya, pada penggunaan oral kontrasepsi progesteron dapat menyebabkan tuba

relaksasi yang mengakibatkan retensi ovum pada tuba. 3

17

Page 18: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

3.5 DIAGNOSIS

Pada kehamilan ektopik belum terganggu kadang menimbulkan kesulitan diagnosis

karena biasanya penderita menyampaikan keluhan yang tidak khas. Yang penting dalam

pembuatan diagnosis kehamilan ektopik adalah supaya pada pemeriksaan penderita

selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.

Gejala-gejala yang perlu diperhatikan adalah :

a. Nyeri perut, merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu Pada

kehamilan ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan

keras. Rasa nyeri mungkin unilateral atau bilateral pada abdomen bagian bawah atau

pada seluruh abdomen, atau malahan di abdomen bagian atas. Dengan adanya

hemiperitoneum , rasa nyeri akibat iritasi diafragma bisa dialami pasien.

Diperkirakan bahwa serangan nyeri hebat pada ruptura kehamilan ektopik, ini

disebabkan oleh darah yang mengalir ke kavum peritonei.6

b. Perdarahan. Gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan

yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinyu dan biasanya

berwarna hitam. Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus

biasanya tidak ditemukan, tetapi bila dukungan endokrin dari endometrium sudah

tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut

biasanya sedikit-sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus-putus atau terus

menerus. Meskipun perdarahan vaginal yang masif lebih menunjukkan

kemungkinan abortus inkompletus intrauteri daripada kehamilan ektopik, tetapi

perdarahan semacam ini bisa terjadi pada kehamilan tuba.

c. Adanya Amenorea, amenorea sering ditemukan walau hanya pendek sebelum diikuti

perdarahan, malah kadang-kadang tidak amenorea. Tidak ada riwayat haid yang

terlambat bukan berarti kemungkinan kehamilan tuba dapat disingkirkan. Salah satu

18

Page 19: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam sebagai periode

menstruasi yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid yang keliru.

d. Keadaan Umum, tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, keadaan

umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemia. Hb

dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan kehamilan ektopik terganggu.1

e. Perut, pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus.

Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada ruptur tuba perut menegang dan nyeri

tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum. Tanda Cullen

dapat terlihat di sekitar pusat atau linea alba terlihat biru hitam dan lebam.

Pada pemeriksaan dalam didapatkan kavum Douglas menonjol karena darah yang

terkumpul di tempat tersebut. Baik pada abortus tuba maupun pada ruptur bila serviks

digerakan akan terasa nyeri sekali (slinger pain). Douglas crise: nyeri pada penekanan

kavum Douglas.3

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium: Pemeriksaan Hb serial setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb,

ditemukan juga adanya leukositosis.

b. Tes Kehamilan: Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya

terhadap tumor-tumor adneksa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan.

c. Ultrasonografi: Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantung gestasi di luar uterus

yang di dalamnya tampak denyut jantung janin.

d. Kuldosintesis: Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum

Douglas ada darah. Jika darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit

akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk, sedangkan

darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa

bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

19

Page 20: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

e. Laparoskopi: Hanya digunakan sebagai alat diagnosis terakhir untuk kehamilan

ektopik. Dikerjakan apabila pada pemeriksaan klinik tidak dijumpai tanda klasik dari

kehamilan ektopik yang pecah, ataupun hasil kuldosintesis tidak positif.

f. Dilatasi dan kuretase: Biasanya dilakukan apabila setelah amenorea terjadi

perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping uterus,

sehingga dipikirkan abortus inkompletus atau perdarahan uterus disfungsional.

Apabila pada spesimen kuretase itu tidak dijumpai villus korealis sekalipun terdapat

desidua dengan atau tanpa reaksi Arias-Stella pada endometriumnya, maka diagnosis

kehamilan ektopik dapat ditegakkan.5  

3.7 DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial ialah: 1) Infeksi pelvik, 2)

Abortus iminens atau abortus inkompletus, dan 3) Torsi kista ovarium, 4) Appendisitis.

Biasanya anamnesis, gambaran klinik, dan beberapa metode pemeriksaan dapat

menegakkan diagnosis kehamilan ektopik. Ruptur korpus luteum dapat menimbulkan

gejala yang menyerupai kehamilan ektopik terganggu. Anamesis yang cermat mengenai

siklus haid penderita dapat menduga ruptur korpus luteum. Jika keadaan mengizinkan

dengan laparoskopi dapat diperoleh kepastian apa yang menyebabkan perdarahan

intraperitoneal.3

3.8 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kehamilan ektopik berupa pembedahan atau medikamentosa.

1. Operatif

Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah laparotomi.

Namun, harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu :

a. Kondisi Pasien saat itu

20

Page 21: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

b. Kondisi anatomik organ pelvis

c. Keinginan penderita akan organ reproduksinya

d. Lokasi kehamilan ektopik

e. Kemampuan teknik pembedahan mikro operator

f. Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.2,3

Hasil pertimbangan tersebut menentukan apakah perlu dilakukan

salphingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif

dalam arti hanya dilakukan salphingostomi atau reanostomosis tuba. Apabila kondisi

pasien buruk, misalnya syok, lebih baik dilakukan salphingektomi.

Pada kehamilan tuba dilakukan salphingostomi, partial salphingektomi,

salphingektomi, atau salphingo-ooforektomi, dengan mempertimbangkan jumlah

anak, umur, lokasi kehamilan ektopik, umur kehamilan, dan ukuran produk

kehamilan.5

2. Kemoterapi

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis yang belum pecah pernah

dicoba ditangani dengan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.

Kriteria kasusnya, yaitu:

a. Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah

b. Diameter kantung gestasi < 4 cm

c. Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml

d. Tanda vital baik dan stabil.

Obat yang digunakan adalah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum faktor

0,1 mg/kg IM berselang-seling selama 8 hari.4 Methotrexat merupakan antagonis

asam folat (4-amino-10-methylfolic acid). Methotrexat bekerja mempengaruhi

sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan menginhibisi kerja enzim dihydrofolate

reduktase, maka selanjutnya akan menghentikan proliferasi trofoblas.21

Page 22: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

3.9 PROGNOSIS

Prognosis tergantung dari jumlah darah yang keluar, kecepatan menetapkan diagnosis,

dan tindakan yang tepat. Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun

dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Prognosis juga tergantung dari

cepatnya pertolongan, jika pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi

3.10VARIAN-VARIAN KEHAMILAN EKTOPIK

1. Kehamilan Abdominal

Kebanyakan kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder

akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.

Implantasi primer di dalam rongga abdomen amatlah jarang. Mortalitas akibat

kehamilan abdominal tujuh kali lebih tinggi daripada kehamilan tuba, dan 90 kali

lebih tinggi daripada kehamila intrauterin. Morbiditas maternal dapat disebabkan

perdarahan, infeksi, anemia, koagulasi intravaskular diseminata (DIC), emboli paru

atau terbentuknya fistula antara kantong amnion dengan usus. Pada kehamilan

abdominal yang khas, plasenta yang telah menembus dinding tuba secara bertahap

membuat perlekatan baru dengan jaringan serosa di sekitarnya, namun juga

mempertahankan perlekatannya dengan tuba. Pada beberapa kasus, setelah ruptur tuba

plasenta mengadakan implantasi di tempat yang terpisah dari tuba dalam rongga

abdomen. Kehamilan abdominal dapat juga terjadi akibat ruptur bekas insisi seksio

sesaria, dan pada kasus ini kehamilan berlanjut di balik plika vesikouterina. Diagnosis

kehamilan abdominal berawal dari indeks kecurigaan yang tinggi. Temuan-temuan

ultrasonografik berikut, meskipun tidak patognomonis, harus segera membuat kita

berpikir akan suatu kehamilan abdominal: 1) tidak tampaknya dinding uterus antara

kandung kemih dengan janin, 2) plasenta terletak di luar uterus, 3) bagian-bagian

22

Page 23: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

janin dekat dengan dinding abdomen ibu, 4) letak janin abnormal, dan 5) tidak ada

cairan amnion antara plasenta dan janin.

Kehamilan abdominal pula memberikan ancaman-ancaman kesehatan bagi si

ibu. Oleh sebab itu, terminasi sedini mungkin sangat dianjurkan. Janin yang mati

namun terlalu besar untuk diresorbsi dapat mengalami proses supurasi, mumifikasi

atau kalsifikasi. Karena letak janin yang sangat dekat dengan traktus gastrointestinal,

bakteri dengan mudah mencapai janin dan berkembang biak dengan subur.

Selanjutnya, janin akan mengalami supurasi, terbentuk abses, dan abses tersebut dapat

ruptur sehingga terjadi peritonitis. Bagian-bagian janin pun dapat merusak organ-

organ ibu di sekitarnya. Pada satu atau dua kasus yang telah dilaporkan, janin yang

mati mengalami proses mumifikasi, menjadi lithopedion, dan menetap dalam rongga

abdomen selama lebih dari 15 tahun. Penanganan kehamilan abdominal sangat

berisiko tinggi. Penyulit utama adalah perdarahan yang disebabkan ketidakmampuan

tempat implantasi plasenta untuk mengadakan vasokonstriksi seperti miometrium.4

Sebelum operasi, cairan resusitasi dan darah harus tersedia, dan pada pasien harus

terpasang minimal dua jalur intravena yang cukup besar. Pengangkatan plasenta

membawa masalah tersendiri pula. Plasenta boleh diangkat hanya jika pembuluh

darah yang mendarahi implantasi plasenta tersebut dapat diidentifikasi dan diligasi.

Karena hal tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan, dan lepasnya plasenta sering

mengakibatkan perdarahan hebat, umumnya plasenta ditinggalkan in situ. Pada

sebuah laporan kasus, plasenta yang lepas sebagian terpaksa dijahit kembali karena

perdarahan tidak dapat dihentikan dengan berbagai macam manuver hemostasis.

Dengan ditinggalkan in situ, plasenta diharapkan mengalami regresi dalam 4 bulan.7

Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi adalah ileus, peritonitis, pembentukan

abses intraabdomen dan infeksi organ-organ sekitar plasenta, serta preeklamsia

persisten. Regresi plasenta dimonitor dengan pencitraan ultrasonografi dan 23

Page 24: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

pengukuran kadar b-hCG serum. Pemberian methotrexate untuk mempercepat

involusi plasenta tidak dianjurkan, karena degradasi jaringan plasenta yang terlalu

cepat akan menyebabkan akumulasi jaringan nekrotik, yang selanjutnya dapat

mengakibatkan sepsis. Embolisasi per angiografi arteri-arteri yang mendarahi tempat

implantasi plasenta adalah sebuah alternatif yang baik.8

2. Kehamilan Ovarium

Kehamilan ektopik pada ovarium jarang terjadi. Spiegelberg merumuskan

kriteria diagnosis kehamilan ovarium: 1) tuba pada sisi ipsilateral harus utuh, 2)

kantong gestasi harus menempati posisi ovarium, 3) ovarium dan uterus harus

berhubungan melalui ligamentum ovarii, dan 4) jaringan ovarium harus ditemukan

dalam dinding kantong gestasi. Secara umum faktor risiko kehamilan ovarium sama

dengan faktor risiko kehamilan tuba. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap

kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya

mengalami ruptur pada tahap awal. Manifestasi klinik kehamilan ovarium menyerupai

manifestasi klinik kehamilan tuba atau perdarahan korpus luteum. Umumnya

kehamilan ovarium pada awalnya dicurigai sebagai kista korpus luteum atau

perdarahan korpus luteum. Kehamilan ovarium terganggu ditangani dengan

pembedahan yang sering kali mencakup ovariektomi. Bila hasil konsepsi masih kecil,

maka reseksi parsial ovarium masih mungkin dilakukan. Methotrexate dapat pula

digunakan untuk terminasi kehamilan ovarium yang belum terganggu.3

3. Kehamilan Serviks

Kehamilan serviks juga merupakan varian kehamilan ektopik yang cukup

jarang. Etiologinya masih belum jelas, namun beberapa kemungkinan telah diajukan.

Burg mengatakan bahwa kehamilan serviks disebabkan transpor zigot yang terlalu

cepat, yang disertai oleh belum siapnya endometrium untuk implantasi. Dikatakan

24

Page 25: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

pula bahwa instrumentasi dan kuretase mengakibatkan kerusakan endometrium

sehingga endometrium tidak lagi menjadi tempat nidasi yang baik. Sebuah

pengamatan pada 5 kasus kehamilan serviks mengindikasikan adanya hubungan

antara kehamilan serviks dengan kuretase traumatik dan penggunaan IUD pada

sindroma Asherman.9 Kehamilan serviks juga berhubungan dengan fertilisasi in-vitro

dan transfer embrio. Pada kehamilan serviks, endoserviks tererosi oleh trofoblas dan

kehamilan berkembang dalam jaringan fibrosa dinding serviks. Lamanya kehamilan

tergantung pada tempat nidasi. Semakin tinggi tempat nidasi di kanalis servikalis,

semakin besar kemungkinan janin dapat tumbuh dan semakin besar pula tendensi

perdarahan hebat. Perdarahan per vaginam tanpa rasa sakit dijumpai pada 90% kasus,

dan sepertiganya mengalami perdarahan hebat. Kehamilan serviks jarang melewati

usia gestasi 20 minggu. Prinsip dasar penanganan kehamilan serviks, seperti

kehamilan ektopik lainnya, adalah evakuasi. Karena kehamilan serviks jarang

melewati usia gestasi 20 minggu, umumnya hasil konsepsi masih kecil dan dievakuasi

dengan kuretase. Namun evakuasi hasil konsepsi pada kehamilan serviks sering kali

mengakibatkan perdarahan hebat karena serviks mengandung sedikit jaringan otot dan

tidak mampu berkontraksi seperti miometrium. Bila perdarahan tidak terkontrol,

sering kali histerektomi harus dilakukan. Hal ini menjadi dilema, terutama bila pasien

ingin mempertahankan kemampuan reproduksinya. Beberapa metode-metode

nonradikal yang digunakan sebagai alternatif histerektomi antara lain pemasangan

kateter Foley, ligasi arteri hipogastrika dan cabang desendens arteri uterina,

embolisasi arteri dan terapi medis. Kateter Foley dipasang pada kanalis servikalis

segera setelah kuretase, dan balon kateter segera dikembangkan untuk mengkompresi

sumber perdarahan. Selanjutnya vagina ditampon dengan kasa. Beberapa pakar

mengusulkan penjahitan serviks pada jam 3 dan 9 untuk tujuan hemostasis

(hemostatic suture) sebelum dilakukan kuretase. Embolisasi angiografik arteri uterina 25

Page 26: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

adalah teknik yang belakangan ini dikembangkan dan memberikan hasil yang baik,

seperti pada sebuah laporan kasus kehamilan serviks di Italia.2,4 Sebelum kuretase

dilakukan, arteri uterina diembolisasi dengan fibrin, gel atau kolagen dengan bantuan

angiografi. Pada kasus tersebut, perdarahan yang terjadi saat dan setelah kuretase

tidak signifikan. Seperti pada kehamilan tuba, methotrexate pun digunakan untuk

terminasi kehamilan serviks. Methotrexate adalah modalitas terapeutik yang pertama

kali digunakan setelah diagnosis kehamilan serviks ditegakkan. Namun pada

umumnya methotrexate hanya memberikan hasil yang baik bila usia gestasi belum

melewati 12 minggu. Methotrexate dapat diberikan secara intramuskular, intraarterial

maupun intraamnion.10

BAB IV 26

Page 27: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

PEMBAHASAN

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam

rahim yang bukan pada tempat seharusnya, Sebagian besar etiologi kehamilan ektopik tidak

diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian

terjadinya kehamilan ektopik. Tiap kehamilan ektopik dimulai dengan pembuahan telur di

bagian ampula tuba, dan dalam perjalanan ke uterus mengalami hambatan sehingga pada saat

nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.

4.1 PENEGAKKAN DIAGNOSA KASUS

Pada pasien ini mengalami kehamilan ektopik terganggu, umurnya 35 tahun, berat

badan 79 kg dengan tinggi badan 158 cm. Dan tidak mempunyai riwayat

kehamilan ektopik sebelumnya.

Diagnosa ditegakannya kehamilan ektopik terganggu berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesa pada pada pasien ini ditemukan :

1. Nyeri perut

Yang merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu Pada kehamilan

ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras. Rasa

nyeri mungkin unilateral atau bilateral pada abdomen bagian bawah atau pada seluruh

abdomen, atau malahan di abdomen bagian atas. Dengan adanya hemiperitoneum ,

rasa nyeri akibat iritasi diafragma bisa dialami pasien. Diperkirakan bahwa serangan

nyeri hebat pada ruptura kehamilan ektopik, ini disebabkan oleh darah yang mengalir

ke kavum peritonei.6

2. Perdarahan.

27

Page 28: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan yang berasal

dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinyu dan biasanya berwarna hitam.

Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak

ditemukan, tetapi bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai

lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya

sedikit-sedikit, berwarna coklat gelap dan dapat terputus-putus atau terus menerus.

Meskipun perdarahan vaginal yang masif lebih menunjukkan kemungkinan abortus

inkompletus intrauteri daripada kehamilan ektopik, tetapi perdarahan semacam ini

bisa terjadi pada kehamilan tuba.

3. Adanya Amenorea,

amenorea sering ditemukan walau hanya pendek sebelum diikuti perdarahan, malah

kadang-kadang tidak amenorea. Tidak ada riwayat haid yang terlambat bukan berarti

kemungkinan kehamilan tuba dapat disingkirkan. Salah satu sebabnya adalah karena

pasien menganggap perdarahan pervaginam sebagai periode menstruasi yang normal,

dengan demikian memberikan tanggal haid yang keliru.

1. Keadaan Umum,

syok berat dan anemia

Dari pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan:

Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba.

Nyeri tekan ( + ) seluruh perut (Slight destended)

Genitalia : VT Ø Fluksus (+) sedikit-sedikit

Portio Multipara tertutup, sliger pain

Adneksa parametrium (D) : massa (+), Nyeri (+)

Adneksa parametrium (S) : massa (-), Nyeri (+) didapatkan

cavum Douglas menonjol.

28

Page 29: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Cavum Douglas menonjol karena darah yang terkumpul di tempat tersebut. Baik pada

abortus tuba maupun pada ruptur bila serviks digerakan akan terasa nyeri sekali (slinger

pain). Douglas crise: nyeri pada penekanan kavum Douglas.

Dari pemeriksaan penunjang pada pasien ini ditemukan:

Pada pemeriksaan Laboratorium darah didapatkan Hb menunjukkan penurunan yaitu :

3,8 g/ dl, dan leukosit mengalami peningkatan yaitu: 15.700/cmm

Pada USG didapatkan hasil:

Uterus Antefleksi, tidak tampak GS intrauteri

Tampak massa menyerupai GS pada Adneksa Dextra dengan cloth-cloth, tapi pada

kenyataannya GS terdapat pada Adneksa sinistra.

4.2 PATOFISIOLOGI

Pasien ini mempunyai riwayat memakai alat kontrasepsi IUD Lopes Loop sekitar 5

tahun yang lalu, Pada pasien ini mengalami gangguan Ektopik Terganggu penyebab

paling utama ialah gangguan transportasi hasil konsepsi pada Tuba yang diakibatkan

oleh penggunaan kontrasepsi IUD karena infeksi asendens akibat gangguan IUD.

29

Page 30: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

Adanya abnormalitas pada morfologi tuba ataupun pada fungsinya dapat menyebabkan

adanya kehamilan ektopik. Kemungkinan yang terjadi karena Infeksi asendens adalah

rusaknya mukosa tuba, yang dapat menghalangi jalannya embrio karena adanya jaringan

parut. Kemungkinan yang lain adalah defek kecil pada mukosa menarik embrio untuk

berimplantasi ditempat tersebut. Hal lain yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik

adalah disfungsi aktifitas otot polos tuba.

Karena tuba kekurangan lapisan submukosa, ovum yang telah dibuahi cenderung

tertanam pada epitelium dan zigot diam pada dinding muskular dari tuba. Pada

permukaan zigot terdapat kapsul trofoblas yang secara cepat berproliferasi yang

menginvasi dinding muskular dari tuba. Pada saat yang sama, pembuluh darah maternal

membuka dan darah mengalir pada daerah sekitar trofoblas atau diantara trofoblas dan

jaringan tambahan. Dinding tuba yang berhubungan dengan zigot hanya bisa

memberikan tahanan ringan terhadap invasi trofoblas, yang secepatnya tertanam

didalamnya. Embrio atau fetus pada kehamilan ektopik biasanya tidak ditemukan

ataupun terhambat pertumbuhannya.

Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria dan pars

muskularis dinding tuba. Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan

invasif jaringan trofoblas. Karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba,

terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh. Pada suatu

saat, kebutuhan embrio di dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari

vaskularisasi tuba itu. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,

sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba - keadaan ini yang umum

disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.

30

Page 31: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

4.3 PENATALAKSANAAN

Pasien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan syok hipovolemik

- Perbaiki Keadaaan Umum dengan:

Rehidrasi infus RL Tangan kanan & kiri ( 4 flash) sampai tekanan

darah sistole ≥ 100 mmHg

Pasang O2 4-6 lpm

- Persiapan cito laparatomi:

Injeksi Cefotaxim 1g IV

Pasang DC

Cek darah lengkap & Hbs Ag

Persiapan Darah Whole Blood

Pada pasien ini dilakukan infus serta transfusi sampai dengan Hb ≥ 8 g/dl, karena

pada Hb ≥ 8 sirkulasi darah baik, sehingga pertukaran oksigenpun berjalan secara baik.

Tindakan lain juga seperti pemberian oksigen, antibiotika dan analgesik. Sisa-sisa darah

dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya sepsis.

4.4 PROGNOSIS

Pada pasien ini telah mendapatkan penanganan dengan baik, dapat terlihat dari

data awal pasien ini datang, perawatan- perawatan setelah operasi hingga hari dimana

pasien boleh pulang karena keadaan yang semakin membaik. Tetapi perlu diketahui

bahwa pasien ini mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami

kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya

60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi,

walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.

31

Page 32: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada pasien ini didiagnosa kehamilan ektopik terganggu oleh karena didapatkan

tanda dan gejala yang sama seperti yang terdapat pada tinjauan pustaka

2. Pada pasien ini tidak dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya

dilakukan salphingostomi atau reanostomosis tetapi dilakukan salpingo-oforektomi

oleh karna waktu pasien datang ke rumah sakit pasien sudah berada dalam keadaan

syok.

5.2 Saran

1. Dapat pula dilakukan  pemeriksaan kuldosentesis.

Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam

kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis

kehamilan ektopik terganggu.

2. Dapat pula dilakukan laparaskopi apabila pada pemeriksaan klinik tidak dijumpai

tanda klasik dari kehamilan ektopik yang pecah, ataupun hasil kundosintesis tidak

positif.

3. Dilakukan KIE pada pasien sebelum keluar rumah sakit agar pasien mengetahui

keaadaannya pada saat datang serta ditangani dengan baik hingga keadaan pasien

tersebut membaik serta diberikan pemahaman bagaimana resiko kehamilan

selanjutnya sehingga jika terjadi kehamilan ektopik yang berulang bisa diobati sedini

mungkin.

32

Page 33: Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu Terbaru

33