MAKALAH KEARSIPAN
-
Upload
anindita-fauziah -
Category
Documents
-
view
1.229 -
download
13
description
Transcript of MAKALAH KEARSIPAN
TUGAS KEARSIPAN
SISTEM PENGARSIPAN DENGAN
SISTEM NOMOR SOUNDEX
Oleh :
1. Ayuningtyas M (2011010)2. Bastiyar Nur Himawan (2011011)3. Elisabeth Prita M (2011016)4. Nisrina Luthfi Rhosidah (2011032)5. Rita (2011042)6. Surika Christiani S (2011047) 7. Wahyu Nur Anggraini (2011054)
AKADEMI PEREKAM MEDIK DAN INFORMATIKA KESEHATAN CITRA MEDIKA SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman yang semakin maju menuntut manusia untuk menciptakan
teknologi yang lebih canggih, praktis, efektif dan efisien. Begitu pula dalam
kemajuan bisnis disektor pemerintah dan swasta. Sebuah instansi
pemerintahan atau swasta dalam melakukan suatu pekerjaan dan kegiatan
pelayanan terhadap masyarakat memerlukan data dan informasi salah satunya
adalah data kearsipan. Salah satu kunci dari kelancaran organisasi
perkantoran terletak pada pengelolaaan data kearsipan yang sistematis,
sederhana, dan efisien sehingga diperlukan informasi yang teliti, tepat dan
cepat. Mengingat peranan arsip yang begitu penting bagi kehidupan
berorganisasi, maka keberadaan arsip di Kantor / Rumah Sakit benar-benar
dapat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua
personil dalam organisasi. Tujuan kearsipan itu sendiri adalah menyediakan
data dan informasi secepat-cepatnya dan setepat-tepatnya kepada yang
memerlukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan
arsip yang efektif dan efisien dengan cara memahami masalah apa yang
terkandung didalam arsip. Sistem penyimpanan arsip dikatakan baik apabila
waktu arsip yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat dan
tepat, sehingga diperlukan penataan arsip yang sistematis dan efektif, karena
sistem penyimpanan arsip tidak lepas dari kegiatan penataan arsip dan
penemuan kembali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem nomor soundex ?
2. Bagaimana prosedur penyimpanan dan penemuan kembali arsip?
3. Bagaimana cara pengindeksan dan pengkodean sistem nomor soundex
4. Apa kelebihan dan kekurangan sistem nomor soundex ?
5. Apa saja perlengkapan yang diperlukan dalam pengarsipan dengan sistem
nomor soundex?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari sistem nomor soundex
2. Mengetahui prosedur penyimpanan dan penemuan kembali arsip
3. Mengetahui cara pengindeksan dan pengkodean sistem nomor soundex
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem nomor soundex
5. Mengetahui perlengkapan yang diperlukan dalam pengarsipan sistem
nomor soundex
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Sistem Nomor
System Numeric atau sistem nomor adalah sistem penyimpanan
dokumen yang berdasarkan kode nomor sebagai pengganti dari nama
orang atau nama badan organisasi. Adapun jenis-jenis sistem nomor,
antara lain :
a. Sistem Nomor menurut Dewey (Sistem Desimal / Klasifikasi)
Sistem ini menetapkan kode surat berdasarkan nomor yang
ditetapkan untuk surat yang bersangkutan.
b. Sistem Nomor menurut Terminal Digit
Sistem dengan kode penyimpanan dan kode penemuan kembali
surat ,memakai sistem penyimpanan menurut teminal digit, yaitu
nomor yang terletak dalam surat dan buku arsip.
c. Sistem Nomor Middle Digit
Sistem ini merupakan kombinasi dari Sistem Nomor Decimal
Dewey dan Sistem Nomor Terminal Digit. Yang dijadikan kode laci
dan guide adalah dua angka yang berada di tengah, sedangkan dua
angka yang berada di depannya menunjukkan kode map, kemudian
dua angka yang berada dibelakangnya menunjukkan urutan surat yang
kesekian didalam map.
d. Sistem Nomor Soundex
Sistem penyimpanan warkat berdasarkan pengelompokan nama
dan tulisannya atau bunyi pengucapannya hampir bersamaan. Dalam
sistem ini nama-nama diganti dengan kode (notasi) yang terdiri dari 1
huruf dan 3 angka. Susunan penyimpanannya adalah menurut abjad
yang diikuti urutan nomor.
2. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Nomor
a. Kelebihan
1) Penyimpanan menjadi lebih teliti, cermat dan teratur
2) Penyimpanan menjadi lebih cepat dan tepat
3) Sangat sederhana
4) Dapat digunakan untuk segala macam surat/warkat/dokumen.
5) Nomor dokumen dapat digunakan sebagai nomor referensi dalam
korespodensif.
6) Nomor map atau dokumen dapat diperluas tanpa batas
b. Kekurangan
1) Lebih banyak waktu digunakan untuk mengindeks
2) Banyaknya map untuk menyimpan surat-surat yang beraneka
ragam dapat menimbulkan kesulitan
3) Perlu ruangan yang luas dan peralatan yang memadai untuk
menyimpan arsip yang banyak.
3. Sistem Nomor Soundex
Terdapat dua macam sistem nomor, yaitu :
a. Sistem Fonik (Phonetic System)
Sistem penyimpanan jenis ini ini dilakukan dengan menyusun arsip
dalam laci-laci secara vertikal atas dasar huruf pertama nama pasien
yang diikuti oleh lafal nama pasien (bukan ejaan nama pasien).
b. Sistem Fonetik “Soundex” (Soundex Phonetic System)
Pada sistem penyimpanan ini alfabet dimampatkan atau dibagi
menjadi 6 huruf kunci, kecuali huruf hidup (seperti huruf a, i, u, e, o)
dan w, h, y tidak dikode. Penyimpanan jenis ini akan menyusun arsip
berdasarkan huruf pertama yang diikuti dengan huruf kode sesuai
hasil pengkodean nama pasien dengan huruf kunci tersebut. Adapun
tabel huruf kunci tersebut adalah :
Tabel 2.1 Huruf Kunci pada Penyimpanan dengan Sistem Fonetik
“Soundex”
Kode Kunci Pada Penyimpanan dengan Sistem Fonetik
“Soundex”
Huruf Kunci Nomor Kode Huruf yang dianggap setara
B 1 P, F, V
C 2 S, K, G, J, Q, X, Z
D 3 T
L 4 Tidak ada yang setara
M 5 N
R 6 Tidak ada yang setara
B. Prosedur Penyimpanan dan Penemuan Kembali Arsip
1. Prosedur yang harus dilaksanakan untuk mengarsipkan surat adalah :
a. Membaca surat atau dokumen dengan teliti dan seksama
b. Periksa apakah surat sudah disertai dengan tanda “perintah simpan”
(release mark) siap untuk disimpan.
c. Mengindeks tanda pengenal sesuai peraturan
d. Memberi kode surat, sesuai kebijakan instansi (Fonik atau Fonetik
Sistem)
e. Menyortir, yaitu memilah-milah atau mengelompokkan arsip menjadi
satu kelompok menurut kode yang ada pada arsip.
f. Menyusun menurut susunan abjad yang diikuti urutan nomor.
g. Menyimpan arsip, yaitu mendapatkan arsip pada suatu tempat atau
alat penyimpanan.
2. Prosedur pencarian/penemuan kembali arsip, adalah :
a. Menentukan jenis surat yang di butuhkan
b. Menetapkan kode berdasarkan nama yang telah di indeks.
c. Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dan menggantinya dengan
bon pinjaman (out slip) bila yang di pinjam satu lembar arsip. Jika
yang di pinjam satu folder, maka harus pula di buatkan out foldernya.
d. Menyerahkan arsip kepada peminjamnya.
C. Cara Pengindeksan dan Pengkodean Sistem Nomor Soundex
1. Sistem Fonik (Phonetic System)
LACI A LACI E LACI M LACI S
Abi Eddy Maikel Smith P
Abby Edhie Maichel Smyth P
Abie Edy Michele Smythe P
--------------- --------------
Adji S Sukarno
Aji S Soekarno
Ajie S Shukarno
2. Sistem Fonetik “Soundex” (Soundex Phonetic System)
Ada 8 ketentuan dalam sistem penyimpanan secara soundex, yaitu :
a. Huruf pertama dari nama tidak diberi kode, namun difungsikan
sebagai Prefix (kata akar) dari nomor 3 digit, contoh : MARTEN
Nama MARTEN, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
M : previx, tidak dikode
A : huruf hidup, tidak dikode
R : 6 (huruf kunci)
T : 3 (huruf kunci)
E : huruf hidup, tidak dikode
N : 5 (huruf setara)
Jadi MARTEN dikode M635 dan akan disimpan bersama dengan
nama MARDAN, MARDYN, MERTON, MARTONO, MURTANI
dengan kode yang sama.
b. Bila suatu nama setelah dikode hanya dua huruf yang terkode, maka
ditambah 0 dibelakang kode, contoh : WONG
Nama WONG, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan soundex:
W : previx, tidak dikode
O : huruf hidup, tidak dikode
N : 5 (huruf setara)
G : 2 (huruf setara)
Jadi WONG dikode W50
c. Bila nama terkode lebih dari 3 huruf yang terkode, maka yang dikode
hanya 3 huruf didepan yang terkode, huruf lainnya diabaikan, contoh :
HAMPTON
Nama HAMPTON, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
H : previx, tidak dikode
A : huruf hidup, tidak dikode
M : 5 (huruf kunci)
P : 1 (huruf setara)
T : 3 (huruf kunci)
O : huruf hidup, tidak dikode
N : 5 (huruf setara)
Jadi HAMPTON dikode H513
d. Ejaan yang tidak memiliki huruf yang terkode, maka diberi kode 0,
contoh : WAHYU
Nama WAHYU, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
W : previx, tidak dikode
A : huruf hidup, tidak dikode
H : huruf khusus, tidak dikode
Y : huruf khusus, tidak dikode
U : huruf hidup, tidak dikode
Jadi WAHYU dikode W000
e. Bila huruf kunci beserta huruf yang setara (equivalen) muncul
bersamaan pada nama, maka dikode sebagai satu huruf (huruf runtun
setara dikode sebagai 1 huruf), contoh : CAMPBILL
Nama CAMPBILL, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
C : previx, tidak dikode
A : huruf hidup, tidak dikode
M : 5 (huruf kunci)
P : 1 (huruf setara)
B : 1 (huruf kunci)
I : huruf hidup, tidak dikode
L : 4 (huruf kunci)
L : 4 (huruf kunci)
Jadi CAMPBILL dikode C514
f. Apabila huruf kunci dan huruf yang dianggap setara muncul pada saat
yang bersamaan secara berturut tanpa jeda huruf, maka dikode sebagai
1 huruf, contoh : CAMPBELL
Nama CAMPBELL, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
C : sebagai huruf awalan
A : - (huruf hidup, tidak dikode)
M : 5 (huruf kunci)
P : tidak dikode karena huruf kuncinya muncul setelahnya, yaitu B
B : 1 (huruf kunci)
E : - (huruf hidup, tidak dikode)
L : 4 (huruf kunci)
L : - (sama dengan sebelumnya, tidak dikode)
Jadi CAMPBELL dikode C-514
g. Apabila huruf setelah awalan merupakan huruf kunci atau huruf yang
setara, maka huruf kedua tidak dikode, contoh : SCHULRZ
Nama SCHULRZ, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
S : sebagai huruf awalan
C : - (huruf kunci dari urutan sebelumnya, yaitu S)
H : - (tidak ada kodenya)
U : - (tidak ada kodenya)
L : 4 (huruf kunci)
R : 6 (huruf kunci)
Z : 2 (huruf setara)
Jadi SCHULRZ, dikode S-462
Perhatikan untuk huruf LRZ tetap dikode karena terletak pada huruf
kunci yang berbeda-beda.
h. (1) Huruf a, i, u, e, o dan y memisahkan antar huruf kunci, atau huruf
kunci dengan huruf setaranya, maka huruf tersebut dikode sendiri dan
digunakan, contoh : TSUKUNO
Nama TSUKUNO, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
T : sebagai huruf awalan
S : 2 (huruf setara)
U : - (huruf hidup, tidak dikode)
K : 2 (huruf setara)
U : - (huruf hidup, tidak dikode)
N : 5 (huruf setara)
O : - (huruf hidup, tidak dikode)
Jadi TSUKUNO dikode T-225
(2) Ketika huruf h dan w memisahkan antar huruf kunci, atau huruf
kunci dengan huruf setaranya, maka hanya 1 huruf yang dikode,
contoh : HEATHDALE
Nama HEATHDALE, mempunyai arsip dengan kode penyimpanan
soundex :
H : sebagai huruf awalan
E : - (huruf hidup, tidak dikode)
A : - (huruf hidup, tidak dikode)
T : 3 (huruf setara)
H : - (tidak ada kodenya)
D : - (tidak dikode, karena huruf sebelumnya setara denga D
dan hanya dipisahkan oleh huruf H, sehingga D tidak dikode.
A : - (huruf hidup, tidak dikode)
L : 4 (huruf kunci)
E : - (huruf hidup, tidak dikode)
Jadi HEATHDALE dikode H-340
D. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Nomor Soundex
1. Kelebihan
a. Warkat berdasarkan pengelompokan nama, tulisan atau bunyi
pengucapannya dapat dijadikan pedoman dalam penyimpanan.
b. Meminimalisir duplikasi kode dalam sistem fonetik karena setiap
nama mempunyai kode yang berbeda.
2. Kekurangan
a. Kemungkinan kesalahan dalam pengelompokan maupun penyusunan
arsip dalam sistem fonik.
b. Kemungkinan kesalahan dalam mengkode, apabila kurang memahami
huruf yang digunakan sebagai kode kunci dalam sistem fonetik.
c. Membutuhkan filing cabinet yang banyak karena setiap nama
pengkodeannya berbeda-beda.
E. Perlengkapan yang Diperlukan dalam Pengarsipan Sistem Nomor
Soundex
Perlengkapan yang diperlukan untuk mengarsip sistem soundex adalah :
1. Filing cabinet : adalah lemari arsip untuk menempatkan folder dan guide.
Yaitu untuk menyimpan dokumen, surat-surat kantor. Umumnya
mempunyai beberapa laci.
2. Folder : adalah tempat untuk menyimpan dokumen atau menempatkan
arsip, berbentuk segi empat, berlipat dua seperti map tetapi tanpa daun
penutup.
3. Guide (petunjuk) : merupakan petunjuk dan pemisah antar folder-folder.
Bentuk dari guide adalah segi empat dan berukuran sama dengan folder.
Terbuat dari karton tebal.
4. Bon pinjaman (out slip)
5. Kartu Kendali
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem penomoran dalam pengarsipan dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Nomor menurut Dewey (Sistem Desimal / Klasifikasi)
b. Sistem Nomor menurut Terminal Digit
c. Sistem Nomor Middle Digit
d. Sistem Nomor Soundex
2. Sistem Nomor Soundex dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Sistem Fonik System
b. Sistem Fonetic System
3. Prosedur penyimpanan arsip diantaranya membaca surat dengan teliti,
memeriksa apakah sudah bisa disimpan, mengindeks sesuai nama,
mengkode, menyortir, menyusun arsip menurut susunan abjad yang
diikuti urutan nomor, menyimpan arsip.
4. Adapun salah satu kelebihan sistem nomor soundex adalah
Meminimalisir duplikasi kode dalam sistem fonetik karena setiap nama
mempunyai kode yang berbeda, sedangkan kekurangannya adalah
Kemungkinan kesalahan dalam pengelompokan maupun penyusunan
arsip dalam sistem fonik.
5. Perlengkapan yang diperlukan dalam pengarsipan dengan sistem nomor
soundex adalah filing cabinet, folder, guide, bon pinjaman, dan kartu
kendali.