makalah keamanan
-
Upload
diah-erna-tapipoy -
Category
Documents
-
view
117 -
download
5
Transcript of makalah keamanan
MAKALAH
KEAMANAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keb. Keamanan dan Kenyamanan
Dosen Pengampu : Triana, S.Kep., Ns dan Tim.
Disusun Oleh :
Dyah Erna Musyarofah
SK.111.011
PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN 2012 / 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan klien mencakup semua factor fisik dan psikososial
yang memepengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup klien. Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan
seluruh tempat terjadinya interaksi antara perawat dan klien.
Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi
insiden terjadinya penyakit dan cedera, memperpendek lama tindakan dan
hospitalisasi, meningkatkan atau mempertahankan status fungsi klien dan
meningkatkan kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman juga akan
memberikan perlindungan kepada staffnya dan memungkinkan mereka
dapata bekerja secara optimal. Lingkungan yang aman adalah salah satu
kebutuhan dasar yang terpenuhi (Potter&Perry, 2005).
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam
keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,
finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari
sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang
tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera
tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan
dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang
aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara
mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan
pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
2
terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian
yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
kerugian.
B. Tujuan
Tujua Umum :
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang konsep
dasar dari keamanan.
Tujuan Khusus :
1. Memahami dan menjelaskan kembali pengertian dari keamanan;
2. Memahami dan menjelaskan kembali karakteristik dari keamanan;
3. Memahami dan menjelaskan kembali tentang factor yang
mempengaruhi keamanan;
4. Memahami, menjelaskan kembali dan mengaplikasikan
penatalaksanaan untuk memenuhi keamanan;
5. Memahami, menjelaskan kembali dan mengaplikasinkan pengkajian
dalam keamanan;
6. Memahami dan menjelaskan kembali diagnose keperawatan dari
kebutuhan keamanan.
3
BAB II
ISI
A. Pengertian
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan
untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan
seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis,, kimiawi, retmal
dan bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks
fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan
dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas,
dan sebaginya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten
dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya
dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat
perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005).
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam
keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,
finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari
sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang
tidak diinginkan. Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera
tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan
dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang
aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara
mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
4
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan
pada providing for safety atau memberikan lingkungan yang aman.
Sedangkan keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan adalah kejadian
yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan
kerugian.
B. Karakteristik Keamanan
1. Pervasiveness (insidensi)
Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal.
Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya
seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi)
Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi
aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan
keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya
secara akurat.
3. Management (pengaturan)
Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan
melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah
praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari
keamanan.
C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keamanan
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya
melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan.
Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin
mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya
sekaligus tindakan pencegahannya.
5
2. Gaya Hidup
Gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat
kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan
keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat
penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi
rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,
reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan.
Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang
kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan
hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien
menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat
menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus
eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi
terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan
mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia,
klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak
bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
6
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan.
Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan
informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui
cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko
menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
10. Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
11. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
12. Keadaan imunitas
Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
13. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu
penyakit.
14. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi
berresiko terhadap penyakit tertentu.
15. Tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
D. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi
atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat
dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan
7
kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera
secara mandiri.
2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan
bahwa ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah
terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari
cedera dan membatasi serta memadakan api.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien
- Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
- Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
- Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
- Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
- Berikan alas kaki yang tidak licin
- Berikan pencahayaan yang adekuat
- Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan
penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
- Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:
- Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal
(mencegah nyeri saat terbentur)
- Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
- Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
- Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
- Berikan masker oksigen jika diperlukan.
5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila
terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah
yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta
menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada
posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara
kedua kaki untuk mencegah aspirasi.
8
6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar)
jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien
aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti
jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang
berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas
lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.
7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan
Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta
gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi
peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan
kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat
diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang
kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar
background music.
8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.
9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi
Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan
sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar
radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah
memakai baju khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan
sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua
benda yang terkontaminasi.
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain
diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical)
restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau
alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien
sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas
9
gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat kimia
neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan
untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak. Restrain sebaiknya
dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat
pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi
urin, inkontinensia, dan sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan.
Komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung,
pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan
sebagai alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah
pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa penyebabnya, dan
untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan tersebut.
E. Pengkajian
Riwayat keperawatan :
- Riwayat cedera atau jatuh
- Riwayat imunisasi
- Riwayat infeksi akut atau kronik
- Terapi yang sedang dijalani
- Stressor emosional : ekspresi verbal dan non verbal, gaya hidup.
- Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik.
- Status nutrisi.
- Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat
bantu.
Pemeriksaan fisik :
- Infeksi local, terbatas pada kulit dan membrane mukosa. Tanda –
tandanya meliputi bengkak, kemerahan, nyeri, panas dan gangguan
fungsi gerak.
- Infeksi sistemik, tanda – tandanya meliputi demam, peningkatan
frekuensi nadi dan pernafasan, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit
kepala, pembesaran kelenjar di area infeksi.
10
- Sistem Neurologis : Status mental, Tingkat kesadaran, Fungsi sensori,
Sistem reflek, Sistem koordinasi, Test pendengaran, penglihatan dan
pembauan, Sensivitas terhadap lingkungan
- Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi : Toleransi terhadap aktivitas,
Nyeri dada, Kesulitan bernafas saat aktivitas, Frekuensi nafas, tekanan
darah dan denyut nadi
- Integritas kulit : Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien, Kaji adanya
luka, scar, dan lesi, Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
- Mobilitas : Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang
klien, Kaji range of motion klien, Kaji kekuatan otot klien, kaji tingkat
ADLs klien
Pemeriksaan penunjang :
Berupa data laboratorium yang menunjukkan adanya infeksi meliputi
peningkatan angka leukosit, penignkatan laju enap darah, dan kultur urin,
darah serta secret menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen.
F. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi
2. Resiko cedera
3. Kurang pengetahuan
b. Intervensi
1. Resiko infeksi
NOC : Kontrol resiko
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda – tanda infeksi
Klien mampu menjelakan tanda dan gejala infeksi
Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi.
NIC : Kontrol infeksi
Menjaga kebersihan lingkungan.
11
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi perawatan dan
pengobatan.
Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan.
Membatasi pengunjung bila perlu.
Mendorong keluarga untuk mencuci tangan saat masuk dan
meninggalkan ruangan.
Mendorong klien untuk meningkatkan intake nutrisi, cairan
dan istirahat.
Menekankan memperbanyak intake protein untuk
pembentukan system imun.
Mengajarkan kepada klien dan keluarga tentang cara
mencegah infeksi dan tanda gejala infeksi.
Mengkaji suhu klien, dan melaporkan jika suhu lebih dari
38°C
Memonitor nilai laboratorium.
Mengkaji warna kulit, tekstur dan turgor.
2. Resiko cedera
NOC : Perilaku keamanan : personal
Kriteria hasil :
Tercapainya keseimbangan tidur dengan istirahat dan aktifitas.
Digunakannya alat bantu yang tepat.
Digunakannya alat pelindung diri yang tepat.
Tindakan yang berresiko tinggi dapat dicegah
Perilaku keamanan : mencegah jatuh
Digunakannya alat bantu yang tepat.
Agitasi dan penurunan istirahat dapat terkontrol.
NIC : Pencegahan jatuh
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi penurunan kognitif dan fisik klien yang dapat
meningkatkan potensial untuk jatuh.
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensial untuk jatuh.
12
Membantu klien untuk ambulasi.
Mengunci roda tempat tidur.
Memasang side rail.
Mengkaji TTV dan kepatenan jalan napas.
3. Kurang pengetahuan
NOC : Pengetahuan : keamanan personal
Kriteria hasil :
Klien mampu menjelaskan cara mencegah jatuh.
Klien mampu mendeskripsikan cara mengurangi resiko cedera.
Klien mampu menjelaskan prosedur emergensi.
Klien mampu mendeskripsikan perilaku yang berresiko tinggi
menimbulkan cedera.
NIC : Teaching individual
Menentukan kebutuhan pengajaran pada klien.
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
perlindungan diri.
Mengkaji kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif klien
dan keluarga.
Menentukaan kemampuan klien dan keluarga untuk
mendapatkan informasi baru.
Menentukan motivasi klien dan keluarga untuk mendapatkan
informasi.
Mengidentifikasi tujuan belajar yang dibutuhkan.
Memberikan reinforcement positif kepada klien dan keluarga.
Memperbaiki atau meluruskan informasi klien dan keluarga
yang salah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan
untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan
seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis,, kimiawi, retmal
dan bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks
fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan
dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas,
dan sebaginya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten
dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya
dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat
perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005).
14