Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

66
i MAKALAH KASUS I KEPERAWATAN KOMUNITAS Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Community Nursing Program I Disusun oleh: Kelompok 8 Anggie Putriyani 220110110127 Anggraeni Mardianti 220110110091 Bagus Dwi Santoso 220110110151 Desi Afriyanti 220110110019 Ezaryana Octary 220110110115 Hilda Ayu Septian 220110110139 Iis Septiana Dewi 220110110079 Melda Iskawati 220110110043 Neng Tuti Haryati 220110110067 Nuke Saleh 220110110103 Nurnila Novia 220110110031 Nurul Iklima 220110110055 Vathnawaty Carmilla 220110110007 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

description

makalah komunitas tentang demografi, level of prevention

Transcript of Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

Page 1: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

i

MAKALAH KASUS I

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Community Nursing Program I

Disusun oleh:

Kelompok 8

Anggie Putriyani 220110110127

Anggraeni Mardianti 220110110091

Bagus Dwi Santoso 220110110151

Desi Afriyanti 220110110019

Ezaryana Octary 220110110115

Hilda Ayu Septian 220110110139

Iis Septiana Dewi 220110110079

Melda Iskawati 220110110043

Neng Tuti Haryati 220110110067

Nuke Saleh 220110110103

Nurnila Novia 220110110031

Nurul Iklima 220110110055

Vathnawaty Carmilla 220110110007

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

ii

MAKALAH KASUS I

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Community Nursing Program I

Disusun oleh:

Kelompok 8

Anggie Putriyani Scriber 1

Anggraeni Mardianti Anggota

Bagus Dwi Santoso Anggota

Desi Afriyanti Anggota

Ezaryana Octary Anggota

Hilda Ayu Septian Anggota

Iis Septiana Dewi Chair 1

Melda Iskawati Scriber 2

Neng Tuti Haryati Anggota

Nuke Saleh Anggota

Nurnila Novia Anggota

Nurul Iklima Anggota

Vathnawaty Carmilla Anggota

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 3: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini membahas tentang CNP I khususnya mengenai Determinan of Health,

Level of Prevention, dan Demography.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat

teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Sheizi Prista Sari, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen koordinator mata

pelajaran Community Nursing Program I

2. Ibu Citra Windani M.S, S.Kep., Ners., M.Kep.selaku dosen tutor kelompok 8

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya,

penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita. Amin.

Jatinangor, 15 Juni 2013

Penulis

Page 4: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................. iii

Daftar Isi ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1

1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 2

2.1 Pengertian Determinant of Helath ........................................................... 2

2.2 Pengertian Demografi ............................................................................. 4

2.3 Ukuran-ukuran dalam Demografi ............................................................ 5

2.4 Konsep Penyakit ..................................................................................... 13

2.5 Promosi Kesehatan.................................................................................. 24

2.6 Kesehatan Lingkungan ............................................................................ 26

2.7 Pendidikan Kesehatan Masyarakat .......................................................... 33

BAB III REVIEM JURNAL ..................................................................... 50

3.1 Jurnal I ................................................................................................... 50

3.2 Jurnal 2 .................................................................................................. 52

3.3 Jurnal 3 .................................................................................................. 54

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 57

4.1 Simpulan................................................................................................ 57

4.2 Saran...................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 58

LAMPIRAN NOTULENSI REPORTING ............................................... 59

Page 5: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai

masyarakat yang sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan faktor

perilaku merupakan determinan yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan

(Blum). Dua determinan tersebut terakhir ini merupakan determinan yang banyak

di[engaruhi oleh domain di luar kesehatan sehingga intervensinya memerlukan peran

lintas sektor terkait.

Pelayanan kesehatan selalu menjadi isu yang penting di berbagai negara

karena hal itu menyangkut berbagai nilai dasar dalam masyarakat seperti “kesehatan

sebagai hak ’mendasar’ bagi individu (health is one of basic human right)“. Dengan

demikian isu mengenai pemerataan dan akses terhadap pelayanan kesehatan formal

merupakan hal yang sangat penting dan azasi. Moto yang dikumandangkan adalah “

health is not everything, but everything without health is nothing”.

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan

kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar

masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit.

1.2 Tujuan

Mengetahui definisi dari demografi

Mengetahui definisi dari determinan of health

Mengetahui definisi dari level of prevention

Mengetahui tingkatan level of prevention

1.3 Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

Apakah definisi dari demografi?

Apakah definisi dari determinan of health?

Apakah definisi dari level of prevention?

Apa saja tingkatan level of prevention?

Page 6: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

2

BAB III

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Determinant of Health

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk

diterapkan.Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik

melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi

sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.H.L

Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah

kesehatan.

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),

faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan

(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).Keempat faktor

tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat

kesehatan masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan

faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan

faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan

dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga

sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

Determinant of Health menurut Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan

bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

Page 7: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

3

1) Faktor lingkungan

Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status kesehatan

masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi sawah maupun tumbuhan

memainkan peranan disini. Tetapi bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat

dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat

dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.

2) Faktor Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.

3) Faktor pelayanan kesehatan

Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa. Kesungguhan

dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu

suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak

dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.

4) Faktor genetik atau keturunan

Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat bawaan dari

orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes militus, buta

warna, albino, atau yang lainnya, bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau

dari generasi ke generasi.

Sedangkan menurut Institute for the Future/IFTF (2003), yang mempengaruhi

kesehatan masyarakat adalah :

Acces to care (10%)

Genetic (20%)

Environment (20 %)

Health Behaviors

(50 %)

Page 8: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

4

2.2 Pengertian Demografi

Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982) definisi

demografi adalah:

Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah,

struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya.

Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengusulkan ddefinisi

demografi sebagai berikut:

Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi

penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang

biasanya timbul karena fertilitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas

sosial (perubahan status).

Dari kedua definisi diatas dapat sisimpulkan bahwa demografi mempelajari

struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk melipputi:

jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu

berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu:

kelahiran (fertilitas), kematian (mortilitas), dan migrasi penduduk.

Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel

variabel tertentu. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang

dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik

yang sama (Said Rusli, 1983). Bermacam-macam komposisi penduduk dapat

dibuat, misalnya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, bahasa , agama dan kesehatan.

Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis dan perencanaan

pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga vaiabel demografi,yaitu kelahiran,

kematian dan migrasi. Selain itu faktor sosial-ekonomi di suatu negara juga akan

mempengaruhi struktur umur penduduk melalui melalui ketiga variabel demografi

diatas.

Page 9: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

5

Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk

yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40%, sedang besarnya

kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10%. Umumnya negara-negara

yangs edang berkembang seperti burma, india, dan indonesia, struktur

penduduknya muda. Sebaliknya negara-negara maju seperi jepang, jerman, amerika

serikat mempunyai struktur penduduk tua. Suatu negara dikatakan berstruktur umur

tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil

(kurang dari 40% dari seluruh penduduk) dan persentase penduduk diatas 65 tahun

sekitar 10%.

Perbedaan struktur umur akan menimbulkan perbedaan dalam aspek sosial

ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah

pendidikan.

Pengukuran proses demografi

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya

kelahiran (Birth=B), kematian (Death=D), migrasi masuk (In Migration=IM), dan

migrasi keluar (out migration=OM).

2.3 Ukuran- ukuran Dalam Epidemiologi

Tingkat kelahiran kasar (CBR)

Jml kelahiran selama setahun

CBR = x 1000 Jml penduduk pertengahan tahun dari tahun yang sama

Page 10: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

6

Tingkat kematian kasar (CDR)

D = Jumlah kematian pada tahun

Pm = Jumlah penduduk pada

pertengahan tahun (pada juni/juli)

k = bilangan konstan yang biasanya

bernilai 1000

2.3.1 Insidensi

Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu penyakit yang

ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.

Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus

diketahui terlebih dahulu tentang :

Data tentang jumlah penderita baru.

Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru( Population at Risk ).

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Incidence Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk

yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang

bersangkutan.

Rumus yang dipergunakan :

D

CDR = x k Pm

Jumlah Penderita Baru

Incidence Rate = X 1000 Jumlah penduduk yg mungkin terkena

Penyakit tersebut pada pertengahan tahun

Page 11: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

7

b. Attack Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada

saat yang sama.

Manfaat Attack Rate adalah :

Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.

Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit

tersebut.

Rumus yang digunakan :

c. Secondary Attack Rate

Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua

dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah

terkena penyakit pada serangan pertama.

Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi

yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).

Rumus yang digunakan :

2.3.2 Prevalensi

Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang

ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada

perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa

memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko

Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat Attack Rate = X 1000

Jml. Penduduk yg. Mungkin terkena Peny.

Tersebut pd. Saat yg. Sama.

Jml. Penderita Baru pd. Serangan Kedua SAR = X 1000

(Jml. Penduduk – Penduduk. Yg. Terkena Serangan Pertama )

Page 12: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

8

(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya

BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena

penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.

Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) Period Prevalen Rate

Period Prevalen Rate adalah Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit

yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk

pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit

diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Rumus yang digunakan :

b) Point Prevalen Rate

Point Prevalen Rate adalah Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada

suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.

Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan.

Rumus :

2.3.4 Mortalitas

Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk

Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan

kematian, yaitu :

Jumlah penderita lama & baru

Periode Prevalen Rate = X K

Jumlah penduduk pertengahan

Jml. Penderita lama & baru Saat itu

Point Prevalen Rate = X K

Jml. Penduduk Saat itu

Page 13: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

9

a) Degenerasi Organ Vital & Kondisi terkait,

b) Status penyakit,

c) Kematian akibat Lingkungan atau Masyarakat ( Bunuh diri, Kecelakaan,

Pembunuhan, Bencana Alam, dsb.)

Macam – macam / Jenis Angka Kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio)

dalam Epidemiologi antara lain :

1. Infant Mortality Rate ( IMR ) = Angka Kematian Bayi ( AKB )

Infant Mortality Rate adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang

dari 1 tahun yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang

sama.

Manfaat sebagai indicator yang sensitive terhadap derajat kesehatan

masyarakat.

Rumus:

IMR = Infant mortility rate

Do = Jumlah Kematian bayi umur 0 – 1 tahun dalam

setahun

B = Jumlah bayi lahir hidup pada tahun yang

sama

k = Bilangan konstan = 1000

2. Perinatal Mortality Rate (PMR)/ Angka Kematian Prenatal (AKP)

Periode yang paling besar resiko kematiannya bagi umat manusia adalah

periode perinatal dan periode setelah usia 60 tahun. Di dalam kedokteran klinis,

evaluasi terhadap kematian anak dalam beberapa hari atau beberapa jam bahkan

beberapa menit setelah lahir merupakan hal yan penting agar kematian dan kesakitan

yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam periode tersebut bisa dicegah.

PMR Adalah Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28

minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari

7 hariyang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. (

WHO, 1981)

Do IMR = x k

B

Page 14: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

10

Manfaat PMR :

Untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu

hamil dan bayi.

Factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :

a) Banyaknya Bayi BBLR

b) Status gizi ibu dan bayi

c) Keadaan social ekonomi

d) Penyakit infeksi, terutama ISPA

e) Pertolongan persalinan

Rumus :

3. Neonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal (AKN)

AKN Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat

selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :

a) Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal

b) Program imunisasi

c) Pertolongan persalinan

d) Penyakit infeksi, terutama Saluran Napas Bagian Atas.

Rumus :

Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan

28 minggu atau lebih + dengan jumlah kematian bayi

yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun PMR/AKP = X K

Jumlah Bayi lahir hidup pada tahun yg sama

Jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hari

NMR/AKN = X K

Jumlah lahir hidup pada tahun yg sama

Page 15: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

11

4. Maternal Mortality Rate ( MMR ) = Angka Kematian Ibu ( AKI )

AKI Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,

persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang

sama.

Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :

a) Social ekonomi

b) Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas

c) Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil

d) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

Rumus:

5. Age Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )

Manfaat ASMR/ASDR adalah :

a)Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan

melihat kematian tertinggi pada golongan umur.

b) Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.

c) Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.

Rumus :

Keterangan :

dX

= Jml. Kematian yg dicatat dalam 1 tahun pd penduduk gol. Umur tertentu(x)

pX

= Jml. Penduduk pertengahan tahun pada gol. Umur tersebut(x)

Jml. Kematian Ibu Hamil, Persalinan & Nifas dlm 1 tahun

MMR = X K

Jumlah lahir hidup pd tahun yang sama

dX

ASMR/ASDR = X K

pX

Page 16: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

12

Usia Harapan Hidup (UHH)

Angka harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata

jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh seseorang yang telah

berhasil mencapai umur tepat X dalam situasi mortalitas yang berlaku di

lingkungan masyarakatnya.

Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan indikator yang baik

untuk menujukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Indikator yang

sering dipakai adalah angka harapan hidup waktu lahir. Angka tersebut

berkisar kurang lebih 40 tahun pada negara berkembang, dan 70 tahun pada

negara maju. Angka harapan hidup waktu lahir di Indonesia berdasarkan hasil

analisis sensus penduduk tahun 2000 sebesar 65,43 tahun.

Angka harapan hidup setelah mencapai umur tepat x

eo

x = rata-rata jumlah tahun kehidupan

setelah mencapai umur x

Tx = jumlah total tahun kehidupan

setelah umur tepat x

Ix = banyaknya orang yang akan

bertahan hingga mencapai umur

x

Dengan rumus diatas dapatlah dihitung rata-rata angka harapan hidup

waktu lahir (e0

o)

Sebagai berikut:

e0

o = rata-rata angka harapan hidup waktu lahir

To = jumlah total kehidupan pada umur 0

tahun

Io = jumlah kelahiran bayi

Tx

eo

x =

Ix

To

e0

o =

Io

Page 17: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

13

2.4 Konsep penyakit

2.4.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

A. Definisi

Infeksi saluran napas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada satu

bagian atau lebih saluran napas mulai dari hidung sampai paru-paru dan

berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu.

B. Etiologi

Disebabkan oleh infeksi virus, dan dapat sembuh sendiri

(selflimiteddiseases) namun ISPA juga dapat menjadi berat dan menyebabkan

kematian.

C. Penanganan

Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah.

Jika anak menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal

sebagai berikut (DepKes.RI, 1985 : 6 dan 7):

a. Demam

1) Bila demam dilakukan kompres. Cara mengompres adalah sebagai berikut :

Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil).

Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau

rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es,

kemudian peras.

Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi

muka.

Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian

peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak.

2) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol.

b. Pilek

Jika anak tersumbat hidungnya oleh sekret maka usahakanlah

membersihkan hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat bernafas

dengan lancar. Membersihkan ingus harus hati-hati agar tidak melukai

hidung.

Page 18: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

14

c. batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh dicampur dengan kecap atau madu 1/2 sendok

teh , diberikan tiga kali sehari.

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulangulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada

bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan

cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

2.4.2 Diare

A. Definisi

Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar berkali-kali

dalam satu hari yang melebihi batas normal dan tinja atau feses yang keluar

berupa cairan encer atau kental disertai angin / kentut dari dalam perut.

B. Etiologi

- Virus (penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus) gejala :

Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.

- GE ( flu perut) terbanyak karena virus.

- Bakteri, gejala : berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan

antibioka sebagai terapi pengobatan.

- Parasite (Giardiasis), gejala : berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu

antiparasite

- Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka

- Alergi susu, diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum

susu tersebut , biasanya pada alergi susu sapi dan produkproduk yang

terbuat dari susu sapi.

Page 19: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

15

- Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain ; misalnya

infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll.

C. Penanganan

a. Minum Air Putih yang Banyak

Sering-seringlah minum air putih yang banyak karena dengan sering

buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus

selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap setelah BAB minumlah

satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah

dimasak. Minumlah oralit yang merupakan larutan gula garam untuk

membantu pembentukan energi dan menahan diare / berak setelah habis

BAB. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu

merangsang asam lambung.

b. Pemberian obat zinc

WHO telah merekomedasikan penggunaan zinc dalam pengobatan diare

dengan dosis 10 mg per hari (bayi 2-5 bulan), dan dosis 20 mg per hari

(anak 6 bulan ke atas) selama 10 hari, untuk mencegah kemungkinan

terjadinya diare selama 3 bulan ke depan. Pemberian selama 10 hari

berturut-turut tersebut harus tetap dilakukan meskipun diare sudah

berhenti sebelum 10 hari. Untuk bayi, pemberian tablet zinc dapat

dilarutkan dengan sedikit air putih atau ASI.

c. Makan Makanan Khusus

Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah

karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare.

Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. Bagi

penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dah halus seperti

bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin. Di sininasi akan

menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan

memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat

pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta

makanan yang pedas mengandung cabai dan lada.

Page 20: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

16

d. Istirahat yang Cukup

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang buang-buang air akan terasa

lemah, lemas, lesu, kurang bergairah, dan sebagainya. Untuk itu bagi anda

yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya meminta izin sekolah atau

kantor untuk menghindari dari kemungkinan yang terburuk atau

memalukan di tempat umum. Tidur sebanyak-banyaknya namun tidak

melupakan waktu makan makanan dan obat harus teratur, banyak minum,

beribadah dan berdoa dan lain-lain.

e. Minum Obat Dengan Dosis yang Tepat

Ada baiknya anda berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat yang

tepat untuk anda, karena setiap orang memiliki karakteristik masing-

masing dalam pemilihan obat. Rumah sakit, dokter praktek, puskesmas

atau balai pengobatan lain yang sesuai izin depkes adalah pilihan yang

tepat karena memiliki dokter yang baik dengan obat-obatan yang baik

pula. Bila anda ragu datangi saja dokter lain untuk mendapatkan informasi

lebih lanjut. Setalah mendapatkan obat minumlah obat itu sesuai dosis

yang waktu yang telah ditentukan. Biasanya dokter akan memberikan obat

mules, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan

mencret sebaiknya diminum jika perut mulas dan diare saja dan hentikan

jika sudah berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk antibiotik wajib

dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati total dan tidak

membentuk resistensi. Untuk vitamin terserah anda mau dihabiskan atau

tidak, akan tetapi tidak ada salahnya jika dihabiskan karena vitamin baik

untuk anda asalkan tidak berlebihan.

D. Pencegahan

Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger.

Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus

rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:

Penyiapan makanan yang higienis

Penyediaan air minum yang bersih

Page 21: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

17

Kebersihan perorangan

Cuci tangan sebelum makan

Pemberian ASI eksklusif

Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)

Tempat buang sampah yang memadai

Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan

Lingkungan hidup yang sehat

2.4.3 Hipertensi

A. Definisi

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan

oleh systolic dan (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat

pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer)

ataupun alat digital lainnya. Tekanan darah tinggi yang terus menerus

menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini

berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan

mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan

serangan jantung. Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type

klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :

- Hipertensi Primary

Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah

tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor

lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan

mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan

pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula

sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat

mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang

kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

Page 22: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

18

- Hipertensi Secondary

Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan

tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit

lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon

tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat

kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di

atas normal atau gemuk (gendut). Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini

adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang

menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun

tergolong parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi

bias mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.Preeclampsia adalah

kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan

keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka

yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila

terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.

B. Penanganan Hipertensi

- Diet rendah lemak dan garam

a. Kandungan garam (Sodium/Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol

diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam

b. Kandungan Potasium/Kalium

Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan

tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-

buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan

baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain

semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu,

mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu,

makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam

membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).

- Berhenti merokok dan minuman alcohol

Page 23: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

19

- Kurangi atau berhenti minum kopi

- Hindari mengkonsumsi daging kambing, dan buah durian

- Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh

- Menurunkan berat badan bagi penderita obesitas

- Kurangi stress. Bisa mengurangi stress dengan hipnoterapi, pijat,

refleksi. Kunjungi psikolog atau berkonsultasi dengan perawat untuk

membantu memecahkan masalah, jika stres terjadi karena adanya masalah

yang rumit.

- Pengontrolan tekanan darah secara rutin

- Pengobatan hipertensi :

a. Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}.

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran

cairan tubuh via urine. Tetapi karena potassium berkemungkinan terbuang

dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus

dilakukan.

b. Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.

Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan

darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar

(vasodilatasi) pembuluh darah.

c. Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine),

Angiotensinconverting enzyme (ACE)}.

Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan

darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang

juga memperlebar pembuluh darah.

2.4.4 REMATIK

A. Definisi

Reumatik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri

dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan otot).

Bagian tubuh yang diserang biasanya pada persendian di jari, lutut, pinggul, dan

Page 24: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

20

tulang punggung. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap,

suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat

terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi.

Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.

B. Etiologi

Penyakit reumatik ini tidak berhubungan dengan stroke tetapi

berhubungan dengan gaya hidup, pekerjaan, imunitas dan beberapa penyakit

berhubungan dengan genetika.

C. Penanganan

- paracetamol atau aspirin untuk menghilangkan nyeri maupun gejala

peradangan. Obat ini tidak mempengaruhi proses peradangan yang terjadi.

Sehingga hanya berguna untuk keluhan nyeri ringan dan bukan untuk

pengobatan jangka panjang.

- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat golongan ini mampu

menanggulangi gejala dan dapat menekan proses peradangan, meskipun

tidak dapat menghentikan proses penyakit. Sampai saat ini OAINS

memang dapat digunakan pada semua keluhan reumatik, baik pada sendi

maupun di luar sendi. Tapi paling bermanfaat pada reumatik di luar sendi.

Dengan catatan, perlu dibantu dengan fisioterapi maupun suntikan

kortikosteroid pada persendian. Beberapa penyakit reumatik tertentu

membutuhkan pengobatan spesifik bahkan terdapat beberapa penyakit

yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang dan obat

sejenis kemoterapi.

- Celecoxib adalah obat rematik golongan COXIBX COX-2 (specific

inhibitors atau penghambat COX-2) produksi PT Pfizer Indonesia yang

mampu menghambat secara spesifik enzim COX-2 yang berkaitan dengan

nyeri dan peradangan, sehingga lebih aman terhadap lambung

dibandingkan dengan obat anti nyeri rematik ns-NSAID. Celecoxib juga

mengatasi gangguan radang sendi dengan profil keamanan dalam hal

saluran cerna bagian atas (upper gastrointestinal) yang lebih baik

Page 25: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

21

dibandingkan dengan obat golongan ns-NSAID, serta keamanan dalam hal

kardiovaskular yang sebanding dengan ns-NSAID.

- Menghangatkan persendian yang sakit. Ada bermacam cara pemanasan

yang dapat dilakukan oleh setiap penderita di rumah. Salah satu di

antaranya dengan cara mengompres dengan handuk yang dicelupkan

kedalam air hangat, atau dengan memasukkan air panas ke dalam botol

kemudian kompreskan botol hangat ini pada persendian yang sakit,

sampai terasa nyaman. Sinar mataharipun dapat dipakai untuk

memanaskan persendian punggung yang sakit. Untuk cara ini, dibutuhkan

alas tidur yang menyerap panas, misalnya terpal. Jemurlah alas ini di

bawah sinar matahari sampai beberapa lama, kemudian berbaringlah di

atas terpal hangat ini dengan nyaman.

- Senam rematik. Dengan melakukan latihan ini secara teratur dan benar,

diharapkan penderita rematik dapat bebas dari gejala penyakit rematik

berupa kekakuan sendi dan nyeri.

- Menjaga agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan dari laut dalam.

- Hentikan merokok. Merokok termasuk salah satu resiko rematik.

Merokok dapat memicu serangan pada sistem imun yang menyebabkan

penyakit ini. Pada kenyataannya, sebuah studi mengungkapkan, merokok

meningkatkan resiko sampai dua kali lipat mengembangkan rematik.

- Menjaga berat badan agar tetap stabil. Berat badan, harus selalu

dikontrol. Dengan mengontrol berat badan, berarti telah melakukan

pencegahan rematik. Pasalnya, bobot badan yang berlebihan akan

membebani tubuh, lutut, dan sendi. Bagi penderita rematik, mengurangi

berat badan justru dapat mengurangi risiko rematik.

Page 26: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

22

D. Pencegahan

Upaya pencegahan penyakit adalah:

1.Pencegahan tingkat awal ( primodial prevention)

Upaya pencegahan tingkat awal ini adalah usaha mencegah terjadinya resiko

atau mempertahankan keadaan resiko renda kepada masyarakat terhadap

penyakit secara umum. Mengkondisikan masyarakat agar penyakit tidak

mendapat dukungan dari masyarakat. Upaya ini tidak hanya dari petugas

kesehatan saja namun dari seluruh masyarakat. Yang terlebih sasarannya

adalah kelompok remaja & usia muda,dengan tidak mengabaikan kelompok

dewasa & usia lanjut.

Pencegahan meliputi :

memelihara & mempertahankan gaya hidup yang sudah ada & benar

dalam masyarakat agar dapat mencegah peningkatan resiko terhadap

penyakit tertentu.

mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah

generasi yang sedang tumbuh untuk tidak meniru atau melakukan

kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan resiko terhadap berbagai

penyakit.

melakukan modifikasi,penyesuaian terhadap resiko yang ada atau

berlangsung dalam masyarakat.

2. Pencegahan tingkat pertama ( primary prevention)

Pencegahan primer ini merupakan upaya agar masyarakat yang berada

dalam keadaan sehat tidak jatuh dalam keadaan sakit,melalui usaha

mengontrol dan mengatasi factor resiko dengan sasaran utamanya adalah

orang sehat melalui promosi kesehatan.

Pada tahap ini ada 2 golongan kegiatan yaitu :

Health promotion (peningkatan kesehatan)

Peningkatan status kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan

perorangan dan masyarakat secara optimal,mengurangi perasan

penyebab dan derajat resiko melalui beberapa kegiatan melalui :

Page 27: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

23

kampanye kesadaran masyarakat

promosi kesehatan

pendidikan kesehatan masyarakat

peningkatan gizi

pengamatan tumbuh kembang

pengadaan rumah sehat

penyelenggaraan hiburan sehat

konsultasi perkawinan

pendidikan sex

pengendalian lingkungan.

Adapun strategi pokok dalam usaha pencegahan ini meliputi :

1. Strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan.

Sasaran ini lebih luas sehingga bersifat radikal,memiliki potensi yang

lebih besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran perlikau.

Namun secara individu kurang bermanfaat dan rasio antara manfaat dan

resiko cukup rendah.

2. Strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok resiko tinggi.

Strategi ini sangat mudah diterapkan secara individual,motivasi subjek

dan pelaksanaan cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan resiko

cukup baik. Namun sulit dalam memilih kelompok dengan resiko

tinggi,efeknya sangat rendah dan bersifat temporer serta kurang sesuai

untuk perilaku.

3. Pencegahan kedua (secondary prevention)

Ditujukan kepada masyarakat yang dalam keadaan sakit,mereka yang

terancam menderita penyakit tertentu.

Pencegahan ini dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu :

a. Early diagnose & prompt treatment (diagnose dini)

screening diri

penemuan kasus secara dini

Page 28: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

24

pemeriksaan umum lengkap

pemeriksaan masal

survey terhadap kontak,rumah & sekolah

penangan kasus

kemoterapi

b. Disability imitation (pembatasan gangguan)

penyempurnaan komplikasi

pencegahan komplikasi

penurunan beban social masyarakat

4. Pencegahan tingkat ketiga ( teritiary prevention)

Upaya pencegahan tingkat ketiga atau rehabilitasi merupakan upaya

pemulihan masyarakat yang setelah sembuh dari sakit & mengalami

kecacatan untuk mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut melalui aspek

medis dan social diterapkan melalui PHN (Publik Health Nursing).

Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik,psikologi & social

seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis,rehabilitasi

mental,rehabilitasi social,sehingga setiap individu dapat menjadi anggota

masyarakat yang produktif dan berdayaguna.

Pencegahan ini dapat dilakukan melalui :

perawatan rumah jompo,

memberikan keterampilan bagi penderita cacat,

membentuk perkumpulan bagi orang-orang yang mengalami cacat

tertentu.

2.5 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan

gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai

keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan

sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan

Page 29: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

25

lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan

yang sehat.

Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:

1. menciptakan lingkungan yang mendukung,

2. mengubah perilaku, dan

3. meningkatkan kesadaran.

Misi Promosi Kesehatan

1. Advokat (advocate)

Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan

2. Menjembatani (mediate)

Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan

kesehatan

3. Memampukan (enable)

Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara

mandiri

Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1984)

1. Advokasi (advocacy)

Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan

kesehatan

2. Dukungan Sosial (social support)

Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat

3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya

Strategi Promkes (Piagam Ottawa, 1986)

1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan

2. Lingkungan yang Mendukung

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan

4. Keterampilan Individu

5. Gerakan Masyarakat

Page 30: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

26

Sasaran Promosi Kesehatan

• Sasaran Primer

Sesuai misi pemberdayaan. Misal : kepala keluarga, ibu hamil/menyusui, anak

sekolah

• Sasaran Sekunder

Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama

• Sasaran Tersier

Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke

daerah

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga

dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS

yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI eksklusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

2.6 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara

lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air

Page 31: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

27

bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak

(kandang), dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan

lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan

lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya

kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Perumahan

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping

kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan . Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan

nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas.

Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya

penyakit yang berbasis lingkungan.

1. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah.

- Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

Maksudnya, membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana

rumah itu didirikan.

- Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan rumah

dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka

bahan-bahan setempat yang rumah misalnya dari bambu, kayu atap rumbia, dan

sebagainya, merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Kemampuan

pemeliharaan oleh penghuninya perlu dipertimbangkan.

- Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam rangka penerapan teknologi

tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh masyarakat tersebut

dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan dipertahankan

segi-segi yang sudah positif.

- Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah. Untuk

hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem,

namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.

Page 32: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

28

2. Syarat-syarat rumah yang sehat :

Syarat rumah sehat menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 829 /Menkes/SK/VII/1999 :

a. Lokasi

1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran

lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.

2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas

lokasi pertambangan.

3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan

b. Sarana dan Prasarana Lingkungan

1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan

konstruksi yang aman dari kecelakaan.

2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector

penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut:

Konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan, Konstruksi trotoar jalan

tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, Bila ada jembatan

harus diberi pagar pengaman, dan Lampu penerangan jalan tidak

menyilaukan.

4. Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang

waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus

memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan

kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 33: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

29

7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti keamanan,

kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan,

kesenian, dan lain sebagainya.

8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

9. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak

terjadinyakontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan, sesuai

denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

- Bahan bangunan

1. Lantai : syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu saat musim

kemarau dan tidak basah pada saat musim hujan. Lantai yang basah

dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.

2. Dinding : tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih

lagi bila ventilasi tidak cukup. Didinding rumah di daerah tropis

khususnya di daerah pedesaan, lebih baik dinding atau papan, karena

lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan

ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

3. Atap genteng : atap genteng yang umum dipakai di daerah perkotaan

maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk

daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat.

- Ventilasi

1. Ventilasi alamiah : dimana aliran udara dalam ruang tersebut terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan sebagainya.

2. Ventilasi buatan : dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap

udara.

- Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan

tidak terlalu banyak.

Page 34: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

30

1. Cahaya alami : menggunakan sumber cahaya yang alami seperti sinar

matahari.

2. Cahaya buatan : menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah

seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

- Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan

jumlah penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat

menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang.

- Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat :

1. Penyedian air bersih yang cukup

Syarat-syarat air minum yang sehat:

a. Syarat fisik : bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah

suhu udara di luarnya.

b. Syarat bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, terutama

bakteri pathogen.

c. Syarat kimia : harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah

yang tertentu pula.

Pembuangan tinja

Pengelolaan pembuangan kotoran manusia :

Harus diperoleh dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu

tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Syarat jamban sehat :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

b. Tidak mengotori air pemukaan dan tanah di sekitarnya.

c. Tidak menimbulkan bau.

d. Mudah digunakan dan dipelihara.

e. Tidak terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kecoa.

f. Sederhana desainnya.

g. Murah.

Page 35: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

31

h. Dapat diterima oleh pemakainya.

Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain :

a. Jamban cemplung, kakus (pit latrine)

Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa.

Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, sebab apabila terlalu dalam

akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latine berkisar antara

1,5 – 3 meter saja. Rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding

bambu, dan atap daun kelapa atau pun daun padi. Jarak dari sumber air

minum sekurang-kurangnya 15 meter.

b. Jamban cemplung berventilasi (VIP latrine)

Jamban cempung berventilasi hampir sama dengan jamban cemplung

namun bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Di

daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

c. Jamban empang (fishpond latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban empang

ini disebut daur ulang (recyling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan,

ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang

dimakan, demikian seterusnya.

d. Jamban pupuk (the compost privy)

Pada prisipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal

galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran

binatang dan sampah, dan daun-daunan.

e. Septic tank

Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, di mana tinja dan

air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja

akan berada selama beberapa hari.

Pembuangan air limbah (air bekas)

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,

industri, maupun tempat umum lainnya. Pada umumnya mengandung zat-zat

yang berbahaya bagi manusia serta mengganggu lingkungan hidup.

Page 36: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

32

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup

terhadap pencemaran air limbah tersebut.

Pembuangan sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Pengelolaan

sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan

pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak

menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

Persyaratan air bersih secara fisik, kimia, dan mikrobiologi

1. Syarat fisik, antara lain:

Air harus bersih dan tidak keruh

Tidak berwarna apapun

Tidak berasa apapun

Tidak berbau apaun

Suhu antara 10-25 C (sejuk)

Tidak meninggalkan endapan

2. Syarat kimiawi, antara lain:

Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

Cukup yodium

pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat mikrobiologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan

bakteri patogen penyebab penyakit.

Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai

dengan standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar

kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan

air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air

semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam

Page 37: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

33

penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak

mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan

kualitas, yaitu:

Aman dan higienis.

Baik dan layak minum.

Tersedia dalam jumlah yang cukup.

Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan,

operasi dan biaya. Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia,

biologis dan radiologis yaitu sebagai berikut:

1. Parameter Air Bersih secara Fisika

Kekeruhan

Warna

Rasa & bau

Endapan

Temperatur

2. Parameter Air Bersih secara Kimia

Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol,

protein, deterjen, dll.

Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH,

fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.

Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.

3. Parameter Air Bersih secara Biologi

Bakteri

Binatang

Tumbuh-tumbuhan

Protista

Page 38: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

34

Virus

4. Parameter Air Bersih secara Radiologi

Konduktivitas atau daya hantar

Pesistivitas

PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)

2.7 Pendidikan Kesehatan Masyarakat

2.7.1 Prinsip pendidikan kesehatan

1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan

kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat

mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.

2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh

seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran

pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah

lakunya sendiri.

3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran

agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah

sikap dan tingkah lakunya sendiri.

4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan

(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap

dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.7.2 Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3

dimensi :

1. Dimensi sasaran

a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat

tertentu.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

Page 39: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

35

2. Dimensi tempat pelaksanaan

a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga

b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran

masyarakat atau pekerja.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal :

peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal

: imunisasi

c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early

diagnostic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan

sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.

d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan

memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

2.7.3 Metode pendidikan kesehatan

1. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu

penyelesaiannya.

3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan

kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,

untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan

Page 40: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

36

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,

apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu

besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan

tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian

(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih

tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,

pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur

sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu

peserta.

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan

satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,

tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak

boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya

mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya

terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Page 41: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

37

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.

Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya

akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian

dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok

lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.

Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari

kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan

tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter

puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota

lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan

bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan

tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan

disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara

memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan

dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi

pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya

menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

Page 42: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

38

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,

misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV

maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan

kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio

adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek

Dokter Herman Susilo” di Televisi.

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk

pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari

Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya

jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan

bentuk pendidikan kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya

adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo

ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

2.7.4 Alat bantu dan media pendidikan kesehatan

1. Alat bantu (peraga)

a. Pengertian ;

Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan

pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale

membagi alat peraga tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus

menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat bantu tersebut dalam suatu

kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang mempunyai

intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field

trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan,

Page 43: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

39

kata-kata. Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat kurang

efektif/intensitasnya paling rendah.

b. Faedah alat bantu pendidikan

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan

kesehatan.

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para

pendidik/pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.

Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87%

pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan

13-25% lainnya tersalurkan melalui indra lain. Di sini dapat

disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara

penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.

9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.

10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Macam-macam alat bantu pendidikan

1) Alat bantu lihat (visual aids) ;

- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.

- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar,

peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.

2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.

3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.

Page 44: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

40

d. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

1) Individu atau kelompok

2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur, pendidikan,

pekerjaan, dsb.

3) Bahasa yang mereka gunakan

4) Adat istiadat serta kebiasaan

5) Minat dan perhatian

6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan

diterima.

e. Merencanakan dan menggunakan alat peraga

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :

a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

b) Mengubah sikap dan persepsi.

c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2) Tujuan penggunaan alat peraga

a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.

b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.

d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

f. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan

tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan

sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan dalam memilih,

mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang

maksimal.

Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak

harus diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil

menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian

diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya

Page 45: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

41

agar terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak

mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-

lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau

membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin

gagal.

g. Cara mengunakan alat peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung dengan alatnya.

Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film

slide. Faktor sasaran pendidikan juga harus diperhatikan, masyarakat buta

huruf akan berbeda dengan masyarakat berpendidikan. Lebih penting lagi,

alat yang digunakan juga harus menarik, sehingga menimbulkan minat

para pesertanya.

Ketika mempergunakan AVA, hendaknya memperhatikan :

1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.

2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan/diperagakan itu,

adalah penting.

3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar mereka tidak

kehilangan kontrol dari pihak pendidik.

4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar pendengar tidak

bosan dan tidak mengantuk.

5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan untuk memegang

dan atau mencoba alat-alat tersebut.

6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan

sebagainya.

2. Media pendidikan kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan

(audio visual aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut

merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena

alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai

Page 46: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

42

penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) :

Cetak, elektronik, media papan (bill board)

1) Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau

keduanya.

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk

lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar

(halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat

sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2) Media elektronik

1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya

jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.

2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,

ceramah, radio spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

3) Media papan (bill board)

Page 47: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

43

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai

diisi dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media

papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng

yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

2.7.5 Perilaku kesehatan

1. Konsep perilaku

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan

(respons). Ia membagi respons menjadi 2 :

a. Respondent respons/reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli,

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya :

makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan

menimbulkan mata tertutup, dll. Respondent respons (respondent

behavior) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior.

Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan

organisme yang bersangkutan. Misalnya menangis karena sedih/sakit,

muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal

yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya

tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dll.

b. Operant Respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul

dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam

ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan-

perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh

organisme. Oleh karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau

memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Contoh :

Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan,

kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar

atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain,

responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Page 48: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

44

2. Perilaku kesehatan

Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4 (empat) :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

merespons, baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit

yang ada pada dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif (tindakan)

yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku

terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, misalnya : perilaku pencegahan

penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk melakukan

pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk mencegah

gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai

pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra.

b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan

tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap

fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan,

yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan

fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan,

dll.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan

kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan

lingkungan itu sendiri (dengan air bersih, pembuangan air kotor, dengan

limbah, dengan rumah yang sehat, dengan pembersihan sarang-sarang

nyamuk (vektor), dan sebagainya.

Page 49: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

45

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan (health behavior) sebagai berikut :

1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,

kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

2) Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang individu yang merasakan sakit, untuk merasakan

merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk

kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,

penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau

kegiatan yang dilakuakan oleh individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap

kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain,

terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung

jawab terhadap kesehatannya.

3. Bentuk perilaku

Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.

Respons berbentuk 2 (dua) macam :

a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya ; seorang ibu tahu

bahwa imunisasi itu mencegah suatu penyakit tertentu, meski ia tak

membawa anaknya ke puskesmas, seseorang yang menganjurkan orang

lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB. Dari contoh di atas ibu itu telah

tahu guna imunisasi dan orang tersebut punya sikap positif mendukung

KB, meski mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap

Page 50: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

46

kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung

(covert behavior).

b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke

puskesmas untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut KB

dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka

ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut ”overt

behavior”.

4. Domain perilaku kesehatan

a. Menurut Bloom

1) Perilku kognitif (kesadaran, pengetahuan)

2) Afektif (emosi )

3) Psikomotor (gerakan, tindakan)

b. Menurut Ki Hajar Dewantara

1) Cipta (peri akal)

2) Rasa (peri rasa)

3) Karsa (peri tindak)

c. Ahli-ahli lain

1) Knowledge (pengetahuan), yaitu hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan (rasa, lihat, dengar, raba, bau) terhadap

suatu obyek tertentu.

2) Attitude (sikap), yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Ahli lain menyatakan

kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak.

3) Practice (tindakan/praktik). Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud

dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang

positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari

suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu

Page 51: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

47

tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas juga

diperlukan faktor dukungan (support) dari fihak lain, misal suami atau

istri, orang tua atau mertua, sangat penting untuk mendukung praktek

keluarga berencana.

d. Metode pendidikan untuk mengubah masing-masing domain perilaku

Merubah Pengetahuan Merubah Sikap Merubah Praktik

Ceramah Diskusi Kelompok Latihan sendiri

Kuliah Tanya Jawab Bengkel kerja

Presentasi Role Playing Demonstrasi

Wisata Karya Pemutaran film Eksperimen

Curah pendapat Video

Seminar Tape Recorder

Studi kasus Simulasi

Tugas baca

Simposium

Panel

Konferensi

5. Tiga faktor pokok yang melatarbelakangi/mempengaruhi perilaku :

a. Faktor Predisposing, berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai,

dll.

b. Faktor Enabling/pemungkin, berupa ketersediaan sumber-sumber/fasilitas,

peraturan-peraturan.

c. Faktor Reinforcing/mendorong/memperkuat, berupa tokoh agama, tokoh

masyarakat.

3.7.6 Perubahan perilaku dan proses belajar

1. Teori stimulus dan transformasi

Teori stimulus - respon kurang memperhitungkan faktor internal, dan

transformasi yang telah memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus

respon yang berpangkal pada psikologi asosiasi menyatakan bahwa apa yang

Page 52: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

48

terjadi pada diri subjek belajar adalah merupakan rahasia atau biasa dilihat

sebagai kotak hitam ( black box). Belajar adalah mengambil tanggapan -

tanggapan dan menghubungkan tanggapan - tanggapan dengan mengulang -

ulang. Makin banyak diberi stimulus, makin memperkaya tanggapan pada

subyek belajar.

Teori transformasi yang berlandaskan psikologi kognitif, menyatakan

bahwa belajar adalah merupakan proses yang bersifat internal di mana setiap

proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain metode

pengajaran. Faktor eksternal itu misalnya persentuhan, repetisi/pengulangan,

penguat. Faktor internal misalnya fakta, informasi, ketrampilan, intelektual,

strategi.

2. Teori-teori belajar sosial (social learning)

a. Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard

Ada 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan;

1) Tingkah laku sama (same behavior).

Contoh : dua orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan

barang yang sama.

2) Tingkah laku tergantung (macthed dependent behavior).

Contoh : kakak-beradik yang menunggu ibunya pulang dari pasar.

Biasanya ibu mereka membawa coklat (ganjaran). Adiknya juga

mengikuti. Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku

kakaknya, di lain waktu meski kakaknya tak ada, ia akan lari

menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.

3) Tingkah laku salinan (copying behavior)

Perbedaannya dengan tingkah laku bergantung adalah dalam tingkah

laku bergantung ini si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat

yang diberikan oleh model pada saat itu saja. Sedangkan pada tingkah

laku salinan, si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di

masa lalu dan masa yang akan datang. Tingkah laku model dalam

kurun waktu relatif panjang ini akan dijadikan patokan si peniru untuk

Page 53: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

49

memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan datang,

sehingga lebih mendekati tigkah laku model.

b. Teori belajar sosial dari Bandura dan Walter

1) Efek modeling (modelling effect), yaitu peniru melakukan tingkah laku

baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.

2) Efek menghambat (inhibition) dan menghapus hambatan

(disinhibition), dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengan model

dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan

tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah

laku yang dapat menjadi nyata.

3) Efek kemudahan (facilitation effect), yaitu tingkah laku-tingkah laku

yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali

dengan mengamati tingkah laku model.

Page 54: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

50

BAB III

REVIEW JURNAL

3.1 Jurnal 1

3.1.1 Pengaruh Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban udara terhadap

Kejadian Penyakit DBD, ISPA dan Diare

Penulis : Topan Nirwana (Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran,

Bandung.

Tahun : 2013

Metode :

Untuk penelitian tentang iklim dan penyakit DBD, pencarian literatur

menggunakan Pubmed dengan memakai Bahasa I nggris. Artikel yang

diambil merupakan penelitan/ original research pada 10 tahun

terakhir.

Parameter yang menjadi kata kunci adalah ((climate[Title/Abstract])

AND incidence [Title/Abstract]) AND dengue[T itle/Abstract]. Artikel

yang didapat dari kata kunci ini adalah sebanyak 37 artikel dan yang

relevan dengan penelitian tentang iklim dan D BD sebanyak 4 artikel .

Penelitian tentang iklim dengan penyakit ISPA dan diare diambil dari

beberapa jurnal dalam dan luar negeri baik yang berupa literatur review

maupun yang original research.

Resume :

Penyakit Demam Berdarah Dengue , Infeksi Saluran Pernafasan Akut,

dan diare masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di

Indonesia. Angka insidens DBD pada tahun 2007 meningkat sebesar

71,78 per 100.000 penduduk. Pada 2011, penyakit ISPA mencapai

18.790.481 juta kasus batuk bukan pneumonia dan 756.577

pneumonia. Pada tahun 2010 angka insiden diare meningkat sebesar

411/1000 penduduk.

Page 55: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

51

Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu terjadinya penyakit.

Berbagai studi telah dilakukan untuk mengkaji keterkaitan antara

faktor -faktor lingkungan dengan kejadian penyakit. Dalam beberapa

dekade terakhir, telah terjadi perubahan iklim secara bermakna.

Perubahan tersebut akan berpengaruh pula terhadap kemungkinan

terjadinya penyakit.

Studi literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor iklim

yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, ISPA, dan Diare.

Pencarian literatur tentang iklim dan DBD menggunakan database

Pubmed. Penelitian tentang iklim dengan penyakit ISPA dan diare

diambil dari beberapa jurnal dalam dan luar negeri. Hasil kajian ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh curah hujan, temperatur dan

kelembaban udara terhadap kejadian penyakit DBD, ISPA dan

diare.

Ayres dan kawan-kawan (2009) juga mengatakan bahwa curah

hujan yang berlebihan akan membuat rumah menjadi lembab, curah

hujan tidak menentu dan kebanyakan penderita yang tinggal di

kawasan padat penduduk karena sirkulasi dan sanitasi yang kurang

baik merupakan penyebab terjadinya penyakit Pernafasan Kronis

seperti ISPA, sedangkan menurut Mairusnita (2007), dampak pada

saat musim hujan akan terjadinya kepadatan hunian yang berpengaruh

terhadap terjadinya cross infection, dimana ketika ada penderita ISPA

yang berada dalam satu ruangan, mak a pada saat batuk/bersin melal ui

udara akan mempercepat proses penularan terhadap orang lain. Bahwa

cuaca panas dapat mengakibatkan kelelahan terhadap manusia karena

hawa panas menyebabkan banyaknya keringat yang dikeluarkan,

sehingga mengalami dehidrasi. Begitu juga dengan anak -anak dan

balita dapat terkena penyakit flu, batuk, pilek, demam, gangguan sa

luran pernapasan, masuk angin, gangguan pencernaan, alergi, dan

yang p aling berbahaya adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Page 56: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

52

(ISPA). Salah satu faktor terjadinya penyakit ISPA adalah

kelembaban (Brussels, 2010).

Adanya pengaruh yang bermakna antara curah hujan, temperatur dan

kelembaban terhadap kejadian penyakit DBD, ISPA dan diare

menandakan perlu adanya kerjasama antara Badan Meteorolgi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) de ngan Dinas Kesehatan dengan

tujuan untuk mencegah, memprediksi dan menangani secara tepat

Kejadian Luar Biasa DBD, ISPA, Diare.

3.2 Jurnal 2

3.2.1 Status of epidemiology in the WHO South-East Asia region: burden of

disease, determinants of health and epidemiological research, workforce

and training capacity

Penulis : Preet K Dhillo, Panniyammakal Jeemon, Narendra K Arora,

Prashant Mathur, Mahesh Maskey, Ratna Djuwita Sukirna,

and Dorairaj Prabhakaran (New Delhi, India)

Tahun terbit : 5 Maret 2012

Resume :

Kawasan Asia Tenggara (SEAR) menyumbang seperempat

dari populasi dunia, 40% penduduk miskin global dan ~ 30%

dari beban penyakit global, dengan pangsa proporsional besar

tuberkulosis (35%), cedera (30 %), ibu (33%) dan <mortalitas

5 tahun (30%). Pada jurnal ini, penulis menggambarkan beban

penyakit dan status penelitian epidemiologi dan kapasitas di

Asia Tenggara untuk memahami, menganalisis dan

mengembangkan kemampuan dalam menanggapi beban

beragam penyakit di wilayah tersebut.

Data morbiditas, mortalitas, faktor risiko, determinan sosial,

kapasitas penelitian, pendidikan kesehatan, tenaga kerja dan

sistem di SEAR telah diperoleh dengan menggunakan data

global pada beban penyakit, peer-review jurnal, laporan teknis

Page 57: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

53

dan konsultasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan jika

tersedia, divalidasi laporan negara dan informan kunci dari

daerah.

Negara Asia Tenggara menderita dengan beban tiga penyakit

penyakit menular, penyakit tidak menular dan cedera. Dari

tujuh wilayah WHO, negara-negara Asia Tenggara memiliki

proporsi tertinggi kematian global yang (26%) dan karena usia

relatif lebih muda pada saat kematian, persentase tertinggi

kedua dari jumlah tahun hidup yang hilang (30%). Negara

AsiaTenggara melebihi tingkat rata-rata global tahunan

kematian untuk semua tiga penyebab luas kelompok-menular,

ibu, kondisi perinatal dan gizi (334 vs 230 per 100 000);

penyakit tidak menular (676 vs 573 per 100 000), dan cedera

(101 vs 78 per 100 000). Kemiskinan, pendidikan dan lainnya

determinan sosial kesehatan sangat terkait dengan

ketidakadilan dalam kesehatan antara negara-negara Asia

Tenggara dan dalam subkelompok sosial-ekonomi. India,

Thailand dan Bangladesh menghasilkan dua pertiga dari

publikasi epidemiologi di wilayah tersebut. Upaya yang

signifikan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja

kesehatan, riset dan pelatihan telah dilakukan di wilayah

tersebut, namun heterogenitas yang cukup besar dalam

sumber daya dan kapasitas tetap.

Sistem kesehatan, statistik dan program pengawasan harus

merespon transisi demografi, ekonomi dan epidemiologi yang

menentukan beban penyakit saat ini dan profil risiko populasi

negara di Asia Tenggara. Ketidakadilan dalam kesehatan

harus dianalisis secara kritis, didokumentasikan dan ditangani

melalui pendekatan multi-sektoral. Ada kebutuhan penting

Page 58: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

54

untuk meningkatkan kecerdasan kesehatan masyarakat dengan

membangun kapasitas epidemiologi di wilayah tersebut.

3.3 Jurnal 3

Judul : Public health services, an essential determinant of health during

crisis. Lessons from Cuba, 1989–2000

Penulis : Pol De Vos1, Anaí García-Fariñas, Adolfo Álvarez-Pérez2, Armando

Rodríguez-Salvá , Mariano Bonet-Gorbea , Patrick Van der Stuyft

(Prancis)

Tahun Terbit : 1 Februari 2012

Resume :

Selama tahun 1990, Kuba mampu mengatasi krisis yang parah,

nyaris tanpa dampak negatif terhadap kesehatan. Penelitian

retrospektif nasional yang meliputi tahun 1989-2000 analisis strategi

negara melalui sosial, demografi, proses kesehatan esensial dan

indikator hasil kesehatan. Produk domestik bruto (PDB) berkurang

sebanyak 34,76% antara tahun 1989 dan 1993. Pada tahun 1994

penyembuhan lambat dimulai. Selama krisis, biaya kesehatan

masyarakat meningkat. Jumlah dokter keluarga naik 9,22-27,03 per

104 penduduk antara tahun 1989 dan 2000. Angka kematian bayi

dan harapan hidup merupakan contoh serangkaian indikator

kesehatan yang terus membaik selama tahun-tahun krisis, sedangkan

berat badan lahir rendah dan kejadian TB di antara beberapa

indikator yang mengalami penurunan. PDB berbanding terbalik

dengan kejadian TB, sedangkan gaji rata-rata berbanding terbalik

dengan berat lahir rendah. Angka kematian bayi memiliki korelasi

negatif yang kuat dengan biaya kesehatan per penduduk, jumlah

rumah ibu, jumlah dokter keluarga dan proporsi ibu hamil menerima

perawatan di rumah ibu. Harapan hidup memiliki korelasi positif

yang kuat dengan biaya kesehatan, jumlah tenaga keperawatan dan

Page 59: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

55

jumlah kontak medis per penduduk. Kuba Strategi diselesaikan

secara efektif risiko kesehatan selama krisis. Pada saat kendala

sosio-ekonomi yang serius, kebijakan kesehatan masyarakat juga

dikonsep dapat memainkan peran penting dalam menjaga

keseluruhan kesejahteraan populasi.

Dalam sebuah penelitian retrospektif selama 1989-2000, Kuba

Nasional mengumpilkan data pada 19 indikator dalam empat

dimensi. Badan Pusat Statistik dan Departemen Statistik Nasional

dari Departemen Kesehatan Kuba sebagai sumber utama informasi,

sumber-sumber lain termasuk (Asosiasi Amerika untuk Kesehatan

Dunia 1997 Castro 1994, Lobe 2001 MINSAP 1996 MINSAP /

PAHO 1996; MINSAP 1998 Infomed 2006).

Kuba dapat mempertahankan pemeliharaan dan bahkan memperkuat

pelayanan kesehatan masyarakat - terutama di tingkat perawatan

pertama. Itu berdampak secara signifikan terhadap kesehatan

penduduk. Pendekatan Kuba sesuai dengan kesimpulan keseluruhan

dari Jaringan Pengetahuan tentang Sistem Kesehatan dalam laporan

kepada Komisi WHO pada Sosial Penentu Kesehatan. Sistem

kesehatan sebagai penentu sosial yang penting dari kesetaraan

kesehatan, menempatkan penekanan pada pendekatan perawatan

kesehatan primer sementara menanggulangi determinan sosial dan

politik dalam kesehatan yang lebih luas (Knowledge Network pada

Sistem Kesehatan 2007, Komisi WHO pada Sosial Penentu

Kesehatan 2008).

Pada saat kendala sosio-ekonomi yang serius, baik

dikonseptualisasikan kebijakan sosial dan kesehatan masyarakat -

menggabungkan pelayanan kesehatan kuratif yang memadai dengan

fokus pada pencegahan dan tindakan multi-sektoral yang lebih luas -

dapat memainkan peran penting dalam membantu untuk menjaga

pemeliharaan kesehatan secara keseluruhan dan kesejahteraan

Page 60: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

56

menjadi suatu populasi. WHO mengarahkan catatan pada 'Krisis

keuangan dan kesehatan global' (2009) mengusulkan untuk membuat

Pengeluaran kesehatan yang lebih efektif dan efisien dengan

Memastikan pelayanan publik yang memadai. Kuba telah

menampilkan dampak positif dari pendekatan ini publik.

Page 61: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

57

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Determinant of Health menurut Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan

bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan,

faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetic. Sedangkan menurut

Institute for the Future/IFTF (2003), yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

adalah faktor perilaku sebesar 50 %, faktor genetik dan lingkungan 20 %, serta faktor

pelayanan kesehatan sebesar 10 %.

Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah,

struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya. Demografi mempelajari

jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-

perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena

fertilitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan

status).

Level of Prevention terdiri dari Primary Prevention, Secondary Prevention, dan

Tertiary Prevention. Primary Prevention terdiri dari health promotion dan specific

protection, secondary prevention terdiri dari Early Diagnosis dan promft treatment,

sedangkan tertiary prevention terdiri dari disability limitation dan rehabilitation.

4.2 Saran

Dengan mengetahui determinat of health maka kita dapat mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Level of prevention perlu

dibuat untuk mencegah penyebarluasan penyakit. Ada suatu pepatah mengatakan

mencegah lebih baik dari mengobati. Hal tersebut sangat patut kita aplikasikan di

masyarakat. Sebab mencegah dapat menghemat tenaga, biaya, dna lebih mudah, tidak

menyakitkan, dapat mengurangi faktor resiko, menurunkan tingkat stress, dan dapat

menghindari kecacatan dan kematian.

Page 62: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

58

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2000. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Budiarto, E. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC

Dhillo, PK. (2012). Status of epidemiology in the WHO South-East Asia region:

burden of disease, determinants of health and epidemiological research,

workforce and training capacity. Oxford Journal. 41(3) :

http://ije.oxfordjournals.org/content/41/3/847.short (diakses tanggal 18 Juni

2013)

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Effendy, N 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Nirwana, T . (2013). Pengaruh Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban udara

terhadap Kejadian Penyakit DBD, ISPA dan Diare. Pengaruh Curah Hujan,

Temperatur dan Kelembaban udara terhadap Kejadian Penyakit DBD, ISPA

dan Diar. Departemen Kesehatan Masyarakat 2 (1):1-12.

Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

Vos1, PD. (2012). Public health services, an essential determinant of health during

crisis. Lessons from Cuba, 1989–2000. Wiley Online Library. 17(4) :

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-3156.2011.02941.x/full

(diakses tanggal 18 Juni 2013)

Page 63: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

59

LAMPIRAN NOTULENSI REPORTING

A. Uraian Kasus

Masyarakat di RW 14 Kelurahan Y terdiri dari 525 jiwa penduduk yang

terdiri dari 250 orang laki-laki dan 275 orang perempuan. Berdasarkan jumlah

penduduk tersebut 58% (303 orang) termasuk usia produktif (15-49 tahun), bayi dan

balita 15%, usia 6-14 tahun 12%, dan usia lansia 15%. CBR 1.7%, CDR 1.3% pada

pertengahan tahun berjalan. 48% termasuk pada kategori keluarga miskin. Tingkat

pendidikan penduduk usia produktif: 14% tidak sekolah sama sekali, 50% tamat SD,

22% tamat SMP, 10% tamat SMA, dan sisanya tamat PT. mata pencaharian

penduduk: sebagian buruh tani (50%), wiraswasta (20%), PNS (10%), tidak bekerja

(20%). Usia harapan hidup penduduk 68 tahun. Sebagian besar penduduk (90%)

memiliki rumah semi permanen dan 9% rumah tidak permanen. 57% menggunakan

air sungai sebagai sumber air bersih dan juga untuk mandi cuci kakus.

Berdasarkan hasil pendataan: 20% menderita ISPA, 15% diare, 10%

hipertensi, dan 2% mengalami kelumpuhan akibat rematik. Sebanyak 60% penderita

hipertensi memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Masyarakat sudah

sepakat untuk mengadakan kegiatan jumat bersih setiap minggunya untuk menjaga

kebersihan. Untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia dilaksanakan kegiatan

pemeriksaan TD secara rutin setiap bulan oleh tenaga kesehatan. Untuk masyarakat

yang telah mengalami kelumpuhan akibat rematik, petugas kesehatan melakukan

latihan rentang gerak pasif di rumah pasien secara teratur.

B. Pembahasan Kasus

a. Step 1

Determinan (Anggie) : LO

TFR (Nurul) : Angka Kelahiran Total

CDR (Ezaryana) : Angka Kematian Kasar (Melda)

Level of prevention (Hilda) : Berbagai level pencegahan (Neng Tuti)

Page 64: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

60

b. Step 2

1. Apakah upaya perawat untuk mengatasi masalah tersebut ? (Anggra)

2. Apakah penyebab utama dari penyakit yang diderita penduduk ? (Desi)

3. Apakah jenis-jenis dari level of prevention? (Melda)

4. Bagaimana prosedur latihan gerak pasif dan apakah ada latihan lainnya?

(Iis)

5. Apakah latihan gerak pasif efektif untuk penyembuhan? (Bagus)

6. Apakah penkes yang tepat yang diberikan perawat? (Nila)

7. Apa saja kriteria masyarakat sehat? (Nuke)

8. Apakah maksud dari angka TFR dan CDR ?( Neng Tuti)

9. Apa tujuan dari faktor determinan? (Nurnila)

10. Bagaiman teknik perawat untuk memberikan penkes pada penduduk

tersebut ?(Desi)

11. Apakah hambatan utama perawat dalam menghadapi kasus tersebut?( Neng

Tuti)

12. Apakah hubungan presentasi data dalam menangani kasus ini?( Nurnila)

13. Bagaimana cara menyakinkan warga agar meningkatkan status kesehatan

mereka ? (Vathnawaty)

14. Berapa nilai normal TFR dan CDR? (Melda)

15. Apa saja data yang harus dicantumkan pada demografi?

16. Bagaiman konsep demografi?

c. Step 3

1. Mengadakan jumat bersih secara berkala, pemeriksaan darah rurin, promosi

kesehatan untuk mengingkatkan pengetahuan masyarakat (Nurunila, Melda)

2. Beberapa penyebab penyakit yang diderita penduduk adalah:

Tingkat pendidikan rendah sehingga pengetahuan tentang kesehatan kurang

Tingkat ekonomi yang rendah

Sanitasi yang buruk

Kurang Sumber Daya Alam sehingga mandi di sungai

Page 65: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

61

Kurang info mengenai kesehatan

Faktor riwayat keluarga (Iis, Hilda, Vathnawaty, Ezaryana)

3. Level of prevention adalah tingakatan pencegahan berdasarkan suatu

penyakit. Sebagai contohnya pada kasus diare :

Pencegahan pertama : berupa pendidikan kesehatan sebelum terkena

penyakit

Pencegahan kedua : pencegahan agar penderita tidak semakin

parah

Pencegahan ketiga : tindakan pencegahan bagi seseorang yang

telah menderita penyakit (Nurul, Neng Tuti)

4. Latihan gerak pasif yang digunakan adalah Range of Motion (ROM) yang

digerakan oleh perawat selain itu pula harus dibarengi dengan penkes

mengenai makanan yang harus dihindari (Desi)

5. Latihan gerak pasif jika dapat membuat sendi pasien membaik menandakan

tindakannya efektif, selain dari sisi pasien kita dapat mengetahui tindakan

tersebut efektif atau tidak dari presentasi penduduk yang terkena rematik

menurun menandakan latihan gerak pasif tersebut efektif (Ezaryana,

Vathnawaty)

6. Penkes yang diberikan kepada penduduk meliputi sumber air yang baik untuk

digunakan, cara memilih air yang bersih jika menggunakan air sungai,

memasak secara matang air dengan suhu 100 o C, membuat sumber air bersih

sendiri seperti membuat sumur, dan tidak membuang sampah sembarangan ke

sungai( Anggra, Neng Tuti, Iis, Anggi)

7. Angka kesakitan menurun, pengguna air sungai berkurang (Ezaryana)

8. LO

9. LO

10. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, penjelasan materi

menggunakan gambar-gambar, diberi sesi Tanya jawab, mencari waktu luang,

tidak hanya teori tapi ada praktik. (Nuke, Ezaryana, Nurnila)

Page 66: Makalah Kasus 1 Komunitas Tutor 8

62

11. Hambatan utama yang mungkin dialami adalah kurang pengetahuan warga,

kurangnya SDM perawat, waktu.(Anggra, Bagus)

12. LO

13. Menerapkan level of prevention, peningkatan pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan, penyediaan sarana air bersih (Anggi)

14. LO

15. LO

16. LO.

d. Mind Map

Masyarakat

RW 14

Teori Determinant

of Health

Konsep Demografi

Timbul berbagai

penyakit seperti

diare, ISPA,

Hipertensi dan

Rematik

Level of Prevention

berbaga penyakit

TFR 1,7 %

CDR 1,3 %

Setengah dari

penduduk

menggunakan air

sungai untuk mandi

cuci kakus