Makalah kaf iv

30
KIMIA ANALISIS FARMASI (KUALITATIF DAN KUANTITATIF) TITRASI PENGENDAPAN OLEH: NAMA : NISHFAH HASIK NIM : 70100112001 KELAS : FARMASI A FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA – GOWA

description

suatu makalah dengan mata kuliyah kimia farmasi analisis kualitatif dan kuantitatif

Transcript of Makalah kaf iv

Page 1: Makalah kaf iv

KIMIA ANALISIS FARMASI

(KUALITATIF DAN KUANTITATIF)

TITRASI PENGENDAPAN

OLEH:

NAMA : NISHFAH HASIK

NIM : 70100112001

KELAS : FARMASI A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2013/2014

Page 2: Makalah kaf iv

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan puja saya haturkan kehadirat Allah SWT. Atas

Rahmat dan Anugerah serta Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat

terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad saw. Sebagai Uswatun Hasanah bagi manusia.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

meskipun kami telah mendayagunakan kemampuan semaksimal mungkin untuk

menjadikan makalah ini berbobot ilmiah sekalipun dalam kategori sederhana.

Keterbatasan potensi ilmu dan waktu yang kami miliki menyebabkan adanya

kekurangan dan kesalahan yang tidak disadari baik menyangkut materi

penyusunan maupun pembahasannya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan

hati kami mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya,

dosen mata kuliyah, dan pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah

ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya dan

terutama bagi saya yang menyusunnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 9 April 2013

Penyusun

Page 3: Makalah kaf iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. ArgentometriB. MerkurimetriC. Indikator titrasi pengendapan D. Kurva TitrasiE. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges,

Koltohff.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah kaf iv

BAB I

PENDAHULUAN

Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik,

dalam titrasi, dalam penentuan gravimetrik, dan dalam pemisahan sampel menjadi

komponen-komponennya. Metode gravimetrik tidak dipergunakan lagi secara

luas, dan penggunaan pengendapan untuk pemisahan telah digantikan (walau

tidak sepenuhnya). Walaupun demikian pengendapan tetap merupakan sebuah

teknik dasar yang sangat penting dalam banyak produk analitik.

Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak

dalam analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks

atau asam-basa. Kenyataannya, dalam permulaan kuliah, contoh-contoh dari titrasi

semacam ini biasanya dibatasi pada yang melibatkan pengendapan dari ion perak

dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Salah satu alasan terbatasnya

penggunaan reaksi semacam ini adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam

beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari larutan encer, tingkat reaksinya terlalu

lambat untuk kenyamanan sebuah titrasi. Ketika mendekati titik ekivalen dan

titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan

tingkat pengendapan menjadi amat lambat. Kesulitan lainnya adalah bahwa

komposisis dari endapan pada umumnya tidak diketahui karena efek-efek

pengendapan pengiring. Meskipun efek ini dapat diminiimalisasi atau sebagian

terkoreksi melalui proses-proses seperti menyimpan pengandap cukup lama, hal

ini tidak mungkin terjadi dalam titrasi langsung.

Page 5: Makalah kaf iv

BAB II

PEMBAHASAN

Titrasi pengendapan merupakan analisis titrimetri berdasarkan terbentuknya

endapan antara reagen dengan analit dan reagen dengan indikator dengan warna

berbeda.

A. Argentometri

Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam

argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri,

larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan

sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard

AgNO3 dapat membentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai

dengan persamaan reaksi berikut ini :

NaX + Ag+ Û AgX + Na+ ( X = halida )

KCN + Ag+ Û AgCN + K+

KCN + AgCN Û K{Ag(CN)2}

Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan

sistem pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk

menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya

yang dapat diendapkan oleh larutan standard nya. Titrasi argentometri terbagi

menjadi beberapa metode penetapan disesuaikan dengan indicator yang

diperlukan dalam penetapan kadar yaitu :

1. Metode Mohr

Atau nama lainnya metode dengan pembentukan endapan

berwarna. Dalam cara ini, ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan

sedikit larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir

titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan kelebihan ion perak membentuk

endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi :

CrO42- + 2Ag+ Û Ag2CrO4

Page 6: Makalah kaf iv

Contoh Hasil titrasi menggunakan metode Mohr

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan

dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih

perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan

digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion

klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi

dicapai akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat

kemerahan Ag2CrO4 (lihat gambar). Prosedur ini disebut sebagai titrasi

argentometri dengan metode Mohr.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) -> Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)

2. Metode Volhard

Atau nama lainnya metode dengan cara pembentukan ion kompleks

berwarna. Dalam cara ini, larutan standard perak nitrat ditambahkan secara

berlebih ke dalam larutan analit, kemudian kelebihan ion perak dititrasi

dengan larutan standard amonium atau kalium tiosianat dengan

menambahkan ion feri (Fe3+) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion feri

akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk ion kompleks

{Fe(SCN)6}3- yang berwarna coklat.

X + Ag+ Û AgX + Ag+ sisa

Ag+ sisa + SCN- Û AgSCN

Fe3+ + 6 SCN- Û {Fe(SCN)6}3-

3.   Metode Fajans

Page 7: Makalah kaf iv

Atau nama lainnya metode dengan menggunakan indikator

adsorpsi (metode Fajans). Titik akhit titrasi dalam titrasi dengan cara ini

ditandai dengan berubahnya warna endapan AgX sebagai akibat dari

adanya adsorpsi endapan AgX terhadap pereaksi pewarna yang

ditambahkan. Indikator yang sering digunakan adalah fluorescein dan

eosin.

Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein

yang berada dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan

teradsorbsi sebagai counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan

positif. Dengan terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana

warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda.

B. Merkurimetri

Merkurimetri adalah titrasi pengendapan yang mengguanakan ion

Hg2+ sebagai pentiter dan dapat dipakai untuk menentukan klorida.

Hg2+ + 2 Cl- HgCl2 (berlaku untuk halida lain)

Jika ion halida dititrasi dengan merkuri nitrat, pada TE tidak ada

[Hg2+] karena selama titrasi terbentuk endapan HgCl2, namun setelah TE

terjadi kenaikan [Hg2+] yg segera bereaksi dengan indikator membentuk

kompleks Hg-Indikator; misalnya indikator nitroprusid membentuk endapan

putih, indikator difenilkarbazid atau difenilkarbazon dalam asam membentuk

warna ungu intensif. Diperlukan koreksi dengan titrasi blanko : 0,17 ml

Hg(NO3)2 0,1 N untuk 50 ml HgCl2 0,05 N. Volume titrasi blanko bervariasi

sesuai besarnya [HgCl2] TE karena [Hg2+] berlebih akan beraksi dg HgCl2 :

HgCl2 + Hg2+ 2 HgCl+

C. Indikator titrasi pengendapan

Page 8: Makalah kaf iv

Indikator untuk titrasi pengendapan yang melibatkan perak

Salah satu permasalahan titrasi pengendapan adalah menentukan indikator

yang cocok. Dalam titrasi-titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada 3

indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini. Metode Mohr

menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat.

Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks

yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN-. Dan metode Fajans menggunakan

indikator-indikator adsorpsi.

1. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna: Metode Mohr

Persis seperti sistem asam-basa bisa dipergunakan sebagai

indikator untuk sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan lain

dapat dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi

pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini adalah

yang disebut titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat

dipergunakan sebagai indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat

berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.

Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator terjadi pada titik

ekuivalen atau di dekat titik ekuivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat

lebih mudah larut (sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) daripada perak klorida

(sekitar 1 x 10-5 mol/liter). Jika ion-ion perak ditambahkan ke dalam suatu

larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar dan ion

kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengendap terlebih

dahulu; perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak

meningkat sampai ke nilai yang cukup besar untuk melebihi Ksp dari

perak kromat. Kita dapat segera menghitung konsentrasi kromat yang

akan menghasilkan pengendapan perak kromat pada titik ekuivalen,

dimana pAg = pCl = 5,00. Mengingat Ksp dari Ag2CrO4 adalah 2 x 10-12,

dan [Ag+] = 1 x 10-5 pada titik ekuivalen.

Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6

sampai 10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalin, perak oksida

Page 9: Makalah kaf iv

mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat secara besar-

besaran menurun, karena HCrO4- hanya sedikit terionisasi. Lebih lanjut

lagi, hidrogen kromat ada dalam kesetimbangan dengan dikromat:

2H+ + 2CrO42- 2HCrO4

- Cr2O72- + H2O

Penurunan konsentrasi ion kromat mengharuskan kita untuk

menambahkan sejumlah besar ion perak untuk menghasilkan pada

pengendapan dari perak kromat dan akhirnya mengarah pada galat yang

besar. Secara umum dikromat cukup dapat larut.

Metode Mohr dapat juga diaplikasikan dalam titrasi dari ion

bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam larutan-larutan yang

sedikit alkalin. Efek-efek adsorbsi membuat titrasi dari ion-ion iodide dan

triosianat tidak memungkinkan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung

dengan klorida menggunakan indikator kromat. Perak kromat mengendap,

terlihat secara sekilas, terurai kembali secara lambat saat dengan titik

ekuivalen. Bagaimana pun orang dapat menambahkan larutan klorida

standar berlebih dan kemudian melakukan titrasi mundur dengan

menggunakan indikator kromat.

2. Pembentukan kompleks berwarna : Metode Volhard

Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat

dalam larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk

mendeteksi kelebihan ion tiosianat:

Ag+ + SCN- AgSCN(s)

Fe3+ + SCN- FeSCN2+ (merah)

Metode ini dapat dipergunakan untuk titrasi langsung perak dengan

larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dari ion-ion

klorida, bromide dan iodide. Dalam titrasi tidak langsung, kelebihan dari

perak nitrat standar ditambahkan dan kemudian dititrasi dengan tiosianat

standar.

Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida

mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Kenyataannya,

ada keinginan menggunakan media asam untuk mencegah hidrolisis dari

Page 10: Makalah kaf iv

indikator ion besi (III). Metode-metode umum lainnya untuk perak dan

klorida membutuhkan sebuah larutan yang mendekati netral untuk

kesuksesan titrasi. Banyak kation yang mengendap pada kondisi semacam

ini dan karenanya mengganggu dalam metode ini.

Dalam analisis klorida, sebuah kesalahan dapat terjadi jika endapan

AgCl dibolehkan bereaksi dengan ion tiosianat.

AgCl(s) + SCN- AgSCN(s) + Cl-

Mengingat AgSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan AgCl,

reaksi ini cenderung untuk bergeser dari kiri ke kanan dan akan

menyebabkan hasil-hasil yang rendah dalam analisis klorida. Reaksi ini

dapat dicegah dengan menyaring penuh AgCl atau menambahkan

nitrobenzena sebelum titrasi dengan triosianat. Nitrobenzene terlihat

membentuk sebuah lapisan berminyak di atas permukaan AgCl, yang

mencegah reaksi dengan triosianat.

Dalam menentukan bromide dan iodide dengan menggunakan

metode tak langsung volhard, reaksi dengan triosianat tidak menimbulkan

masalah mengingat AgBr mempunyai kelarutan yang hampir sama dengan

AgSCN, dan AgI dianggap jauh kurang dapat larut dibandingkan AgSCN.

3. Penggunaan indikator adsorbsi : Metode Fajans

Adsorbsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan

sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul

yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk

mendeteksi titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak.

Senyawa organik yang dipergunakan untuk hal seperti ini diacu sebagai

indikator adsorbsi.

Mekanisme yang berlaku bagi indikator-indikator semacam ini

dijelaskan oleh Fajans sebagai berikut : dalam titrasi Cl- dengan Ag+,

sebelum titik ekuivalen partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan

negatif, akibat adsorbsi ion Cl- dari lautan. Ion-ion Cl- yang teradsorbsi

membentuk lapisan primer, yang mengakibatkan partikel—partikel koloid

bermuatan negatif. Partikel-partikel ini menarik ion-ion positif dari

Page 11: Makalah kaf iv

larutan untuk membentuk sebuah lapisan sekunder yang lebih longgar

keadaannya.

Di atas titik ekuivalen, kelebihan ion-ion Ag+ menggantikan ion-

ion Cl- dari lapisan primer dan partikel-partikelnya menjadi bermuatan

positif.

Anion-anion dalam larutan tertarik untuk membentuk lapisan sekunder.

Fluoresein adalah sebuah asam organik lemah, yang bisa kita sebut

dengan HFI. Ketika fluoresein ditambahkan ke dalam botol titrasi, anion

FI- tidak diadsobsi oleh koloid perak klorida selama ion-ion klorida

berlebih. Bagaimanapun juga, ketika ion-ion perak berlebih, ion-ion FI -

dapat tertarik ke permukaan partikel-partikel yang bermuatan positif.

Agregat yang dihasilkan berwarna merah jambu, dan warna ini cukup kuat

bagi menjadi sebuah indikator visual.

Sejumlah faktor harus dipertimbangkan dalam memilih sebuah

indikator adsorbsi yang cocok untuk sebuah titrasi pengendapan.

a. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi

partikel-partikel besar pada titik ekuivalen, mengingat hal ini akan

menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia untuk adsorbsi

dari indikator. Sebuah koloid pelindung, seperti dekstrin, harus

ditambahkan untuk menjaga endapan tersebar luas. Dengan kehadiran

dekstrin perubahan warna dapat diulang dan jika titik akhir terlampaui,

kita dapat menitrasi ulang dengan sebuah larutak klorida standar.

b. Adsorbs dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik

ekuivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekuivalen. Beberapa

indikator yang tidak cocok teradsorpsi secara kuat indikator tersebut

mereka sebenarnya menggantikan ion utama yang diadsorbsi jauh

sebelum titik ekuivalen tersebut dicapai.

c. pH dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah

konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah tersedia

cukup. Fluoresein sebagai contoh, mempunyai Ka sebesar 10-7, dan

dalam larutan-larutan yang lebih asam dari pH 7, konsentrasi dari ion-

Page 12: Makalah kaf iv

ion FI- sangat kecil sehingga tidak ada perubahan warna yang dapat

diamati. Fluoresen hanya dapat dipergunakan dalam skala pH sekitar

7 sampai 10. Diklorofluoresein mempunyai Ka sekitar 10-4 dan dapat

dipergunakan dalam skala pH 4 sampai 10.

d. Amat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan

ion yang ditambahkan sebagai titran. Adsorbs dari indikator kemudian

tidak akan terjadi sampai ada kelebihan titran. Untuk titrasi perak

dengan klorida, metal ungu, garam klorida dari sebuah basa organik,

dapat dipergunakan. Kation tidak adsorbs sampai kelebihan ion-ion

klorida yang berlebih hadir dan koloid bermuatan negatif. Adalah

mungkintidak menggunakan diklorofluooresein dalam kasus ini namun

indikator seharusnya tidak ditambahkan sampai sesaat sebelum titik

ekuivalen.

D. Kurva Titrasi

Kurva titrasi untuk titrsi pengendapan dapat dibuat dan secara

keseluruhan analog dengan titrasi asam basa dan pembentukan kompleks.

Perhitungan-perhitungan keseimbangan yang berdasarkan atas tetapan

kelarutan produk diperlukan pada titik ekuivalen. Contoh berikut ini

menggambarkan perhitungan-perhitungan yang terlibat dalam titrasi

pengendapan.

Sebanyak 500 mL NaCl 0,100 M dititrasi dengan 0,100 M AgNO3.

Hitunglah konsentrasi ion klorida pada interval-interval selama titrasi dan

gambarkan plot pCl terhadap melimeter dari AgNO3.

pCl = - log [Cl-], dan Ksp untuk AgCl = 1 x 10-10.

(a) Awal titrasi, karena

[Cl-] = 0,100 mmol/mL

pCl = 1,00

Page 13: Makalah kaf iv

(b) Setelah penambahan 10,0 mL AgNO3. Kita mulai dengan 50,0 mL x

0,100 mmol/mL = 5,00 mmol Cl- dan telah menambahkan 10,0 mL x

0,100 mmol/mL = 1,00 mmol Ag+. Reaksinya adalah:

mmol Ag+ + Cl- AgCl(s)

Awal 1,00 5,00

Perubahan -1,00 -1,00

Kesetimbangan: - 4,00

Mengingat reaksinya berjalan dengan baik sampai selesai, konsentrasi ion

klorida adalah

[Cl-] = 4,00 mmol

60,0 mL = 0,067 M

pCl = 1,17

(c) Setelah penambahan 49,9 mL AgNO3. Kita mulai dengan 50,0 mL x

0,100 mmol/mL = 5,00 mmol Cl- dan telah menambahkan 49,9 mL x

0,100 mmol/mL = 4,99 mmol Ag+. Reaksinya adalah

mmol Ag+ + Cl- AgCl(s)

Awal 4,99 5,00

Perubahan -4,99 -4,99

Kesetimbangan - 0,01

Dengan mengasumsikan reaksinya selesai, konsentrasi kloridanya adalah:

[Cl-] = 0,01 mmol99,9 mL

= 1,0 x 10-4 M

pCl = 4,00

Dalam perhitungan-perhitungan ini kita telah mengabaikan konstribusi

dari ion-ion klorida kepada larutan dari kelarutan endapan AgCl.

Pendekatan ini berlaku kecuali dalam satu atau dua tetes dari titik

ekuivalen.

(d) Titik ekuivalen. Kita mulai dengan 50,0 mL x 0,100 mmol/mL = 5,00

mmol Cl- dan menambahkan 50,0 mL x 0,100 mmol/mL = 5,00 mmol

Ag+. Reaksinya adalah:

Page 14: Makalah kaf iv

mmol Ag+ + Cl- AgCl(s)

Awal 5,00 5,00

Perubahan -5,00 -5,00

Kesetimbangan - -

Tidak ada ion klorida maupun ion perak, yang berlebih dan

konsentrasi dari masing-masing ion didapat dari akar Ksp.

AgCl(s) Ag+ + Cl-

[Ag+] [Cl-] = Ksp

[Ag+] = [Cl-]

[Cl-]2 = 1,0 x 10-10

[Cl-] = 1,0 x 10-5

pCl = 5,00

(e) Setelah penambahan 60,0 mL AgNO3. Kita mulai dengan 50,0 mL x

0,100 mmol/mL = 5,00 mmol Cl- dan ditambahkan 60,0 mL x 0,100

mmol/mL = 6,00 mmol Ag+. Reaksinya adalah:

mmol Ag+ + Cl- AgCl(s)

Awal 5,00 5,00

Perubahan -5,00 -5,00

Kesetimbangan 1,00 -

Konsentrasi dari Ag+ berlebih adalah

[Ag+] = 1,00 mmol

110mL=¿9,1 x 10-3

pAg = 2,04

mengingat

pAg + pCl = 10,00

pCl = 7,96

E. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff.

1. Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan pada penentuan halogen, namun

lebih umum digunakan untuk menentukan Cl-.

Page 15: Makalah kaf iv

Pada metode ini digunakan K2CrO4 sebagai indikator atau dapat juga

digunakan campuran antara K2CrO4 dan K2Cr2O7. Penggunaan campuran

indikator sebenarnya lebih menguntungkan karena terbentuk suatu sistem

buffer dengan pH berkisar antara 7,0 ± 0,1, walaupun penggunaan K2CrO4

saja sebagai indikator lebih sering digunakan. Titik akhir titrasi

ditunjukkan dengan timbulnya endapan merah coklat dari Ag2CrO4.

2. Metode Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbs, yaitu suatu asam

atau basa organik lemah yang dapat terurai menjadi ion-ionnya dan ion-

ion ini dapat diadsorbsi oleh endapan yang terbentuk. Perubahan warna

pada titik akhir adalah akibat dari proses adsorbs dari ion-ion tersebut.

Indikator yang sering digunakan adalah fluoresein dan eosin.

Perlu diperhatikan bahwa muatan indikator harus berlawanan dengan

muatan ion zat penitrasi yang diadsorbsi dan indikator tidak boleh terlalu

kuat atau lemah diadsorbsi. Perlu diperhatikan juga pH optimum dari

indikator serta larutan boleh terlalu encer agar endapan mudah diamati.

3. Metode Volhard

Metode ini dapat dapat dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Indikator yang digunakan adalah Ferri ammonium sulfat

(Fe Aluin), Ferri ammonium nitrat atau FeCl3, untuk memperoleh ion

Fe3+. Cara langsung khusus digunakan dengan CNS-, yaitu titrasi AgNO3

dengan CNS-

(Ag+ + CNS- AgCNS). Cara yang digunakan untuk titrasi dengan

CNS- sedikit berbeda, yaitu AgNO3 sebagai titran berada dalam

Erlenmeyer CNS- berada dalam buret. Hal ini disebabkan karena titik

akhir yang ingin diamati adalah timbulnya warna merah dari kompleks

Ferri tiosianat Fe(CNS)2+ antara Fe3+ dengan CNS-

(Fe3+ + CNS- Fe(CNS)2+). Jika CNS- berada dalam Erlenmeyer maka

akan bereaksi dengan Fe3+ terlebih dahulu, bukan dengan Ag+ seperti yang

diharapkan. Selain itu, pengamatan warna dari tidak berwarna menjadi

Page 16: Makalah kaf iv

merah lebih mudah dilakukan daripada mengamati perubahan warna

merah menjadi tidak berwarna.

4. Metode Liebieg

Titrasi ini khusus digunakan dengan CN-. Prinsip reaksinya adalah

pembentukan kompleks Ag Argentocyanida yang tidak larut.

Jika Ag+ berlebih direaksikan dengan CN-, maka endapan AgCN yang

telah terbentuk akan larut kembali karena terbentuknya kompleks

Ag(CN)2+. Jika reaksi pembentukan kompleks tersebut sudah sempurna,

maka kelebihan Ag+ akan menimbulkan kompleks Ag Argentosianida

yang tidak larut.

Titik akhir tercapai apabila terbentuk endapan yang tidak larut atau bila

terjadi kekeruhan.

5. Metode Deniges

Metode ini merupakan modifikasi dari metode Liebieg, yaitu

dengan menambahkan KI sebagai indikator dan larutan ammonia encer

untuk melarutkan endapan Ag-cyanida. Kelebihan ion Ag+ setelah

bereaksi dengan ion CN- akan bereaksi dengan I- membentuk endapan

AgI yang menunjukkan titik akhir titrasi.

6. Metode Kolthoff

Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dengan larutan

baku K-Ferosianida TAT dapat ditentukan dengan indikator eksternal

seperti uranil nitrat, ammonium molibdat, FeCl3, dll. Namun diperlukan

keterampilan khusus; sehingga lebih baik menggunakan indikator internal

seperti difenilamin, difenilbenzidin, difenilamin sulfonat, dll. Reaksi

redoks Fe2+, Fe3+ mempunyai potensial reduksi (pada 30oC) sebagai

berikut :

E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)63-] / [Fe(CN)6

4-]

Campuran fero-ferisianida dalam asam memiliki potensial reduksi

jauh lebih kecil daripada yang diperlukan untuk mengoksidasi indikator,

hingga diperoleh bentuk teroksidasi berwarna intensif. Jika ke dalam

campuran tersebut ditambahkan Zn2+ akan terjadi endapan Zn-ferosianida,

Page 17: Makalah kaf iv

diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)64- hilang dari larutan.

Setelah Fe(CN)64- bereaksi sempurna akan terjadi kenaikan tajam potensial

reduksi dan muncul warna biru (bentuk indikator teroksidasi) akibat

adanya kelebihan Zn2+. Pada TAT akan muncul warna biru telor asin.

Page 18: Makalah kaf iv

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Titrasi pengendapan merupakan analisis titrimetri berdasarkan

terbentuknya endapan antara reagen dengan analit dan reagen dengan

indikator dengan warna berbeda.

2. Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam

argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi

argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam

halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari

garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu

senyawa kompleks

3. Merkurimetri adalah titrasi pengendapan yang mengguanakan ion Hg2+

sebagai pentiter dan dapat dipakai untuk menentukan klorida.

4. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff.

a. Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan pada penentuan halogen,

namun lebih umum digunakan untuk menentukan Cl-.

Pada metode ini digunakan K2CrO4 sebagai indikator atau dapat juga

digunakan campuran antara K2CrO4 dan K2Cr2O7.

b. Metode Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbs, yaitu suatu asam atau

basa organik lemah yang dapat terurai menjadi ion-ionnya dan ion-ion

ini dapat diadsorbsi oleh endapan yang terbentuk

c. Metode Volhard

Page 19: Makalah kaf iv

Metode ini dapat dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Indikator yang digunakan adalah Ferri ammonium sulfat (Fe

Aluin), Ferri ammonium nitrat atau FeCl3, untuk memperoleh ion Fe3+

d. Metode Liebieg

Titrasi ini khusus digunakan dengan CN-. Prinsip reaksinya

adalah pembentukan kompleks Ag Argentocyanida yang tidak larut.

e. Metode Deniges

Metode ini merupakan modifikasi dari metode Liebieg, yaitu dengan

menambahkan KI sebagai indikator dan larutan ammonia encer untuk

melarutkan endapan Ag-cyanida.

f. Metode Kolthoff

Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dengan

larutan baku K-Ferosianida TAT dapat ditentukan dengan indikator

eksternal seperti uranil nitrat, ammonium molibdat, FeCl3, dll.

Page 20: Makalah kaf iv

DAFTAR PUSTAKA

Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta :

Erlangga.

Harmita. 2006. Buku Kimia Analisis Kuantitatif Sediaan Obat Farmasi.

Universitas Muslim Indonesia Makassar Press.