Makalah kaago ago dalam bahasa muna

25
BAB I PEDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional tumbu dan berkembang sejalan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat pendukung nya oleh karena itu ,sebagian dari masyaakat nasional kebudayaan daera perlu di jaga di lestarikan agar kebudayaan tersebut tidak mengalami kepunahan sehinggga kebudayaan daera dapat sejalan dengan perkembangan zaman . Eksitensi satra sebagai bagian dari kebudayaan itu merajuk pada kemampuan nya dalam merangkum misii humanis yang mengarah pada memanusiakan manusia. metode dalam pendekatannya yang spesifik dengan mengutamakan unsur etika dan etika berbahasa ,mamp menarik minat dari berbagai kalangan untuk mengarunginya ,selain itu berkaitan tersebut di sebabkan oleh kodrat manusia yang selalu mencintai keindahan dalam berbahasa . dalam hal ini para ahli menyimpulkan bahwa manusia homofabulan ( makhluk bersastra ) Melalui media berbahasa sastra dapat leluasa membentangkan segala sendi dan peri kehidupan maisi nusia secara luas dan dalam . tuangan pengalaman dalam satra itu berisi citra kemanusian cinta kasi dan ajaran lainnya yang sangat beguna bagi manusia dalam kehidupannya . bahkan para misi tertentu sastra berguna sangat berguna bagi kehidupan manusia dan juga dapat mengembang fungsi sebagai kehidupan manusia dan juga sebagai kehidupan yang sifatnya intelektual, pendidikan rohani serta hal-hal sifatnya personal maupun sosial. Masyrakat muna misalnya ,mempunyai sistim adat istiadat tertentuyang di junjung tinggi masyarakatnya.sistim adat istiadat tersebut

Transcript of Makalah kaago ago dalam bahasa muna

Page 1: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

BAB I

PEDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG 

Kebudayaan  daerah sebagai  bagian dari kebudayaan nasional  tumbu dan berkembang 

sejalan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat pendukung nya  oleh karena

itu ,sebagian dari masyaakat nasional kebudayaan daera perlu di jaga di lestarikan agar

kebudayaan tersebut tidak mengalami kepunahan sehinggga kebudayaan  daera dapat

sejalan dengan  perkembangan zaman . Eksitensi satra sebagai bagian dari kebudayaan itu

merajuk pada kemampuan nya dalam merangkum misii humanis  yang mengarah pada

memanusiakan manusia. metode dalam pendekatannya yang spesifik dengan 

mengutamakan unsur etika dan etika berbahasa ,mamp menarik minat dari berbagai 

kalangan untuk mengarunginya  ,selain itu berkaitan tersebut di sebabkan oleh kodrat

manusia yang selalu mencintai keindahan dalam berbahasa .

dalam hal ini para ahli menyimpulkan bahwa manusia homofabulan ( makhluk bersastra  )

Melalui media berbahasa sastra dapat leluasa membentangkan segala sendi dan peri

kehidupan maisi nusia secara luas dan dalam . tuangan pengalaman dalam satra itu berisi

citra kemanusian cinta kasi dan ajaran lainnya yang sangat beguna  bagi manusia  dalam

kehidupannya . bahkan para misi tertentu sastra berguna  sangat berguna bagi kehidupan

manusia dan juga dapat mengembang fungsi sebagai kehidupan manusia  dan juga sebagai

kehidupan  yang sifatnya  intelektual,

pendidikan rohani serta hal-hal sifatnya personal maupun sosial.

Masyrakat muna misalnya ,mempunyai sistim adat istiadat tertentuyang di junjung tinggi  

masyarakatnya.sistim adat istiadat tersebut mengandung muatan  sastra yang sangat tinggi

dengan mana dan nilai –nilai etika yang cukup berharga bagi masyarakat  muna, setiap

anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang ada.

1.2   MASALAH   

Berdasarkan uraian latar belakangdiatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini  apa  makna kaago-ago dalam bahasa muna(analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna di desa lapokainse kec. Kusambi kab. Muna ?

Page 2: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

1.2    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.2.1    TUJUAN 

Penelitian ini b ertujuan untuk mendikripsikan makna kaago-ago dalam bahasa muna

(analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna )di desa lapokainse kec. kusambi kab

muna.

1.2.2  MANFAAT PENELITIAN 

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 

1.bahan pembinaan dan pengembangan adat istiadat daerah sekaligus menjadi penopang

bagi pembinaaan dan pengembangan bahasa nasional bahasa indonesia terut ama

mengenai kebudayaan nasional 

2.bahan banding bagi penelitian yang sejenis baik dalam objek yang sama atau pun dengan

objek yang berbeda utamanya yang berhubungan dengan makna kaago-ago dalam bahasa

muna ( analisis kaago-ago dalam bahasa muna).

3.bahan ajar bagi pembelajaran muatan lokal di sekolah khusus nya pembelajaran bahasa

dan sastra daera muna sulawesi  tenggara.

1.4 RUANG LINGKUP

Mengingat masyarakat muna yang mendiami wilaya kabupaten muna terhadap ragam

diagog maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini di batasi pada makna makna

ungkapan yang di gunakan dalam proses upacara kaago-ago.

Page 3: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

BAB II

PEMBAHASAN     

2.1 PENGERTIAN KESUSASTRAAN

Kata’ kesusastraan ’’berasal dari kata susastra yang memperoleh konfiks ’ke-an .dalam hal

ini konfiks ke-an mengandung makna tentang atau hal kata susatra terdiri atas kata dasar

sastra tulisan yang mendapa awalan kehormatan ’su’yang berarti baik atau indah .dengan

demikian secara etimologi kata kesusatraan berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan

yang inda bentuknya dan mulia isinya (Nursisto,2000:01) Menurut efendi dalam badudu

(1975:5)kesusastraan yaituciptaan manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat

menimbulkan rasa bagus .karya seni merupakan ciptaan manusia dengan bahasa sebagai

edianya ,merupakan perpaduan yang harmonis yaitu antara isi (menarik dan baik )dengan

bahasa (indah ,bagus,susunan dan bagaimana cara mengungkapkanya ).

Kesusastraan adalah isi dan bentuknya sangat serius berupa ungkapan pengalaman jiwa

manusia yang di timbah dari kehidupan kemudian di reka dan di susun dengan bahasa yang

indah sebagai sarana sehinggamencapai syarat estetis yang tinggi(zaidan,2000:196)

2.2 Tradisi Lisan  

Dalam kerangka besar corpus terdapat filsafat sejara,nilai –niai moral etika hukum adat

istaiadat,struktur dan organisasi sosial ,sastra dan estetika.selain itu teks lisan juga menuat

ilmu pengetahuan dengan metodenya masyarakat etik mandar mengetahui cara

pemanfaatan sumerdaya  yang berkesinambungan .mereka mengetahui manfaat dan

makna tumbu-tumbuhan .tradisi lisan menjelaskan secara pasti pola pola ke pemilikan dan

pngusaan.atas laut dan sumber daya alam  Tradisi lisan dengan demikian mengubungkan

generasi yang satu  ke generasi yang lainnya

2.3.pengertian foklor 

Foklor merupakan hazana sastra lama .sastra lama ini berkembangsetelah wiliom john

thoms ,seorang ahli kebudayaan antik dari inggris mengemukakan artikel dalam majalah

atheaneum no. 982 tanggal 22 agustus 1846. Secara etimologi foklor artinya kolektif ,ciri-ciri

pengenalan fisik atau kebudayaan yang sama dalam masyarakat sedangkan lore

merupakan tradisi dari folk . menurut pendapat Alan dalam Danan jaja (1997:1)foklor adalah

sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pegenalan fisik ,sosial dan kebudayaan sehingga

dapat di bedakan dari kelompok –kelompok lainnya .

Page 4: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

Arti foklor secara  keseluruhan pendapat Danadjaja (1997:2) sebagian kebudayaansuatu

kolektif dan tersebar dan di wariskan turun temurun ,di antara kolektif macam apa saja

secara tradisional dalam fersi yang berbeda ,baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang

di sertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu mengingat (mnemonic device).

Menurut pendapat soeryawan (1984:21)foklor adalah bentuk kesenian yang lahir dan

menyebar di kalangan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan

pengalaman dan penghayatan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan

ungkapan pengalaman dan penghayatan manusia yang khas ialah dalam bentuknya yang

estetis –artistis ,karena dalam pelaksanaan hubungan yang omunikatif ,seni

mengungkapkannya melalui bentuk- bentuk etetis yang di pilih .Pendpat suryana (1978:1)

folor merupakan bagian dari persendian cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu

msyarakat. Sedangkan menurut pendapat Isakar Dalan H.U.pikiran rakyat (22 januari

1996)foklor adalah kajian kebudayaan rakyaat jelata baik unsur materi maupun unsur non

materi . kajian tersebut kepada masalah kepecayaan rakyat bahasa rakyat

(dialog)kesusatraan rakyat nyanyian dan musik rakyat , tarian dan drama rakyat ,

kesenian rakyat,serta pakayan rakyat 

2.4 ciri –ciri foklor 

Kedudukan foklor dalam kebudayaan lainnya tentu saja berbeda .  ciri-ciri  yaitu sebagai

berikut 

A. penyebaran dan pewarisan biasanya di lakukan secara lisan ,yakni di sebarkan

melalui ebarkan melalui tutur kata dari mulut kemulut .

B. foklor bersifat tradisional yakni di sebarkandalam bentuk relatif tepat dalam bentuk

standar

C.  veklor ada ( exis)dalam dalam versi-versi bahkan  verion –varion yang berbeda .hal

ini di akibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut kemulut (lisan ) biasanya

olehcara penyebaran nya dari mulut kemulut (lisan )biasanya bukan  melalui

cetakan  atau rekaman sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses

intarpolasi  (interpolatio)

D. Foklor bersifat anonim , yaitu nama ciptaan nya sudah tidak di ketahui orang lagi .

E. Foklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola dan selalu menggunakan

kata-kata klise

F. Foklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik , pelipur lara,protes sosial sosial ,

dan proyeksi  keinginan  terpendam 

G. Foklor bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan

logika umum .ciri pengenalan ini teruma berlaku bagi  foklor lisan dan sebagian lisan 

Page 5: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

H. Foklor menjadi milik bersama (colloctive) dari kolektif tertentu . hal ini sudah  tentu di

akibatkan karena  pencipta yang  pertama sudah tidak di ketahui lagi sehingga setiap

anggota kolektif yang bersangkutan sangutan merasa memilikinya 

I. Foklor pada umumnya brsifat polos dan lugu , sehingga sering kali kelihatanya

kasar ,terlalu spontan .hal ini dapat di mengerti apa bila mengingat bahwa banyak

fklor merupakan proyeeksi emosi manusia yang paling jujur prestasinya .

Folklor merupakan pengindonesiaan kata “Folklore” yang mulanya dari bahasa

Inggris yang majemuk yaitu “folk” dan “lore”. Pengertian Folk adalah sekelompok

orang (entitas) yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai pengenal fisik, sosial, dan

kebudayaan. Dengan pengenal fisik tersebut, maka kelompok itu dapat dibedakan

dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan

kebudayaan itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, bahasa, mata

pencaharian, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, ciri pengenal yang

lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu

kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua

generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Dengan adanya ciri

pengenal itu, mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri.

Kata “lore” lebih merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang

diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat

atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian

folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara

tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak

isyarat atau alat pembantu pengingat.

Dengan begitu, folklore itu sendiri mempunyai ciri-ciri tertentu pula yaitu :

(http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/pengertian-ciri-ciri-jenis-jenis-dan.html)

1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui

tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk

standar.

3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya

secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk

dasarnya tetap bertahan.

4. Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.

5. Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut

sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya

dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).

Page 6: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

6. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna

sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan

terpendam.

7. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika

umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.

8. Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.

9. Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar

atau malah terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi

(cerminan) emosi manusia yang jujur.

Folklore berfungsi sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan

suatu kolektif (kelompok tertentu), dan dapat sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan

lembaga-lembaga kebudayaan. Selain itu folklore juga berfungsi sebagai alat pendidik anak

maupun sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu

dipatuhi anggota kolektifnya.

Jenis-jenis Folklor

a.    Folklor

b.    lisan  

Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:

1.    bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;

2.    ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;

3.    pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;

4.    sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;

5.    cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu:

mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra

Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana

serta Layonsari dari Bali;

6.    nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.

b.sebagian lisan   

Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:

1.    kepercayaan dan takhayul;

2.    permainan dan hiburan rakyat setempat;

3.    teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;

4.    tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;

5.    adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;

6.    upacara tradisional seperti tingkeban, tu

Page 7: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

7.    run tanah, dan temu manten;

8.    pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat

.c. foklor  Bukan Lisan    

Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:

1.    arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di

Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;

2.    seni kerajinan tangan tradisional,

3.    pakaian tradisional;

4.    obat-obatan rakyat;

5.    alat-alat musik tradisional;

6.    peralatan dan senjata yang khas tradisional;

7.    makanan dan minuman khas daerah.

Jadi, folklor itu sendiri bukan hanya sekedar pesta seni dan pertunjukan musik. Kehidupan

sehari-hari yang dijalankan sebuah kelompok masyarakat itu sendirilah yang dapat

dikatakan Folklor. Bokor Folklore Festival 2012 adalah pesta rakyat seni dan pertunjukan

musik yang akan dilaksanakan di Desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan

Meranti, pada tanggal 20 s.d. 22 Juni 2012. Festival kali ini, merupakan lanjutan dari Fiesta

Bokor Riviera 2011 yang diusahakan pelaksanaannya bersamaan dengan musim buah-

buahan. Seperti kagiatan yang pertama, Festival Seni dan Pertunjukan Musik ini akan

dijamu dengan buah-buahan tropika seperti Durian, cempedak, Manggis dan sebagainya.

Pertunjukan seni dilakukan oleh para penggiat seni dari Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan

Riau, dan selain itu Festival ini juga akan dihadiri oleh grup musik tradisi dari berbagai

negara. Saat ini 4 kelompok musik dari 4 negara sudah bersedia untuk hadir di helat

tersebut. Sebagai langkah awal memulai persiapan pekerjaan demi pekerjaan menanti

menunggu tangan yang penuh dedikasi untuk merancang dan menyajikan event Seni dan

Wisata di desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Fiesta Bokor

Riviera 2011 menjadi pembelajaran yang berharga untuk menapak langkah kedepan,

kesalahan-kesalahan dimasa itu tentu tidak harus terulang kembali. Optimisme yang

tergambar pada goresan Logo helat ini mesti meresap kedalam jiwa para panitia pelaksana,

masayarkat Desa Bokor sampai ke Pemkab Kepulauan Meranti. Ini adalah ajang

mempromosikan daerah ini, menunjukkan kepada dunia bahwa ada deretan Kepulauan

Meranti yang berbudaya, memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia,

walaupun baru berdiri namun siap untuk mensejajarkan diri. Harapan-harapan ini tergambar

jelas dari goresan Cik Siti atau lebih di kenal didunia Fesbukan dengan Anje Mello. Mari kita

berikan apa yang kita bisa untuk daerah ini, selamat bertugas rekan-rekan Panitia, Semoga

Allah SWT memberikan kekuatan fisik dan mental untuk kita semua

Page 8: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

2.4 pengertian kaago-ago .

Kaago ago merupakan suatu secara ritual dilaksanakan oleh  masyarakat kabupaten muna

setiap membuka lahan baru untuk perkebunan. Kaago- ago mempunyai kekuatan simbolis

sekali gus sebagai wujud dan ekspresi jiwa mereka dengan menjalin hubungan dengan

menghuni dunia gaib .

Pelaksanaan acara kaago ago mempunyai kandungan nilai dan makna bagi kehidupan

masarakat .nilai – nilai tersebut berupa baik buruk,perinta dan larangan yang di anggap

sebagai suatu nilai yang dapat menberikan kemaslahatan bagi masyarakat .nilai –nilai

berupa nilai –nilai religius yang mengajak masyarakat untuk taat kepada perinta  allah dan

nabi ,serta ancaman terhadap melanggar aturan yang berlaku serta nilai gotong royong

yang di jujung tinggi oleh masyarakat dalam setiap sendi kehidupan khususnya di bidang

pertanian mulai dari pengolahan sampai dengan panen ,di  samping itu juga kaago-ago

sebagai media masyarakat untuk komunikasi berbagai masalah  yan di hadapi .saat ini

kaago –ago mulai terancam punah oleh karena  royong di masyarakat. harus tetap di

pertahankanatau di lestarikan seiring dengan lunturnya ilai religius dan nilai gotong

2.5 proses pelaksanaan kaago –ago

Acara kaago-ago  dilaksanakan setelah membersikan lahan dan telah siap untuk di tanami

tanaman .sebelum  pelaksanaan kaago –ago terlebih dahulu diadakan pertemuan  untuk

menentukan hari pelaksanaan yang di pimpin oleh masyarakat yang  dituangkan ke dalam

lokasi hamparan lahan itu. Dalam musyawara itu di peroleh kesepakatan kapan

pelaksanaannya yakni hari yang baik .pemilihan hari yangbaikdi maksudkan agar pelaksaan

acara tidak mendapat hambatan. Sebelum pelaksanaan masyarakat mempersiapkan

kelengkapan berupa alat-alat pertanian seperti parang , pacul, tembilan,

sabit ,kampak,bahan pelaksanaan (telur ayam kampung yang sudah di rebus 1

butir ,air ,dan kayu yang sudah druncingkan ,bendera (tombi),nasi,tembakau ,daun

siri,pinang dan kapu siri.

Pelaksanaan kaago –ago yang di pimpin ,dukun kebun,mula-mula mencap kayu ( kalomuno

wite )yang sudah di runcingkan sedalam –dalamnya .sehingga membentuk sebuah lubang

yang di gunakan untuk memasukan telur ayam lalu di siram dengan air sebanyak –

banyaknya menyediakan sesajian berupa telur, nasi , rokok,siri, kelapa  muda.yang di

sajikan di atas para – para  yang terbuat dari bambu selanjutnya parika (dukun

kebun )memotong ayam  sebagai korban kemudian melafalkan mantra (doa

pembuka )sebagai berikut 

Page 9: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

E. waompu lahataala fosakarino lima fosakarino ghaghe     

Asalo tulumi omuru  bhe odadi konae amago- magoemo  tora wite ini 

Neago- ago omputo lahata’ala 

Neago –ago tumbuno tumbu 

Lahae sosumoba sobano lakuno 

Somodaino neati newite aini 

Naorepu,naosaka,naeghefi-ghefi ,naeghabu-ghabu 

Natumumbulao fotuno newite morani 

Notundae barangka ,tongkuno ,peropa ,baluwo,dete katapi

Neago-ago ali,neago-ago muhamadhi.

Setelah itu di lanjutkan dengan  mengelilingi kebun  ( kapalikono galu)oleh parka seraya

berdoa agar penghuni dunia gaib tidak mengganggu mereka selama menempati kebun

tesebut .setelah itu  doa dengan tujuan agar petani yang ber kebun di lokasi tersebut

terhindar dari bahaya, bencana atau waba penyakit yang akan menimpa mereka,sehingga

mereka dapat hidup bahagia. aman dan damai setelah selesai pembacaan doa di lanjutkan

dengan makan bersama dan seterusnya mencari waktu yang baik untuk menanam.

2.7  Makna Simbolis Kaago-Ago

Kalombuno Wite, dilakukan dengan tujuan untuk memnculkan humus tanah supaya

tanaman menjadi subur. Kalombuno wite mengandung makna bahwa manusia berasal dari

tanah, hidup dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah menjadi sumber kehidupan bagi

manusia harus dipelihara, dan sebagai wujud terma kasih terhadap tanah maka ditanamkan

telur dan disirami air sebanya-banyaknya. Kapalikino galu bertujuan agar roh ghaib berupa

setan dan jin jahat pergi jauh dari lokasi perkebunan itu, atau agar tidak menggangu mereka

selama menempati lokasi itu. Di samping itu, parika mendoakan supaya selamat jauh dari

bala. Pariaka dianggap mampu melakukan komunikasi dengan mahluk ghaib, dan

memberitahu kepada mereka untuk meninggalkan lokasi perkebunan itu.

Tombi (Bendera) sebagai pertanda bahwa kebun itu akan digunakan oleh manusia dalam

mencari hidup dengan usaha bertani. Ini juga melambangkan perjanjian dengan penghuni

alam ghaib di sekitar lahan. Bendera ditantanp dengan menyatakan rentang waktu

mengenai lamanya kebun itu akan diolah oleh petani. Nasi, telur, pinang, rokok dan sirih,

merupakan sajian yang diperuntukan kepada mahluk ghaib. Hal ini masyarakat

beranggapan sama dengan manusia yang setiap saat makan, minum, merokok untuk

mahluk ghaib laki-laki dan makan sirih untuk mahluk ghaib perempuan. Hal ini menunjukan

adanya komunikasi yang erat antara masyarakat dengan mahluk gaib .

Page 10: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

2.8 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago

a. Nilai Religius

Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam

semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan,

masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa

mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam ghaib.

Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani kehidupan manusia

dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk senantiasa berakhlak mulia, tidak

boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama dan norma-

norma yang dianut masyarakat secara turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas

dalam acara kaago-ago memiliki beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1)

Para petani yang berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk

senonoh, seperti berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri

dan memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau

kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan bencara

seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa) menunjukan

adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil melimpah, tenang dan

damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan hancur binasa.

b.    Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan

Dalam acara kaago-ago di samping nilai-nilai religious juga tumbuh nilai gotong-royong dan

kebersamaan. Nilai ini sudah menjadi ciri khas masyarakat petani. Nilai ini tampak pada saat

pengolahan lahan, penananaman hingga saat panen, termasuk dalam pelaksanaan acara.

Masyarakat saling membantu antara satu dengan yang lain dari proses awal berkebun

sampai panen termasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian dan

perkebunan selalu dimusyawarahkan, misalnya serangan wabah penyakit tanaman. Acara

kaago-ago juga merupakan media yang efektif bagi petani untuk saling tukar pikiran.  Untuk

terlaksananya semua hal diatas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa antangan yang

bernilai religius antara lain (1)para petani berkebun di lokasi tersebut tidak boleh mencuri

ddan memukul binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau

kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana

seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya. Dalam tes batata (doa)menunjukan

adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil melimpa,tenang dan

damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan hancur binasa.

Page 11: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan

Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong royong dan

kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat petani .termasuk dalam

pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara satu sama lain dari proses awal

kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian

dan perkebunan selalu di musyawarakan ,mialnya serangan waba penyakit  tanaman .acara

kaago-ago merupakan media yang efektif bagi petan untuk saling tukarpikiran .

Page 12: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago

a. Nilai Religius

Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam

semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan,

masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa

mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam

ghaib. Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani

kehidupan manusia dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk

senantiasa berakhlak mulia, tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai

dengan kehidupan beragama dan norma-norma yang dianut masyarakat secara

turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas dalam acara kaago-ago memiliki

beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1) Para petani yang

berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk senonoh, seperti

berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri dan

memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau

kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan

bencara seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa)

menunjukan adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil

melimpah, tenang dan damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan

hancur binasa.

b.    Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan

Dalam acara kaago-ago di samping nilai-nilai religious juga tumbuh nilai gotong-

royong dan kebersamaan. Nilai ini sudah menjadi ciri khas masyarakat petani. Nilai

ini tampak pada saat pengolahan lahan, penananaman hingga saat panen, termasuk

dalam pelaksanaan acara. Masyarakat saling membantu antara satu dengan yang

lain dari proses awal berkebun sampai panen termasuk menghadapi masalah yang

berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu dimusyawarahkan, misalnya

serangan wabah penyakit tanaman. Acara kaago-ago juga merupakan media yang

efektif bagi petani untuk saling tukar pikiran.  Untuk terlaksananya semua hal diatas

dalam acara kaago-ago memiliki beberapa antangan yang bernilai religius antara lain

(1)para petani berkebun di lokasi tersebut tidak boleh mencuri ddan memukul

Page 13: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau kebun

yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana

seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya. Dalam tes batata

(doa)menunjukan adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil

melimpa,tenang dan damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan

hancur binasa.

c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan

Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong

royong dan kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat

petani .termasuk dalam pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara

satu sama lain dari proses awal kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah

yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu di

musyawarakan ,mialnya serangan waba penyakit  tanaman .acara kaago-ago

merupakan media yang efektif bagi petan untuk saling tukarpikiran .

2. SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan.

Page 14: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

DAFTAR PUSTAKA

1. Danjaja.james .1986.foklor indonesia .ilmu gosip.dongeng dan lain –lain jakarta PN

Grafiti pers 

2. Ardika . 1 wayan .2007 .”kebudayaan lokal multikultural dan politik identitas dalam

relaksi hubungan 

3. Antar etnis .antara kearifan lokal dengan warga cina dan bali “dalam jurnal lembaga

kebudayaan 

.UMM.Edisi maret tahun 2007.

4. Aris, laode 2010 kaago-ago (ritual pemecahan penyakit dalam masyarakat

muna )tesis di program pasca 

5. Sarjana universitas gaja mada .tidak di terbitkan .

Endraswara ,suwardi.2003 .metodologi penelitiankebudayaan . yogyakarta .gadja

mada universitas press

Page 15: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

TUGAS : MATA KULIAH SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

MAKNA KAAGO-AGO BAGI MASYARAKAT PETANI DI KABUPATEN MUNA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. LA MAEMUDI (KETUA)2. ALIMUDIN (ANGGOTA)3. LA IDI (ANGGOTA)4. MUSTAMIN 5. LA ODE INDRA 6. JABALNUR

PRODI : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI

2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

Page 16: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2Rumusan Masalah........................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3

2.1Pengertian Kesusatraan............................................................................... 3

2.2Tradisi Lisan................................................................................................. 3

2.3Pengertian faklor......................................................................................... 3

2.4Ciri-Ciri Faklor.............................................................................................. 4

2.5Proses Pelaksanaan Kaago-Ago............................................................... 8

2.6Makna Simbolis Ka Ago-Ago...................................................................... 9

BAB III PENUTUP................................................................................................. 12

1. Kesimpulan................................................................................................. 12

2. Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

Page 17: Makalah kaago ago dalam bahasa muna

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat

dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan

tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul

“ MAKNA KA AGO-AGO BAGI MASYARAKAT PETANI DI MUNA ”

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman

bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau

menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan

semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Raha, Juli 2013

"Penulis"