Makalah K3LL Kelompok Tekim-1.pdf
-
Upload
mariaokta21 -
Category
Documents
-
view
98 -
download
3
Transcript of Makalah K3LL Kelompok Tekim-1.pdf
Extended Aeration System, Kelompok Teknik Kimia-1, FT UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH BUANGAN MANUSIA DI
PERKANTORAN DENGAN EXTENDED AERATION SYSTEM
PROYEK KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN
LINDUNGAN LINGKUNGAN (K3LL)
JERIKO RAMA GUNDANA/1206201984
ENI MULYATININGSIH/1206201971
INDAH PUSPITA/1206201952
MARIA OKTAVIANI/1206202116
NABILA AGNASIA DESMARA/1206202085
NURUL AZIZAH/1206212312
REXY DARMAWAN/1206202103
SEPTI NIAWATI/1206212294
SITI ZUNURAEN/1206202072
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
DEPOK
APRIL 2014
Extended Aeration System, Kelompok Teknik Kimia-1, FT UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH BUANGAN MANUSIA DI
PERKANTORAN DENGAN EXTENDED AERATION SYSTEM
PROYEK PROYEK KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA,
DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN (K3LL)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus matakuliah
K3LL
JERIKO RAMA GUNDANA/
ENI MULYATININGSIH/1206201971
INDAH PUSPITA/1206201952
MARIA OKTAVIANI/1206202116
NABILA AGNASIA DESMARA/
NURUL AZIZAH/1206212312
REXY DARMAWAN/1206202103
SEPTI NIAWATI/
SITI ZUNURAEN/1206202072
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
DEPOK
APRIL 2014
Extended Aeration System, Kelompok Teknik Kimia-1, FT UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya Penulis dapat menyelesaikan proyek kelompok yang berjudul “Perancangan
Pengolahan Limbah Buangan Manusia di Perkantoran dengan Extended Aeration System”.
Penulisan makalah proyek kelompok ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata kuliah
K3LL. Makalah ini berisi teori dasar yang membahas tentang jenis-jenis limbah dan berbagai
cara untuk mengolahnya, salah satunya adalah Extended Aeration System.
Secara khusus, penulis ingin mengucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Ir. Rusdy Malin M.Sc selaku dosen mata kuliah K3LL yang bersedia membimbing
dan memberikan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tiada gading yang tidak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan agar
dapat menyempurnakan tulisan ini.
Depok, 7 April 2014
Penulis
Extended Aeration System, Kelompok Teknik Kimia-1, FT UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 1
BAB II TEORI DASAR.................................................................................................. 2
BAB III ISI ...................................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 21
Kesimpulan ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22
Extended Aeration System, Kelompok Teknik Kimia-1, FT UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Pengolahan Limbah Domestik ....................................................... 8
Gambar 2.Peta Perjalanan Limbah pada Sistem Tercampur .................................... 9
Gambar 3. Peta Pengolahan Limbah pada Sistem Terpisah ...................................... 9
Gambar 4. Peta Pengolahan Limbah pada Sistem Semi Terpisah ............................ 10
Gambar 5. Peta Pengolahan Limbah Terpusat ........................................................... 10
Gambar 6. Flow Diagram Extended Aeration System .................................................. 12
Gambar 7. Proses Pengolahan Limbah dengan Extended Aeration System .............. 13
Gambar 8. Flow Diagram Secondary Treatment pada Pengolahan Air Limbah ....... 15
Gambar 9. Flow Diagram Secondary Treatment Perancangan EAR .......................... 19
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Status Kualitas Air Berdasarkan OD ............................................................. 3
Tabel 2. Komposisi Limbah Cair Domestik dari Kamar Mandi & WC ................... 3
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini, pembangunan sangatlah pesat. Gedung-
gedung tinggi, baik apartemen maupun perkantoran dibangun dimana-mana, terutama di
daerah ibu kota.Hal tersebut tentulah merupakan hal yang baik karena dapat dijadikan
indikator atas kemajuan ekonomi Negara Indonesia. Namun hal tersebut menimbulkan suatu
masalah yang tidak dapat diabaikan. Salah satu masalahnya adalah pembuangan limbah.
Berdasarkan data yang didapat dari berbagai, setiap harinya setiap orang rata-rata membuang
limbah cukup banyak. Jika disetiap gedung perkantoran setiap harinya terdapat 1000 orang,
maka total limbah buangan dari semua orang yang ada di gedung perkantoran itu sangatlah
besar.
Limbah yang berasal dari manusia tersebut tidak mungkin langsung dibuang ke
lingkungan. Jika dilakukan seperti itu, pasti akan mengganggu kesetimbangan alam sehingga
menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, setiap limbah buangan harus diolah terlebih
dahulu sebelum di buang ke lingkungan. Proses pengolahan limbah buangan yang digunakan
tergantung dari limbah yang akan diolah. Semakin berbahaya limbah yang akan diolah, maka
semakin rumit pula proses pengolahannya. Limbah yang dibuang ke lingkungan memiliki
batas-batas aman yang telah disepakati bersama di seluruh dunia. Batasan-batasan atau
standar Internasional mengenai pengolahan limbah buangan tersebut diatur dalam ASHRAE
Standard. Sedangkan di Indonesia, standar yang digunakan adalah SNI (Standar Nasional
Indonesia.
Salah satu bentuk sistem pengolahan limbah buangan manusia yang efektif adalah
dengan Extended Aeration System. Sistem ini banyak digunakan pada daerah perkantoran
atau daerah-daerah dengan limbah buangan yang cukup banyak dan perlu dikurangi
kandungan BOD (Biologycal Oxigen Demand) dan SS (Suspended Solid) yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Uraikan proses pengolah limbah yang berasal dari buangan manusia dari suatu
perkantoran dimana input limbah tersebut mengandung BOD5 sebesar 300 ppm dan SS nya
200 ppm. Hasil proses akhir adalah BOD5 = 30 ppm dan SS = 20 ppm dengan metode
Extended Aeration System, mulai dari system , perhitungan dan dimensinya.Volume limbah
yang akan diproses adalah sebesar 100 m3.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan ini adalah untuk merepresentasikan perancangan dari
sistem pengolahan limbah yang berasal dari manusia pada daerah perkantoran dengan
menggunakan Extended Aeration System.
BAB II
2
TEORI DASAR
Limbah sering didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak dapat didayagunakan atau
dimanfaatkan lagi. Limbah adalah bahan buangan sisa kegiatan manusia yang keberadaannya
bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai macam dampak negative.
Jenis-Jenis Limbah
Jenis-Jenis limbah dapat dikelompokan berdasarkan karakteristiknya.
A. Pengelompokan Limbah berdasarkan Kandungan Jenis Zatnya
1) Limbah organik
Limbah organik aadalah limbah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang
mengadung unsur hidrogen dan carbon sehinga mudah diuraikanoleh
mikroorganisme.Misalnya: Sisa kotoran hewan, sampah daun, sisa makanan, kertas bekas
(berasal dari bahan kayu), plastic-plastik (berasal dari faksi minyak bumi hasil pelapukan
makhluk hidup dalam waktu lama), kain bekas (dari sutra).
Dari segi teknis limbah organic adalah limbah yang mudah diuraikan oleh organisme.
Limbah plastik, kertas, kain bukan limbah organik karena susah diuraikan oleh
organisme.Manfaat dari limbah organik: membuat kompos. Kompos : pupuk yang berasal
dari hasil pelapukan sampah organik oleh organisme.
2) Limbah Anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang selain mengandung zat-zat kimia anorganik,juga
mengandung zat kimia organikyang sulit diuraikan oleh organisme. Sehingga apabila
dibiarkan begitu saja akan menumpuk dan memenuhi area.Contoh : besi, kaca, plastic,
kaleng, kemasan makanan, kertas, sisa proses pemupukan.
B. Pengelompokan Limbah berdasarkan Wujudnya
1) Limbah Berwujud Padat
Limbah berwujud padat adalah limbah yang bentuk strukturnya relative tetap. Jenis dari
limbah, yaitu :
Limbah padat organic yang mudah busuk seperti sampah sisa makanan, sampah sayuran,
kulit buah-buahan, dedaunan sehingga dapat dipakai untuk kompos.
Limbah padat organic yang tidak mudah busuk seperti kertas, kain, batang kayu,sehingg
perlu didaurulang.
Limbah anorganik yang tidak mudah busuk sehingga memerlukan perlakuan dan
keahlian khusus untuk pengolahannya. Contoh: besi-besi tua, sampah kaleng, dll)
2) Limbah Berwujud Cair
Limbah berwujud cair adalah lemua limbah yang berwujud cair dengan komposisi 99,9
% air dan 0,1 % bahan buangan yang terlarut maupun tersuspensi didalamnya.. Limbah cair
umumnya dibuang ke saluran air: sungai, danau, kolam, laut, dll.Untuk mengetahui sejauh
mana sumber air tercemar, maka bisa dilihat dari beberapa indicator, yaitu :
Indikator Biologis, yaitu dengan melihat ada tidaknya bakteri E. coli atau bakteri yang
lain dalam air
3
Indikator Fisik, yaitu dengan melihat apakah ada endapan atau zat terlarut/tersuspensi
di dalamnya, perubahan warna, bau, suhu dll.
Indikator Kimiawi, yaitu dengan mengukur DO, BOD maupun COD nya. DO =
dissolved oxygen, yaitu jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
BOD= Biological Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk melakukan proses biologi/metabolism di dalam air.
COD = Chemical Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen yang diperlukan oleh senyawa-
senyawa kimia bereaksi dalam air.
Jika harga BOD atau COD tinggi berarti banyak oksigen terlarut dalam air yang
digunakan untuk proses biologi maupun reaksi kimia dalam air sehingga kandungan oksigen
dalam air menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan harga DO menjadi rendah.
Tabel 1. Status Kualitas Air Berdasarkan OD
SS atau solid suspend adalah zat yang tersuspensi yang bisa saja terdiri dari zat organik
yang akan melayang-layang yang menyebabkan kekeruhan air. Limbah cair yang memiliki
kandungan SS yang tinggi tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena dapat
mencegah sinar matahari untuk merambat ke dasar untuk membantu fotosintesa.
Selain pada satwa perairan pencemaran juga dapat memepengaruhi kehidupan autotrof
dalam air( bukan permukaan air). Banyak tumbuhan dasar air tidak akan bisa ber fotosintesa
karena permukaan air tertutupi SS atau suspend solid yang menyebabkan sinar matahari tidak
bisa sampai didasar perairan dimana tanaman berada.
Tabel 2. Komposisi Limbah Cair Domestik dari Kamar Mandi & WC
Limbah cair selalu mengandung padatan yang terlarut maupun tersuspensi dalam air.
Berdasarkan ukuran partikel dan sifat kelarutannya, padatan dalam limbah cair
dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1) Padatan Terendap (Sedimen)
4
Padatan terendap (sedimen) adalah padatan yang dapt langsung mengendap jika
didiamkan beberapa saat. Misalnya pasir dan lumpur.
2) Padatan Tersuspensi dan Koloid
Padatan tersuspensi dan koloid adalah padatan yang mempunyai ukuran partikel lebih
kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat.Padatan ini menjadikan air keruh, dan sukar
mengendap.
3) Padatan Terlarut
Padatan terlarut adalah pdatan yang mempunyai ukuran partikel lebih kecil daripada
padatan tersuspensi/koloid.Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa organic dananorganik
yang terlarut dalam air misalnya air buangan pabrik gula, industry kimia dan lain-lain.
4) Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak adalah padatan yang mengapung di atas permukaan air. Adanya
minyak dan lemak di atas permukaan air menimbulkan kerugian antara lain :
a) Penetrasi cahaya ke dalam air menjadi berkurang
b) Menghambat pengambilan oksigen dalam air sehingga konsentrasi oksigen terlarut
dalam air menjadi berkurang / sedikit
c) Mengganggu kehidupan hewan-hewan dalam air, tanaman dalam air, maupun burung
atau ungags yang berenang di permukaan air.
5) Limbah Gas dan Partikulat
Limbah gas dan partikulat adalah limbah yang keberadaannya di udara/ lapisan
atmosfer bumi sehingga akan mencemari udara. Jenis pencemar udara ada 2, yaitu primer dan
sekunder.
Primer : Partikulat, Oksida Sulfur (SO2 dan So3), Oksida Nitrogen (No2 dan NO3),
Volatile Organic Compounds (VOCs), Oksida karbon (CO2 dan CO) dan Hidrokarbon
(CxHy). 088809726875
Sekunder : Terjadi karena reaksi-reaksi pencemar primer diudara seperti
photochemical oxidation dan acid deposition
C. Pengelompokan Limbah Menurut Bahayanya
Limbah Bahan Berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan PP RI No. 18 th 1999 tentang
pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dimaksud Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat
atau konsentrasinya , baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.
Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut
5
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
Macam-macam limbah beracun, yaitu:
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
D. Pengelompokan Limbah berdasarkan Sumbernya
1. Limbah Industri
Limbah industri adalah semua bahan buangan yang merupakan sisa dari kegiatan
industri.
2) Limbah Domestik / Rumah Tangga
Limbah domestik/rumah tanggaadalah semua jenis limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah tangga/pemukiman.
3) Limbah Perhotelan/Pusat Perdagangan/Mall
Limbah perhotelan/pusat perdagangan/mall adalah semua jenis limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan perhotelan, atau penginapan, pusat perdagangan atau mall.
4) Limbah Pertanian dan Peternakan
Limbah Pertanian dan peternakan adalah limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan
pertanian dan peternakan. Contoh : sisa hasil panen, sisa kemasan pupuk, kemasan
insektisida, bahan-bahan kimia yang berasal dari proses pemupukan dan pemberantasan hama
dll. Sedangkan contoh limbah peternakan: kotoran ternak, kemasan pakan ternak, kemasan
obat-obatan yang digunakan dan juga menghasilkan limbah gas berupa metana.
5) Limbah Rumah Sakit
6
Limbah Rumah Sakit adalah semua jenis limbah yang dihasilkan dari rumah sakit yang
bisa berwujud padat maupun cair yang berasal dari kegiatan medis maupun non medis di
rumah sakit.
Bahan Baku Mutu Limbah
Semua limbah yang dihasilkan manusia memiliki batasan masing-masing yang masih
dapat ditoleransi oleh lingkungan. Oleh karena itu limbah harus memiliki sebuah batasan
nilai dari beberapa parameter kandungan limbah sebelum dibuang secara bebas ke
lingkungan. Batasan dari nilai parameter-parameter tersebut disebut dengan baku mutu
limbah. Secara umum baku mutu adalah peraturan pemerintah yang berisi spesifikasi dari
jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam
media ambien. Baku mutu dibuat untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga
mengakibatkan lingkungan tidak memenuhi kelayakan untuk dihuni mahluk hidup.
Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi
dan daya tenggang, atau istilah asingnya disebut carrying capacity. Baku mutu lingkungan
berisi mengenai nilai ambang batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang
dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau terendah
dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi
yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi
jika terjadi kondisi lingkungan yang telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan
minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan
bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.
Dalam suatu negara atau bahkan suatu daerah memiliki baku mutu masing-masing yang
mengatur keluaran limbah dari industri dengan parameter-parameter penentunya, jadi setiap
negara dan daerah memiliki kebebasan untuk mengatur mengenai baku mutu dari setiap
limbah yang dihasilkan dari industri yang ada di daerah tersebut. Adanya peraturan
perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu serta peruntukan
lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena toleransi dan atau
keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih
dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui.
A. Aspek Penentu Pembuatan Baku Mutu
Dalam suatu baku mutu yang dibuat oleh suatu daerah atau negara memiliki beberapa
aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum baku mutu tersebut dibuat. Aspek penentu dalam
pembuatan baku mutu limbah yakni adalah effluent standard dan stream standard.
a) Standar air limbah (effluent Standard)
Effluent Standard adalah kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk dibuang
ke lingkungan. Dalam aspek ini melingkupi beberapa hal yang dipertimbangkan yaitu sebagai
berikut :
Kebutuhan praktis, yakni baku mutu harus dapat dicapai dan dilaksanakan pengguna
dengan mudah
Penggunaan teknologi, yakni penerapan teknologi yang tepat dan dilakukan secara
bertahap
7
Penggunaan parameter kunci, yakni hanya parameter-parameter kunci dari limbah
seperti BOD, COD, TS, atau parameter lain yang dapat dipantau secara efektif yang
digunakan
Evaluasi ekonomi, yakni penentuan teknologi pengolahan yang didasarkan pada
pertimbangan ekonomi
b) Standar Air Badan Penerima (Stream Standard)
Stream Standard yaitu batas kadar untuk sumber daya tertentu, seperti sungai, waduk,
dan danau. Pada jenis ini baku mutu diterapkan atas dasar kemampuan sumberdaya beserta
sifat peruntukannya
B. Jenis-jenis Baku Mutu
Baku mutu limbah dapat diterapkan dalam setiap jenis limbah yang ditemukan di
masyarakat yakni seperti limbah cair dan gas. Baku mutu mengatur kandungan limbah cair
dan gas dari suatu aktivitas manusia terutama dari industri dalam sebuah baku mutu limbah
cair dan baku mutu udara Penjelasan lanjut mengenai kedua jenis baku mutu tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a) Baku Mutu Air Limbah
Limbah cair adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang bersifat
buangan tidak berguna dalam wujud cairan. Limbah cair dihasilkan dari beberapa aktivitas
manusia seperti di rumah dalam bentuk kotoran; air pencuci (air bekas); dsb, serta dari
aktivitas industri yang memiliki banyak kandungan logam-logam berbahaya. Baku mutu air
limbah hadir untuk mengatur nilai kandungan limbah cair terutama yang berasal dari industri
sebelum dibuang ke lingkungan. apabila baku mutu tidak diterapkan oleh suatu industri,
maka kehidupan mahluk hidup sekitar pabrik akan terancam karena biasanya pabrik/industri
akan membuang ke bantaran sungai atau danau yang menjadi sumber air dari mahluk hidup
lain.
Dalam sebuah baku mutu terdapat istilah yang dinamakan sebagai mutu air limbah,
debit maksimum, kadar maksimum, dan beban pencemaran maksimum. Mutu air limbah
adalah keadaan nyata dari air limbah yang ada dan dinyatakan dengan debit, kadar, dan bahan
pencemar. Debit maksimum adalah nilai debit maksimum suatu limbah cair yang masih aman
untuk dibuang ke lingkungan, sedangkan kadar maksimum adalah nilai kadar tertinggi suatu
parameter baku mutu yang masih aman apabila dibuang ke lingkungan. Beban pencemaran
maksimum yakni beban/berat suatu pencemar/limbah yang masih diperbolehkan untuk
dibuang ke lingkungan bebas. Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan
perlindungan sumber daya air dalam jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah
(effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air
limbah dan pelbagai sektor seperti pertambangan dan lain-lain. Berdasarkan badan airnya
(stream standard), air limbah dapat dikategorikan menjadi 5 kelas yakni sebagai berikut:
1. Kelas A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelas B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A.
8
3. Kelas C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat
dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada
golongan A dan B.
4. Kelas D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk
perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai
untuk keperluan A, B, dan C.
5. Kelas E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam golongan A, B, C,
dan D.
Konsep Pengolahan Limbah Dosmestik
Sistem pengolahan limbah Dosmestik berdasarkan tempat pengolahan:
On site system
Pengolahan yang dilakukan pada batas tanah yang dimiliki. Maksudnya, sistem ini
dapat dilakukan dengan taraf individu yang biasanya dikenal dengan septic tank (satu rumah
memiliki satu sistem). Namun taraf individu yang dimaksud juga bersyarat bahwa kepadatan
di tiap kumpulan masyarakat kurang dari 100 orang per hektar. Teknologi yang digunakan
pun masih lebih sederhana dan mudah dilakukan. Akan tetapi bila kepadatan melebihi yang
ditentukan maka terdapat alat-alat tambahan yang mendukung. Terdapat beberapa kelebihan
sistem pengolahan on site yakni:
1) Menggunakan teknologi yang tidak rumit
2) Biaya rendah
3) Tiap keluarga dalam masyarakat dapat menyediakannya sendiri
4) Pengoperasian dan pemeliharaan langsung dilakukan oleh pemilik
5) Manfaat dapat dirasakan secara langsung
Akan tetapi sistem Septic tank yang dibuat pada tiap rumah juga memiliki beberapa
kekurangan seperti:
1) Tidak dapat diterapkan pada semua daerah (tergantung dengan permeabilitas tanah,
tingkat kepadatan dan lain-lain)
2) Fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia dan tidak menerima limbah kamar
mandi atau bekas mencuci.
Gambar 1. Skema Pengolahan Limbah Domestik
9
Perbandingan Sistem On site dengan pengumpulan limbah tercampur dan tidak
tercampur:
1) Sistem Tercampur
Prinsip sistem ini mencampurkan secara desentralisasi di setiap pemukiman antara
limbah tinja dengan limbah air hujan. Selanjutnya, penangannya dilakukan pada plant yang
mencampurkan kedua limbah tersebut. Akan lebih jelas bila melihat peta perjalanan limbah
pada gambar di bawah ini:
G
2) Sistem Terpisah
Prinsip sistem ini adalah memisah antara limbah domestic (dari dapur dan kamar
mandi) dengan limbah air hujan. Berikut gambar petanya:
Gambar 3. Peta Sistem Pengolahan Limbah Terpisah
Gambar 2. Peta Perjalanan Limbah Sistem Tercampur
10
3) Sistem Semi Terpisah
Pengolahan influent waste untuk limbah domestik dilakukan secara terpisah dengan
limbah air hujan. Namun pada akhirnya mereka akan tercampur untuk pengolahan
berikutnya. Berikut adalah peta perjalanan limbah:
Gambar 4. Peta Pengolahan Limbah Sistem Semi Terpisah
Centralized system/ sistem pengolahan terpusat/ off site system
Sistem pengolahan air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikimpulkan melalui suatu
riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju ke tempat isntalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan atau dengan pengenceran tertentu (intersepting sewer),
yang selanjutnya bila telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke badan air
penerima.
Pengolahan limbah sistem terpusat terutama bertujuan untuk menentukan kadar
pencemaran di dalam air buangan. Ada beberapa tingkat pengolahan yang umumnya
dilakukan untuk mengolah air buangan agar tidak berbahaya bagi lingkungan yaitu:
Pengolahan fisik seperti : penyaringan samapah dari aliran, pengendapan pasir,
penegndapan partikel.
Pengolahan biologis yang dapat terdiri dari proses anaerobik dan/atau proses aerobik,
serta pengendapan hasil dari proses sintesa oleh bakteri.
Gambar 5. Sistem Pengolahan Limbah Terpusat (Off Site)
11
Pengolahan secara kimia dengan pembubuhan disinfektan untuk mengontrol bakteri
dari effiluent hasil pengolahan sebelumnya.
Di bagaian bawah dari pengolahan air limbah adalah sisa lumpur yang terbentuk dan
harus dikendalaikan aerta diolah sehingga aman terhadap lingkungan .
Dari masing-masing tahap seri pengolahan, terdapat beberapa alternatif unit-unit
pengolahan untuk dipilih-dipilih. Pemilihan unit-unit tersebut didasrkan atas:
Standar effiluent yang diperkenankan
Nilai present value dari beberpaa alternatif unit yang dipilih.
Nilai present value dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Biaya investasi
Biaya tenaga listrik
Biaya sumber daya manusia
Biaya lahan untuk lokasi
Unit-unit pengolahan yang dapat digunakan untuk sistem off-site adalah sebagai
berikut: Aqua culture, Anerobic with biogas digester, stabilization ponds, convensional
sewerage system eith centralized waste water treatment.
Sistem pengolahan terpusat disebut juga dengan sistem konvensional. Hanya sebagaian
kecil air bersih yang di distribusikan ke suatu daerah perkotaan di maanfaatkan untuk
kebutuhan air minum dan masak. Sebagaian besar air bersih di manfaatkan untuk
membersihkan, pengglontoran (flushing), menyiram tanaman dan lain-lain. Jadi terdapat
jumlah airyang banyak akan mengalirkan dengan mentransport pollutan ke IPAL. Ddalam
sistem tercampur, terdapat juga air hujan, kemudian beban pollutan yang tinggi, juga
fluktuasi air limbah, kadar pollutan yang tinggi dan sangat kompleks, sehingga untuk
menyisihkan pollutan secara efektif tidaklah mudah.
Air limbah dan lumpur yang disisihkan, umumnya mengandung kadar phospat yang
dapat di manfaatkan sebagai bahan pupuk, tetapi pada kenyataannya juga di temui logam
berat. Hal ini juga memeberi masalah bila di manfaatkan sebagai bahan pupuk untuk tanaman
pertanain. Biayaoperasi dan pemeliharaan yang tinggi, terutama untuk daerah perkotaan yang
relatif datar, misalanya kota yang terlatak di dekat pantai, sehingga diperlukan sistem
pemompaan.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan
pada limbah cair sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah tersebut
tidak mengganggu lingkungan penerima limbah (siregar, S.A, 2005).
Proses pengolahan limbah umumnya dibagi menjadi 7, yaitu :
1. Extended aeration ( sistem aerasi berlanjut)
2. Step aeration (sistem aerasi bertahap )
3. Step aeration ( sistem aerasi bertahap )
4. Tappered aeration ( sistem aerasi berjenjang )
5. Contact stabilization system ( sistem stabilisasi kontak)
12
6. Oxydation ditch ( sistem oksidasi parit )
7. High rate activated sludge ( sisitem lumpur aktif kecepatan tinggi )
8. Pure-oxygen activates sludge (sistem lumpur aktif dengan oksigen murn)
Namun pada makalah ini kami hanya akan membahas mengenai extended aeration (
sistem aerasi berlanjut) saja. Dimana proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah
dengan siistem paket ( package treatment) dengan beberapa ketentuan :
1. Waktu aerasi lebih lama ( sekitar 30 jam ) dibandingkan sistem konvensional. Usia
lumpur juga lebih lama dan dapat diperpanjang sampai 15 hari.
2. Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam pengendapan primer.
3. Sistem beroperasi dengan F/M ratio yang lebih rendah ( umumnya < 0.1 kg BOD/ per
kg MLSS per hari ) dibandingkan dengan sistem lumpur aktif konvensional ( 0.2 -0.5
kg BOD per kg MLSS per hari)
4. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan pengolahan
konvensional dan terutama cocok untuk komunitas yang kecil yang menggunkan
paket pengolahan.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem “Extended aeration” dan kriteria
perencanaan ditunjukkan seperti gambar dibawah :
Proses pengolahan limbah pada Extended Aeration System, adalah sebagai berikut:
Pengolahan secara Fisika ( Primary Treatment )
Pengolahan secara Biologi (Secondary Treatment)
Pengolahan secara Kimia ( Tertiary Treatment )
Gambar 6. Flow Diagram Extended Aeration System
13
Gambar 7. Proses Pengolahan Limbah dengan Extended Aeration System
A. Pengolahan Limbah Secara Fisika (Primary Treatment)
Pengolahan limbah secara fisika merupakan pengolahan limbah yang dilakukan dengan
memisahkan kandungan bahan limbah secara langsung tanpa melalui penghancuran secara
biologis maupun kimia. Pengolahan limbah cair secara fisika yang umum dilakukan meliputi:
1. Screening ( penyaringan )
Screening (penyaringan) bertujuan untuk memisahkan bahan tersuspensi yang berukuran
besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
2. Comminuition ( menghancurkan/mereduksi padatan )
Comminution untuk menghancurkan atau mereduksi padatan yang tidak seragam menjadi
bagian yg lebih kecil dan seragam dengan comminutor.
3. Flow equalization (penyeragaman aliran)
Flow equalization (penyeragaman aliran) bertujuan untuk membuat kecepatan aliran
konstan dengan bak equalisasi. Keluaran dari bak equalisasi adalah parameter
operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan
polutan, temperatur,
padatan, dsb.
Kegunaan dari equalisasi adalah :
Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses
treatment.
Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading
pada sistem pengolahan biologi
Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.
Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dan lain sebagainya) untuk
meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi.
14
4. Penggumpalan
Penggumpalan untuk memperbesar ukuran partikel tak terlarut sehingga menjadi lebih
berat dan mudah mengendap di dasar sehingga pemisahan padatan tdk terlarut lebih
mudah pada proses berikutnya (pengendapan).
5. Sedimentation (Pengendapan )
Pengendapan (sedimentasi) untuk memisahkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih
berat dari air sehingga kotoran-kotoran mengendap dengan gaya beratnya sendiri (gaya
gravitasi). Dengan adanya pengendapan ini , maka akan mengurangi kebutuhan oksigen
pada proses pengolahan biologis berikutnya.
6. Flotation (Pengapungan)
Pengapungan (Flotation) untuk pemisahan padatan dari air. Ini diperlukan jika densitas
partikel lebih kecil dibanding densitas air sehingga cenderung mengapung, sehingga
perlu ditambahkan gaya ke atas dengan memasukkan udara ke dalam air. Misal dalam
proses pemisahan lemak dan minyak.
B. Pengolahan Limbah Secara Biologi (Secondary Treatment)
Pada tahap sekunder dalam sebuah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) ini bisa
disebut juga dengan tahap pengolahan air limbah secara biologis, yaitu pengolahan air
limbahdengan memanfaatkan mikroorganisme/bakteri untuk mendegradasi polutan organik
(misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan DO, maupun kerusakan ekosistem).
Tujuan dari proses pengolahan pada tahapan ini adalah untuk menghilangkan zat padat
organik terlarut yang bidegradable (berbeda dengan sistem pengolahan sebelumnya yang
lebih ditujukan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi), nitrifikasi /denitrifikasi serta
menggunakan kembali zat organik dalam limbah (misalnya gas metana). Prinsip kerja pada
tahapan sekunder IPAL ini adalah biasanya disediakan penunjang untuk tempat hidup
mikroorganisme, baik secara melekat maupun tersuspensi sehingga mikroorganisme tersebut
dapat hidup secara optimal dan dapat menguraikan sampah organik pada air limbah tersebut.
Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur aktif) dan
pengendapan. Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan
kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di
dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.Proses aerasi
sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya
memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak
memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang
mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan
optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air
limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk
menghilangkan bau (Muti, 2010). Oksigen ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah
dicampur lumpur aktif untuk pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme dalam
lumpur. Dengan agitasi yang baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak dengan materi
15
organik dan anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap seperti
H2S dan NH3sehingga mengurangi bau air limbah. (Deddy Prayudha, 2013). Mikroorganisme
yang terlibat dapat berasal dari bakteri (seperti spesies Acinetobacter, nitrosomonas,
nitrobacter dan Zoogloea ramigera), protozoa (seperti Aspidisca, Carchesium, Opercularia,
Trachelophyllum, Vorticella), amoeba (seperti Cochliopodium dan Euglypha, serta organisme
lain yang ada antara lain jamur, rotifer dan nematoda. (Joni Hermana, 2010)
Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik. Namun, pada IPAL ini
yang digunakan adalah aerasi secara difusi. Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara
dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah
nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat
berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari
jenis diffuser yang digunakan.(Muti, 2010).
Tahap selanjutnya dilakukan pengendapan.Proses lumpur aktif terdiri dari dua tangki
yaitu, 1. Tangki aerasi: di dalam bak ini terjadi reaksi penguraian zat organik oleh
mikroorganismedengan bantuan oksigen terlarut. 2. Bak pemisah (Clarifier): yaitu tempat
lumpur aktif dipisahkan dari cairan untuk dikembalikan ke tangki aerasi. (Nurhayati, 2011).
Dari tangki aerasi, air beserta kelebihan lumpur aktif dialirkan ke bak pengendap akhir
(tangki sedimentasi). Di dalam bak ini sebagian lumpur aktif diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet tangki aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sementara sebagian
lumpur lagi akan alirkan menuju bak pengering lumpur setelah dilakukan disinfeksi terlebih
dahulu untuk dibuang/dibakar. Pembuangan lumpur ini bertujuan untuk menjaga kestabilan
jumlah lumpur aktif. Kemudian air limpahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
khlorinasi (Heru Bramanty, 2013).
Gambar 8. Flow Diagram Secondary Treatment pada Pengolahan Air Limbah
C. Pengolahan Limbah Secara Kimia (Tertiary Treatment )
Pengolahan air limbah biasanya menggunakan metode lumpur aktif. Lumpur aktif
merupakan metode yang paling efektif untuk menyingkirkan bahan-bahan tersuspensi
maupun terlarut dari air limbah. Lumpur aktif mengandung mikroorganisme aerobik yang
dapat mencerna limbah mentah. Namun pada metode ini memiliki kendala-kendala dalam
pelaksanaannya seperti diperlukannya area instalasi yang luas, dan menimbulkan limbah baru
yaitu lumpur bulki. Lumpur bulki terjadi akibat pertumbuhan filament yang berlebihan.
Untuk mengatasi kendala tersebut dilakukan penambahan biosida ,yaitu H2O2 atau klorin ke
dalam unit aerasi. Penambahan 15 mg/g dapat menghilangkan sifat bulki lumpur hingga
dihasilkan air limbah olahan cukup baik. Klorin dapat menurunkan aktivitas mikroba yang
berpotensi dalam proses lumpur aktif.
16
Reaksi penambahan klorin sebagai berikut:
Cl2(g) + H2O (l)→ HClO(aq) + H+(aq) + Cl
-(aq)
Penambahan klorin pada pengolahan air limbah terjadi pada tahap desinfektan pada
metode lumpur aktif. Disinfektan ditambahkan pada tahap ini untuk menghilangkan
mikroorganisme seperti virus dan materi organik penyebab bau dan warna, sehingga air yang
keluar dari tahap ini dapat digunakan kembali seperti untuk irigasi atau keperluan industri.
Chlorine Demand adalah klorin yang ditambahakan dikurangi dengan klorin yang
tersisa setelah waktu ke t. Sehingga akan muncul konsekuensi, perbedaan demand per
kebutuhan pada waktu yang berbeda.Masalah yang utama dalam klorinasi adalah menghitung
klorin yang diperlukan. Persamaannya adalah sebagai berikut:
𝐴 = 𝐵𝑥𝐶
1.000.000
Keterangan:
A = Jumlah residu klorin yg diberikan (kg/hari)
B = Dosis, residu klorin yg dikehendaki (ppm)
C = Jumlah air yg harus diklorinasi per hari (liter)
17
BAB III
ISI
Perancangan Extended Aeration System
Perhitungan mengenai sistem pengolahan limbah dengan parameter BOD inlet sebesar
300ppm dan BOD oulet sebesar 30 ppm dengan volume limbah adalah 100 m3
Asumsi yang digunakan antara lain:
Karena volume limbah yang diberikan tidak diketahui untuk jangka waktunya maka
diasumsikan bahwa volum limbah yang diberikan pada soal adalah jumlah volum
keluaran pabrik selama 30 hari, maka debit limbah yang dihasilkan tiap harinya
adalah 𝑄 =100000 𝐿
30 𝑎𝑟𝑖= 3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖
c = 30 hari
X = 2.000 mg Vss/l
SVI = 80
Y = 0.5 ; Y obs = 0.36 Kd = 0.04/ hari
MLVSS/MLSS = 0.8
Maka dengan data diatas dapat dihitung beberapa jenis besaran yakni :
1. Volume tangki aerasi
2. Hitung rasio F/M dan volumetric loading
3. Tentukan rasio resirkulasi r, Xr
4. Kebutuhan Oksigen di tangki aerasi.
Jawab:
a. Volume tangki aerasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan,
dk 1.
..
cX
QSSoYV
𝑉 =0.5 𝑥 300 − 30𝑝𝑝𝑚 𝑥 3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖
2000𝑚𝑔
𝐿 𝑥 0.03 + 0.04 1𝑎𝑟𝑖
𝑉 = 3214.2825 𝐿
b. Rasio F/M dapat dihitung dengan persamaan,
𝐹𝑀 =
𝑄. 𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑉. 𝑋
18
𝐹𝑀 =
3333.333 𝐿𝑎𝑟𝑖 𝑥 300
𝑚𝑔𝐿
3214.2825 𝐿𝑥 2000 𝑚𝑔
𝐿
𝐹𝑀 = 0.15
Volumetric Loading dapat dihitung dengan persamaan,
𝑉𝐿 =𝑄. 𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑉
𝑉𝐿 =3333.333 𝐿
𝑎𝑟𝑖 𝑥 300 𝑚𝑔
𝐿
3214.2825 𝐿
𝑉𝐿 = 311.11 𝑚𝑔
𝐿. 𝑎𝑟𝑖
c. Rasio resirkulasi dapat dihitung dengan persamaan,
𝑋 =𝑟
1 + 𝑟 𝑆𝑉𝐼
𝑟 = 𝑀𝐿𝑆𝑆 𝑆𝑉𝐼
106 − 𝑀𝐿𝑆𝑆 𝑆𝑉𝐼
𝑟 = 2000/0.8 80
106 − 2000/0.8 80
𝑟 = 0.25
𝑋𝑟 ≈1
𝑆𝑉𝐼
𝑋𝑟 ≈106
80= 12500
𝑚𝑔𝐿 𝑀𝐿𝑆𝑆
d. Kebutuhan Oksigen di tangki aerasi, dapat dihitung dari persamaan produksi lumpur :
𝑃 =𝑌𝑜𝑏𝑠𝑄(𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 − 𝐵𝑂𝐷𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 )
1000
𝑃 =0.36 (3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖 )(300 − 30)𝑚𝑔
𝐿
1000
𝑃 =0.36 (3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖 )(300 − 30)𝑚𝑔
𝐿
1000
𝑃 = 323.99 𝑔
𝑎𝑟𝑖
Kebutuhan Oksigen per hari adalah :
𝑂2 =𝑄(𝐵𝑂𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 − 𝐵𝑂𝐷𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 )
1000. 𝑓− 1.42. 𝑃
19
𝑂2 =3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖 (300 − 30)𝑚𝑔
𝐿
1000 (0.7)− 1.42(323.99
𝑔𝑎𝑟𝑖 )
𝑂2 =3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖 (300 − 30)𝑚𝑔
𝐿
1000 (0.7)− 1.42(323.99
𝑔𝑎𝑟𝑖 )
𝑂2 =3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖 (300 − 30)𝑚𝑔
𝐿
1000 (0.7)− 1.42(323.99
𝑔𝑎𝑟𝑖 )
𝑂2 = 825.6472 𝑔
𝑎𝑟𝑖
Gambar 9. Flow Diagram Secondary Treatment Perancangan EAR
e. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh volume tangki aerasi :
𝑉 =0.5 𝑥 300 − 30𝑝𝑝𝑚 𝑥 3333.33 𝐿
𝑎𝑟𝑖
2000𝑚𝑔
𝐿 𝑥 0.03 + 0.04 1𝑎𝑟𝑖
𝑉 = 3214.2825 𝐿
Dimensi dari volume aerasi tersebut, keleompok kami merancang ukuran sebesar
(1,25x1,25x2,56) m3
1,25 m 1,25 m
2,56 m
20
Dimensi yang diperoleh dipilih dengan salah satu alasan efesiensi tempat pengolahan
limbah.
f. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mendegredasi
BOD yang terkandung yaitu sebesar:
𝑂2 = 825,6472 𝑔
𝑎𝑟𝑖
Dari Jumlah oksigen yang diperlukan maka dapat kita tentukan jumlah udara yang harus
di masukan sebgai sumber oksigen sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =100
21𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑂2 = 3,932 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
Perancangan Extended Aeration System
Berdasarkan perhitungan dan kondisi yang ada, perancangan Extended Aeration System
yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Terdiri dari 3 tangki utama, yaitu tangki proses fisika, tangki proses biologi, dan
tangki proses kimia.
- Pada tangki proses fisika dilakukan proses screening atau penyaringan yang bertujuan
memisahkan partikel yang berukuran besar dan kecil. Proses selanjutnya adalah
Comminuition, yaitu menghancurkan/mereduksi padatan yang berukuran cukup besar
yang tidak lolos proses screening.
- Limbah yang telah melewati tangki proses fisika selanjutnya akan memasuki tangki
proses biologi. Limbash akan melewati tangki aerasi dan terdapat mikroorganisme
didalamnya. Proses aerasi membantu mikroorganisme mempercepat proses
pembusukan pada limbah. Proses ini jugalah yang akan mengurangi kandungan BOD
dan SS dalam limbah.
- Tangki selanjutnya adalah tangki proses kimia. Pada tangki ini ada penambahan bahan
kimia klorin yang bertujuan untuk membunuh kuman penyakit dan bakteri yang ada di
dalam limbah.
- Berdasarkan volum limbah yang diperlukan, ukuran tangki yang diperlukan adalah
sebesar 3,2143 m3, namun untuk menanggulangi kondisi limbah yang dapat
bertambah suatu saat, kami merancang tangki aerasi dengan ukuran 4
(1,25x1,25x2,56) m3.
- Ukuran tangki proses fisika dan kimia dijadikan sama dengan ukuran tangki aerasi.
Total ukuran 3 tangki pada Extended Aeration System adalah 3,75x1,25x2,56 m3.
- Pada tangki aerasi, digunakan pompa udara yang berfungsi untuk memompa udara
dari luar ke dalam tangki aerasi.
- Sistem ini diletakkan di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 2 m. Bahan tangki
yang digunakan adalah logam kuat yang tahan korosi. Hal tersebut bertujuan agar
tidak mengganggu proses pengolahan limbah dan akan menimbulkan hal buruk
setelahnya.
21
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
- Extended Aeration System yang akan dibuat terdiri dari 3 tangki, yaitu tangki proses
fisika, tangki proses biologi, dan tangki proses kimia.
- Tangki berbentuk balok, dengan ukuran masing-masing tangki sebesar 1,25x1,25x2,56
m3 dan tangki akan ditanam di dalam tanah dengan kedalaman 2 m.
- Jumlah oksigen yang diperlukan untuk mendegradasi BOD dari 300 ppm menjadi 30
ppm adalah sebanyak 825,6472 g/hari. Oleh karena itu, jumlah udara yang harus
dipompokan ke dalam tangki adalah sebesar 3,932 kg/hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
Tchobanoglous, G., Burton, F.L.,1991. Advanced Wastewater Treatment. Wastewater
Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. McGraw-Hill. Inc, Singapore, pp. 711-726
Siregar, S.A., 2005. Instalasi Pengelolaan Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta
http://www.airlimbah.com/2010/08/12/aerasi-di-dalam-pengolahan-limbah-cair/
Hermana, Joni. 2010-2011. Pengolahan Biologis Aerobik Sistem Tersuspensi dan Terlekat.
ITS: Surabaya
Bowo Djoko M. Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologis. Jurusan Teknik
Lingkungan – ITS.
Gordon M Fair, John C geyer, Daniel A Okun. Water and Wastewater Engineering. John
Wiley & Sons, 1968. Chapter 35
Metcalf & Eddy. Wastewater Treatment and Reuse, Fourth Edition. Mc-Graw Hill Higher
Education, 2003. Chapter 5.
Mark J Hammer. Water & Wastewater Technology. Upper Saddle River New Jersey
Colombus, Ohio, 2004. Chapter 11.
M Razif. Unit Operasi. Teknik Penyehatan, FTSP – ITS, 1992. Pokok Bahasan 2.
Metcalf & Eddy. Wastewater Engineering : Treatment Disposal Reuse, Second Edition. Tata
Mc-Graw Hill Publishing Company LTD, New Delhi, 1979.
W.Wesley Eckenfelder, Jr. Industrial Water Pollution Control, second Edition. Mc – Graw
Hill Book Company, Chapter 3
Gesuidou Shisetsu Sekkei to Kaisetsu, Nihon Gesuidou Kyoukai ( Japan Sewage Work
Asoociation)