Makalah Jadi Keb.spiritual
-
Upload
ahmad-naviz-ibrahimovic -
Category
Documents
-
view
412 -
download
8
Transcript of Makalah Jadi Keb.spiritual
Konsep dasar kebutuhan
spiritual
Disusun Oleh :
KELOMPOK 8
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
Kelompok 8
1. Icha puspitalia (G2A009053)
2. Ika listyowati (G2A009054)
3. Ika purnawati (G2A009055)
4. Irma Astuti S (G2A009056)
5. Joko Sucipto (G2A009057)
KATA PENGANTAR
Tak pernah lelah penulis ucapkan syukur tak terhingga kepada Sang Mahadaya ilmu
Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami pada ini dengan pokok bahasan
“Konsep Dasar Kebutuhan Spiritual”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada “Sang Sumber Inspirasi” kami dan Rekan-
Rekan S1 Keperawatan kelompok 8.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi para pembaca dalam upaya
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang konsep dasar kebutuhan spiritual.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah berikutnya lebih
sempurna.
Semarang, 30 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kebutuhan spiritual
B. Factor- factor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual
C. Perkembangan Spiritual
D. Aspek- aspek spiritual
E. Hubungan antara Spiritual dengan sehat- sakit
F. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
G. Asuhan kebutuhan dasar Spiritual
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANGPenting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan spiritual.
Spiritualitas merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing individu. Manusia
adalah mahluk yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir ini banyak perhatian dari
masyarakat yang di sebut kecerdasan spiritual yang sangat menentukan kehagiaan hidup
seseorang. Perawat atau ners memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang
komprehensif. Karena respon spiritual kemungkian akan muncul pada pasien.
Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan dalam
membedakan antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam diri manusia, khususnya
membedakan spiritual dari religi. Selain itu perawat juga perlu memahami perbedaan dimensi
spiritual dengan dimensi psikologi, dan memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan
spiritual saling berhubungan.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar kebutuhan spiritual
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kebutuhan spiritual
2. Mahasiswa dapat menjelaskan factor- factor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual
3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan spiritual
4. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara spiritual sehat – sakit
5. Mahasiswa dapat menjelaskan peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
6. Mahasiswa dapat menjelasskan asuhan kebutuhan spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kebutuhan spiritual
Kebutuhan adalah suatu yang berguna & diperlukan sekali untuk menjaga
homeostatis dalam hidup dan menjadi dorongan, tingkah laku dan sikap. Pada dasarnya
manusia mempunyai kebutuhan yang sama tapi ada kalanya satu kebutuhan lebih penting
bagi sseseorang dari pada kebutuhan lainnya.
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009)
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau
sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan
sebagainya (Hawari, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk
menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5
dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri,
pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya
dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam Hawari,
2002), yaitu :
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus
diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup
dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama
manusia (horisontat) serta alam sekitaraya
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang.
Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan
bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas
dari rasa bersalah kepada orang lain
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem), setiap
orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi
orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka
panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan
bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang
utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat
keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan
Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia. Manusia
hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang
disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk
menjaga dan melestarikan alam ini.
j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilainilai religius.
Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering berkumpul dengan orang
yang beriman akan mampu meningkatkan iman orang tersebut.
B. Factor- factor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual :
a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menetukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap
tahap perkembangan memiliki cara mmeakini kepercayan terhadap tuhan.
b. Keluarga
Seluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memnuhi kebutuhan spiritual,
karena keluarga memiliki ikatan emosional dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Ras/Suku
Memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda, sehingga proses kebutuhan spiritual
berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki
d. Agama yang dianut
Keyakinan pada agama tertentu yang dimilki oleh seseorang dapat menetukan arti
pentingnya kebutuhan spiritual
e. Kegiatan Keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan
dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
C. Perkembangan Spiritual
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan
manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara dilakukan perawat untuk
memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai
dengan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya.
Pemenuhan aspek spiritual pada klien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima
dimensi manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu
dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinterksi,
interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat
mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002) Perawat harus mengetahui tahap
perkembangan spiritual dari manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual klien. Tahap
perkembangan klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia.
Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari
bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan,
dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh-kembang
manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai
dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek
spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002)
Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan. Manusia
sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antara 0-18 bulan,
yang sedang dalam proses
tumbuh kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang
masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan
yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri
(Larson, 2009).
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi dalam 4 tingkatan
berdasarkan kategori umur :
a. Usia anak-anak
Tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat
antara lain : adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain, belum mempunyai
pemahaman salah atau benar kepercayaan ata keyakinan mungkin hanya mengikuti
ritual atau meniru orang lain.
b. Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya patisipasi
aktif pada aktivitas keagamaan. Pada perkembangan ini sudah mulai pada keinginan
untuk pencapaian kebutuhan spiritual seperti mulai meminta atau berdoa kepada
penciptanya.
c. Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini diawali dengan proses pertanyaan
akan keyakinan. Pada masa ini pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan sudah
dikaitkan dengan hal yang rasional.
d. Usia pertengahan dewasa
Pada masa ini kepercayaan dari diri sendiri diawali dengan semakin kuat percyaan
diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan.
D. Aspek- aspek spiritual
Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c.Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha
Tinggi.
E. Hubungan antara Spiritual dengan sehat- sakit
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami:
a. menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai contoh: ada agama
yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
b. sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya
khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama.
c. sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah cobaan dari
Tuhan
Kepercayaan agama tentang kesehatan
Agama/
Budaya
Kepercayaan
terhadap pelayanan
kesehatan
Respon terhadap
penyakit
Penerapan pada
kesehatan dan perawatan
Hindu Menerima ilmu
medis terkini
Dosa masa lalu
menyebabkan
penyakit
Waktu untuk doa, jimat,
ritual, simbol
Shikhism Menerima ilmu
medis terkini
Wanita diperiksa
wanita
Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan
Waktu untuk doa, jimat,
ritual, simbol
Buddha Menerima ilmu
medis terkini
Menolak
pengobatan pada
hari suci
Roh non manusia
yang menyerang
manusia
menyebabkan
penyakit
Islam Harus dapat
mempraktikkan 5
Menggunakan
kepercayaan
Kesehatan dan spiritual
saling berhubungan
hukum islam
Terkadang
memiliki
pandangan
kesehatan yang
salah
penyembuhan
Tidak melakukan
eutanasia
Tidak
mempertimbangkan
transplantasi organ
Yahudi Mempercayai
kesucian hidup
Ibadah hari sabath,
menolak
pengobatan hari
sabath
Eutanasiaa
dilarang
Percaya penting hidup
sehat
Kristiani Menerima ilmu
medis terkini
Menggunakan
doa, kuas
penyembuhan
Mendukung donor organ
F. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan atau pelayanan
keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan klien
(individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan
(Gaffar, 1999).
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari
bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat
menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan
keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim
kesehatan. Jadi pada dasarnya tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien
dalam membantu klien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia
lakukan tanpa bantuan.
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien,
berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non
verbal, berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya, berusaha
mengenal dan menghargai klien. Mengingat perawat merupakan orang pertama dan
secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia
sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan
hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan
yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Kebutuhan spiritual klien sering ditemui
oleh perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn
keperawatan. Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus
mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi kebutuhanya untuk
mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan berhubungan serta pengampunan
(Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat,
2008):
a) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya.
b) Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada klien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian
yang meliputi hak atas peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c) Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan pendidikan kesehatan.
d) Peran Koordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e) Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi, atau
bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan selanjutnya.
f) Peran Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g) Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
G. Asuhan kebutuhan dasar Spiritual
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Spiritual sangat
bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula
(Mcsherry dan ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah;
1) Alifiasi nilai
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2) Keyakinan agama dan spiritual
a. Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara agama
b. Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
C. PERENCANAAN
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang
yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
a) Berarti adlam hidup
b) Pandangan tentang spiritual
c) Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
d) Berdoa atau beribadah
e) Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
f) Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
NIC :
1. Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
2. Tentukan konsep ketuhanan klien
3. Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
4. Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
5. Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
6. Kolaborasi dengan pastoral
2. Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan
respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan
sumber yang tersedia
NOC:
1. Koping efektif
2. Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
3. Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
4. Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan
informasi
NIC :
1) Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
2) Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
3) Peningkatan koping:
a. nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
b. nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
c. evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
d. Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
e. Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
4) Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan
kesehatan
D. INTERVENSI
Intervensi Dalam Kesehatan Spiritual:
Tehnik dalam kesehatan spiritual adalah dengan tehnik meditasi
Tehnik Meditasi:
Tujuan: klien dapat mengungkapkan perasaan relaksasi dan trandensi diri setelah
meditasi
Strategi pengajaran:
1. Berikan informasi singkat mengenai pengajaran / cara meditasi
2. Bantu klien mengidentifikasi ruangan dalam rumah yang tenang dan mempunyai
gangguan minimal
3. Jelaskan bahwa musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat mengganggu
meditasi
4. Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang nyaman dengan
punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada suara, doa atau gambar
5. Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit dua kali sehari
6. Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan
E. PELAKSANAAN
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
F. EVALUASI
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan tercapai
apabila klien ( Achir Yani, 1999):
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang
dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan
universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini
mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
Gabungan antara meditasi dengan diet terapi maka efek pada penyakit itu sendiri akan
lebih cepat sembuh dan hati pun menjadi lebih tenang.
2. Saran
Kebutuhan spiritual sangatlah penting untuk dipelajari sekaligus di aplikasikan pada
masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah berikutnya
lebih sempurna.