Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

38
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN, KECAMATAN MEDAN LABUHAN Infeksi Saluran Nafas Akut Oleh: Aditya Prakoso NIM. 110100111 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

description

dcd

Transcript of Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Page 1: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

DI

PUSKESMAS PEKAN LABUHAN, KECAMATAN MEDAN LABUHAN

Infeksi Saluran Nafas Akut

Oleh:

Aditya Prakoso

NIM. 110100111

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU

KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Page 2: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi

Muhammad SAW karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Infeksi Saluran Nafas Akut” sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas

Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Roi Hendra Sitepu selaku Kepala Puskesmas Pekan Labuhan atas

kesediaan beliau untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada

penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, baik

dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari. Semoga

makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak

baik secara moral maupun spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 26 Juni 2016

Penulis

1

Page 3: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini penyakit ISPA masih menjadi masalah di Indonesia. ISPA

merupakan penyebab utama kematian balita. Dari sekitar 450.000 kematian balita

yang terjadi setiap tahun diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan karena

ISPA. Dengan kata lain setiap hari terjadi kematian balita akibat ISPA selalu

menepati kelompok penyakit terbanyak di sarana kesehatan dan ISPA Pneumonia

merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita.1

Penyakit infeksi saluran pernafasan, bersama-sama dengan malnutrisi dan

diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak Balita di

Negara berkembang (Sharma et al., 1998).

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA

setiap tahunnya. 40 %- 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit

ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %.

Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi

berumur kurang dari 2 bulan.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran

pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan

oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan

musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada

anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan

lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena

meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar

karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau

berlebihannya pemakaian antibiotik.1

2

Page 4: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka

kejadian ISPA terutama pada Anak Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% -

30% kematian anak Balita (Depkes RI, 2000). ISPA juga merupakan salah satu

penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60%

kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian

rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2ML,

2000). Host, lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang

dapat mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan

akut (Sharma et al., 1998).

Dengan melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam

pencegahan, deteksi dini, terapi maupun rehabilitasi dari infeksi saluran

pernapasan akut ini. Penulis berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang

dirasakan perlu untuk dipahami melalui tinjauan pustaka dalam referat ini dan

diharapkan dapat bermanfaat.

3

Page 5: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

BAB II

ANATOMI

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan dan paru-paru), dan organ adneksa

saluran pernafasan. Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai bagian bagian

tersebut diatas:2

a. HIDUNG

Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara

pernafasan mengalami proses yaitu:

Penyaringan ( filtrasi )

Partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring

khususnya partikel-partikel yang berdiameter > 2µm. Cilia

berperan sebagai filter.

Penghangatan

Kapiler pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung

berperan sebagai penghangat. Udara pernafasan yang dingin akan

dihangatkan.

Pelembaban (humidifikasi)

Udara pernafasan yang kering akan dilembabkan oleh lapisan

mukosa hidung sehingga tidak mengiritasi saluran pernafasan.

Sepertiga bagian atas hidung terdiri dari tulang dan dua pertiga

bagian bawahnya adalah kartilago yang terdiri dari dua bagian.

Bagian tengah dipisahkan oleh septum. Septum dan dinding dalam

rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa. Bagian depan

hidung yang terbuka keluar dilapisi oleh kulit dan folikel rambut.

Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut

nasopharing.

4

Page 6: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

b. PHARING

Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga naal

dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing.

Pharing merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran

pencernaan.Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis 

akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil

merupakan pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing (organisme)

yang masuk ke hidung dan pharing.

c. LARING

Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang

menyebut laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah

ini akan membentuk bunyi (suara).

d. TRACHEA

Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah

cricoidskartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Tr

achea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat

percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.

e. BRONCHUS

Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk

dan pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri.

Bronchus primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder (lobus) masing-

masing lobus dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh

darah saraf, pembuluh limfatik. Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi

menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk

selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.

f. BRONCHIOLUS

Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi ke

dalam saluran-saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus

respirasi. Kedua bronchiolus ini mempunyai diameter < 1 mm.

5

Page 7: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Bronchiolus terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi difusi di tempat ini.

Sebagian kecil difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.

g. ALVEOLUS

Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang

dari bronchiolus respiratori. Sakus alveolis mengandung alveolus yang

merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.

Diperkirakan paru-paru mengandung + 300 juta alveolus (luas permukaan

+ 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding alveolus

menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat

penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini

berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa

surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.

h. PARU-PARU

Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh

pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung

membungkus/melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya.

Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai

lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10–15 cc. Lubrikasi

dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke

paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu:3

Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula

yang akan membentuk jalinan kapiler.

Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal.

Arteri ini akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme

paru.

6

Page 8: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

BAB III

PEMBAHASAN

III. 1 Definisi

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan

gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir

yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA adalah

penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari

saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli

(saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman

(bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang

berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan

proses akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang

dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14

hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3

golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat. Pembagian

menurut deajat keparahan tersebut didasarkan pada gejala-gejala dan

tanda-tandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau

ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang

mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya

tahan tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui

oleh orang awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan

beberapa pengamatan sederhana.4

III. 2 Klasifikasi

WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut

derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala

klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA

tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :5

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

7

Page 9: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

a. ISPA ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu

atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

i. Batuk 

ii. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

iv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi

anak diraba dengan penggung tangan terasa panas. 

b. ISPA sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :

i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1

tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun

atau lebih.

ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.

iii. Tenggorokan berwarna merah.

iv. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.

v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit.

Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak

menderita ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari

390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya ≤4 bulan, maka

anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat

pertolongan dari petugas kesehatan.

c.  ISPA berat

Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-

gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :

i. Bibir atau kulit membiru.

8

Page 10: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada

waktu bernapas.

iii. Kesadaran menurun.

iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.

v. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.

vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

vii. Tenggorokan berwarna merah.

Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena

perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen

dan atau cairan infus.

Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas

umur dan tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :4

1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun

Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA

diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

a) Pneumonia berat

Tanda utama :

Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk.

Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi

bila paru-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya

tenaga untuk menarik nafas.

Tanda lain yang mungkin ada :

Nafas cuping hidung.

Suara rintihan.

Sianosis (pucat).

b) Pneumonia tidak berat

Tanda Utama :

Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Di sertai nafas cepat :

9

Page 11: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.

Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.

c) Bukan pneumonia

Tanda utama :

Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.

Tidak ada nafas cepat :

Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1

tahun.

Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5

tahun.

2. Anak umur kurang dari 2 bulan

Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2

yaitu :

a) Pneumonia berat

Tanda utama :

Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin.

Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.

Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.

b) Bukan pneumonia

Tanda utama :

Tidak ada nafas cepat.

Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

III. 3 Epidemiologi

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit

batuk pilek pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata

4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan

batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan

epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung

10

Page 12: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat

kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih

tinggi daripada di desa.1

ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10

penyakit utama di Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit

pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama

pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat

pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%, sedangkan angka

mortalitas 36%.

Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per

anak, sekitar 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30%

kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan

oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas

pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan

angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua (13%). Di jawa

Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1 pada

10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas

III. 4 Etiologi Dan Faktor Resiko

Etiologi ISPA terdiri dari:

Bakteri  :Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,

Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-

lain.

Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA

atas virus utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.

Jamur  :Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-

lain.

Aspirasi: Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)

11

Page 13: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir,

benda asing

(biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain). 6

Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor

yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum

ada 3 faktor yaitu:

Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.

Keadaan gizi dan cara pemberian makan.

Kebiasaan merokok dan pencemaran udara

Faktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan,

gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu

(ASI) tidak memadai, polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi

tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan.

Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2

bulan, tingkat social ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), tingkat pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah,

imunisasi tidak lengkap dan menderita penyakit kronis.

III. 5 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya

virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak

ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan

refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus

merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending

dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya

batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran

pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak

terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan

mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan

12

Page 14: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan

mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada

saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-

bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah

banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas

dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini

dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.

Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu

serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan

gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke

tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan

kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell,

1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas

bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam

saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann,

1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus

diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa

sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak

sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran

nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,

merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah

bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG

13

Page 15: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)

sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas

(Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat

dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.

Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan

sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.

Timbul gejala demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat

meninggal akibat pneumonia.

III. 6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:

a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga

terakumulasi pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk.

Batuk juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk

dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul

peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).

b) Kesulitan bernafas

Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas

tersumbat sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas.

c) Sakit tenggorokan

Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang

ujung dendrit oleh nervus, untuk menstimulasi

pelepasan kemoreseptor yaitu bradikinin dan serotonin sehingga

terjadi perangsangan nyeri pada tenggorokan.

14

Page 16: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

d) Demam

Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini

sebagai mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan

mikroorganisme yang masuk.

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,

nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri

retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari

disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan

insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan

adanya penyulit. Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan

dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasadrenik itu sendiri.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik

virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri

dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan

pleura.5

Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit

mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat

jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila

sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan

yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu

diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah

berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan

pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis

dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

15

Page 17: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur

(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,

suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,

hypotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit

kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5

tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan

gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari

2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun

ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,

kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.4

III. 7 Diagnosis Banding

Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa

diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan

agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis

nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing

dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test

Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi

lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan

muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).

16

Page 18: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

III. 8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan

kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman

(+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential

count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis

dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan

foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

III. 9 Penatalaksanaan

Pengobatan antara lain :

1. Simptomatik :

i. Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam

seperti parasetamol danaspirin.

ii. Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu.

Contoh :dekongestan antara lain pseudoefedrin, fenil

propanolamin. Contoh antialergiadalah dipenhidramin.

iii. Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium

klorida.

iv. Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol,

bromheksin, gliserilgualakolat.

v. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh :

dekstrometorfan.

2. Suportif :

meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang

adekuat,pemberian multivitamin dll.

3. Antibiotik :

Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan

S.Aureus

Antibiotik. Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang

disebabkan oleh virus karena antibiotik tidak dapat

17

Page 19: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

membunuh virus. Antibiotik diberikan jika gejala

memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang disebabkan

oleh bakteri.

Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu

kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin

Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,

kloksasilin, gentamisin.

Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus

diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk

dosis dapat dilihat pada lampiran.

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi

anaknya yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap

6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai

dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

18

Page 20: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal

dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan

hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.4,5

III. 10 Komplikasi

Asma

Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan

oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas

berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam

hari atau dini hari.

Kejang demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa

19

Page 21: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya

seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau

kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau

hanya sentakan kekauan fokal.

Tuli

Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya

infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal

nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada

rongga telinga.

Syok

Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan

f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara

lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan

yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga

seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan

mengakibatkan syok.

Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis,

yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi

Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat)

Sinusitis

Meningitis

Abses Peritonsiler

Abses Retrofaring

III. 11 Prognosis

Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi

komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini

sendiri, yaitu self limiting disease sehingga tidak memerlukan tindakan

pengobatan yang rumit. Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7

hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas

20

Page 22: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul,biasanya didapatkan

infeksi bakteri sekunder.

III. 12 Pencegahan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit

ISPA pada anak antara lain :

1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.

Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.

2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup

dan olah raga teratur.

3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau

hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.

Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA

dan penyakit infeksi lainnya.

4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat

mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-

Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.

5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.

6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan

flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer

setelah kontak dengan penderita ISPA.

7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar

tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.

8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau

anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi

isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur

terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.

9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

21

Page 23: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

BAB IV

PENUTUP

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala

batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Menurut derajat keparahannya ISPA dapat di bagi menjadi

3golongan yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat. Faktor resiko yang

mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA secara umum ada 3 faktor

yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan

gizi dan cara pemberian makan, kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Selain

ketiga faktor tersebut sanitasi rumah juga sangat mempengaruhi dalam kejadian

ISPA pada balita. Sanitasi rumah meliputi ventilasi, penerangan, kepadatan

hunian dan suhu ruangan. Karena ISPA merupakan penyebab utama kematian

pada balita, maka diharapkan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu

pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan

dan dilaksanakan secara berkesinambungan.

22

Page 24: Makalah ISPA Puskesmas Pekan Labuhan

DAFTAR PUSTAKA

1. Nono. Infeksi Saluran Pernafasan Atas. 25 Agustus 2011. Diunduh dari :

http://ml.scribd.com/doc/64229562/Infeksi-Saluran-Pernapasan-Atas

2. Ari O. ISPA. 20 Maret 2007. Diunduh dari:

http://ml.scribd.com/doc/52427957/Is-Pa

3. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak

Balita, OrangDewasa, Usia Lanjut, Pneuminia Atypik dan Pneumonia

Atypik Mikobakterium. Pustaka Populer Obor. Jakarta

4. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

5. Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih

bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

6. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu

Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

7. Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah

Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

8. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung

Seto,Jakarta

23