Makalah Isi

download Makalah Isi

of 24

description

makalah

Transcript of Makalah Isi

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangManusia adalah makluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan dirinya dan lingkunganKilen masuk rumah sakit dan dirawat mengalami sters fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga.Pada heirarki kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian psikososial pada lansia?2. Apa pengertian koping individu inektif?3. Apa pengertian koping keluarga inefektif?4. Bagaimana asuhan keperawatan psikososial pada lansia?5. Bagaimana asuhan keperawatan koping individu inefektif?6. Bagaimana asuhan keperawatan koping keluarga inefektif?7. Apa contoh contoh kasus koping keluarga inefektif?

1.3 Tujuan

8. Untuk mengetahui teori psikososial pada lansia.9. Untuk mengetahui teori koping individu inektif.10. Untuk mengatahui teori Koping Keluarga Inefektif.11. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Psikososial pada Lansia.12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Koping Individu Inefektif.13. Untuk mengetahuiasuhan keperawatan Koping Keluarga Inefektif.14. Untuk mengetahui Contoh kasus koping keluarga inefektif.

1.4

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Teori Psikososial pada Lansia2.1.1 Definisi LansiaLansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diet dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.Lansia adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia (Perawatan lanjut usia,wahyudi nugroho,ECG,Jakarta,1992)Lansia adalah seseorang yang lebih dari 75 tahun (Menyongsong usia lanjut dengan bugar dan bahagia, dr.E Oswari, Jakarta,1997)2.1.2 Ciri Pasien LansiaKeterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain)b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain. Lanjut usis mengalami berbagai permasalah psikologis yang perlu diperhatikan oleh perawat, keluarga maupun petugas kesehatan lainnya. Penanganan maslah secara dini akan membantu lanjut usia dalam melakukan strategi pemecahan masalah tersebut dan dalam beradaptasi untuk kegiatan sehari hari (Miller, 1995).2.1.3 Masalah Psikososial Pada Lanjut UsiaHal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematiansanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:a) Penurunan Kondisi Fisikb) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksualc) Perubahan Aspek Psikososiald) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaane) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakatf) Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.1) Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansiab) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budayac) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannyad) Pasangan hidup telah meninggal Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.2) Perubahan Aspek PsikososialPada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 95 tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinyac. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. 1. Pension. Nilai seseorangsering diukur oleh produktifitasnya. Identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.2. Merasakan / sadar akan kematian3. Perubahan dalam cara hidup yang memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan : meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit5. Kesepian akibat dari pengasingan social6. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.7. Gangguan syaraf pancaindera timbul kebutaan dan ketulian.8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family9. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.10. Hilangnya kekuatan dan kelengkapan fisik.11. Perubahan konsep gambaran diri dan konsep diri.

2.2 Teori Koping Individu Inektif2.2.1 Definisia. Copingadalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima.Bila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.b. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).c. Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.Jadi, ketika ada stressor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme coping, yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal.Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru: perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ. Lipowski membagicopingmenjadi:1) Coping styleadalah mekanisme adaptasi individu yang meliputi aspek psikologis, kognitif, dan persepsi.2) Coping strategymerupakancopingyang dilakukan secara sadar dan terarah dalam mengatasi rasa sakit atau mengalami stressorBilacopingdilakukan secara efektif, stressor tidak lagi menimbulkan tekanan secara psikis, penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah menjadi stimulan yang memacu prestasi serta kondisi fisik dan mental yang baik.Para anggota menggolongkan duastrategi copingyang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:1) problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari solusi dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress2) emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitua. Active copingmerupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stressb. avoidant copingmerupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress2.2.2 Faktor yang mempengaruhi Strategi Coping1. Kesehatan FisikKesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar

2. Keyakinan atau pandangan positifKeyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe:problem-solving focused coping3. Keterampilan memecahkan masalahKeterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.4. Keterampilan socialKeterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang terjadi dimasyarakat.5. Dukungan socialDukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya6. MateriDukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.2.2.3 Metode KopingAda dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977):1. Metode koping jangka panjang: cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contonhya:a. Berbicara dengan orang lain.b. Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapic. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.d. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.e. Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.f. Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.2. Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan dalam jangka panjang.Misalnya:a. Menggunakan alkohol atau obatb. Melamun dan fantasi.c. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.d. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.e. Banyak tidurf. Banyak rokok.g. Menangish. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.

2.2.4 Penggolongan mekanisme kopingMekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu:1. Mekanisme koping AdaptifMekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.2. Mekanisme koping MaladaptifMekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu:

1. Reaksi Orientasi TugasBerorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misalnya:a. Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.b. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis.c. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.2. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental.Adapun mekanisme pertahanan ego, adalah sebagai berikut:a. Kompensasi: Proses di mana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan / secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.b. Penyangkalan (denial): Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.Mekanisme pertahanan ini adalahyang paling sederhana dan primitive.c. Transfer (displacement): Pengalihan emosi yang ditujukan pada seorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.Dia mulai memainkan perang-perangan dengan temannd. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.e. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil / menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut.f. Intelektualisasi: Pengguna logika dan alasan berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya,g. Introjeksi: Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil atau melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.h. Isolasi: Pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau dalam jangka waktu yang lama.i. Proyeksi: Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia memiliki perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.j. Rasionalisasi: Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.k. Reaksi Formasi: Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan yang sebenarnya ia rasakan atau ia ingin lakukan.Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.l. Regresi: Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.m. Represi: Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau memori yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.n. Pemisahan (splitting): Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif dalam diri sendiri.o. Sublimasi: Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan dalam penyaluran secara normal.Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marahp. Supresi: Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan, tetapi sebetulnya merupakan suatu analog represi yang disadari.2.2.5 Mengenal Mekanisme Pertahanan DiriBerikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan.Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.1. RepresiRepresi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan.Kapan represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi.Tetapi represi ini dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Misalnya: individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan, berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada, lebih sering mengkomunikasikan berita baik dari berita buruk, lebih mudah mengingat hal-hal positif dari yang negatif, lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.2. SupresiSupresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum).Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)3. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya.Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.4. FiksasiDalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya.Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri.

5. RegresiRegresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak.Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas untuk individu yang berusia lebih muda.Ia menanggapi seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil).Dengan regresi (mundur) individu dapat lari dari kondisi yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada kondisi sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.6. Menarik diriReaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap.Kapan individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun.Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.7. MenghindariKapan individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak.Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.8. Denial(Menyangkal Kenyataan)Kapan individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.9. FantasiDengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi.Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.

10. RasionalisasiRasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.11. IntelektualisasiBila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan.Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional.Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.12. ProyeksiIndividu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan.Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.Mekanisme koping Dapat berguna untuk individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan.Pertahanan diri dapat dibagi 2, yaitu mekanisme koping jangka pendek dan mekanisme jangka panjang.a. Jangka pendek1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas: (musik keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, menonton TV terus menerus)2) Kegiatan mengganti aktifitas sementara: (ikut keompok sosial, keagamaan, politik).3) Kegiatan yang memberi dukungan semnetara; (kompetensi olahraga, kontes popularitas)4) Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara: (penyalahgunaan obat-obatan).b. Jangka panjang1) Menutupi identitas: Terlalu cepat mengadopsi identitas yang senangi dari seorang yang berarti, tanpa menindahkan hasrat, apresiasi atau potensi diri sendiri.2) Identitas negative Yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan pada orang lain.

2.3 Teori Koping Keluarga Inefektif2.3.1 DefinisiKeluarga adalah system pendukung utama bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal setiap individu. Keluarga dapat mengalami disfungsi dalam menjalankan perannya, yang terutama dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti bencana tsunami yang menyebabkan keluarga terpencar-pencar, sehingga peran keluarga sulit dijalankan.Koping keluarga tidak efektif adalah suatu keadaan keluarga yang menujukkan resiko prilaku destruktif dalam berespon terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal atau eksternal karena ketidak mampuan (fisik, psikologis, dan kognitif) yang dimiliki.2.3.2 Tanda dan GejalaData yang dapat ditemukan di dalam keluarga meliputi ketegangan dalam keluarga, menurunnya toleransi satu sama lain, permusuhan dalam keluarga, perasaan malu dan bersalah, perasaan tidak berdaya, agitasi, mengingkari masalah, harga diri rendah dan penolakan.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 Psikososial pada Lansia3.1.1 Diagnosa Keperawatan1. Ketidakmampuan perawatan diri : personal toilet sehubungan dengan keselamatan fungsi fisik, ditandai dengan tidak mampu membersihkan salah satu bagian tubuh, mengguyurkan air, mengenali suhu air yang sesuai, tidak mampu pergi ke toilet, tidak mampu berjalan sendiri , tidak mampu menggunakan pispot.2. Ketidakmampuan berjalan,bergerak, sehubungan dengan imobilisasi fisik yang ditandai dengan tidak mampu berjalan sendiri, tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasa.3. Potensi injuri, sehubungan penurunan penglihatan, yang ditandai dengan penglihatan kabur.4. Perubahan nutrisi sehubungan dengan nyeri , rasa tak enak , discomfort yang ditandai dengan gigi ompong, nafsu makan , berkurang, kelemahan neuro muscular.5. Potensial suicide sehubungan dengan harga diri rendah, ditandai dengan isolasi social,penurunan kekuatan dan ketahanan. Gangguan konsep diri sehubungan dengan proses ketuaan ditandai dengan kulit keriput , gigi ompong , penurunan penglihatan , penurunan pendengaran dan kelemahan fungsi fisik.3.2 Koping Individu Inefektif3.2.1 Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001 dikutip oleh Keliat, 2006).Dari pengkajian seluruh komponen konsep diri dapat disimpulkan masalah keperawatan, yaitu;1. Gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik2. Gangguan citra tubuh3. Ideal diri tidak realitas4. Gangguan identitas personal5. Perubahan penampilan peran6. Ketidakberdayaan7. Isolasi sosial: menarik diri8. Resiko perilaku kekerasan3.2.2 Tindakan KeperawatanTindakan pada gangguan konsep diriFocus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif pada kehidupan, yang terdiri dari persepsi, keyakinan dan kepribadian.Kesadaran klien akan emosi dan perasaan nya juga hal yang penting.Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan kesadaran perasaan, klien menyadari masalah dan kemudian merubah prilaku.Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari kemajuan klien meningkat ke tingkat berikutnya3.2.3 PerencanaanPerencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006) terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan.1. Gangguan harga diri; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.a. Diagnosa Keperawatan:Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.Tujuan umum: Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya.Tujuan khusus:1) Klien dapat membangun hubungan saling percaya dengan perawat2) Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.3) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.4) Klien dapat mengatur (merencanakan) kegiatan sesuai yang dimilki5) Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.b. Tindakan Keperawatan.1) Bina hubungan saling percaya Salam terapeutik Perkenalkan diri Jelaskan tujuan interaksi Ciptakan lingkungan yang tenang. Buat kontrak yang jelas (apa yang dilakukan / bicarakan, waktu)2) Beri kesempatan unutk mengungkapkan perasaan (apa yang dilakukan / bicarakan, waktu)a) Sediakan waltu untuk mengungkapakan tentang penyakit yang diderita.b) Katakan pada klien bertambah satu orang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.c) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien.Dapat di mulai bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimilki oleh klien, aspek positif (keluarga lingkungan) dimilki klien.Jika klien tidak mampu mengidentifikasi, maka oleh perawat memberi "reinforcement"terhadap aspek positif kliend) Setiap bertemu klien, hindarkan memberi asesmen negative.utamakan memberikan pujian realistis.e) Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selamam sakit.Misalnya: penampilan klien dalam "self care"latihan dan ambulasi serta aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami oleh klien.f) Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanannya setelah pulang sesuai dengan kondisi pasien.g) Rencanakan bersama oleh aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan totalh) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien.i) Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang bisa klien lakukan (sering klien takut melakukannya)j) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.k) Beri pujian pada keberhasilan klien.l) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.m) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah.n) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.Hasil yang diharapkan:a) Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita.b) Klien menyebutkan aspek dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual, sistem pendukung).c) Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.d) Percaya diri klien dengan mengatur keinginan atau tujuan yang realistis.2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuhTujuan umum: Klien menunjukkan peningkatan harga diriTujuan khusus:1) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.2) Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.4) Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.5) Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.6) Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.Tindakan keperawatan1) Bina hubungan perawat yang terpeutik Salam terapeutik Komunikasi terbuka, jujur dan empati. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh. Lakukan kontrak untuk program arahan keperawatan / pendapatan kesehatan, dukungan dan konseling. Diskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh Observasi ekspresi klien pada saat berbicara. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yamng dimilki (tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi. Beri pujian terhadap aspek yang positif dan kemampuan yang masih dimilki klien. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan keperawatan secara bertahap. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh. Tingkatkan dukungan keluarga terutama pasangan. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber informasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh. Dorong klien memilih cara yang sesuai untuk klien. Bantu klien melakukan cara yang dipilih Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh.Misalnya protesa untuk bagian tubuh bertemu tongkat. Rehabilitas bertahap bagi klienHasil yang harapkan: Klien dapat menerapkan perubahan Klien memiliki beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi. Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.3.2.4 ImplementasiMenurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya.Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now).Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.3.2.5 EvaluasiEvaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien.Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.3.3 Koping Keluarga Inefektif3.3.1 Diagnosis keperawatanBerdasarkan data yang didapat melalui wawancaradan observasi, perawat dapat merumusakan diagnosis keperawatan pada keluarga sebagai koping keluarga tidak efektif3.3.2 Tindakan keperawatanTujuan tindakan keperawatan untuk keluarga:1. Mendiskusikan masalah yang dihadapai keluarga2. Mengidentifikasi koping yang dimiliki keluarga3. Mendiskusikan tindakan dan koping yang dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah4. Mendiskusikan alternative koping atau cara penyelesaian masalah yang baru5. Melatih menggunakan koping atau cara mengatasi masalah yang baru.6. Mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang efektif.Tindakan yang harus dilakukan1. Bina hubungan saling percaya. Tindakan yang dapat dilakukan dalam rangka membina hugungan saling percaya adalah:a. Mengucapkan salam terapeutikb. Berjabat tangan sambil mengenalkan namac. Menjelaskan tujuan interaksid. Membuat kontrak, waktu, tempat setiap kali pertemuan dengan keluarga.2. Identifikasi masalah yang dihadapi oleh keluarga, meliputi asal maslah, jumalh, sifat, dan waktunya.3. Diskusikan koping atau upaya yang bisa dilakukan keluargaa. Mekanisme koping yang selalu digunakan untuk menghadapi suatu maasalahb. Mengungkapkan perasaan setelah menggunakan koping yang biasa digunakan.4. Diskusikan alternative kopinga. Keterbukaan dalam keluarga, membahas masalah yang dihadapi dalam keluarga, membahas cara-cara menyelesaikan masalah dan membagi tugas menyelesaikan masalahb. Melakukan kegiatan yang disukai (olahraga, jalan-jalan, dll) untuk mengembalikan energy dan semangat (break sesaat)c. Mencari dukungan social yang laind. Memohon pertolongan pada tuhane. Melatih keluarga untuk menggunakan koping yang efektiff. Mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang efektif.

BAB IVCONTOH KASUS4.1 Contoh kasusKeluarga bapak A mengalami masalah dalam keluarganya sejak kejadian tsunami dan gempa. Bapak A sendiri merasa tidak berdaya menghadapi kenyataan kondisi rumah dan tempat usahanya habis dilanda tsunami. Bapak A sering merasa bersalah melihat kondisi keluarganya saat ini karena ia belum menemukan usaha yang tepat. Istrinya sering mengeluh pusing tanpa sebab yang jelas. Bapak A sering merasa meinder membandingkan keluarga dengan keluarga yang lain yang sama-sama korban, tetapi bapak A merasa orang lain tidak sepasrah kondisi dirinya. Dua anak bapak A terpakasa tidak dilanjutkan pendidikan karena belum ada biaya.a. Diagnosa keperawatanKoping keluarga tidak efektifb. Tindakan keperawatan1) Mengidentifikasi masalah yang dihadapai keluarga2) Membantu keluarga untuk mengidentifikasi koping yang dimiliki dan digunakan3) Memberi pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara-cara penyeleasaian masalahc. Evaluasi1) SubjektifBapak mengatakan Perasaannya tidak nyaman dan merasa bersalah kepada keluarga. Karena merasa bersalah dirinya jadi sering marah kepada istri dan anak. Anak pasien yang kedua meninggal di banda aceh saat bencana tsunami datang. Cara baru yang bisa dilakukan adalah bicara terbuka, mendekatkan diri pada Allah, break, dan mencari dukungan social2) ObjektifEkspresi murung, bicara dan kontak mata seperlunyad. AnalisisMasalah belum teratasie. PerencanaanMengajarkan latihan bicara terbuka

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBahwa salah satu kunci keberhasilan hidup kita adalah bagaimana kita dapat mengembangkan konsep diri positif.Konsep diri positif ini seperti sebuah sistem operasi yang mempengaruhi mental dan kemampuan berpikir positif seseorang.Konsep diri positif ini dapat masuk ke dalam pikiran seseorang dan memiliki bobot pengaruh yang besar terhadap kemampuan menerima dan mempersepsikan setiap pesan yang datang.Semakin positif konsep diri seseorang, maka akan semakin mudah menangkap dan mempersepsikan setiap pesan yang datang menjadi sebuah pesan yang positif.Demikian pula sebaliknya.Konsep diri positif memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang.Karena konsep diri positif dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang menjadi positif dalam kehidupannya.Hasilnya adalah karakter pribadi positif yang menjadi modal untuk kesuksesan hidup.

DAFTAR PUSTAKAKeliat, Budi Anna. Dkk. 2007. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Purwaningsih, Wahyu. Ina Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.27