Makalah Isi

download Makalah Isi

of 16

Transcript of Makalah Isi

BAB IPENDAHULUAN

Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable misalnya tumor kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain. Sedangkan untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT scan. (1,2)Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Tindakan FNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanfaat bagi pasien rawat jalan. Untuk mendiagnosa limfoma maligna pada kelenjar getah bening, ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat keganasannya high-grade. Bila dilakukan pada jaringan hati ketepatan diagnosisnya 67-100%. Rata-rata 80% lesi keganasan di jaringan hati dapat didiagnosis secara tepat sehingga sesuai dengan dugaan adanya korelasi antara analisis sitologi dengan hasil pemeriksaan klinis yang baik. Pada makalah ini penulis menjelaskan manfaat biopsi aspirasi jarum halus pada bidang telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Selain itu juga menjelaskan secara khusus indikasi, dan komplikasi pada bidang THT-KL dan beberapa hasil studi tentang penggunaan biopsi aspirasi jarum halus di bidang THT-KL.

BAB IIFINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB)

II. 1. Definisi Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) adalah suatu prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi benjolan atau massa yang superfisial (di bawah kulit). Cara biopsi ini adalah sebuah jarum halus yang berongga dimasukkan ke dalam massa tersebut kemudian sel-sel yang terambil diwarnai dan dilihat dibawah mikroskop. (1,2)Biopsi aspirasi jarum halus adalah prosedur operasi minor yang sangat aman dan sangat kurang invasif dibandingkan dengan biopsi yang lain. Biopsi jarum halus membantu membedakan lesi inflamasi, reaktif, atau fibrosis dari neoplasma serta lesi neoplastik jinak dari yang ganas. Biopsi jarum halus relatif aman, sederhana, dan hemat biaya, dan itu ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien. Namun, teknik yang tepat diperlukan untuk memastikan hasil yang akurat. Karena ada resiko akibat halusnya jarum, sel yang terambil menjadi sedikit dan sel yang patologis bisa tidak terambil. (2,3)

II.2. SejarahBiopsi aspirasi jarum halus ini pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1891 di Maimonides Medical Center, yang meminimalisir biopsi dengan operasi terbuka dan perawatan setelah biopsi. Sekarang ini, biopsi aspirasi jarum halus digunakan secara luas untuk mendiagnosis kanker.

II. 3. Indikasi Secara umum, biopsi aspirasi jarum halus digunakan untuk mengidentifikasi benjolan atau massa yang mencurigakan yang terlihat atau teraba di bawah kulit, atau yang terdeteksi oleh alat-alat pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, mammografi atau ultrasonografi.

II. 4. Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi absolut untuk FNAB. Jika masaa dekat dengan organ atau struktur yang vital, FNAB dapat dilakukan dengan bimbingan CT scan atau USG jika tersedia. (1,2)

Gambar II.1. FNAB dengan Bantuan USG(4)Pasien dengan gangguan pembekuan darah perlu mendapat perhatian khusus. Perlu dilakukan konsultasi medis dan pengobatan yang tepat sebelum prosedur. Pada pasien yang menggunakan antikoagulan, sebaiknya dihentikan terlebih dahulu sebelum prosedur. Apabila antikoagulan tidak dapat dihentikan dengan aman, harus dipertimbangkan penggunaan jarum dengan diameter sekecil mungkin, gesekan sesedikit mungkin dan atau menggunakan panduan ultrasonografi untuk mengidentifikasi dan menghindari pembuluh darah.(2,3)

II. 5. Alat(1)Alat yang dibutuhkan terlihat pada gambar :

Gambar I1.2. Alat-alat FNAB(1) Jarum: Sebagian besar literatur menggunakan jarum 22-27 Gauge dengan panjang yang sesuai dengan hub yang transparan atau bening. Syringe 10ml. Jarum suntik yang lebih besar belum terbukti memberikan hisap yang lebih besar. Pistol grip jarum suntik, ini sangat dianjurkan dan memungkinkan daya hisap lebih seragam dan manipulasi jarum lebih mudah. Kapas yang mengandung alkohol atau iodium. Kaca slide untuk membuat sediaan.II. 6. ProsedurII. 6. 1. PersiapanBeberapa persiapan dibutuhkan sebelum melakukan prosedur(5) : Tidak menggunakan aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen) selama satu minggu sebelum prosedur; Asupan makanan dihentikan beberapa jam sebelum prosedur; Tes darah rutin (termasuk tes pembekuan darah) dilakukan dua minggu sebelum biopsi; Pastikan riwayat penggunaan obat antikoagulan darah; Antibiotik profilaksis dapat diberikan. Sebelum prosedur dimulai, tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan) diperiksa. Pada keadaan tertentu mungkin dibutuhkan pemasangan jalur intravena, pasien sangat gelisah mungkin perlu diberikan obat penenang dengan jalur intravena. Untuk pasien yang tidak terlalu gelisah dapat diberikan obat oral (Valium) dapat diresepkan sebelum prosedur.

II. 6. 2. Posisi PasienPosisi pasien sangat menentukan keberhasilan dari biopsi. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehinga massa dapat dipalpasi secara optimal. Jika massa sulit dipalpasi maka dapat dilakukan biopsi dengan bantuan ultrasonografi atau CT. (2)

II. 6. 3 AnastesiPenggunaan anestesi lokal sebelum biopsi jarum halus bergantung pada kebijaksanaan masing-masing dokter. Beberapa penulis tidak merekomendasikan penggunaan anestesi lokal sebelum biopsi jarum halus, terutama untuk massa dangkal. Mereka mencatat bahwa suntikan anestesi lokal dapat menyebabkan rasa sakit sesakit biopsi jarum halus itu sendiri. Selain itu, infiltrasi anestesi lokal bisa membuat massa kecil lebih sulit untuk teraba. Seorang penulis merekomendasikan penempatan es kecil di kulit di atasnya sebelum biopsi. Untuk anak-anak, penerapan 30-60 menit topikal anestesi sebelum prosedur dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan.(1,2)Penulis lain berpendapat bahwa penggunaan anestesi lokal mengurangi ketidaknyamanan pasien dan kecemasan. Lidocaine 1-2% dengan atau tanpa epinefrin 1:100.000 adalah obat pilihan. Kadang-kadang, infiltrasi lebih dalam anestesi diperlukan jika massa target meradang.(1,2)

II. 6. 4. TeknikBiopsi aspirasi jarum halus adalah prosedur sederhana yang memerlukan waktu beberapa menit. Sangat ideal jika ada ahli patologi pada saaat aspirasi dilakukan, hal ini memungkinkan penilaian langsung dari kecukupan spesimen. Jika sel-sel tidak cukup, aspirasi dapat diulang. Kadang-kadang diagnosis dapat dibuat dengan segera.(2)Kulit yang akan dibiopsi dibersihkan dengan kapas yang mengandung isopropil alkohol 70%. Untuk operator dengan tangan kanan dominan, massa digenggam dengan tangan kiri dan diusahakan stabil.(2)Sebuah jarum suntik siap pakai dengan jarum 23-gauge terpasang ditempatkan tepat di bawah permukaan kulit. Tekanan negatif dibuat dengan menarik plunger jarum suntik. Jarum dimasukkan pada massa dan ditarik berulang tanpa keluar dari kulit, kira-kira sebanyak enam kali. Jika yang ditemukan adalah kista, maka harus benar-benar dievakuasi, dengan cairan dan kapsul dikirim untuk sitologi. Ingat bahwa cairan kista mungkin mendilusi spesimen dan membuat interpretasi sitologi tidak mungkin dilakukan. Dengan demikian, sangat ideal bila mengasipirasi bagian padat dari massa.(2)

Gambar II.3. Teknik FNABSetetes kecil cairan yang telah disedot ditempatkan pada slide kaca, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sebuah smear dilakukan dengan meletakkan satu slide kaca di atas setetes cairan dan menarik slide terpisah untuk menyebarkan cairan, seperti yang ditunjukkan pada gambar kedua di bawah. Sediaan yang basah ditempatkan di dalam ethyl alkohol 95% dan lakukan pewarnaan dan teknik sesuai teknik Papanicolau. Sediaan ini dapat memberi informasi detail dan dapat menentukan dimana asal dari tumor metastasis. Spesimen dikeringkan dengan udara kemudian diwarnai dengan pewarnaan Wright- Giemsa apabila diagnosis banding meliputi tumor kelenjar saliva, limfoproliperatif, dan atau lemak. Setelah itu sediaan siap dilihat dibawah mikroskop dan dievaluasi secara sitologis.(2) Gambar II.4. Teknik pembuatan preparat dari hasil FNAB

II. 6. 4. Perawatan setelah prosedurAnalgesik ringan dapat diberikan setelah prosedur untuk mengurangi rasa sakit. Obat-obatan seperti aspirin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sampai dengan 48 jam setelah prosedur kecuali ada indikasi yang kuat.

II. 7. SensitivitasBiopsi aspirasi maupun biopsi biasa memiliki dua macam hasil yaitu positif dan negatif. Dikenal ada dua istilah positif yaitu true positive dan false positive, demikian pula dengan hasil negatif, terdapat true negative dan false negative.(9)a. True positive : bila memberikan hasil yang sesuai dengan keadaan penyakitnya, misalnya menemukan keganasan pada keadaan yang benar-benar ganas. True positive inilah yang seringkali disebut sensitivitas suatu pemeriksaan. b. True negative : tidak ditemukannya suatu hasil pada keadaan yang emang benar-benar tidak ada penyakitnya.c. False positive : Adalah bila memberikan hasil pada keadaan yang idak ada penyakitnya seperti misalnya memberikan hasil keganasan padahal sebenarnya hanya pertumbuhan yang jinak.d. False negative : yaitu tidak ditemukannya keganasan pada keadaan yang sebenarnya ada keganasan.

II. 8. Komplikasi Biopsi aspirasi jarum halus memiliki tingkat morbiditas yang sangat rendah. Dalam beberapa penelitian besar, hanya sejumlah komplikasi kecil dicatat, komplikasi parah jarang terjadi. Komplikasi biasanya tergantung pada tempat biopsi. Komplikasi umum yang dapat terjadi antara lain(1,2) : 1. Hematoma merupakan komplikasi yang signifikan dan paling umum. Hematoma kebanyakan hilang tanpa pengobatan. Risiko hematoma diyakini dapat dikurangi dengan penggunaan jarum 23 gauge atau lebih kecil . Tekanan langsung pada tempat biopsi setelah prosedur juga dianjurkan.2. Infeksi setelah biopsi jarum halus jarang. Menyapu kulit dengan kapas alkohol atau yodium dianjurkan sebelum biopsi jarum halus untuk meminimalkan kemungkinan infeksi.

II. 9. Kegunaan dalam KlinikMelihat dari beberapa keuntungan teknik biopsi aspirasi dan jarangnya komplikasi, teknik ini sangat berguna dalam(9) :1. Dengan biopsi aspirasi dapat ditegakkan diagnosa secara cepat sehingga pengobatan dapat diberikan dengan segera. Biopsi aspirasi sebaiknya dilakukan pada penderita-penderita sebagai berikut :a. Pembesaran kelenjar getah bening leher tetapi tumor primernya tidak diketemukan pada pemeiksaan endoskopi atau pemeriksaan sinar tembus.b. Menentukan metastase dari dua tumor primer atau pembesaran kelenjar yang tidak biasanya seperti letaknya yang kontralateral.c. Setelah pengobatan baik operasi dan radiasi kemudian timbul lagi dengan pembesaran kelenjar getah bening yang baru sehingga perlu ditentukan apakah ini suatu metastase atau rekurensi.d. Dengan adanya biopsi aspirasi dapat dipakai untuk menentukan adanya peradangan akut atau kronis, baik yang spesifik, nonspesifik maupun granulomatosa.2. Biopsi aspirasi dapat dipakai untuk menentukan stadium keganasan, misalnya dalam tumor primer yang sulit diketahui.3. Kegunaan ekonomis terutama bagi daerah yang jauh dari fasilitas yang memadai biopsi aspirasi lebih menguntungkan terutama untuk mengurangi ketergantungan pemakaian alat-alat canggih.

BAB IIIFINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI BIDANG THT-KL

III.1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) di Bidang THT-KL

Pada bidang THT-KL, FNAB sangat berguna untuk mendiagnosis massa atau benjolan pada leher. Seringkali dilakukan biopsi pada lesi jelas bahwa terletak pada atau di mukosa. Massa leher yang dibiopsi biasanya teraba, Namun, pada beberapa kasus tempat benjolan tidak jelas atau massa leher tidak mudah teraba, maka pencitraan diperlukan. Ultrasonografi, CT, dan MRI telah digunakan untuk memandu lokasi perangkat biopsi atau untuk memaksimalkan kemungkinan mendapatkan jaringan yang patologis.(6)Massa di kepala atau leher dapat menunjukkan suatu penyakit yang serius, seperti kanker. Meskipun tidak selalu terjadi, suatu massa mungkin membutuhkan biopsi jarum halus untuk diagnosis. Usia, jenis kelamin, dan kebiasaan, seperti merokok dan minum, juga faktor penting yang membantu dalam diagnosis massa. Gejala sakit telinga, peningkatan kesulitan menelan, penurunan berat badan, atau riwayat gangguan tiroid atau kanker kulit sebelumnya (karsinoma sel skuamosa) juga perlu digali dengan anamnesis yang baik untuk membantu diagnosis suatu massa.(7)

Indikasi untuk diagnosis dengan biopsi jarum halus pada bidang THT termasuk hal-hal berikut(1,7): Kelenjar getah bening perubahan reaktif, limfoma, kanker metastatik. Kelenjar tiroid nodul soliter atau dominan, curiga akan keganasan, limfoma, dan goiter toksik. Kelenjar saliva neoplasma jinak maupun ganas, limfoma, lesi inflamasi, dan kista Lesi leher kistik kista duktus branchial dan tiroglosus. Massa lain paratiroid neoplasma, kista dermoid, dan teratoma. Massa di dalam mulut Setiap benjolan atau masa selain di atas yang terdapat di leher yang dapat dipalpasi atau pencitraan (seperti USG) jika mereka tidak bisa dipalpasi.

Prosedur FNAB pada pasien THT-KL sama dengan prosedur FNAB di bagian lain, namun yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa kebanyakan FNAB pada pasien THT adalah mengambil spesimen dari massa pada leher. Leher merupakan bagian tubuh di mana terdapat banyak struktur-struktur penting seperti pembuluh darah, saraf, otot dan sebagainya sehingga diperlukan kehati-hatian yang lebih. Jika hal-hal tersebut luput dari perhatian, makan akan menimbulkan komplikasi seperti(1) : Kelumpuhan saraf laring yang mengikuti biopsi jarum halus dari kelenjar tiroid jarang. Satu penelitian melaporkan 4 : 10000 pasien dengan kelumpuhan pita suara setelah biopsi jarum halus dari nodul tiroid. Perubahan suara pada pasien terjadi 1 atau 2 hari setelah biopsi jarum halus, dan kelumpuhan pita suara dapat dikonfirmasi oleh laringoskopi fleksibel. Kelumpuhan pada semua pasien menghilang spontan dalam 6 bulan. Tusukan yang menembus trakea saat biopsi jarum halus dari kelenjar tiroid dapat menyebabkan batuk dan hemoptisis ringan. Gejala-gejala tersebut hanya sesaat dana dan akan sembuh dalam beberapa menit. Dalam sejumlah kecil kasus, biopsi jarum halus telah dikaitkan dengan infark dan nekrosis dari massa leher dibiopsi. Sebagian besar kasus infark diikuti biopsi jarum halus kelenjar tiroid. Perluasan sel-sel ganas akibat biopsi jarum halus merupakan keprihatinan teoritis tetapi tampaknya sangat langka dan tidak memiliki makna klinis signifikan bila digunakan jarum berukuran 23 gauge atau lebih kecil. Kasus kematian akibat biopsi massa leher telah dilaporkan. Kematian tersebut disebabkan biopsi jarum halus pada tumor badan karotid. Penyebab langsung adalah trombosis dari arteri karotis interna. Untuk alasan ini, kebanyakan dokter enggan untuk melakukan biopsi jarum halus ketika diagnosis tumor badam karotid dicurigai. Tumor ini dan tumor Glomus lainnya lebih baik diidentifikasi oleh pencitraan. Saat ini, MRI adalah studi pencitraan pilihan diikuti dengan CT. Angiografi tetap berguna jika diagnosis tidak jelas atau jika curiga terjadi embolisasi.

III.2. Hasil Studi Mengenai FNAB pada Beberapa Penyakit THT-KL

Meskipun FNAB mungkin bukan metode pilihan untuk semua massa leher, studi menunjukkan keuntungan FNAB untuk diagnosis beberapa penyakit tertentu : Karsinoma sel skuamosa leherPada tahun 1990, Schwarz dan rekan menunjukkan bahwa FNAB memiliki sensitivitas 92% dan nilai 100% prediksi positif untuk diagnosis karsinoma sel skuamosa dari kepala dan leher. Dalam laporan tahun 1991 Birchall dan rekan menunjukkan bahwa FNAB dari massa leher adalah 100% spesifik untuk karsinoma sel skuamosa leher. Kekuatan prediksi dari FNAB dalam mendiagnosis karsinoma sel skamosa kepala dan leher memungkinkan dokter untuk mempersempit pencarian tumor primer.(1) Nodul tiroidPrevalensi nodul tiroid dapat mendekati 70% dalam populasi. Insiden bervariasi menurut usia dan metode deteksi. Insiden karsinoma dalam nodul tiroid kurang dari 10% di sebagian besar populasi. Banyak studi telah meneliti penggunaan FNAB dalam diagnosis massa yang mencurigakan untuk keganasan tiroid. Pada tahun 1991, Klemi dan koleganya menguji 186 aspirasi dari kelenjar tiroid. Di antara histologi-dikonfirmasi kasus, FNAB nodul tiroid memiliki spesifisitas 100%, sensitivitas 55%, dan akurasi 95%.(1)

Gambar III.1. FNAB pada kelenjar tiroid.

Massa kelenjar ludahPenggunaan FNAB untuk terisolasi massa kelenjar ludah secara luas diterima. Namun demikian, ahli bedah diperingatkan untuk menginterpretasikan hasil FNAB sesuai dengan kondisi klinis. Hasil baik negatif palsu dan positif palsu ditemui. Interpretasi patologi kelenjar ludah cukup sulit (tumor yang paling umum adalah "pleomorfik" adenoma) dan membutuhkan pengalaman lebih banyak dari interpretasi beberapa massa leher lainnya.(1)

Pembesaran kelenjar limfe leher LimfomaKetika evaluasi sitologi menunjukkan lesi limfoid, studi lebih lanjut mungkin penting untuk menyingkirkan limfoma. Meskipun FNAB 98% spesifik tumor dan 95% sensitif terhadap adanya tumor di leher sebagian massa, diagnosis yang tidak tepat dapat ditemui ketika mencoba untuk membedakan limfoma dari limfadenitis reaktif.(1)Diagnosis seluler akurat dari limfoma tertentu tergantung pada perubahan dalam arsitektur kelenjar getah bening, yang memerlukan pemeriksaan morfologi dari seluruh node. Namun, ketika cytoarchitecture sebelumnya spesimen limfoma diketahui, FNAB handal dalam memprediksi kekambuhan.(1)Beberapa laporan menunjukkan bahwa Hodgkin limfoma dapat akurat didiagnosis oleh FNAB. Hodgkin limfoma didiagnosis pasti dengan keberadaan sel Reed-Sternberg. Peran FNAB dalam diagnosis limfoma non-Hodgkin masih kontroversial. Hasil diagnostik FNAB rendah karena sulit membedakan limfoma non-Hodgkin dari tiroiditis limfositik dan karsinoma tiroid anaplastik. Studi yang menggabungkan FNAB dengan flowcytometry dan imunohistokimia dapat meningkatkan ketepatan diagnosis limfoma tanpa perlu biopsi eksisi.(1) InfeksiFNAB secara rutin digunakan untuk diagnosis histologis massa leher neoplastik. Namun, penggunaan FNAB dalam diagnosis lesi inflamasi terbatas. FNAB kemungkinan dapat digunakan untuk mengisolasi organisme individu atau setidaknya memungkinkan untuk budaya organisme menyinggung. Sebuah array laporan kasus dan seri kasus telah menunjukkan penggunaan untuk FNA dalam diagnosis penyakit menular leher. Beberapa penyebab diidentifikasi meliputi Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacteroides fragilis, Cryptococcus , Mycobacterium, Coccidioides, Bacteroides, Streptococcus, Haemophilus, Pseudomonas, dan spesies Citrobacter, dan infeksi Cytomegalovirus, sifilis, dan actinomycosis.(1)Limfadenitis TB dapat bermaniestasi menjadi massa leher. Spesimen FNAB memiliki bukti sitologi konsisten dengan TBC. Delapan puluh persen dari spesimen FNAB positif untuk TB telah dikonfirmasi oleh biopsi terbuka. Gambaran histologis meliputi peradangan granulomatosa dan atau nekrosis kaseosa. Sensitivitas FNAB untuk TB meningkat dari 70-90% bila dikombinasikan dengan tes kulit. (1) Metastasis tumor ganas bagian tubuh lainFNAB digunakan pada pembesaran kelenjar getah bening leher yang diduga akibat metastase keganasan dari tumor pada bagian tubuh yang lain.(8,11) Karsinoma nasofaring dapat bermetastasis ke kelenjar getah bening leher dalam bentuk benjolan.(10) Demikian pula dengan tumor ganas yang lain, diagnostik pasti dapat ditegakkan dengan FNAB pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. (11) Metastasis dari tumor ganas karsinoma sel skuamosa rongga mulut, orofaring, hipofaring, laring, dan nasofaring adalah ke rangkaian kelenjar limfa jugularis superior. Adanya massa tumor yang berada di preaurikula umumnya disebabkan oleh tumor primer dari kelenjar parotis atau metastasis tumor ganas dari kulit muka, kepala, dan telinga homolateral. Pada kelenjar submental dapat berasal dari tumor ganas di kulit hidung atau bibir, atau dasar mulut bagian anterior. Pada segitiga submandibula dapat disebabkan oleh tumor primer pada kelenjar submandibula atau metastasis tumor yang berasal dari kulit muka homolateral, bibir, rongga mulut, atau sinus paranasal.(12)Pada daerah jugularis interna superior, dapat berasa dari tumor ganas di rongga mulut, nasofaring, orofaring posterior, nasoaring, dasar lidah atau laring. Tumor dari daerah jugularis bagian bawah umunya berupa tumor pada subglotis, laring tiroid atau esofagus bagian servikal. Tumor pada kelenjar limfa suboksopital biasanya berupa metastasis tumor yang berasal dari kulit kepala bagian posterior atau tumor promer di aurikula. Massa di supraklavikula, biasanya oleh karena tumor primer di infraklavikula, tumor esofagus bagian servikal, atau tumor tiroid. (12)Pembesaran kelenjar getah bening leher juga bisa disebabkan oleh metastasis dari tumor ganas payudara, paru, dan organ intraabdomen.

BAB IVKESIMPULAN

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) adalah suatu prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi benjolan atau massa yang superfisial (di bawah kulit), atau yang dapat terdeteksi oleh pencitraan. Cara biopsi ini adalah sebuah jarum halus yang berongga dimasukkan ke dalam massa tersebut kemudian sel-sel yang terambil diwarnai dan dilihat dibawah mikroskop.Pada bidang THT-KL, FNAB sangat berguna untuk mendiagnosis massa atau benjolan pada leher. Massa di kepala atau leher dapat menunjukkan suatu penyakit yang serius, seperti kanker. Namun bisa juga infeksi atau kelainan kongenital. FNAB sangat berguna untuk membedakan hal-hal tersebut. Secara umum, FNAB pada bidang THT-KL tidak jauh berbeda seperti di bidang lainnya. Prosedur, indikasi, kontraindikasi tidak berbeda, yang berbeda hanya komplikasinya, karena pada leher banyak terdapat struktur penting yang dapat terganggu jika teknik FNAB tidak benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boone J, Mullin DP. Biopsy, Fine Needle, Neck Mass. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1520111-overview#a03. Accessed August 25th 2012.2. Johnson JT. Fine-Needle Aspiration of Neck Masses. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1819862-overview. Accessed August 25th 2012.3. Ji XL. Fine-needle aspiration cytology of liver diseases. Available at: http://www.wjgnet.com/1007-9327/5/95.asp. Accessed August 25th 2012.4. The American Association of Endocrine Diseases. Thyroid Nodule, Fine Needle Aspiration Biopsy. Available at: http://endocrinediseases.org/thyroid/ nodule_fna.shtml. Accessed August 25th 2012.5. Clinical Center National Institutes Of Health. Patient Education, Preparing of Needle Aspiration Biopsy. Available at: www.cc.nih.gov/ccc/patient.../needle.pdf. Accessed August 26th 2012.6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4thed. USA: Lippincott William and Wilkins. 2006.7. American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Fine Needle Aspiration. Available at: http://www.entnet.org/HealthInformation/fineNeedle Aspiration.cfm Accessed August 26th 2012.8. Katz AE. Manual of Otolaryngology-Head and Neck Therapeutics. USA : Lea & Febiger. 1986. 9. Soeseno B. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Pada Kelenjar Getah Bening Leher Akibat Metastase Tumor Ganas Kepala dan Leher. Bandung : Fakultas Pascasarjana Universitas Padjajaran. 1989.10. Roezin A, Adham M. Karsinoma Nasofaring. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6thed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.11. Hermani M, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6thed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.12. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6thed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

5