Makalah IPAL Thailand_fix

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global negara-negara di Asia terikat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana rekomendasi pada KTT Bumi di Johannesburg 2000, dimana salah satu sasarannya adalah bidang penyediaan air minum dan sanitasi. Sasaran tersebut diagendakan dalam Millenium Development Goals (MDGs) dengan menetapkan horizon pencapaian sasaran pada tahun 2015 dan sasaran kuantitatif; ”Mengurangi 50% proporsi jumlah penduduk yang kesulitan memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai”. The Sanitation Drive to 2015 (Gerakan Sanitasi dalam Menyongsong 2015) mengimbau seluruh negara di dunia untuk meningkatkan investasi, seraya melakukan penargetan yang lebih baik dari pendanaan guna memenuhi target Millennium Development Goal (MDG) 7c – untuk mengurangi hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar pada tahun 2015. Baik untuk pengembangan sosial maupun ekonomi, sanitasi merupakan investasi ekonomi yang sangat bagus, dengan pengembalian rata-rata sebesar US$5.50 untuk setiap dolar yang diinvestasikan Menurut Peter Warr (2003), disampaikan mengenai progress pencapaian target MDGs yang telah dicapai oleh Negara-negara di Asia Tenggara. Dua negara yang memiliki pencapaian terbaik 1

description

A

Transcript of Makalah IPAL Thailand_fix

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Secara global negara-negara di Asia terikat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana rekomendasi pada KTT Bumi di Johannesburg 2000, dimana salah satu sasarannya adalah bidang penyediaan air minum dan sanitasi. Sasaran tersebut diagendakan dalam Millenium Development Goals (MDGs) dengan menetapkan horizon pencapaian sasaran pada tahun 2015 dan sasaran kuantitatif; Mengurangi 50% proporsi jumlah penduduk yang kesulitan memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai.

The Sanitation Drive to 2015 (Gerakan Sanitasi dalam Menyongsong 2015) mengimbau seluruh negara di dunia untuk meningkatkan investasi, seraya melakukan penargetan yang lebih baik dari pendanaan guna memenuhi target Millennium Development Goal (MDG) 7c untuk mengurangi hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar pada tahun 2015. Baik untuk pengembangan sosial maupun ekonomi, sanitasi merupakan investasi ekonomi yang sangat bagus, dengan pengembalian rata-rata sebesar US$5.50 untuk setiap dolar yang diinvestasikanMenurut Peter Warr (2003), disampaikan mengenai progress pencapaian target MDGs yang telah dicapai oleh Negara-negara di Asia Tenggara. Dua negara yang memiliki pencapaian terbaik adalah negara Malaysia dan Thailand. Dimana negara tersebut dapat mencapai target-target MDGs yang dapat ditetapkan dan berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun terdapat hal yang harus diperhatikan secara khusus oleh Thailand adalah dalam masalah lingkungan dan untuk Malaysia adalah masalah kasus HIV/AIDS.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNICEF terkait pencapaian target MDGs diketahui bahwa pada Tahun 2010, negara Thailand sebanyak 95.4% penduduknya telah memperoleh sanitasi yang layak dengan menempati peringkat pertama melebih Negara Malaysia. Berbeda halnya dengan Negara Indonesia yang hanya 53,57% penduduknya yang memperoleh sanitasi layak (UNICEF, 2012).

Saat ini negara Thailand dianggap sebagai salah satu Negara yang paling penting didunia untuk produksi pangannya. Thailand saat ini dianggap sebagai Negara industri ekonomi yang baru. Dimana, ekspor produk Thailand ke mancanegara sangat tinggi, dengan perhitungan ekspornya melebihi dua pertiga dari total produksi domestiknya. Jumlah penduduk Thailand pada tahun 2009 sekitar 66 juta jiwa, yang mana akan semakin meningkat pesat ditahun 2010 dan 2011. Rata-rata pertumbuhan penduduk sampai tahun 2010 adalah 0,65%.

Air limbah menjadi salah satu dari banyak masalah lingkungan yang serius di banyak Negara-negara industri dan berkembang, termasuk Negara Thailand. Pada tahun 2003, sekitar 14,5 juta m3/hari umumnya air limbah dihasilkan oleh penduduk di Thailand dan dibuang ke badan air penerima serta lingkungan sekitar (simachaya, 2009).

Untuk mengetahui bagaimana Thailand dapat mengelola limbahnya, maka diperlukan adanya studi literatur mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai pengelolaan air limbah di Kota Thailand dan permasalahan yang ada di negara Thailand.

1.2 Maksud dan Tujuan Makalah

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai kondisi sanitasi di Thailand mengenai pengolahan air limbah di Thailand, dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis-jenis pengolahan air limbah di Thailand2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di ThailandBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Limbah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, air limbah adalah sisa dari hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Selain itu, dalam Peraturan Menteri PU Nomor 16/PRT/M/2008 disebutkan bahwa air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga, termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. Air limbah dapat dikategorikan sebagai berikut, yaitu:1. Air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (air limbah domestik), terdiri dari yaitu:

a. Black Water dengan komponen utama adalah tinja manusia (faeces),

b. Yellow Water dengan komponen utama adalah urine manusia, dan

c. Grey Water yang merupakan air bekas cuci, mandi dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh manusia.

Kuantitas dari air limbah domestik adalah sekitar 80% dari total air yang dikonsumsi oleh manusia tiap harinya. Air limbah domestik mengandung bahan organik, sehingga memudahkan dalam pengelolaannya.

2. Air limbah yang berasal dari kegiatan industri, yaitu air buangan yang berasal dari berbagai jenis kegiatan industri. Air limbah ini mengandung zat-zat yang ckup berbahaya, seperti logam berat, amonia dan lainnya. Air limbah industri membutuhkan pengolahan yang lebih rumit untuk mencegah terjadinya polusi lingkungan.

3. Air limbah yang berasal dari kegiatan jasa, yaitu air buangan yang berasal dari fasilitas publik, seperti perdagangan, perkantoran dan sebagainya. Umumnya air limbah jenis ini memiliki kandungan zat serupa dengan air limbah rumah tangga.

2.2Sistem Penyaluran Air Limbah di Negara Berkembang

Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase. Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana sistem penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran tercampur menggabungkan aliran buangan dan limpasan air hujan

Air limbah domestik dikumpulkan dalam pipa bawah tanah yang disebut ' Selokan' . Aliran dalam saluran pembuangan biasanya dialirkan secara gravitasi , dengan pompa induk hanya yang digunakan saat tidak dapat dihindari. Desain sewerage konvensional (sistem saluran pembuangan yang digunakan dalam negara-negara industri dan di daerah pusat kota-kota dalam di negara berkembang) dijelaskan dalam beberapa teks (misalnya Metcalf dan Eddy , Inc , 1986) dan dalam kode sewerage nasional ( misalnya untuk India , Kementerian Perkotaan Pembangunan, 1993). Namun, hal ini sangat mahal . Sebuah biaya yang jauh lebih rendah alternatif, yang cocok untuk digunakan di kedua daerah miskin dan kaya sama, adalah pembuangan kotoran 'disederhanakan', kadang-kadang disebut 'condominial' pembuangan kotoran. Desain sewerage disederhanakan sepenuhnya rinci oleh Mara et al, 2001.

Di banyak negara berkembang, saluran air limbah pribadi maupun publik masih sangat kurang, malah cenderung tidak ada.Untuk mengurangi atau menghindari permasalahan lebih lanjut dari kondisi lingkungan di negara tersebut, maka air limbah yang dihasilkan harus diolah. Jika berbicara mengenai permasalahan kandungan organik yang ada dalam limbah domestik, fasilitas wisata, maka pendekatan dengan menggunakan saluran pengumpul limbah secara desentralisasi menjadi pendekatan yang paling memungkinkan dengan menerapkan teknologi sederhana yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Pemilihan teknologi yang sesuai sangat bergantung pada beberapa factor, diantaranya adalah komposisi dari air limbah, ketersediaan lahan, ketersediaan dana, dan keahlian untuk mengelolanya. Perbedaan dalam cara pengoperasian dan pemeliharaan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi agar menjamin keberlanjutan dari sistem yang akan dibangun dengan memperhitungkan ketersediaan sumber daya lokal dan sumber daya manusia yang ada di masing-masing tempat.

2.3Jenis- Jenis Pengolahan Air Limbah di Negara BerkembangSanitasi tepat guna dalam bidang pembuangan air limbah domestik terdiri 2 (dua) sistem, yaitu. 1. Sistem pembuangan setempat (on-site system) 2. Sistem pembuangan terpusat (off-site system) Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu: - Sistem individual: tangki septic, cubluk - Sistem komunal: MCK Sedangkan sistem pembuangan terpusat adalah fasilitas sanitasi yang berada di luar persil. Contoh sistem sanitasi ini adalah sistem penyaluran air limbah yang kemudian dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman dan sehat, dengan atau tanpa pengolahan sesuai dengan kriteria baku mutu dan besarnya limpahan.

Pembuangan air kotor dan air bekas secara setempat (on-site) di negara berkembang biasanya lebih murah daripada sistem terpusat (off-site). Namun ada hal-hal/keadaan tertentu, dimana kondisi tanah tidak memungkinkan untuk diterapkannya sistem setempat, sehingga dalam keadaan seperti ini maka penanganan air limbah dengan sistem terpusat mutlak diperlukan dengan pilihan teknologi yang lebih murah dibandingkan konvensional sewerage yaitu small bore sewer dan shallow sewer.

Shallow sewer merupakan sewerage kecil yang terpisah dan dipasang secara dangkal dengan kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage konvensional dan bergantung pada pembilasan air limbah untuk mengangkut benda padat. Prinsip shallow sewer adalah sebagai berikut.

Mengalirkan air saja/campuran antara air dan padatan (tinja)

Menggunakan jaringan pipa berdiameter kecil (( 100-200 mm)

Jaringan saluran terdiri dari :

Pipa persil

Pipa servis

Pipa lateral

IPAL

Ditanam di tanah, dangkal dari permukaan tanah

Bahan Pipa dapat dari bahan tanah liat, PVC dll

Cocok digunakan untuk daerah kecil, misalnya tingkat RW, kelurahan, dll. Dengan kepadatan menengah sampai tinggi, 300-500 orang/Ha

Digunakan untuk penduduk yang sudah sebagian besar mempunyai sambungan air limbah dan jamban/kakus pribadi dengan sistem pembuangan yang memadai

Pemilihan Lokasi :

Pada daerah yang mempunyai kemiringan > 4 %

Daerah tersebut belum mendapat program, misalnya Program Perbaikan Kampung

Sedangkan ketentuan teknis untuk shallow sewer adalah sebagai berikut.

Aliran maksimum (hanya lokal) = 3 x Aliran rata-rata;

Diameter pipa minimum 100 mm;

Kecepatan minimum 0,50 m/detik;

Faktor gesekan pipa (FRP) = 0,06; Pipa tanah liat (Vitrified Clay Pipe = 0,06)

Kemiringan > 2 %

Small bore sewer (SBS) merupakan suatu sistem penyaluran air limbah dengan diameter kecil, karena zat padat sudah ditampung pada suatu tangki interceptor . Secara umum sistem SBS ini adalah sebagai berikut.

Merupakan system saluran air limbah ber ( kecil (( 100-200 mm)

Untuk menerima limbah cair, limbah dari tangki septic yang bebas dari benda padat

Melayani air limbah yang berasal dari :

Pipa persil;

Pipa servis menuju ke lokasi pembuangan akhir (IPAL).

Sistem ini dilengkapi dengan IPAL

Pemilihan lokasi:

Pada daerah yang mempunyai kemiringan > 1 %;

Cocok untuk daerah dengan kepadatan menengah sampai tinggi, 300-500 orang/Ha;

Daerah tersebut sebagian besar sudah memiliki tangki septik, tapi fasilitas ini tidak efektif bila permiabilitas tanahnya buruk, tidak ada lahan untuk bidang resapan dan air tanahnya tinggi

Sedangkan ketentuan teknis pada sistem Small Bore Sewer adalah sebagai berikut.

Aliran maksimum = 1 x Aliran rata-rata;

( Pipa minimum;

Sambungan rumah ( 50 mm;

Sewer ( 100 mm.

Kecepatan minimum tidak ada batas;

Faktor gesekan pipa, ks : Pipa PVC 0,03, Pipa Beton = 0,15; Fiber Reinforced Pipe (FRP) = 0,06; Pipa tanah liat (Vitrified Clay Pipe) = 0,06;

Kemiringan > 2%.

2.4Permasalahan Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang

Di daerah-daerah sekitar pemukiman, adanya sungai selain sebagai saluran alamiah air, sering pula pada sungai digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas rumah tangga atau industri selalu membutuhkan tempat kosong untuk membuang benda-benda tidak berguna, bekas kegiatannya. Sungai pun tidak terlepas dari sampah yang dihasilkan manusia. Beragam limbah sering dibuang oleh manusia ke sungai, menjadikan sungai kotor dan keruh.

Air limbah yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses pengolahan dapat membahayakan kehidupan biota di dalamnya dan penurunan kualitas air. Disadari atau tidak limbah detergen yang dihasilkan dari perumahan telah menimbulkan kerusakan yang tidak terlihat. Umumnya, air tercemar dapat terlihat dari fisiknya, yaitu semula jernih menjadi keruh atau kehitaman-hitaman bahkan sering menimbulkan bau tidak enak. Masyarakat umumnya tidak mengetahui dari efek bahaya dari detergen yang dibuang ke sungai. Kurangnya sosialisasi dari produsen dan pemerintah tentang bahaya dari sisa detergen ke lingkungan memperlihatkan ketidakpedulian pada masyarakat dan alam. Sekali lagi kepentingan ekonomi dan keuntungan pribadi menjadi alasan pokok permasalahan tersebut.

Dibandingkan dengan negara maju di Eropa yang membangun tempat pengolahan limbah rumah tangga pada setiap daerah penduduk, pemerintah Indonesia tidak banyak berbuat apapun. Memang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan rata-rata pendapatan per kapita warganya hanya US$ 3.452 per orang per tahun. Sehingga permasalahan dalam rangka mengelola air buangan domestik masih perlu mendapat perhatian khusus Pemerintah.

BAB III

GAMBARAN UMUM NEGARA THAILAND

3.1 Profil Negara Thailand

Kerajaan Thailand terletak di pusat geografis Asia Tenggara, dikelilingi oleh Laut Andaman dan Teluk Thailand. Negara Thailand berbatasan dengan beberapa negara, diantaranya adalah :

Bagian Utara: Negara Laos

Bagian Selatan: Negara Malaysia

Bagian Barat: Negara Myanmar

Bagian Timur: Negara Kamboja

Thailand dibagi menjadi empat wilayah geografis, yaitu :

Thailand Utara

Chiang Mai adalah bekas ibukota Kerajaan Lanna dengan banyak reruntuhan dan kuil-kuil. Thailand utara adalah daerah pertanian intensif di mana menghadapi dua macam masalah lingkungan yaitu hilangnya lahan pertanian dan deforestasi karena

penebangan liar. Thailand Pusat

Bangkok adalah ibukota dari Negara Thailand dikelilingi oleh sungao Chao Praya yang terkenal. Tingginya perkembangan industri pariwisata, Bangkok mendapatkan peringkat sebagai Kota terbaik didunia pada tahun 2010 oleh biro perjalanan dan Majalah Leisure. Di lain pihak, besarnya angka jumlah orang yang berkunjung dan kemacetan lalu lintas menyebabkan lebih banyak polusi di kota ini.

Thailand TimurPattaya adalah tempat tujuan turis terkenal dan atraktif bagi turis asing dari Eropa dan negara-negara barat lainnya. Oleh karena itu bagaimana cara menyingkirkan dan membersihkan sampah di tepi laut dan sampah menjadi masalah utama.

Thailand SelatanRatusan kilometer dari garis pantai dan pulau terluar diantara pulau Phuket yaitu pulau terbesar yang ada di Thailand. Dikelilingi oleh laut andanan dan teluk Thailand, orang-orang di Thailand Selatan berjuang melawan seringnya banjir dan tsunami yang kadang terjadi.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Geografi Negara Thailand

Oleh karena banyaknya kanal yang merambah kota, Bangkok sering disebut sebagai "Venesia dari Timur" penduduk Metropolitan Bangkok sekarang mendekati jumlah 7 juta penduduk dan terdaftar mencapai 10 juta penduduk pada siang hari. Kepadatan perkotaan yang tinggi dan tidak seragam, tingginya proporsi penduduk dari populasi yang padat dalam luasan kurang dari 40 persen dari jumlah luasan kota. Populasi yang besar telah menciptakan permintaan pasokan air dari hampir 3,5 juta meter kubik per hari, dan pada gilirannya menghasilkan hampir 3 juta meter kubik. Aliran air limbah dihasilkan pada musim kering. Pihak Metropolitan yang berwenang atas air, perusahaan milik pemerintah, yang memproduksi dan menyediakan air minum untuk Bangkok dan sekitarnya, melaporkan bahwa sejumlah 1.086.000 koneksi untuk 94% dari penduduk yang dilayani.Sumber pendapatan BMA adalah pajak daerah, biaya, baik, izin, biaya layanan, sewa aset, utilitas dan perusahaan. Selain itu, subsidi pemerintah dan kepentingan cadangan adalah dana tambahan BMA, pengeluaran ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran investasi dan operasi. Proporsi anggaran investasi untuk anggaran operasi sedang dipertahankan pada 60:40. Hal ini dapat dicapai dengan privatisasi beberapa kegiatan pelayanan publik.Thailand adalah salah satu sumber kekuatan terbesar di Asia Tenggara, namun pada saat yang sama perkembangan industri yang pesat juga telah lebih dahulu memiliki beberapa masalah lingkungan yang serius dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat di Thailand. Selama beberapa dekade terakhir, masalah lingkungan di Thailand menjadi lebih sulit, sebagai negara Thailand telah berubah dari negara agraris tradisional menjadi negara industri berkembang. Ada enam masalah spesifik lingkungan di Thailand termasuk perubahan iklim, pertanian intensif, polusi air, polusi udara, penipisan sumber daya, dan limbah.

Gambar 3.2 Permasalahan Lingkungan di Thailand

3.2 Kondisi Kualitas Air Permukaan 1. Sumber Air Permukaan

Thailand dapat dibagi secara hidrologi menjadi 25 DAS. Curah hujan tahunan rata-rata untuk semua daerah sekitar 1.700 mm. Volume total air dari curah hujan di semua sungai cekungan di Thailand diperkirakan 800.000 juta m3. Sekitar 200.000 m3 tetap di dalam bentuk air dan sungai sebagai sumber daya air permukaan. Penduduk Thailand adalah sekitar 65 juta sehingga keperluan air adalah 3.300 m3 per orang setiap tahunyang secara statistik dianggap sangat memadai. Namun, karena pengolahan air tidak tepat, kualitas sumber daya air permukaan memburuk.2. Kualitas Air PermukaanSeperti banyak negara di Asia, peningkatan populasi penduduk, ekonomi, pertanian dan ekspansi industri di Thailand adalah penyebab utama rusaknya kualitas air dari berbagai sumber air seperti air permukaan, air tanah dan air laut. Tingginya muatan polutan yang berasal dari aktivitas manusia di luar daya dukung sumber daya air dapat berkontribusi pada degradasi kualitas air di negara ini. kondisi kualitas air di Thailand dapat disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.4. Kondisi Kualitas Air di Thailand

(Sumber : PCD, 2009)3.2 Sumber Penghasil Limbah

Ada tiga sumber utama penghasil air limbah di Thailand, Yaitu sektor industri, pertanian dan domestik. Sektor industri di Thailand memiliki 120.000 pabrik, yang menghasilkan debitair limbah sekitar 2,8 m3/ d (PCD, 2010).

Limbah industri (termasuk industri agroindustri) adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang berkaitan dengan pengolahan bahan baku dan manufaktur. Aliran air limbah ini berasal dari kegiatan mencuci, memasak, pendinginan, pemanasan, ekstraksi, reaksi-produk, pemisahan, alat angkut, dan kontrol kualitas yang mengakibatkan kegagalan produk.

Pertanian diperkirakan menghasilkan jumlah air limbah yang besar, sekitar 150 m3/d. Namun, kebanyakan dari mereka berasal dari sumber-sumber ilegal, yang tidak mungkin untuk adanya pengolahan. Sekitar 0,1 m3/d debit air limbah dihasilkan dari titik sumber seperti peternakan kandang babi dan akuakultur (PCD, 2010).

Air limbah yang dihasilkan dari titik sumber perlu diolah untuk menghasilkan kandungan air limbah yang standar. Namun tidak ada penegakan hukum yang kuat dari pemerintah pada masalah yang sama. Hanya peternakan besar yang memerlukan sertifikat standar yang mematuhi hukum dengan menerapkan sistem pengolahan air. Aerator dari pompa saluran pembuangan adalah peralatan utama yang digunakan untuk pengolahan air limbah di peternakan babi. Pemerintah Thailand saat ini telah mensubsidi listrik yang dihasillkan dari limbah ternak. Jadi semakin banyak peternak menengah yang berpartisipasi dalam mengubah limbah menjadi energi. Akuakultur adalah bisnis yang sangat besar di Thailand, khususnya budidaya udang. Thailand menghasilkan lebih dari dua milyar USD per tahun dari ekspor udang. Saat ini ada sekitar 150.000 hektar kawasan tambak udang di Thailand. Sejarah budidaya udang mulai beberapa dekade yang lalu di daerah pesisir, dimana ada tersedia laut dan air payau. Sebelumnya, metode membesarkan udang yang non-intensif dan tidak membutuhkan pengolahan air. Wabah penyakit 10 tahun lalu menghancurkan sebagian besar pertanian pesisir. Akibatnya banyak petani pindah pedalaman dan telah menemukan cara-cara baru meningkatkan udang di air tawar. Sekarang metode budidaya udang menggunakan sistem tertutup, dimana air telah diperlakukan dan didaur ulang. Roda dayung, blower, biokimia dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk pengolahan air di tambak udang (klean industries, 2010).

Sektor domestik diperkirakan menghasilkan air limbah mencapai 14,4 m3 / hari (PCD, 2010). Air limbah tersebut merupakan campuran kompleks kandungan air (sekitar 99%) bergabung dengan konstituen organik dan anorganik. konstituen ini merupakan kontaminan yang terdiri padatan, koloid dan material limbah terlarut domestik, karena mengandung kotoran manusia, dan juga berisi sejumlah besar mikroorganisme dan beberapa di antaranya bisa patogen. penyakit bakteri yang ditularkan melalui air seperti kolera, tipus dan TBC dan penyakit virus seperti hepatitis infeksi dapat disebabkan oleh kontaminasi limbah. Konstituen anorganik meliputi klorida dan sulfat, berbagai bentuk nitrogen dan fosfor, serta karbonat dan bikarbonat. Protein dan karbohidrat merupakan sekitar 90% dari organik penting dalam limbah domestik. Hal ini muncul dari kotoran, urine, dan makanan. Air limbah dari bekas air mandi, mencuci, dan pencucian mengandung sabun, deterjen, dan produk pembersih lainnya.BAB IVPENGELOLAAN AIR LIMBAH DI NEGARA THAILAND4.1 Regulasi dan Standar yang ditetapkan Terkait Penanganan Limbah di Negara Thailand (National policies)

Menanggapi tantangan lingkungan selama dua dekade terakhir, Thailand telah mengembangkan mandat kebijakan yang semakin progresif yang telah ditujukan untuk memperkuat kerangka hukum, pengaturan kelembagaan dan kemampuan pengelolaan lingkungan. Pembangunan Ninth National Economic and Social Development Plan dan the National Policy and Prospective Plan untuk konservasi kualitas lingkungan nasional tahun 1997-2016 ditetapkan spesifik sebagai kebijakan daerah, strategi dan sasaran yang merupakan mandat tindakan oleh badan publik, masyarakat lokal dan warga. Pelaku utama dalam kebijakan dan praktek adalah Konstitusi tahun 1997, yang menjamin hak-hak dasar warga sejumlah yang berkaitan dengan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup (Bagian 46), berpartisipasi dalam lingkungan pengambilan keputusan (Bagian 56 dan 79), dan menerima informasi tentang proyek dan kegiatan yang dapat mempengaruhi lingkungan (Pasal 59). Selain itu, Konstitusi menyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mempromosikan dan menjaga kualitas lingkungan pengambilan keputusan (Bagian 290).Pollution Control Department didirikan pada tanggal 4 Juni 1992, di bawah Royal Decree sebagai bagian dari Divisi Organisasi Departemen Pengawasan Polusi, Kementerian Ilmiah, Teknologi dan Lingkungan, yang merupakan dari hasil kesepakatan nasional mengenai kualitas lingkungan (Enhancement and Conversation of National Environment Quality Act B. E. 2535) pada tahun 1992. Peran dari PCD ini sendiri adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pendapat untuk perumusan kebijakan nasional dan rencana untuk promosi dan pelestarian kualitas lingkungan sehubungan dengan pengendalian polusi,

2. Membuat rekomendasi untuk pembentukan standar kualitas lingkungan dan standar emisi / limbah3. Mengembangkan rencana pengelolaan kualitas lingkungan dan langkah-langkah untuk kontrol, mencegah, dan mengurangi pencemaran lingkungan4. pembentukan standar kualitas lingkungan dan standar emisi / limbah,5. Memantau kualitas lingkungan dan menyiapkan laporan tahunan tentang keadaan polusi,6. Bekerja sama dengan negara-negara lain dan organisasi internasional tentang pengelolaan lingkungan hidup7. Melakukan fungsi lain pada pengendalian pencemaran sebagaimana ditentukan oleh Peningkatan dan Konservasi UU Lingkungan Nasional, BE 2535 (1992) dan hukum terkait lainnyaBerikut adalah standar effluent industry yang ditetapkan oleh PCD:

Tabel 4.1Standar Effluen Industri

Industrial Effluent Standards

Parameters

Standard Values

Method for Examination

1. pH value

5.5-9.0

pH Meter

2. Total Dissolved Solids (TDS)

not more than 3,000 mg/l depending on receiving water or type of industry under consideration of PCC but not exceed 5,000 mg/l

not more than 5,000 mg/l exceed TDS of receiving water having salinity of more than 2,000 mg/l or TDS of sea if discharge to sea

Dry Evaporation 103-105 C, 1 hour

3. Suspended solids (SS)

not more than 50 mg/l depending on receiving water or type of industry or wastewater treatment system under consideration of PCC but not exceed 150 mg/l

Glass Fiber Filter Disc

4. Temperature

not more than 40C

Termometer during the sampling

5. Color and Odor

not objectionable

Not specified

6. Sulphide as H2S

not more than 1.0 mg/l

Titrate

7. Cyanide as HCN

not more than 0.2 mg/l

Distillation and Pyridine Barbituric Acid Method

8. Fat, Oil & Grease (FOG)

not more than 5.0 mg/l depending of receiving water or type of industry under consideration of PCC but not exceed 15.0 mg/l

Sovent Extraction by Weight

9. Formaldehyde

not more than 1.0 mg/l

Spectrophotometry

10.Phenols

not more than 1.0 mg/l

Distillation and 4-Aminoantipyrine Method

11.Free Chlorine

not more than 1.0 mg/l

lodometric Method

12.Pesticides

not detectable

Gas-Chromatography

13.Biochemical Oxygen Demand (BOD)

not more than 20 mg/l depending on receiving water or type of industry under consideration of PCC but not exceed 60 mg/l

-Azide Modification at 20 C , 5 days

14.Total Kjedahl Nitrogen (TKN)

not more than 100 mg/l depending on receiving water or type of industry under consideration of PCC but not exceed 200 mg/l

Kjeldahl

15.Chemical Oxygen Demand (COD)

not more than 120 mg/l depending on receiving water of type of industry under consideration of PCC but not exceed 400 mg/l

Potassium Dichromate Digestion

16.Heavy metals

1. Zinc (Zn)

not more than 5.0 mg/l

Atomic Absorption Spectro Photometry; Direct Aspiration or Plasma Emission Spectroscopy ; Inductively Coupled Plama : ICP

2. Chromium (Hexavalent)

not more than 0.25 mg/l

3. Chromium (Trivalent)

not more than 0.75 mg/l

4. Copper (Cu)

not more than 2.0 mg/l

5. Cadmium (Cd)

not more than 0.03 mg/l

6. Barium (Ba)

not more than 1.0 mg/l

7. Lead (Pb)

not more than 0.2 mg/l

8. Nickel (Ni)

not more than 1.0 mg/l

9. Manganese (Mn)

not more than 5.0 mg/l

10. Arsenic (As)

not more than 0.25 mg/l

Atomic Absorption Spectrophotometry; Hydride Generation, or Plasma Emission Spectroscopy; Inductively Coupled Plasma : ICP

11. Selenium (Se)

not more than 0.02 mg/l

12. Mercury (Hg)

not more than 0.005 mg/l

Atomic Absorption Cold Vapour Techiqu

4.2 Kelembagaan yang berwenang menangani permasalahan air Limbah di Thailand

Negara Thailand merupakan negara yang menerapkan sistem otonomi daerah, sehingga dalam organisasi yang ada terdiri dari Local Government Authorithies dan terdapat satu organisasi yang berada pengawasannya langsung di bawah Minister of Interior yaitu Bangkok Metropolitan Administration.

Simachaya (2009) melaporkan status pabrik pengolahan air limbah di Thailand. Sekitar 95 pabrik pengolahan air limbah yang telah dibangun (sekitar 3 juta m3/hari dengan kapasitas pengolahan 22% dari total limbah). Total biaya investasi untuk 95 tanaman adalah 67 miliar Baht. Bangkok telah memiliki kapasitas terbesar untuk pengolahan air limbah.Tabel 4.2 Pengolahan Air Limbah Perkotaan di Thailand Sumber : Sinapraya, 2009

Berdasarkan data di atas dapat dilihat data instalasi pengolahan air limbah yang ada di negara Thailand baik itu yang dikelola oleh BMA maupun oleh masing-masing LGAs.4.2.1Instalasi Pengolahan Air Limbah di Bawah BMA

Sebuah Studi tentang Thailand Development Research Institute (TDRI) pada tahun 1988 menunjukkan bahwa sumber domestik tercatat sebesar 75% air limbah yang dihasilkan di Bangkok sementara sumber industri sisanya sebesar 25%. Kemudian pada tahun 1996, Departemen Pengendalian Polusi (PCD) memperkirakan limbah industri di wilayah Bangkok menjadi lebih rendah daripada yang diperkirakan oleh rencana sebelumnya (475.980 m3/hari pada tahun 2000 dan 167.410 m3/hari pada tahun 2016). Hal ini karena pemerintah mendorong industri untuk kembali direlokasi di luar area Bangkok dengan kebijakan pajak ringan dan pembebasan bea (Studi untuk Master Plan pengolahan limbah padat/Pembuangan dan Reklamasi penggunaan air Limbah di Bangkok, 1999). Saat ini, sumber utama pencemaran air di Bangkok jelas berasal dari sektor domestik.Berdasarkan data tahun 2009, terdapat 7 rencana pengolahan air limbah yang beroperasi dibawah kewenangan Bangkok Metropolitan Administration (BMA) seperti Sipraya, Rattanakosin, Chongnonsi, Nongkham, Tungkru, Dindang dan Jatujak WWTPs. Total daerah layanan dari tujuh bangunan WWTP tersebut adalah 191,7 km2 atau sekitar 12,22 % dari total luas kota Bangkok. Sedangkan Total kapasitas pengolahan tersebut adalah 992.000 m3/hari atau sekitar 40 % dari total volume limbah cair yang dihasilkan di Bangkok. Selain itu, semua system pengolahan air limbah yang dirancang telah dikombinasikan dengan saluran pembuangan, dengan kadar BOD yang rendah dari air limbah.

Gambar 4.1 Tujuh Wilayah WWTP dibawah BMA4.3 Jenis teknologi pengolahan air limbah kota di ThailandAda lima jenis IPAL yang digunakan di Thailand yaitu kolam stabilisasi, aerated lagoon, proses lumpur aktif, bangunan wetland, dan rotating biological contactor (RBC). Jumlah tanaman yang menggunakan setiap pengolahan disajikan pada tabel di bawah ini.Tabel 4.3 Jumlah Teknologi Pengolahan Air LimbahSumber : PCD, 2001

Gambar 4.2 Persebaran Teknologi Pengolahan Air LimbahDari gambar di atas, jenis utama dari teknologi pengolahan air limbah di Thailand adalah kolam stabilisasi, yaitu sekitar 45% dari semua jenis teknologi pengolahan air limbah. Metode ini adalah teknologi sederhana dari instalasi pengolahan air limbah. Rincian masing-masing metode yang disebutkan akan dijelaskan pada bagian berikutnya.4.3.1Kolam stabilisasi

Kolam stabilisasi ini juga disebut sebagai teknologi kolam fakultatif, merupakan metode alami untuk pengolahan air limbah. Kolam stabilisasi terdiri dari cekungan dangkal buatan manusia yang terdiri dari satu atau beberapa seri anaerob, fakultatif atau kolam pematangan (maturasi). Perlakuan utama berlangsung di kolam anaerobik, yang terutama dirancang untuk menghilangkan padatan tersuspensi, dan beberapa elemen larut dari bahan organik (BOD). Selama tahap pengolahan sekunder di kolam fakultatif, sebagian besar kandungan BOD tersisa dikeluarkan melalui aktivitas alga dan bakteri heterotrofik. Fungsi utama dari pengolahan limbah tersier di kolam pematangan (maturasi) adalah penghilangan patogen dan nutrisi (terutama nitrogen).

Gambar 4.3 Kolam Stabilisasi (Chungsaeng Municipality, Nakhonsawa, Thailand).4.3.2 Aerated Lagoon

Aerated lagoon ini adalah sebuah kolam pengolahan yang disediakan proses aerasi buatan untuk proses oksidasi biologis dalam mengolah air limbah. Ada banyak proses biologis lainnya untuk pengolahan limbah cair, misalnya lumpur aktif, trickling filter, Rotating biological contactors dan biofilter. Pengolahan tersebut memiliki kesamaan dalam prosesnya yaitu menggunakan oksigen (atau udara) dan aktivitas bakteri untuk mengolah air limbah secara biologis.Gambar 4.4 Kolam Aerasi (Okamoto (Thai) Co., Ltd.)4.3.3 Lumpur Aktif

Lumpur aktif merupakan proses untuk mengolah limbah dan air limbah industri menggunakan udara dan padatan biologis terdiri dari bakteri dan protozoa. Proses ini melibatkan udara atau oksigen yang dimasukkan ke dalam campuran dari pengolahan awal atau penyaringan limbah atau limbah industri (disebut air limbah mulai dari sekarang) dikombinasikan dengan organisme untuk mengembangkan padatan biologis, yang mengurangi kandungan organik dari limbah. Bahan ini, yang mana dalam lumpur yang baik adalah sebuah flok cokelat, sebagian besar terdiri dari bakteri saprotrophic, tetapi juga memiliki flora protozoa penting terutama terdiri dari amuba, Spirothichs, Peritrichs termasuk Vorticellids dan berbagai spesies makanan penyaring lainnya. Konstituen penting lainnya termasuk motil dan Rotifers yang menetap. Dalam pengolahan lumpur aktif yang kurang, berbagai bakteri berserabut mucilaginous dapat berkembang termasuk natans Sphaerotilus yang menghasilkan lumpur yang sulit untuk stabil dan dapat menghasilkan selimut lumpur dekantisasi yang meluber diatas bendung dalam tangki pengolahan sehingga dapat mencemari kualitas efluen akhir. Bahan ini sering digambarkan sebagai jamur limbah, namun kelompok jamur ini sebenarnya relatif jarang.

Gambar 4.5 Lumpur Aktif (Dustch Mill Company Limited, Thailand)4.3.4. Konstruksi Wetland

Wetland adalah lahan basah buatan, rawa atau danau yang dibuat sebagai habitat baru atau pemulihan bagi kehidupan alami, untuk pembuangan antropogenik seperti limbah, limpasan air hujan, atau pengolahan limbah, reklamasi lahan setelah penambangan, kilang, atau ekologi lainnya yang terganggu seperti yang diperlukan untuk mitigasi lahan basah alami yang hilang dalam perkembangan. Lahan basah alami bertindak sebagai biofilter, menghilangkan sedimen dan polutan seperti logam berat dari air, dan konstruksi wetland dapat dirancang untuk meniru bentuk ini.

Gambar 4.6 Constructed Wetland ( Laem Phak Bla Environmental research and Development)4.3.5 Rotating Biological Contactor (RBC)

RBC adalah proses pengolahan biologis yang digunakan dalam pengolahan air limbah setelah pengolahan pertama. Proses pengolahan pertama menghilangkan pasir dan padatan lainnya melalui proses penyaringan diikuti dengan waktu pengendapan. Proses RBC memungkinkan melibatkan air limbah untuk kontak dengan media biologis yang bertujuan untuk menghilangkan polutan dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan, biasanya badan air (sungai, danau atau laut). RBC adalah jenis proses pengolahan sekunder. Pengolahan Ini terdiri dari serangkaian cakram paralel yang terpasang pada poros yang berputar yang berada tepat di atas permukaan air limbah. Mikroorganisme tumbuh di permukaan cakram dimana degradasi biologis dari air limbah polutan berlangsung.

Gambar 4.7 Rotating Biological Contactor4.4 Data Teknis IPAL Chongnonsi

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat 7 area pelayanan WWTP yang dilakukan oleh BMA. Salah satunya adalah kota Chongnonsi, dan berlokasi di Yonnawa Bangkok.

Gambar 4.8 Pengolahan Air Limbah Chongnonsi

Luas Daerah tangkapan pengolahan air limbah sekitar 28,5 km2 terdiri dari Bang Rak-Yannawa, Sathon dan kabupaten Bang-Kho-Laem. Kapasitas pabrik adalah 200.000 m3/ hari. Proyek ini Turn-Key proyek termasuk pembangunan dan pengoperasian pekerjaan. Hal ini dilakukan oleh Samsung-Lotte-CEC Joint Venture. Biaya pembangunan proyek ini adalah 4.552 juta baht. Konsultan adalah Metcalf & Eddy International Co, Ltd, dan TEC dengan jasa konsultasi dari 155 juta baht. 60% dari total anggaran disubsidi oleh Pemerintah dan 40% sisanya disubsidi oleh BMA. Kontrak tersebut ditandatangani pada tanggal 24 Juli 1995 dan selesai pada tanggal 23 Juli 1999. Pabrik ini telah beroperasi sejak Desember 1999 oleh kontraktor selama satu tahun. Kemudian BMA telah mengoperasikan pabrik sejak Desember 2000. Sampai April 2004 perusahaan swasta telah mengoperasikan pabrik untuk BMA.Tabel 4.4 Project Details of Chongnonsi

Sumber : WQM, 2001

Gambar 4.8 Flow Diagram of Chongnonsi Wastewater Treatment Plant CASS (Cyclic Activated Sludge System)Selain itu, lumpur yang dihasilkan dari CASS akan dgabung dengan polimer dan kemudian dikirim ke gabungan belt filter press untuk meningkatkan konten padatan. Kemudian, akan dicampur dengan kapur sebelum pembuangan.

Gambar 4.9 Bagian pengolahan air limbah ChongnonsiKarakteristik air limbah disajikan pada tabel dibawah ini :Tabel 4.5 Influent and effluent of wastewater characteristic Sumber : WQM, 20014.5 Permasalahan Pengelolaan Air Limbah di Thailand Secara UmumBerdasarkan data yang ada sebanyak 80% dari instalasi pengolahan air limbah perkotaan yang terbangun di Thailand tidak berfungsi sesuai dengan yang direncanakan, terdapat empat isu dalam pengelolaan air limbah domestik di Thailand, sebagai berikut (Chevakidagarn, 2006):

Kinerja sistem yang tidak sesuai dengan perencanaan; instalasi pengolahan eksisting biasanya terlalu besar kapasitasnya dan menggunakan pengolahan lanjutan yang tidak diperlukan jika dibandingkan dengan aliran masuk yang lebih rendah dari yang diperkirakan karena sistem pengumpul yang belum seluruhnya terbangun.

Rendahnya kadar BOD5 : Dua hal yang mendasari fenomena ini adalah bahwa sebenarnya air limbah dari masing-masing rumah telah dipisahkan antara greywater dan blackwater. Di mana black water dibuang dari toilet dan mengalir ke septic tank dan overflownya mengalir ke selokan atau merembes ke dalam tanah, sebagaimana dikontrol oleh regulasi perkotaan. Grey Water yang mengalir ke saluran tanpa melalui pengolahan. Tingginya waktu retensi di dalam Septic Tank yang menyebabkan konsentrasi BOD5 yang dibuang ke saluran lebih rendah dari yang seharusnya. Selain itu, kebanyakan dari sistem penyaluran air limbah di Thailand menggunakan sistem saluran terbuka yang dibangun sebelum sistem pengolahan terpusat dibangun. Maka dari itu, merupakan sistem penyaluran air limbah kombinasi (antara air hujan dan air limbah). Alasan inilah yang menyebabkan rendahnya level BOD5 dari level yang ditentukan dalam desain yaitu BOD5 (200 mg/L). Berdasarkan hasil survey level BOD5 selalu di bawah 100 mg/L.

Kekurangan operator yang andal. Setelah konstruksi selesai, instalasi pengolahan air limbah tersebut dioperasikan oleh organisasi administratif lokal. Namun, mereka tidak selalu mampu mengoperasikan dan memelihara pelayanan secara teknis . Beberapa teknisi lokal terampil dalam mengoperasikan sistem. Mereka tidak bisa menguasai dengan baik dengan mengenai permasalahan teknik dan ilmiah. Oleh karena itu, pemerintah kota atau kantor administrasi lokal perlu membuat tambahan kontrak dengan perusahaan konsultan. Titik lemah adalah bahwa perusahaan konsultan terkemuka, yang selalu mendapatkan kontrak, yang terletak di Bangkok. Mereka sering mengirimkan insinyur mereka sekali sebulan untuk merawat instalasi, hanya untuk memenuhi kriteria kontrak.

Kekurangan dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan: Kesulitan keuangan dan teknis dalam hal operasi dan pemeliharaan terutama pada bagian instalasi di stasiun pompa dan instalasi pengolahan, merupakan permasalahan yang serius. Di Negara Thailand, pembiayaan untuk konstruki dibiayai oleh Pemerintah, tetapi tidak untuk operasi dan pemeliharaan, yang harus didanai oleh dana pemerintah kota, dan bukan dari Pemerintah Pusat. Pemerintah daerah harus menyediakan pembiayaan untuk O&M, termasuk biaya gaji, energi, bahan kimia dan biaya pemeliharaan tahunan.Undang-Undang Peningkatan dan Konservasi Kualitas Lingkungan Nasional, B.E. 2535 (1992 ) mengumumkan bahwa otoritas lokal instansi pemerintah yang bertanggung jawab untuk operasi dari instalasi pengolahan air limbah dan harus memiliki kekuatan dan tugas untuk mengumpulkan biaya layanan, denda, dan klaim untuk kerusakan . Biaya layanan harus digunakan sebagai pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan dari instalasi pengolahan air limbah terpusat. Namun, saat ini , ada banyak hambatan untuk penegakan hukum retribusi. Ketidakmengertian untuk kebutuhan retribusi oleh pengguna adalah kendala utama. Selain itu, politisi lokal takut kehilangan kepercayaan jika membuat keputusan yang tidak popular. Walupun biaya yang dikenakan untuk mengolah sangat rendah, misalnya : 2-3 baht/m3 untuk air limbah domestik .

4.5.1Permasalahan LGAs (LOCAL GOVERNMENTAL AUTHORITIES)

A.Permasalahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (WWT)

Dalam mengevaluasi efisiensi kinerja instalasi pengolahan air limbah di Thailand pada tahun 2003 (Dikutip dalam Simachaya 2009), kondisi dikelompokkan menjadi 4 kelas sesuai dengan tingkat layanan, yaitu A, B, C dan D. Hasil dari evaluasi disajikan di bawah ini.

Table 4.6 Status of wastewater treatment in Thailand

Sumber : Simachaya, 2009

Dari apa yang telah disebutkan di atas, ternyata hanya sejumlah kecil dari instalasi pengolahan air limbah yang berada dalam kondisi baik sedangkan sisanya tidak. Permasalahan yang LGAs menghadapi dalam mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah dijelaskan sebagai berikut: Peralatan di pabrik perawatan biasanya dalam kondisi rusak dan tidak berfungsi. terlalu tinggi muka air permukaan dan air tanah yang terinfiltrasi ke dalam sistem pengolahan juga merupakan salah satu alasan yang menyebabkan masalah. LGAs tidak bisa mengoperasikan sistem pengolahan secara efektif karena mereka memiliki cukup sedikit keterlibatan dalam perencanaan dan perancangan sistem. LGAs juga tidak memiliki latar belakang dalam pelatihan operasi dan pemeliharaan sistem. Masalah yang paling penting adalah bahwa dana tersebut tidak cukup untuk mengoperasikan standar tinggi instalasi pengolahan air limbah di negara ini. Sebagai contoh, semua pabrik pengolahan air limbah di bawah BMA menghadapi masalah dengan biaya konsumsi daya, yaitu sekitar 50 % dari total biaya operasi dan perawatan.Distribusi biaya O & M dari BMA IPAL disajikan pada Gambar X, seperti di bawah ini :

Gambar 4.10. Distribution of operation and maintenance cost in 2002 (BMA, 2002)B.Tarif/Retribusi Air LimbahHal ini bertujuan untuk mendanai pengeluaran LGA 's untuk pengelolaan IPAL yang efektif dan pengembangan sistem masa depan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk pembangunan tarif meliputi;

Pencemar di bidang layanan IPAL akan menanggung tanggung jawab ini

Tarif awal didasarkan pada biaya O & M tergantung pada jenis IPAL sebagai berikut

Tabel 4.7. Proposed Prices of WWTP

Sumber : Simachaya, 2009Namun, hanya ada tiga LGAs sukses untuk memberlakukan dan menerapkan peraturan tarif, termasuk:

Patong (Phuket province)

400 baht /house/year for domestic customer

600 baht/room/year for hotel owner

Pattaya (Chonburi province)

Initial rate is 2.5 baht/m 3 on 2001 and it increase annually 0.25 baht/m 3

Saensuk (Chonburi Province)

2.0 baht/m 3 for BOD< 200 mg/L

Faktor-faktor yang membatasi pengembangan tarif dilaporkan termasuk (Simachaya 2009):

Kurangnya komitmen Pemerintah Kerajaan Thailand untuk pelaksanaan tariff

Rasa lemah kepemilikan oleh LGAs mungkin membatasi keterlibatan mereka dalam perencanaan, pendanaan dan konstruksi, dll

Kurangnya kesediaan untuk membayar dan kemauan untuk membiaya

adanya politisasi proses penetapan tarif

Kemampuan LGAs terbatas, dukungan eksternal diperlukan

4.6Kemungkinan Aplikasi Dari ( Down-Flow Hanging Sponge Reactor) Teknologi Dhs ThailandPengolahan air limbah kota di Bangkok : sifat-sifat air limbah kota wilayah Bangkok yang berbeda dari sifat-sifat air limbah kota di Eropa. Konsentrasi organik ( kebutuhan oksigen biologis yaitu: BOD5) cukup rendah dan penerapan proses pengobatan konvensional seperti proses lumpur aktif tidak efektif. DHS proses pengolahan air limbah yang telah menunjukkan kinerja yang lebih baik dari mengobati air limbah dengan konsentrasi organik rendah mungkin memiliki potensi lebih tinggi untuk mengobati air limbah ini yang biasanya menunjukkan BOD5 s kurang dari 100 mg / L.

Air kanal di wilayah Bangkok : The saluran air permukaan di wilayah Bangkok sangat tercemar dengan sumber titik dan titik non berbatasan. Seringkali tingkat kualitas air dari beberapa kanal ini melebihi standar pembuangan air limbah buangan. Oleh karena itu menggunakan air kanal ini untuk keperluan produktif seperti mengairi rumput, aplikasi resapan air tanah terbatai. Untuk menghindari kondisi yang tidak nyaman diciptakan karena kanal-kanal tersebut, pemerintah menerapkan teknik pengobatan sederhana seperti aerasi. Ada potensi aplikasi teknologi DHS untuk mengobati saluran air permukaan yang dipilih di wilayah Bangkok dan menggunakan kembali mereka untuk irigasi rumput dan jenis-jenis kegiatan.

Gambar 4.11. Polluted canals in BangkokBAB V

PENUTUP5.1. KESIMPULAN

1. Jenis-jenis pengolahan air limbah yang ada di Negara Thailand berada di bawah BMA (Bangkok Municipality Administration), yang terdiri dari Kolam stabilisasi, kolam aerasi, Rotating biological contactor, constructed wetland dan lumpur aktif.2. Permasalahan yang ada pada umumnya terdapat pada pengolahan air limbah adalah Peralatan di pabrik perawatan biasanya dalam kondisi rusak dan tidak berfungsi, terlalu tinggi muka air permukaan dan air tanah yang terinfiltrasi ke dalam sistem pengolahan juga merupakan salah satu alasan yang menyebabkan masalah, LGAs juga tidak memiliki latar belakang dalam pelatihan operasi dan pemeliharaan sistem, dan dana tersebut tidak cukup untuk mengoperasikan standar tinggi instalasi pengolahan air limbah di negara ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. BMA (2002). Operation and Maintenance Cost of BMA WWTP in 2002 . Bangkok Metropolitan Administration. 2. Indexmundi (2011). Thailand Population. Retrieved on February, 2011. Retrieved from: http://www.indexmundi.com/g/g.aspx?c=th&v=21 3. Klean industries (2010). Market news. Retrieved on February, 2011. http://www.kleanindustries.com/s/environmental_market_Industry_news.asp?ReportID=2 97894 4. PCD (2009). The presentation in the topic of The directorate of human settlements Ministry of Public Works, Indonesia . Pollution Control Department (PCD), Ministry of natural Resources and Environment, Thailand. 5. PCD (2010). The presentation in the topic of International Conference on Construction and Environment , at Tokyo, Japan, on February 2010. Pollution Control Department (PCD), Ministry of natural Resources and Environment, Thailand. 6. Simachaya, W. (2009). Wastewater tariffs in Thailand. Ocean & Coastal Management , 52 , 378382 7. WQM (2011). Wastewater Treatment Plant. Water Quality Management Office (WQM), Bangkok Metropolitan Administrati on. Retrieved on February, 2011. http://dds.bangkok.go.th/wqm/Thai 8. Asian Secretary http://mdgs.un.org/unsd/mdg/Resources/Attach/Capacity/manila/Presentations/S2_P2.1_1_ASEAN%20Statistical%20Report%20on%20MDGs%20Nove%202011-1.ppt9. http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731.pdf10. Warr, Peter, 2003. MDG Progress in Southeast Asia: Implications for Child Poverty. John Crawford Professor of Agricultural Economic. Arndt-Corden Division of Economics, Research School of Pacific and Asian Studies. Australian National University

11.http://www.sswm.info/sites/default/files/reference_attachments/NATURGERECHTE%20TBW%202001%20Decentralised%20wastewater%20treatment%20methods%20for%20developing%20countries.pdf12. http://www.aecen.org/sites/default/files/TH_Assessmemt.pdf29