Makalah Intelegensi, Bakat Dan Kreativitas

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun yang persis sama denga individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang di hadapi. Untuk memecahkan masalah atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu memecahkannya. Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi itu memang ada, dan berbeda – beda antara satu individu dengan individu yang lain. Individu yang taraf inteligensinya tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu yang taraf inteligensinya rendah hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya. Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan 1

description

pengertian intelegensi, bakat dan kreatifitas

Transcript of Makalah Intelegensi, Bakat Dan Kreativitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun yang persis sama denga individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang di hadapi. Untuk memecahkan masalah atau persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu memecahkannya.

Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi itu memang ada, dan berbeda beda antara satu individu dengan individu yang lain. Individu yang taraf inteligensinya tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu yang taraf inteligensinya rendah hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya.

Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang intelegensi, bakat dan kreativitas.1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Apa yang dimaksud intelegensi ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan faktor-faktor yang menyebabkannya ?

3. Apa yang dimaksud bakat ?

4. Apa saja jenis tes bakat ?5. Bagaimana konsep kreativitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ?

6. Bagaimana cara memotivasi kreativitas ?

7. Bagaimanakah aplikasi intelegensi dan kreativitas terhadap keperawatan ?1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu :1. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud intelegensi.

2. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan faktor-faktor yang menyebabkannya.3. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud bakat.4. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja jenis tes bakat.5. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana konsep kreativitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.6. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana cara memotivasi kreativitas.7. Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana aplikasi intelegensi dan kreativitas terhadap keperawatan.BAB II

TINJAUAN TEORI2.1 Pengertian IntelegensiIstilah inteligensi, atau yang dalam bahasa inggris disebut Intelligence, berasal dari kata intelligere yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Beberapa definisi inteligensi, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, dijelaskan sebagai berikut :

a. Terman (1923) dalam Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.

b. Ebbinghaus (1897) dalam Suryabrata (1984) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi.

c. Thorndike (1959) dalam Walgito (2001) mengungkapkan bahwa inteligensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan untuk menentukan ketidaklengkapan dari berbagai kemungkinan yang terjadi dalam perjuangan hidup individu.

d. Biner (1894) dalam Sukardi (1997) menyebutkan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.

e. Wechler (1958) dalam Sarwono (2000) mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

f. Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi pada hakikatnya adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kemampuan dasar yang bersifat umum untuk berpikir abstrak dan membuat kombinasi.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi IntelegensiInteligensi memiliki faktor yang berperan dalam pembentukannya. Tiga faktor penting tersebut yang berperan dalam menentukan inteligensi seseorang meliputi :a. Herediter (pembawaan), merupakan faktor utama dan terpenting dalam menentukan inteligensi.

Contoh : mahasiswa tingkat I Akademi Keperawatan mengerjakan soal ujian akhir semester (UAS) dengan ketentuan soal, materi, dan waktu yag sama. Sehubungan dengan itu, mengapa ada mahasiswa yang cepat selesai mengerjakan soal dan ada mahasiswa yang lambat mengerjakannya sehingga ada mahasiswa yang nilainya bagus dan ada yang jelek? Dari uraian tersebut, terlihat bahwa salah satu faktor penentunya adalah IQ. Jadi, orang yang memiliki IQ tinggi akan cepat menyelesaikan soal ujian dengan memperoleh nilai yang bagus dan sebaliknya.

b. Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi faktor internal.

Contoh : apabila anak usia 6 tahun diberi soal penjumlahan dan pengurangan sampai dengan 100, mereka masih mampu mengerjakannya karena faktor kematangan untuk soal tersebut sudah dimiliki. Akan tetapi, apabila mereka diberikan soal Matematika untuk anak SLTP, seperti 2x + 10 = 2, berapa nilai x? Jelas sekali, anak tersebut belum matang untuk berpikir abstrak seperti itu.

c. Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor lingkungan.

Contoh : pada umumnya, anak yag normal dan berumur 12 tahun sudah mengenal dengan baik penghitungan yang menyangkut penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Pertanyaannya adalah apakah setiap anak yang normal dan berumur 12 tahun sudah pasti mengenal itu. Dan bagaimana jika anak tersebut hidup diaerah terpencil, tidk sekolah, dan tidak ada yang mengajari. Walaupun anak sudah matang untuk perhitungan tersebut, tetapi karena tidak dibentuk oleh lingkunga, akhirnya tidak dapat mengerjakan soal.2.3 Gangguan Intelegensi serta Fator yang Menyebabkannya

Individu tidak selamanya mengalami hidup normal. Dalam hidup, selalu ada gangguan dan hambatan yang dialami individu. Begitu juga dalam hal inteligensi, beberapa individu dapat mengalami gangguan inteligensi.

Gangguan inteligensi dapat terjadi karena kerusakan otak, psikosis, dan sosio budaya. Kerusakan otak yang menyebabkan gangguan inteligensi terjadi pada (trauma), inflamasi, neoplasma, dan gangguan pembuluh darah. Sementara itu, psikosis yang menyebabkan gangguan inteligensi terjadi secara fungsonal atau karena adanya Sindrom Otak Organik (SOO). Terakhir, faktor sosio-budaya yang menyebabkan gangguan inteligensi adalah memberi makanan yang kurang protein pada anak usia kurang dari 5 tahun. Berikut ini akan dijelaskan gangguan inteligens yang umum dialami individu, yaitu retardasi mental dan demensia.

A. Retardasi Mental

Merupakan istilah yang ering kita engar dalam kehidupan sehari hari. Maramis (1999) mengungkapkan bahwa retardasi mental ialah keadaan inteligensi yang kurang (abnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak kanak) atau keadaan kekurangan inteligensi sehingga daya guna sosial dan pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Retardasi mental dapat terjadi karena adanya retardasi mental primer dan sekunder.

Retardasi mental primer merupakan faktor keturunan atau retardasi mental genetik. Umumnya kejadian retardai ini tidak diketahui atau biasa disebut retardasi mental simplek. Sementara itu, retardasi mental sekunder merupakan faktor dari luar yang diketahui dan memengaruhi otak (pada periode prenatal, perinatal, an postnatal). Misalnya, infeksi/intoksikasi, rudapaksa (trauma), gangguan metabolisme/gizi, penyakit otak, kelainan kromosom, prematuritas, dan gangguan jiwa berat.

Selanjutnya, retardasi mental memiliki beberapa tingkatan. Menurut kesepakatan American Association of Mental Retardation dalam Sarwono (2000), tingkat retardasi mental meliputi :

a. Retardasi mental lambat belajar (slow learner). IQ = 85 90.

b. Retardasi mental taraf perbatasan (borderline). IQ = 70 84.

c. Retardasi mental ringan (mild). IQ = 55 69

d. Retardasi mental sedang (moderate). IQ = 36 54

e. Retardasi mental berat (severe) IQ = 20 35

f. Retardasi mental sangat berat (profound) IQ = 0 19

Sementara itu,penderita retardasi mental memiliki pendidikan khusus yang ditujukan bagi mereka. Pendidikan bagi penderita retardasi mental tersebut adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian C (Tuna Mental). Adapun tanda tanda retardasi mental yang diderita oleh mereka adalah:

a. Taraf kecerdasan (IQ) sangat rendah.

b. Daya ingat ( memori ) lemah.

c. Tidak mampu mengurus diri sendiri

d. Tidak peduli terhadap lingkungan ( apatis )

e. Minat hanya mengarah pada hal hal yang sederhana.

f. Perhatian mudah berpindah pindah (labil)

g. Miskin dan keterbatasan emosi (hanya terdapat perasaan takut, marah, senang, benci, an terkejut)

h. Kelainan jasmani yang khas.

B. Demensia. Adalah kemunduran inteligensi karena kerusakanotak yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible). Sementara itu, Maramis (1999) mengungkapkan bahwa demensia adalah kemunduran fungsi mental umum, terutama inteligensi, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible). Ada dua macam demensia, yaitu demensia senelis, dan demensia presenelis.Pertama, demensia senelis. Demensia senelis adalah demensia yang gejalanya muncul pada usia tua, yaitu setelah usia 60 tahun. Penyebabnya adalah usia lanjut. Gejala fisik yang terjadi adalah atropi pada kulit dan otot, kulit tipis dan keriput, berjalan tidak stabil, bicara pelan, suara kasar, serta tremor pada tangan dan kepala. Sementara itu, gejala psikologik nyang ditampilkan adalah kemunduran mental umum atau sering disebut demensia simplek, delirium, bingung, depresi, agitasi, paranoid, dan bisa terjadi gangguan ingatan.Kedua, demensia presenilis. Demensia presenilis adalah demensia yang gejalanya muncul sebelum masa senil (usia tua). Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Demensia presenilis ada dua macam, yaitu penyakit Alzheimer dan Morbus pic. Penyakit Alzheimer adalah jenis penyakit demensia senilis yang terjadi antara umur 50 tahun sampai 60 tahun. Penyebabnya adalah atrofi otak pada lapis luar, terutama bagian frontal dan temporal. Gejalanya timbul secara perlahan, tidak ada ciri khas gangguan inteligensi dan perilaku, diantaranya disorientasi, gangguan ingatan, emosi labil, kekeliruan mengenai hitungan dan pembicaraan sehari hari, afasia, perseverasi, logoklonia, gelisah dan hiperaktif.Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan perawat sebagai pemberi asuhan kepada penderita demensia adalah pengajaran kepada keluarga agar memperhatikan dan memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, harga diri, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu, pertahanan perasaan aman, dan harga diri. Upayakan kamar penderita dalam keadaan terang, taruh barang barang yang sudah dikenal sejak dahulu.

2.4 Konsep Bakat dan Jenis Tes Bakat

A. Definisi Bakat

Dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi. Micheel (1960) dalam Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut. Sementara itu, Guilford (1959) dalam Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa bakat berhubungan dengan kecakapan untuk melakukan sesuatu.

Sukardi (1997) juga mengungkapkan hal senada terkait definisi bakat, yaitu suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa mendatang. Terakhir, Woordworth & Marquis (1957) dalam Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah salah satu kemampuan manusia yang meliputi achievement/actual ability (diukur dengan tes tertentu), capacity/ability (diukur secara langsung), dan aptitude (kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes).

B. Faktor yang Terkandung dalam Bakat

Guilford (1967b) mengungkapkan bahwa tiga dimensi yang terkandung dalam faktor bakat adalah :

a. Dimensi perseptual, yaitu kemampuan dalam melakukan persepsi yang mencakup kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan waktu, dan kecepatan persepsi.

b. Dimensi psikomotor, mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan, dan koordinasi.

c. Dimensi intelektual, mencakup ingatan, pengenalan, berpikir, dan evaluasi.C. Jenis Tes BakatDalam penerapannya, tes bakat memiliki beberapa jenis. Jenis tes bakat tersebut terdiri dari Differential Aptitude Test (DAT), Scholastic Aptitude Test (SAT), dan General Aptitude Test Battery (GATB). DAT adalah test bakat yang telah di polakan dan dibakukan untuk mengukur perbedaan bakat individu. Test ini terdiri dari delapan tes, yaitu penalaran verbal, kemampuan angka, penalaran abstrak, penalaran mekanik, relasi ruang, kecepatan dalam pengurusan administrasi, ketelitian dan kecermatan serta penguasaan bahasa.Sementara itu, SAT adalah test bakat yang telah dipolakan dan dibakukan untuk mengetahui bakat individu pada mata kuliah/mata pelajaran tertentu di sekolah atau akademis. Terakhir, GATB adalah tes bakat secara umumyang di desain secara batere untuk mengetahui bakat individu, meliputi tes ketangkasan verbal, kecerdasan numerik (angka), kecerdasan spasial mengenai ruang dan tempat, persepsi bentuk, persepsi administrasi, koordinasi motorik, dan ketangkasan kerajinan tangan. GATB dikembangkan oleh United States Employment Service.D. Hubungan Bakat dan Intelegensi

Bakat adalah taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu, sedangkan inteligensi adalah taraf kecerdasan yang bersifat umum. Bakat dan inteligensi memiliki sifat yang mirip, dapat dipelajari, dan dilatih. Inteligensi merupakan kemampuan mental sebagai fungsi dasar, sedangkan bakat merupakan kemampuan mental yang sudah dipengaruhi pengalaman. Dengan kata lain, bakat dan inteligensi mempunyai hubuingan erat dan saling mengisi.2.5 Konsep Kreativitas

Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan kemajuan untuk penulusuran, pengembangan, dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekuatan tersebut dinamakan kreativitas, yaitu kekuatan yang diperlukan individu untuk melakukan pengembangan diri dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sebagai usaha mencapai suatu kemajuan. Kreativitas individu pada umumnya terkait dengan prestasi untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan cara untuk menemukan pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh banyak orang.

Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang baru sebagai akibat tingkah laku tersebut. Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta di pengaruhi oleh inteligensi, cara berfikir, ingatan, minat dan emosi, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan kepribadian. Kreativitas seseorang dapat terjadi karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.A. Definisi KreativitasBanyak dikemukakan oleh para ahli. Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memungkinkan individu menciptakan ide-ide asla/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang ( Widayatun, 1999). Sementara itu, Solso (1991) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Selanjutnya, Kuhn (1970) sebagaimana dikutip oleh Fernald (1989) menyatakan bahwa yang disebut kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan konsep baru, gagasan baru, metode baru, hubungan baru dan gaya operasi yang baru.

Terakhir, Munandar (1995) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru dan asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Dari keempat definisi diatas, penulis merumuskan kreativitas sebagai kemampuan individu untuk menemukan dan mengembangkan ide dan karya baru dalam upaya memecahkan masalah yang tidak banyak dilakukan.

B. Ciri KreativitasCiri kreativitas individu dapat ditinjau dari dua aspek , yaitu aspek afektif dan aspek kognitif. Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat Munandar (1995) terkait ciri0ciri afektif dan kognitif kreativitas, yaitu :

1. Ciri afektif kreativitas

a. Perasaan ingin tahu. Individu yang kreatif selalu merasa masih kurang mengetahui berbagai hal sehingga terdorong untuk lebih banyak tahu melalui banyak pertanyaan, kepekaan dalam pengamatan, serta perhatian terhadap objek dan situasi.

b. Bersifat mengkhayalkan. Individu yang kreatif pada umumnya memiliki daya khayal atau fantasi tinggi terhadap hal-hal yang belum ada.

c. Tantangan kemajemukan. Individu yang kreatif merasa tertantang untuk menghadapi dan memecahkan masalah dan situasi yang sulit, serta tertantang untuk melakukan hal sulit.

d. Keberanian mengambil resiko. Individu yang kreatif terpanggil untuk berani mengambil resiko untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi.

e. Bersifat menghargai. Individu yang kreatif memiliki sikap mental yang dapat menghargai pemberian bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya.

2. Ciri Kognitif Kreativitas

a. Kelancaran berpikir. Individu yang kreatif pada umumnya memiliki banyak gagasan, cara, jawaban, saran, pertanyaan dan pemecahan dalam menghadapi suatu masalah.

b. Keluwesan berpikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan luwes untuk memberikan bermacam-macam alternatif guna memecahkan masalah.

c. Keaslian berpikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru yang belum ada sebelumnya.

d. Elaborasi. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memperkaya gagasan.

C. Proses Berpikir Kreatif dan Pribadi Kreatif

Wallas & Solso (1998) dalam Gufron & Risnawati (2010) menyebutkan empat tahap berpikir kreatif, yaitu :

a. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan guna memecahkan suatu masalah.

b. Tahap inkubasi. Merupakan tahap diterimanya proses pemecahan masalah pada alam prasadat.

c. Tahap iluminasi (pencerahan). Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan untuk memecahkan suatu masalah.

d. Tahap verifikasi. Tahap untuk menguji ide atau kreasi dengan suatu kenyataan.Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat McKinon, et al. (1974) tentang ciri-ciri pribadi yang memiliki kreativitas, yaitu :

a. Cerdas. Individu yang kreatif umumnya memiliki kecerdasan yang tinggi.

b. Mandiri. Yaitu mampu berpikir dan bertindak mandiri.

c. Terbuka. Yaitu terbuka terhadap dunia luar dan mudah menerima masukan baik dari dalam maupun luar dirinya.

d. Intuitif. Tidak hanya terpaku pada sesuatu yang tampak, tetapi juga selalu berusaha untuk menangkap isi yang terkandung dan kemungkinan apa yang terjadi.

e. Menjunjung tinggi teori dan estetika. Dengan ingin mengetahui kebenaran dibalik apa yang tampak serta menjunjung tinggi nilai estetika untuk menyelesaikan masalah sehingga penyelesaiannya menjadi luwes dan indah.

f. Berani dan teguh hati. Memiliki sikap yang menonjol, yaitu keberanian melawan anggapan umum dengan mengkhayalkan hal yang mustahil, berani menantang dengan pandangan masyarakat, memiliki keteguhan hati dalam berprinsip serta berani menjadi dirinya sendiri.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Ambalie (1983) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :

a. Kemampuan kognitif. Adalah kemampuan yang terkait dengan pendidikan formal dan informal individu, yang mempengaruhi keterampilan sesuai dengan masalah dan bidang yang dihadapi.

b. Disiplin. Individu yang disiplin mampu mandiri dan memecahkan masalah melalui ide ide yang kreatif sehingga tidak mudah frustasi.

c. Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu yang memengaruhi kreativitas dengan cara membangkitkan semangat untuk belajar sebanyak banyaknya serta menambah pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

d. Lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak menimbulkan tekanan pada individu, mis., pengawasan yang ketat, pembatasan, dan penilaian, dapat menghasilkan ide ide kreativitas dalam memecahkan suatu masalah.

Selanjutnya, Kuwato (1993) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati (2010) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Inteligensi. Inteligensi adalah indikator kualitas berpikir individu yang diperlukan agar mampu memecahkan masalah secara rasional. Misalnya, individu yang memiliki IQ di atas rata rata akan lebih berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dibandingkan individu yang memiliki IQ di bawah rata rata.

b. Kepribadian. kepribadian individu yang memiliki imajinasi, banyak insiatif, minat yang luas, kebebasan berpikir, keingintahuan yang tinggi, keinginan memiliki banyak pengalaman, semangat, percaya diri, energik, dan berani mengambil risiko berpengaruh besar terhadap tumbuhnya kreativitas.

c. Lingkungan. Lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan rasa aman, berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai norma dan etika yang berlaku di masyarakat, saling menghargai satu dengan yang lain, dapat memberikan rangsangan tumbuhnya kreativitas.

2.7 Unsur, Cara Memotivasi dan Karakter Individu yang Mendukung KreativitasIndividu yang kreatif memiliki kreativitas dalam dirinya. Unsur yang terkandung dalam kreativitas adalah pengetahuan, imajinasi dan evaluasi. Ada beberapa cara individu untuk memotivasi kreativitas, yaitu dengan menguasai teori problem solving (pemecahan masalah), memancing agar seseorang menjadi ingin tahu, melakukan instropeksi diri dan bertanggung jawab.

Selanjutnya, Evans (1994) mengungkapkan bahwa terdapat empat belas kharakteristik individu yang mendukung kreativitas, yaitu :

a. Kesadaran dan kepekaan terhadap masalah. Individu yang kreatif memiliki kesadaran tinggi dan kepekaan yang tajam terhadap lingkungan tempat dia berada dibandingkan individu lain.

b. Ingatan (memori). Memiliki daya ingat yang menonjol dan ingatan jangka panjang yang baik serta dapat menyimpan banyak informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.

c. Kelancaran. Individu yang kreatif memiliki memiliki kemampuan untuk membangkitkan sejumlah ide besar dengan mudah.

d. Fleksibilitas. Memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.

e. Disiplin dan keteguhan diri. Individu yang kreatif tidak hanya dapat mengembangkan ide-ide baru, tetapi juga dapat bekerja keras dan berteguh hati untuk mengembangkannya.

f. Keaslian. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa, memecahkan masalah dengan cara luar biasa dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang luar biasa.

g. Kemampuan menyesuaikan diri. Individu yang kreatif terbuka untuk pengalaman baru.

h. Permainan intelektual. Individu yang kreatif memiliki kesukaan menggali ide untuk kepentingan mereka sendiri.

i. Humor. Memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap kejanggalan makna dan pelaksanaannya.

j. Nonkorfamitas. Individu yang kreatif memiliki dorongan yang berbeda dan berani mengambil resiko atas kejanggalan dibandingkan individu konformitas.

k. Toleran terhadap ambiguitas. Individu yang kreatif secara aktif mengusahakn ketidakpastian, kompleksitas, ketidakteraturan, baik untuk tantangan yang hadir maupun demi kepuasan yang akan dihasilkan apabila situasi dapat dipecahkan.

l. Kepercayaan diri. Memiliki kepercayaan diri yang berasal dari dalam dirinya yang berharga terhadap karya mereka.

m. Skeptisme. Memiliki skeptis terhadap ide-ide yang diterima dan sering memainkan devil advocant ( pembelaan yang menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan fakta-fakta dan dugaan.

n. Intelegensi. Individu yang kreatif memiliki IQ diatas rata-rata.

2.8 Halangan Kreativitas

Adam (1983) yang dikutip oleh Evans (1994) menyebutkan bahwa terdapat empat macam halangan terhadap kreativitas, yaitu :

1. Halangan persepsual, yaitu halangan yang mencegah individu pemecah masalah untuk menerima secara jelas masalah itu sendiri atau informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Halangan emosional, yaitu halangan karena takut membuat kesalahan atau mengambil resiko, tidak mampu menoleransi ambiguitas dan kebutuhan akan keamanan dan keteraturan.

3. Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang diperoleh dari unsur dan pola-pola budaya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

4. Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang berkaitan dengan pilihan taktik mentalyang tidak efisien atau kurangnya bahan intelektual.

2.9 Aspek KreativitasKreativitas dalam penerapannya memiliki beberapa aspek tertentu, Suharman (1998) mengungkapkan bahwa aspek kreativitas menyangkut empat hal, yaitu:

a. Aktivitas berpikir, individu yang kreatif salah satunya ditentukan oleh aktivitas berpikir yang bersifat kompleks karena berhubungan dengan perhatian, persepsi, ingatan, penalaran, imajiner, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang kreatif yang selalu mampu menghubungkan dua atau lebih gagasan, menciptakan suatu kombinasi dengan konsep yang ada dalam pikiran, atau mengubah cara pandang yang ada dengan cara pandang baru.

c. Sifat baru atau orisinal. Individu yang kreatif mampu menciptakan produk baru yang belum pernah diciptakan sebelumnya dan dapat dinikmati orang banyak.

d. Produk yang berguna atau bernilai. Individu yang kreatif dapat menciptakan karya baru yang bermanfaat dan bernilai. Misalnya, karya baru digunakan lebih enak, mudah dipakai, memperlancar dan mempercepat pekerjaan, mendorong meningkatkan produktivitas kerja, meminimalkan hambatan, serta dapat menghasilkan sesuatu lebih banyak dan lebih baik.

2.10 Hubungan Intelegensi dan Kreativitas

Kreativitas berkembang karena di pengaruhi faktor dominan inteligensi. Orang yang kreatif, umumnya memiliki inteligensi tinggi, atau orang yang memiliki inteligensi tinggi umumnya memiliki kreativitas tinggi pula. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa antara kreativitas dan inteligensi memiliki hubungan yang sangata erat dan sangat berkaitan.

Sehubungan dengan hal itu, ada dua faktor yang memengaruhi inteligensi dan kreativitas, yaitu faktor yang datang dari dalam diri individu (faktor intrinsik) dan faktor yang datang dari luar individu (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik meliputi inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan. Sementara itu, faktor ekstrinsik meliputi adat istiadat, sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan.

2.11 Intelegensi dan Kreativitas dalam KeperawatanSaat ini, perkembangan ilmu teknologi dan informasi terlihat begitu pesat sehingga memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan individu. Masalah yang dihadapi individu semakin kompleks dan menuntut pemecahan masalah serta pengambilan keputusan yang tepat. Demikian pula, perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan pada umumnya dan keperawatan pada khusunya, juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan. Disamping itu, hubungan perawat dengan pasien, keluarga dan masyarakat; perawat dengan dokter, perawat dengan tenaga kesehatan lainnya tidak jarang menimbulkan permasalahan bagi seorang perawat.

Sehubungan dengan itu, seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipecahkan sehingga diperlukan pengambilan keputusan yang tepat guna memberikan pelayanan yang memberi kepuasan kepada pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Oleh sebab itu, dengan memahami teori inteligensi dan kreativitas, seorang perawat dapat melakukan introspeksi diri mengenai tingkat inteligensi dan kreativitas yang dimiliki dirinya. Perawat yang tingkat inteligensi dan kreativitasnya tinggi, akan dengan mudah memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, perawat yang taraf inteligensi dan kreativitasnya dibawah rata rata, akan mengalami hambatan dalam menghadapi masalah. Atas dasar itu, kerja sama tim dan sikap bahu membahu sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien karena dapat saling menutup kekurangan dan kelebihan masing masing sehingga pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Selain itu, perawat sering menghadapi hambatan dalam berkomunikasi, memberi nasehat, memberikan pendidikan kesehatan, dan memberikan perintah pada pasien. Pasien adalah manusia yang memiliki keunikan sehingga inteligensi dan kreativitas yang dimilikinya juga berbeda beda. Karena itu, hendaknya perawat memahami tingkat intelegensi dan kreativitas pasien yang di rawatnya agar asuhan keperawatan yang mereka berikan tepat sasaran, dan akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien.BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.3.2 Saran

1. Sebaiknya kita harus mengasah kemampuan intelegensi, bakat dan kreativitas kita agar menjadi lebih berkembang.2. Sebagai seorang perawat, sebaiknya kita harus menciptakan kreativitas untuk menghadapi berbagai jenis pasien.DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. (2010). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta16