MAKALAH ILMU NAHWU - Fa'Il Wa Na'Ibul Fa'Il

12
فاعلئب ال فاعل وناMAKALAH ILMU NAHWU Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Ilmu Nahwu III Disusun oleh : Husni M Fauzi Furqon Taufiq Dani Dede Lastri INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC) SINGAPARNA TASIKMALAYA 2011/2012

description

Makalah ilmu nahwu tenatang fail dan naibul failvisit:catatan-sizee.blogspot.com

Transcript of MAKALAH ILMU NAHWU - Fa'Il Wa Na'Ibul Fa'Il

  • MAKALAH ILMU NAHWU

    Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Ilmu Nahwu III

    Disusun oleh :

    Husni M Fauzi

    Furqon Taufiq

    Dani

    Dede Lastri

    INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)

    SINGAPARNA TASIKMALAYA

    2011/2012

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat-

    Nya, sehingga Penyusun bisa menyelesaikan tugas yang diamanatkan oleh Dosen mata kuliah

    Ilmu Nahwu. Insyaallah pada kesempatan ini, Penyusun akan membahas mengenai :

    .

    Sholawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan kita, pahlawan

    revolusioner islam, yakni Nabi Muhammad SAW.

    Dalam makalah ini Penyusun membahas mengenai fail dan naibul fail yang meliputi

    pengertian, pembagian, dan pembahasan mengenai fail dan naibul fail.

    Ucapan terimakasih Penyusun haturkan kepada semua pihak yang telah menyumbangkan

    buah fikirannya dalam proses penyelesaian tugas makalah ini, sehingga bisa selesai tepat pada

    waktunya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala

    kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat Penyusun harapkan, demi

    sempurnanya makalah ini.

    Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu

    pengetahuan bagi kita semua. Amin.

    Cipasung, 12 November 2012

    Penyusun

  • ii

    Bab Halaman

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

    I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

    A. Latar belakang ........................................................................................... 1

    B. Rumusan masalah ...................................................................................... 1

    C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 1

    II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

    A. Tarif ......................................................................................................... 2

    1. Tarif fail ..................................................................................... 2

    2. Tarif naibul fail ......................................................................... 2

    B. Taqsim ...................................................................................................... 3

    1. Taqsim fail .................................................................................. 3

    2. Taqsim naibul fail ....................................................................... 3

    C. Bahtsu ....................................................................................................... 3

    1. Fail ............................................................................................ 3

    2. Naibul fail.................................................................................. 5

    III PENUTUP ............................................................................................................ 8

    DAFTAR PUSTAKA

  • - 1 -

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Kalimat dalam bahasa arab tersusun dari jumlah ismiyah dan jumlah filiyah.

    Yang dimaksud jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimat isim.

    Atau dengan kata lain yang tersusun dari mubtada dan khobar. Adapun jumlah filiyah

    adalah jumlah yang diawali dengan kalimat fiil. Atau dengan kata lain yang tersusun

    dari fiil, fail, dan maful bih.

    Seperti halnya kalimat bahasa indonesia, kalimat bahasa arab pun terdiri dari

    tiga unsur penting, yaitu subjek, predikat dan objek. Dalam makalah ini, penyusun

    membahas lebih spesifik mengenai masalah fail ( subjek/pelaku) dalam sebuah

    susunan kalimat bahasa arab.

    Hal tersebut perlu dikaji karena dalam kenyataannya, yang berkedudukan sebagai

    subjek tidak selamanya ditampakkan dalam sebuah susunan kalimat bahasa arab.

    Adakalanya subjek tidak dimunculkan karena adanya tujuan-tujuan tertentu, yang

    selanjutnya terdapat penggantian subjek oleh objek dan sejenisnya, yang dikenal

    dengan istilah naibul fail.

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun juga dapat membantu pembaca

    untuk lebih memahami seputar materi fail dan naibul fail.

    B. Rumusan masalah

    Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini meliputi :

    Tarif fail dan naibul fail

    Taqsim fail dan naibul fail

    Bahtsu anil fail wa naibul fail

    C. Tujuan penulisan

    Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Nahwu III

    Memberikan pelatihan dan pendalaman materi fail dan naibul fail kepada

    penulis.

    Memberikan referensi kepada pembaca yang sedang mempelajari materi fail

    dan naibul fail.

  • - 2 -

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Tarif

    1. Tarif Fail

    Fail menurut bahasa berarti pelaku pekerjaan. Sedangkan menurut istilah ilmu

    nahwu :

    "Fa'il adalah isim yang rofa yang disebutkan terlebih dahulu fi'ilnya.

    "Fail adalah isim yang dirofakan yang terletak setelah fi'il malum dan

    menunjukan pada yang mengerjakan pekerjaan (pelaku fiil) atau yang disifati

    dengan pekerjaan.

    Contoh yang merupakan pelaku fiil :

    (seorang anak telah memetik bunga).

    (muhammad telah membaca pelajaran)

    Contoh fail yang tersifati oleh fiil :

    (langit telah terang)

    (para siswa telah berhasil dalam ujian)

    2. Tarif naibul fail

    naibul fail terdiri dari dua suku kata yaitu naib dan fail. Yang berarti pengganti

    fail atau pengganti pelaku pekerjaan. Sedang menurut istilah ilmu nahwu :

    isim yang dirofakan yang failnya tidak disebutkan.

  • - 3 -

    Isim marfu yang menempati tempat fa'il yang tidak disebutkan, serta

    didahului oleh fi'il mabni majhul.

    Naibul fail adalah isim yang dirafakan, berada setelah fiil majhul (pasif) dan

    menempati tempat fail setelah fail itu dibuang.

    Contoh :

    B. Taqsim

    1. Taqsim fail

    Fail ditinjau dari segi bentuknya ada dua bagian, ada yang disebut fail isim

    dhohir seperti contoh di atas, dan ada fail yang berupa isim dhomir, contoh :

    2. Taqsim naibul fail

    Seperti halnya fail, Naibul fail pun terbagi dua bagian, yaitu naibul fail isim

    dhohir dan naibul fail isim dhomir.

    C. Bahtsu

    1. Fail

    Berdasarkan tarif diatas dapat kita ketahui bahwa hukum fail adalah rofa,

    dan yang merofakannya adalah fiil. Adapun kalimat yang dapat di jadikan

    sebagai fail terdiri dari 3, yaitu :

    1) Isim murob, contoh :

    asalnya

    asalnya

    asalnya

  • - 4 -

    2) Isim mabni, contoh :

    3) Masdar muawwal, baik yang berasal dari dan fiil mudhori

    Contoh:

    atau yang berasal dari beserta isim dan khobarnya, contoh:

    Setiap kalimat isim yang berkedudukan sebagai fail pada jumlah fi'liyyah

    harus dirafa'kan, kecuali fail yang berupa isim mabni, hanya menempati mahal

    I'rab rafa'.

    Terdapat beberapa ketentuan fail dalam hubungannya dengan fiil, diantaranya:

    1. Fiil bentuknya harus mabni lil fail atau fiil mabni ma'lum.

    Contoh : ,

    2. Fiil bentuknya harus tetap mufrad yakni kosong dari tanda-tanda tasniyah

    dan jamak meskipun failnya berupa tasniyah atau jamak.

    Contoh :

    , ,

    , ,

    3. Yang disesuaikan anatara fail dan fiil adalah dalam hal kemudzakaran

    dan kemuannatsannya, artinya fiil harus dimasuki tanda muannats jika

    failnya muannats dan fiil harus mudzakar (kosong dari tanda muannatas)

    jika failnya mudzakar.

    Contoh : ,

    4. Tanda muannats di dalam fiil madhi adalah ta tanits sakinah, sedangkan

    dalam fiil mudhori adalah huruf ta yang ada di awal fiil mudhori.

    Contoh : ,

    5. Jamak taktsir yang ghair aqil (tidak berakal) jika menjadi fail maka suka

    dianggap mufrod muannats.

    Contoh ,

  • - 5 -

    6. Antara fiil dan fail tidak disyaratkan selamanya harus bersatu akan tetapi

    terkadang terpisah. Contoh :

    2. Naibul fail

    Naibul Fail sebuah kalimat yang ada setelah fiil yang di bina mafulkan (

    majhul), yang pada awalnya adalah maful bih atau lainnya (masdar, dlaraf dan

    jar majrur). setelah ada pembuangan fail (karena ada tujuan-tujuan tertentu), ia

    menempati kedudukan fail, dan hukum fail (rafa) diberikan kepadanya.

    Dengan demikian maka Naibul Fail itu suka disebut pula dengan sebutan:

    .

    Adapun kalimat yang bisa dijadikan naibul fail itu dibagi ke dalam 4

    bagian :

    1) Naibul Fail Isim Murab, artinya Naibul Fail yang terbuat dari isim

    murab. Contoh: (Zaed dipukul).

    2) Naibul Fail Isim Mabni, artinya Naibul Fail yang terbuat dari Isim

    Mabni. Contoh : (Orang yang berdosa ini akan dihukum).

    3) Naibul Fail Masdar Muawwal dari lafazh dan isimnya serta

    khabarnya. Contoh: (Diketahui bahwa sesungguhnya kamu

    itu orang yang sungguh-sungguh) Asalnya .

    4) Naibul Fail yang terbuat dari

    a) Zharaf musthasharif, seperti:

    b) Masdar shorih, seperti:

    c) Jar Majrur, seperti :

    Dalam bait alfiyyah dikatakan :

  • - 6 -

    Catatan : kalau suatu kalimat terdiri dari fiil, fail, maful bih dan yang

    sejenisnya, maka yang berhak menjadi naibul fail adalah maful bih. Jadi

    selama ada maful bih jangan membuat naibul fail dengan yang lainnya

    (dhorof, masdar, atau jar majrur).

    Sebagaimana fail, hukum naibul fail pun adalah rofa. Jadi Jika fail tidak

    disebutkan dan ditempati oleh Maful Bih sebagai Naibul Fail, maka Maful Bih yang

    menjadi pengganti Fail sama hukumnya dengan Fail, yakni:

    1) Wajib rofa

    2) Tidak boleh berada sebelum amil dengan kata lain wajib berada setelah

    amil atau fiil.

    seperti yang dinyatakan dalam koidah :

    Maful bih dapat menggantikan fail dalam segala ketentuannya, seperti lafazh

    .

    atau

    Tempatkan maful bih pada tempat fail yang terbuang dengan segala hukum yang

    dimilikinya (Irab rafa).

    Ketentuan susunan naibul fail sama halnya dengan ketentuan fail karena

    sama-sama ada dalam konteks jumlah Fi'liyyah. Yang membedakan antara

    keduanya hanya dalam bentuk fiilnya. Jika Maful yang tidak disebutkan

    failnya hukumnya berubah menjadi seperti fail, maka fiilnya pun harus

    dirubah dari fiil mabni fail (malum) menjadi fiil yang mabni maful (majhul).

    Fiil yang ditempatkan sebelum Naibul Fail ada dua macam, yaitu :

    1) Fiil madi mabni maful.

    2) Fiil mudhori mabni maful.

    Jadi cara pembentukan naibul fail itu susunan secara umumnya adalah sbb:

  • - 7 -

    Buat susunan jumlah filiyah (fiil, fail, dan maful bih).

    buang fa'ilnya, lalu maf'ul menempati tempat fa'il yang dibuang tadi,

    sambil dirofakan.

    kemudian fi'ilnya harus dimabni maf'ulkan.

    Adapun mengenai cara memabni mafulkan fiil mabni fail, sudah dibahas oleh

    saudara kami sebelumnya.

  • - 8 -

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari meteri fail dan naibul fail yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpul kan

    bahwa :

    Fail merupakan subjek atau pelaku dari fiil (pekerjaan). Sedangkan naibul

    fail merupakan pengganti fail yang dibuang.

    Ditinjau dari segi hukum, baik fail maupun naibul fail adalah sama-sama

    menyandang hukum rofa. Karena keduanya merupakan bagian dari marfuatil

    asma. Lebih spesifiknya, bahwa hukum fail (rofa) diambil alih oleh naibul

    fail yang menggantikan posisinya.

    Ketentuan susunan naibul fail sama halnya dengan ketentuan fail karena

    sama-sama ada dalam konteks jumlah filiyah. Perbedaan antara keduanya

    adalah terletak pada fiilnya. Fail berada setelah fiil mabni fail (malum),

    sedangkan naibul fail berada setelah fiil mabni maful (majhul).

    Fail terbagi menjadi : fail isim dhohir dan fail isim dhomir. Begitu juga

    naibul fail.

    Selain dari maful bih, naibul fail juga bisa terbentuk dari : dhorof, masdar,

    dan jar majrur. Namun jika dalam suatu kalimat masih terdapat maful bih,

    maka yang lebih utama membuat naibul fail dari maful bih tersebut

    sekalipun terdapat yang tiga tadi.

    B. Saran

    Inilah yang dapat kami sampaikan tentang materi fail dan naibul fail, kami

    mengharapkan semuanya dapat dipahami dengan baik. Dan tetntunya kami memohon

    kepada allah S.W.T. agar dimudahkan untuk mempelajari ilmu nahwu, sehingga kita

    semua lebih mudah mempelajari ilmu agama.

    Saran kami, jangan patah semangat dalam tholab al-ilmi, termasuk dalam mengkaji

    ilmu nahwu. Sebab dalam setiap kesukaran pasti terdapat jalan utuk mengatasinya.

    Selalu optimis dan semangat!.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Referensi makalah ini kami ambil dari :

    o Kitab ajjurumiyah

    o Diktat ajjurumiyah sukamanah

    o Diktat ajjurumiyah sukahideung

    o Syamsiyyah

    o Alfiyyah ibnu malik

    o Qowaid