Makalah Ilmiah Seminar Arsitektur -

10
OPTIMALISASI MATERIAL BAMBU DAN KAYU PA DA PERANCANGAN PUSAT INFORMASI MANGROVE WONOREJO Subagus Gondo Ca!ono" I#$ Nu#a%&ad Su'ud()'ono A S" T)*o +a#),#ad)an*o" ST$"MT Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Email : subagusg!"y a#oo.!om Abs*#a- $er kembangan %er kembangan kota &urabay a mas a ini yang semakin mem%er sem%it ruang terbuka #ijau kota menimbulkan 'am%ak negati( bagi kebera'aannya. )aera# bagian timur &urabay a ya ng akan 'i kembang kan sebagai M* + Mang rove *n(ormat ii on +entre- ol e# BA$$E/ &urabaya 'i #ara %kan me meber i an'il bes ar bagi %er ma sala#an kot a. $ola  %engembangan kawasan yang beru%aya menumbu#kan kesa'aran masyarakat yang akan 'i%erkuat ole# konse% e'utourism, karena meru%akan turunan atau sub ti%e objek wisata alam ekowi sata- maka 'asar %engembangannya ti'ak jau# 'engan kai'a# 0kai'a# ekowi sata. Hal ini 'imaksu'kan agar ti'ak jau# berbe'a ter ja'i %enyim%angan 'ari konse% 'asar yang 'igunakan, 'an menamba#kan konse% segi e'ukati( k#ususnya %en'i'ikan lingkungan. As%ek konservasi 'imungkinkan keterkaitan arsitektur 'engan lingkungan sangat besar 'an %erlu 'igunakan 'asar  1 'asar arsitektur ekologi. $a'a %eran!angan 'esain, material bambu 'an kayu 'igunakan sebagai  %enunjang kawasan berbasis ekologi lingkungan. $enggunaan material bambu 'an kayu yang kebera'aanya mam%u 'i bu'i'ayakan serta rama # 'engan li ngk ungan 'i #ar a%kan akan meng#a'irkan waja# baru arsitektur 'i &urabaya yang 'i'ominasi ole# material buatan. )engan  berbagai usa#a tersebut 'i#ara%kan mam%u meng#a'irkan (asilitas in(ormasi e'ukasi yang mam%u terintregrasi 'engan lingkungannya, serta 'a%at menunjang %elestarian lingkungan yang a'a. ata un!i : konservasi mangrove, arsitektur ekologi, material PENDA+ULUAN *n'onesia meru%akan negara ke%ulauan 'engan juml a# %ulau seki tar  23.456 %ula u 'an %an jang %an ta i kurang le bi # 62.555 km, memi li ki sumber 'ay a  %esisir yang sangat besar, baik #ayati ma u%un non#ayat i. &ebaga i sa la # sa tu ekosistem %esisir, #ut an mangrove meru %akan ekosistem yang unik 'an rawan. Ekosi stem ini mem%u nyai (ungs i ekolog is 'a n ek onomis. Fu ngsi ekol og is #u ta n ma ngrove anta ra la in : %e li n'ung garis  %antai, men!ega# intrusi air laut, #abitat te m%a t ti ngga l-, tem%at men !ar i ma kan  feeding ground -, tem%at asu#an 'an  %embesaran nurser y gr ound -, tem%at  %emija#an  spawning ground - bagi aneka  biota %erairan, serta sebagai %engatur iklim mikro. &e'angkan (ungsi ekonominya antara lai n : %eng#as il ke%erl uan ruma# tan gga,  %eng#asil ke%erluan in'ustri, 'an %eng#asil  bibit. awasan $ant ai Ti mur &ur aba ya meru%a ka n sala# satu kawasan yang men'a%at %er #at ian k#usus ber #ubunga n 'engan berkurangnya luasan ruang terbuka #ijau 'i &urabaya. awasa n ini memili ki  %eran %enting sebagai imbas 'ari  %erkembangan ota &urabaya ke ara# timur, )e ngan tu juan untuk me ngur angi atau menyebarkan konsentrasi kegiatan 'ari %usat ota &ur aba ya. $engembangan awasan &urabaya Timu r ber%enga ru# te r#a'a% kawasan kons ervasi ala m, ya itu kawasa n ya ng 'i ar a#ka n se baga i %e rl in 'ungan  %erlin'ungan %antai 'ari kerusakan 'an

Transcript of Makalah Ilmiah Seminar Arsitektur -

OPTIMALISASI MATERIAL BAMBU DAN KAYU PADA PERANCANGAN PUSAT INFORMASI MANGROVE WONOREJOSubagus Gondho Cahyono, Ir. Nurachmad Sujudwijono A S, Tito Haripradianto, ST.,MTJurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, IndonesiaEmail : [email protected] perkembangan kota Surabaya masa ini yang semakin mempersempit ruang terbuka hijau kota menimbulkan dampak negatif bagi keberadaannya. Daerah bagian timur Surabaya yang akan dikembangkan sebagai MIC (Mangrove Informatiion Centre) oleh BAPPEKO Surabaya diharapkan memeberi andil besar bagi permasalahan kota. Pola pengembangan kawasan yang berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat yang akan diperkuat oleh konsep edutourism, karena merupakan turunan atau sub tipe objek wisata alam (ekowisata) maka dasar pengembangannya tidak jauh dengan kaidah-kaidah ekowisata. Hal ini dimaksudkan agar tidak jauh berbeda terjadi penyimpangan dari konsep dasar yang digunakan, dan menambahkan konsep segi edukatif khususnya pendidikan lingkungan. Aspek konservasi dimungkinkan keterkaitan arsitektur dengan lingkungan sangat besar dan perlu digunakan dasar dasar arsitektur ekologi. Pada perancangan desain, material bambu dan kayu digunakan sebagai penunjang kawasan berbasis ekologi lingkungan. Penggunaan material bambu dan kayu yang keberadaanya mampu dibudidayakan serta ramah dengan lingkungan diharapkan akan menghadirkan wajah baru arsitektur di Surabaya yang didominasi oleh material buatan. Dengan berbagai usaha tersebut diharapkan mampu menghadirkan fasilitas informasi edukasi yang mampu terintregrasi dengan lingkungannya, serta dapat menunjang pelestarian lingkungan yang ada.Kata Kunci : konservasi mangrove, arsitektur ekologi, materialPENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.Kawasan Pantai Timur Surabaya merupakan salah satu kawasan yang mendapat perhatian khusus berhubungan dengan berkurangnya luasan ruang terbuka hijau di Surabaya. Kawasan ini memiliki peran penting sebagai imbas dari perkembangan Kota Surabaya ke arah timur, Dengan tujuan untuk mengurangi atau menyebarkan konsentrasi kegiatan dari pusat Kota Surabaya. Pengembangan Kawasan Surabaya Timur berpengaruh terhadap kawasan konservasi alam, yaitu kawasan yang diarahkan sebagai perlindungan perlindungan pantai dari kerusakan dan kawasan ruang terbuka hijau dengan cara melestarikan hutan mangrove yang ada.

Mangrove Pantai Timur Surabaya diambang kepunahan akibat kegiatan pengubahan alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan pemukiman. Kerusakan mangrove di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) selain dipicu oleh reklamasi dan pencemaran. Padahal Pamurbaya menyimpan Keanekaragaman hayati dan potensi dikembangkannya sebagai kawasan ekowisata.

Pemkot Surabaya akan membangun Mangrove Centre kelas dunia di kawasan Wonorejo, Gununganyar Tambak, dan Sukolilo. Program ini akan menyamai mangrove Centre milik Jepang, Belanda, Nigeria, dan sejumlah negara di Asia serta yang dimiliki Bali. Mangrove Centre dibangun di atas lahan sekitar 5.933 ha. Selanjutnya, lokasi itu akan dibangun tempat konservasi, pusat pelatihan dan pengembangan (puslitbang), laboratorium penelitian mangrove dan daerah eko wisata yang sudah mulai dikembangakan.

Rencananya pusat mangrove itu akan disamakan dengan yang kini sedang dimiliki Jepang dan Belanda dan Nigeria. Di sana hutan mangrovenya cukup bagus dan dihuni berbagai jenis satwa burung yang sekaligus untuk lokasi wisata. Program tersebut, tambahnya, untuk pengembangan hutan pantai yang selama ini banyak ditebangi warga kota yang kayunya dibuat kayu bakar dan arang. Berdasarkan data dinas PKPPK kerusakan hutan akibat penebangan paa 2004 mencapai 40%. Namun, kerusakan itu sudah banyak dihijaukan kembali melalui penanaman pohon dari intenasi pemerintah dan swasta yang bekerja sama.

Arahan penggunaan material alami (bambu dan kayu) pada rencana pembangunan Mangrove Information Centre di Wonorejo Surabaya diharapkan akan menunjang semangat konservasi yang ada. Penggunaan bahan ramah lingkungan akan membuat kawasan ini terintregrasi dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

ARSITEKTUR EKOLOGISArsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain). Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.

A. Prinsip-prinsip ekologi sering berpengaruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain:

a. Flutuation

Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.

b. Stratification

Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.

c. Interdependence(saling ketergantungan)

Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.

Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :

Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.

Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.

Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan

Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.

B.Dasar Dasar Ekologi Arsitektur

Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain.

1. Holistik

Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yanglebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.

2.Memanfaatkan pengalaman manusia. Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkunganalam terhadap manusia.

3.Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.

4.Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.Teori Arsitektur Ekologisa. Ken Yeang Di dalam bukunya yangberjudul A Manual for Ecological Design, Ken Yeang menjabarkan beberapa prinsip ekologis yang antara lain seperti penerapan pola 3R, yakni Reduce (mengurangi pemborosan energi), Reuse (menggunakan kembali material sisa), dan Recycle (konsep daur ulang energi) mulai dari tahapan proses membangun sampai dengan perawatan pada bangunan yang didesain. Secara makro, Ken Yeang juga menjelaskan pentingnya menyediakan koridor koridor ekologis seperti ruang terbuka hijau, baik itu secara horizontal maupn secara vertikal.

b. Heinz Frick Heinz Frick memeiliki beberapa prinsip bangunan ekologis yang antara lain seperti :

1) Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat.

2) Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat penggunaan energi.

3) Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air).

4) Memelihara dan memperbaiki peredaraan alam.

5) Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah dan sampah).

6) Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari-hari. Memanfaatkan sumber daya alam terbsekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air).aharui yang terdapat di

c. Georg Lippsmeier Menurut Lippsmiere di dalam bukunya Tropenbau Building in the Tropics iklim tropis dijelaskan bahwa Indonesia mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (terkadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 23C dan dapat naik sampai 38C pada musim panas. Maka beberapa prinsip ekologis seperti sistem pencahayaan alami, pengudaraan alami, serta proteksi terhadap iklim harus diterapkan di dalam desain bangunan.

Georg Lippsmeier memiliki beberapa metoda penelitian, yang salah satunya adalah perhitungan arah datang matahari dan sudut jatuhnya bayangan. Hal ini penting diteliti, sebagai analisa dalam menentukan jenis bukaan, shadding dan orientasi dari bangunan yang akan di desain pada suatu kawasan.

MATERIAL

Bambu

Sifat-Sifat Bambu secara umum :

Pada tahun 1778 Carl von Linne memperkenalkan deskripsi dari bambu ke dalam ilmu pengetahuan, dan bambu itu sendiri berdasarkan bahasa Indian Mambu atau Bambu. Bambu merupakan keluarga dari rumput-rumputan. Terdapat 500 spesies dari bambu dan memiliki ratusan lagi subspesies. Bambu memiliki banyak kesamaan dengan sel struktur pada kayu ketika dalam proses pelaksanaan pembuatan kertas. Bambu juga memiliki perbedaan mencolok didalamnya dengan kayu, bambu keras diluar dan lunak di dalam.

Bambu memiliki banyak kelebihan karena harganya yang murah, mudah didapatkan dan memiliki fungsi yang sangat banyak untuk lingkungan dan ekologi, tetapi dibalik semua itu bambu juga memiliki beberapa kelemahan antara lain mudah rusak dan terserang jamur atau hama lainnya, selain itu juga bambu diragukan sebagai struktur alternatif pengganti kayu atau baja. Tetapi dengan pemanfaatan teknologi bambu dan proses pengawetan yang tepat, bambu dapat menjadi sebuah potensi yang nyata bagi dunia konstruksi.

Pengawetan Bambu

Untuk mencegah bambu mengalami kerusakan dan kerapuhan dalam waktu cepat digunakan beberapa metode pengawetan bambu, yaitu metode kimia dan non-kimiaMetode non-kimia sudah banyak diterapkan di daerah pedesaan dan metode iitidak membutuhkan biaya yang besar. Metode kimia biasanya menggunakan bahan pengawet dan metode ini cukup mahal tetapi relatif memberikan perlindungan yang lebih baik. Bambu dapat dikatakan ekonomis bila dalam proses pengawetan dapat dipakai dalam 10-15 thn, untuk bambu dengan perlindungan tertentu 15-25 thn. Beberapa metode bambu yang diterapkan antara lain :

1. Curing, metode ini menggunakan cabang dan daun bambu untuk proses asimilasi sehingga kandungan pati dalam bambu berkurang, sehingga tahan terhadap serangan bambu bubuk, tetapi tidak tahan terhadap jamur dan rayap

2. Pengasapan, metode ini menggunakan rumah perapian dengan pengaruh asap sampai pengaruh asap menghitamkan bambu dengan suhu 120C - 150C dan

menyebakkan senyawa pati dalam parenkim terurai.

3. Pelaburan, metode ini menggunakan kapur tohor untuk memperlambat penyerapan sehingga bambu tahan jamur.

4. Perendaman dalam air, metode tradisional ini menggunakan bambu yang direndam untuk mengurangi pati bambu, agar tahan terhadap kumbang bubuk.

5. Perebusan, pemanasan dengan menggunakan air dengan suhu 100C, sehingga menyebabkan pati mengalami gelatinasi sempurna, tetapi metode ini tidak popular karena kurang efektif.

6. Metode Butt Treatment, metode ini menggunakan tangki yang berisi larutan

Metode Pengawetan bambu (Pengasapan dan Bahan kimia)

Sumber: www.moriscobamboo.com

pengawet dan memasukkan bagian bawah batang bambu yang sudah dipotong, cabang dan batang tetap disisakan. Larutan pengawet akan masuk ke pembuluh batang karena proses transpirasi daun masih berlangsung, tetapi prosesnya cukup lama.

7. Metode Tangki Terbuka, metode ini menggunakan larutan pengawet yang dicampur

air dan bambu dengan ukuran tertentu direndam. Bambu sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu.

8. Metode Boucherie, metode ini menggunakan mesin boucherie dan memasukkan beberapa bambu yang dipotong dengan ukuran tertentu. Mesin tersebut akan mengeluarkan cairan pengawet dengan tekanan 0,8 1,5 kg/m2.

9. Metode Kimia Sederhana, metode ini menggunakan tabung yang berisi minyak solar. Bambu yang segar, didirikan terbalik dan dimasukkan tabung yang berisi minyak solar. Karena gaya gravitasi, minyak solar ini akan mendesak keluar cairan yang ada di dalam bambu. Proses ini memakan waktu seminggu.

B. Kayu

Sifat-Sifat kayu secara umum :Kayu merupakan material alam yang dapat diperbaharui , material ini dapat dibudidaya kan kemBali. Sifat-sifat kayu dan bahan perkayuan sebagai bahanbangunan dapat disusun sebagai berikut:

1. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis apabila dikelola dengan baik, Pohon yang di ambil kayunya segera ditanam kemBali (renewable resources)

2. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses sebagai bahan lain.

3. Kayu memiliki sifat spesifik yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain yang dibuat manusia. Misalnya sifat elastic, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih banyak lainnya.

4. Terdiri dari banyak lapisan. Kulit luar, kulit dalam , cambium, kayu gupal, kayu keras , renggat (lingkaran tahun), jari-jari kayu.

Dari sifat-sifat dasar material kayu dapat di uraikan kelebihan dan kekurangan material kayu sebagai berikut:

Kelebihan:

Bahan Alami yang dapat diperbaharui

Kuat tarik yang tinggi

Dapat dibuat dengan berbagai macam desain dan warna.

Memberi efek hangat.

Bahan penyekat yang baik pada perubahan suhu di luar rumah.

Dapat meredam suara.

Kekurangan :

Mudah menyerap air.

Mudah mengalami kembang-susut

Kurang tahan terhadap pengaruh cuaca.

Rentan terhadap rayap.METODEMetode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah pengumpulan data, Pengumpulan data berupa data kawasan konservasi ekosistem mangrove. Proses selanjutnya menganalisis data untuk mengetahui permasalahan- permasalahan yang ada pada tapak serta serta menganalisa objek komparasi yang dimanfaatkan untuk proses analisa. Setelah proses analisa selesai selanjutnya menggunakan metode sintesa merupakan kesimpulan dari proses analisa yang memberikan solusi solusi terhadap permasalahan yang sudah dianalisa pada tahap sebelumnya dan konsep ini nantinya akan dipakai sebagai acuan dalam proses perancangan bangunan Pusat Informasi Mangrove.PEMBAHASAN

Ekosistem Mangrove WonorejoKondisi daerah bagian timur Surabaya yaitu daerah Wonorejo keadaannya kurang mendukung program Pemda yaitu menghijaukan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi lingkungan. Kawasan ini perlu adanya fasilitas penunjang yang dapat memfasilitasi kegiatan di kawasan tesebut. Sebenarnya kawasan ini memiliki beberapa fasilitas, namun masih belum maksimal.

Konsep pendekatan masa dan sistem bangunanSeperti kondisi jalan yang ada masih kurang bisa menjangkau secara maksimal tempat-tempat pengembangan manggrove, zona-zona penanaman mangrove yang masih dalam proses pertumbuhan. Selain itu juga ada masih terdapat potensi-potensi penduduk daerah setempat yang berhubungan dengan pengolahan hasil mangrove dan program-program yang dilakukan penduduk Wonorejo itu sendiri. Misalnya, budidaya ikan dan kepiting yang nantinya bisa di jadikan sektor pendukung di kawasan koservasi mangrove Wonorejo. Di sisi lain, masalah terbesar tentu saja adalah keadaan lingkungan Surabaya yang semakin tergerus oleh pemekaran wilayah beserta dampak lingkunngan.

Aspek perancangan yang dicappai melalui elemen yang terintregrasi dengan desain

Dari masalah masalah diatas, semangat mengkonservasi menjadi ide dasar yang akan dikembangkan. Dimana fasilitas utama yang akan didesain adalah Pusat Informasi Mangrove yang terintregrasi dengan lingkungan mangrove. Alternatif Konsep Material

Dari kondisi ekosistem mangrove sebagai area konservasi perlu adanya perlakuan khusus terhadap proses pembangunan maupun pemeliharaan bangunan. Oleh sebab itu perlu adanya efisiensi energi maupun efisiensi bahan material pada proses konstruksinya.

Alternatif yang mampu menunjang visi konservasi adalah penggunaan material alami, diamana proses pengolahan dan proses perawatannya tidak membutuhkan banyak enargi. Bambu dan Kau menjadi alternatif material yang mampu terintreggrasi dengan kawasan konservasi selain itu juga pertimbangan material yang mampu di budidayakan kembali. Bambu merupakan salah satu material unik yang banyak dikembangkan di dunia arsitektur. Material ini dikenal murah namun mempunyai banyak keunggulan, termasuk jika digunakan untuk konstruksi bangunan. Salah satu karya arsitektur yang banyak menggunakan bambu adalah sekolah alam Green School di Badung, BaliStudi Objek Komparasi

Mangrove Information Centre Sanur Bali

TAHURA Ngurah Rai Denpasar pada awalnya adalah merupakan Kelompok Hutan Prapat Benoa RTK 10. Kawasan hutan mi merupakan hutan Mangrove yang luasnya 1.37 Ha.Dalam perkembangannya kelompok hutan mi berubah statusnya menjadi "Taman Wisata Alam Prapat Benoa - Suwung" (TWA-BPS). Perubahan status tersebut berdasarkan pada Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomer 885/Kpts-Ih/1 992 tanggal 8 September 1992.

Berdasarkan letak geografisnya Tahura Ngurah Rai Denpasar berada pada segitiga emas pusat pariwisata di Provinsi Bali. Di sebelah timurpantai Sanur, sebelah barat pantai Kuta dan di sebelah selatan kawasan wisataNusaDua.Akses menuju Tahura Ngurah Rai sangat mudah karena hanya 6 km dan kota Denpasar; dan 4 km dan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.Fasilitas Anekajenis tumbuhan mangrove . Jalan Tracking.

Menara (Tower). Pondok Peristirahatan .

Aneka jenis burung (Bird Watching) Tempat Ibadah Umat Hindu: Pura Candi Narmada / Tanah Kilap

Tempat Ibadah

Estuary Dam

Dam penampungan air sungai, sebagai arena pemancingan ikan Mangrove Information Centre (MIC)

Di Pusat Informasi Mangrove mi pengunjung dapat memperoleh informasi secara detail tentang mangrove.

Dari kondisi dan fasilitas maka studi komparasi fungsi/fasilitas dapat digunakan sebagai komparasi dasar serta jenis dan teknologi pengolahan material dapat dijadikan sebagai program perancangan.Green School Bali

Mepantingan dome

Sumber www.greenschool.org.

Kompleks sekolah internasional Green School yang berlokasi di Sibang Kaja, kawasan Badung, Bali berbeda dengan sekolah pada umumnya. Konsep yang berkelanjutan dan ramah lingkungan ini digagas oleh John Hardy, seorang warga negara Kanada yang telah tinggal di Bali selama lebih dari 30 tahun dalam membangun green school.

Hearth of school

Sumber : www.greenschool.org

Learning For A Sustainable Future merupakan Jargon yang menjadi salah satu satu nilai utama yang mengusung keberhasilan karya arsitektur Green School ini. Sebuah karya bangunan yang mengangkat sekolah ini menjadi inovator dalam memperkenalkan sustainability within education

Connected With Nature adalah konsep utama dalam perancangan arsitektur dari Green School Bali ini. Konsep utama yang ingin lebih dekat ke alam ini juga menjadi tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School Bali ini adalah :

Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.

Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran.

Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan.

Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya.

Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.

Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar.

Kesimpulan yang dapat di ambil dari bangunan green school di Bali adalah :

1. Secara umum, selain sebagai inovasi dalam arsitektur ekologi, Green School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.

2. Bambu dapat di olah dengan beragam bentuk yang fleksibel. Bentuk-bentukan lengkung dengan bentang lebar.

3. Hampir semua elemen bangunan menggunakan bahan alami. kolom dan balok dari bambu, atap rumbia dan lain-lain.

4. Bangunan ini memaksimalkna potensi lahan dan lingkungan sekitar. Green school juga berusaha menyuplai sendiri kebutuhan energi bangunannya. Yaitu memanfaatkan solar cell dan biogas untuk listrik dan energi lainnya. Serta menghilangkan penggunaan AC.KESIMPULAN

Dari penjabaran teori-teori Arsitektur ekologi, Material bambu dan kayu di atas dapat diketahui beberapa prinsip-prinsip penerapan konsep ramah lingkungan terhadap desain bangunan, penulis memberikan beberapa kesimpulan mendasar tentang Arsitektur Ekologi dan penggunaan material dalam penerapannya di pada sebuah desain, diantaranya:

a) Dari beberapa teori arsitektur ekologi yang ada, penulis mengambil teori yang dijabarkan oleh Ken Yang, Heinz Frick serta Georg Lippsmeier dalam upaya pengoptimalan fungsi arsitektur dalam peran sertanya pada ekologi lingkungan.b) Ekosistem mangrove dengan kondisi yang khas membutuhkan sebuah penanganan khusu dalam proses penolahan area tersebut, ttentunya jika merupakan area konservasi sebisa mungkin mengurangi dampak lingkungan akibat proses pembangaunannya.c) Arsitektur Ekologi bukan semata diterapkan pada sistem bbaangunan dan lingkungannya tetapi juga perlu memperhatikan dampak dari pembangunan fungsi arsitektur serta keberlangsungan dengan lingkungan sekitarnya.d) Perlu adanya peran dari semua pihak untuk melakukan semangat pelestarian lingkungan, tidak hanya itu berbagai elemen perlu diberdayakan baik sektor penggerak yaitu pendududk dan pemerintah dan objek berupa kawasan alam wonorejo. Konservasi lingkungan wonorejo dapat dioptimalkan dengan penggunaan material sebagai penunjang visi pengembangan kawasan. Hal tersebut dimaksimalkan dengan adanya pmanfaatan energi dan elemen-elemaen alam seperti angin, sinar matahari serta penerapan dasar-dasar arsitektur ekologis.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Surabaya. 2012.Surabaya dalam Angka. Surabaya : Badan Pusat Statistik.Siregar, Hari Frick, Heinz., dan Tri Hesti M., 2006, Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, YogyakartaFrick, Heinz., dan Pujo. L. S., 2007, Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_ekologihttp://sigitwijionoarchitects.blogspot.com/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-architecture.html