MAKALAH IKGM II.doc

16
MAKALAH ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT II PERILAKU DAN ETIKA KEDOKTERAN GIGI Dosen Pembimbing : drg. Ezwandra, M. Sc DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 YERI AMRILIYA (12-044) ELSA ADIA WATMI (12-046) IRA TRY FORTUNA (12-048) RIZKA ALWAFI (12-050) DARMA NENGSIH (12-052) DEWI PUTRI NOFIRA (12-054) RATIA SENGGENI (12-056) OVINA THIASEL (12-058) NISAUMMAHMUDAH (12-060)

Transcript of MAKALAH IKGM II.doc

MAKALAH

ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT II

PERILAKU DAN ETIKA KEDOKTERAN GIGI

Dosen Pembimbing : drg. Ezwandra, M. Sc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

YERI AMRILIYA(12-044)

ELSA ADIA WATMI(12-046)

IRA TRY FORTUNA(12-048)

RIZKA ALWAFI

(12-050)

DARMA NENGSIH(12-052)

DEWI PUTRI NOFIRA(12-054)

RATIA SENGGENI(12-056)

OVINA THIASEL(12-058)

NISAUMMAHMUDAH(12-060)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS BAITURRAHMAHPADANG

2014DAFTAR ISIDAFTAR ISI iDAFTAR GAMBAR iiBAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG11.2 TUJUAN2

BAB IITINJAUAN MASALAH2.1 MASALAH32.2 IDENTIFIKASI MASALAH3BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 SKEMA53.2 LEARNING OBJECTIVE5BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN9

SARAN9DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak.Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak.Sedangkan menurut Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi1.

Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan kedokteran adalah untuk menjadikan dokter lebih manusiawi dan memiliki kematangan intelektual dan emosional.Para pendidik di bidang kesehatan masa lalu melihat adanya peluang yang diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat rambu-rambu yang akan mengingatkan para peserta didik yang dilepas di tengah-tengah masyarakat selalu mengingat pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat yang tidak layak1.

Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien,keluarga,masyarakat,teman sejawat dan mitra kerja.Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi profesi bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersangkutan .Tiap-tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki Kode Etiknya,namun Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etik Kedokteran Indonesia,(KODEKI)1.

Dalam LSDI dan KODEKI telah tercantum secara garis besar perilaku atau tindakan yang layak dan tidak layak dilakukan seorang dokter dalam menjalankan profesinya.Namun ada saja oknum dokter yang tega melakukan pelanggaran etik. Hal ini disebabkan antara lain oleh tidak jelasnya batas-batas antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang layak dan tidak layak dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien, teman sejawat, atau masyarakat umumnya1.

Dari skenario diketahui bahwa, Dokter gigi X seorang pekerja keras. Pagi dan siang bekerja di rumah sakit dan lembaga pendidikan, sedangkan pada sore dan malam hari melakukan praktek pribadi. Dokter Gigi X bekerja keras semata-mata untuk berdedikasi pada profesinya. Tanpa dirasa, praktek yang sukses dan ramai telah mendorong dokter gigi X untuk tetap bekerja keras pagi sampai malam. Keadaan ini sering menyebabkan dokter gigi X kurang memperhatikan keadaan kesehatan dirinya. Karena dokter gigi X terlalu sibuk dengan pekerjaannya, maka bila ia sakit, ia tidak memeriksakan diri ke dokter, karena menganggap sakitnya akan sembuh sendiri tanpa harus memeriksakan diri ke dokter. Dan menurutnya dengan memeriksakan diri kedokter akan menghambat rutinitasnya sehari-hari sebagai dokter gigi.

1.2 TUJUAN Mampu mengetahui dan memahami etika dalam kedokteran dan kedokteran gigi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Mampu mengetahui dan memahami tentang kewajiban seorang dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan terhadap diri sendiriBAB II

TINJAUAN MASALAH

2.1 MASALAH

1. Apakah pelanggaran etika yang dilakukan oleh dokter gigi dalam kasus di atas?

2. Apakah kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh dokter gigi tersebut?

2.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah pelanggaran etika yang dilakukan oleh dokter gigi dalam kasus di atas?

Pelanggaran etika yang dilakukan oleh dokter gigi dalam kasus di atas adalah dokter gigi X tidak menjaga kesehatannya karena terlalu bekerja keras semata-mata untuk berdedikasi pada profesinya.. Padahal dalam KODEKI tahun 2004 tentang kewajiban dokter terhadap diri sendiri dalam pasal 16 menjelaskan seorang dokter mempunyai kewajiban memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik. Dan dalam KODEKGI tahun 2008-2011 tentang kewajiban dokter gigi terhadap diri sendiri dalam pasal 23 menjelaskan seorang dokter gigi harus menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja optimal.Sama dengan Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK), dalam menilai kasus pelanggaran etika kedokteran, kita bisa berpedoman pada pancasila; prinsip dasar moral; KODEKI; hak dan kewajiban dokter; hak dan kewajiban pasien; dan hukum dasar terkait1. Pada kasus di atas, kita lebih berpedoman pada KODEKI, kewajiban dokter, dan hak seorang pasien yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku1.2. Apakah kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh dokter gigi tersebut?Dalam kasus di atas, kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh dokter gigi tersebut terdapat dalam KODEKI tahun 2004, KODEKGI tahun 2008-2011, dan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

KODEKI tahun 2004 dan KODEKGI tahun 2008-2011

KODEKI tahun 2004

Pasal16 :

Seorangdokterharusmemelihara kesehatnnya, supaya dapat bekerja dengan baik.

KODEKGI tahun 2008-2011

Pasal 23 :

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja secara optimal.

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang KesehatanPasal 11 :

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya5.

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 SKEMA

3.2 LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :1. Etika Kedokteran 2. Kewajiban Dokter/Dokter Gigi dan Tenaga Kesehatan terhadap Diri Sendiri2.1.1 Etika Kedokteran

Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak.Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah1:

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral

2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

Menurut Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi1.

Dalam pekerjaan profesi sangat diandalkan etik profesi dalam memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan seperangkat perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan orang lain. Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai profesi yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam hidup seorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan1.

Menurut pasal 1 butir 11 undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan yang dilaksanakan bedasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Hakikat profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa (calling), untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental. Dengan demikian dokter tidak boleh egois melainkan harus mengutamakan kepentingan orang lain, membantu mengobati oang sakit (altruism). Seorang dokter harus memiliki IQ, SQ, EQ, yang tinggi dan berimbang1.Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan kedokteran adalah untuk menjadikan dokter lebih manusiawi dan memiliki kematangan intelektual dan emosional. Para pendidik masa lalu melihat perlu tersedia berbagai pedoman agar anggotanya dapat menjalankan profesinya dengan benar dan baik.Para pendidik di bidang kesehatan masa lalu melihat adanya peluang yang diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat rambu-rambu yang akan mengingatkan para peserta didik yang dilepas di tengah-tengah masyarakat selalu mengingat pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat yang tidak layak1.3.2.1 Kewajiban Dokter/Dokter Gigi dan Tenaga Kesehatan terhadap Diri Sendiri

a) KODEKI Di Indonesia, Kode Etik Kedokteran sewajarnya berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebihnyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter baik yang tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian telah menerima Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)1.

Sebagai pedoman dalam berperilaku, Kode Etik Kedokteran Indonesia mengandung beberapa ketentuan yang semuanya tertuang dalam Mukadimah dan kedua puluh pasalnya. Secara umum pasal-pasal tersebut dapat dibedakan atas lima bagian, yaitu4:

1. Kewajiban umum seorang dokter (sembilan pasal),

2. Kewajiban dokter terhadap pasien (lima pasal),

3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat (dua pasal),

4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri (dua pasal),

5. Penutup (satu pasal)

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun 2004 yang sesuai dengan kasus di atas terdapat dalam :

BAB IV (Kewajiban terhadap Diri Sendiri) Pasal 16:

Seorangdokterharusmemelihara kesehatnnya, supaya dapat bekerja dengan baik.b) KODEKGI tahun 2008-2011 BAB IV (Kewajiban dokter gigi terhadap Diri Sendiri)Pasal 23 :

Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja secara optimal.

c) UU Nomor 36 tahun 2009BAB III (HAK DAN KEWAJIBAN)

Bagian Kedua (Kewajiban)

Pasal 11 :

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya5.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari skenario tersebut dapat disimpulkan bahwa dokter gigi telah lalai dalam masalah kesehatannya. Dapat dikatakan demikian karena dokter gigi tidak melaksanakan kewajiban semestinya sebagai seorang dokter untuk menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja optimal.

Hal yang seharusnya dilakukan dokter gigi adalah mengutamakan kesehatan pribadinya agar dapat bekerja optimal sesuai dengan KODEKI pasal 16, KODEKGI pasal 23 dan Undang-Undang nomor 36 tentang Kesehatan pasal 11.

4.2 SARANKepada dokter gigi diharapkan agar menjaga kesehatannya agar dapat bekerja dengan baik dan optimal.

Kepada mahasiswa, diharapkan agar mempelajari etika yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar ketika menjadi dokter gigi bisa lebih profesional.DAFTAR PUSTAKA

Jusuf, M Hanafiah dan Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC, 2009.

Kode etik kedokteran gigi Indonesia tahun 2008-2011.

Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik Indonesia. Fakultas kedokteran USU, 2004.

Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2001.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.Drg X

Pekerja Keras

Kesehatan Menurun

KODEKI Tahun 2004

KODEKGI Tahun 2008-2011

Pelanggaran Etika

Mengabaikan Kesehatan

UU Tahun 2009 Tentang kesehatan