Makalah HZ Kel 4

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tn.S (37 thn) dirawat dengan kanker paru mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan dan pasien mengatakan seperti ada cacar air, setelah dilakukan pemeriksaan fisik tampak adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada penderita dan timbul 2 hari sebelum terjadi erupsi. Bagaimana pasien kanker paru dapat terjadi Herpes Zooster? Dan jelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien Herpes Zooster? 1.2 Keyword 1. Kanker Paru 2. Nyeri Dada Sebelah Kanan 3. Cacar Air 4. Adanya Vesikula 5. Erupsi Herpetik Unilateral 6. Konstitusi ( sakit kepala, malaise, dan demam ) 7. Herpes Zooster 1.3 Perumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kanker ? 2. Sebutkan penyebab kanker ? 3. Apa hubungannya kanker paru dengan herpes zooster ? 4. Apa perbedaannya herpes zooster dengan cacar air ? 1 | Sistem Integumen “ HERPES ZOOSTER “

Transcript of Makalah HZ Kel 4

Page 1: Makalah HZ Kel 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tn.S (37 thn) dirawat dengan kanker paru mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan dan

pasien mengatakan seperti ada cacar air, setelah dilakukan pemeriksaan fisik tampak

adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah

kanan. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada penderita

dan timbul 2 hari sebelum terjadi erupsi.

Bagaimana pasien kanker paru dapat terjadi Herpes Zooster? Dan jelaskan Asuhan

Keperawatan pada pasien Herpes Zooster?

1.2 Keyword

1. Kanker Paru

2. Nyeri Dada Sebelah Kanan

3. Cacar Air

4. Adanya Vesikula

5. Erupsi Herpetik Unilateral

6. Konstitusi ( sakit kepala, malaise, dan demam )

7. Herpes Zooster

1.3 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kanker ?

2. Sebutkan penyebab kanker ?

3. Apa hubungannya kanker paru dengan herpes zooster ?

4. Apa perbedaannya herpes zooster dengan cacar air ?

5. Bagaimana pencegahan pada herpes zooster dan cacar air ?

6. Bagaimana proses terjadinya gejala konstitusi ?

7. Apa yang dimaksud dengan vesikula ?

8. Apa yang dimaksud dengan erupsi herpetic unilateral ?

9. Jelaskan Asuhan Keperawatan Herpes Zooster ?

1 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 2: Makalah HZ Kel 4

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mngetahui konsep dasar dari

asuhan keperawatan untuk penyakit pada system integumen, khususnya untuk kelompok

kami membahas asuhan keperawatan pada Pioderma.

Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Herpes Zooster

Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi Herpes Zooster

Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana patofisiologi dan manisfestasi Herpes

Zooster

Mahasiswa mampu menangani kasus dengan Herpes Zooster

1.5 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi dalam pembahasan makalah ini hanya membahas tentang Herpes

Zooster dan Pembahasan yang ada didalamnya.

2 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 3: Makalah HZ Kel 4

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pertanyaan Dan Jawaban1. Apa yang dimaksud dengan kanker ?

Jawaban : Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya. bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis, dan dapat menyebabkan imunitas menurun.

2. Sebutkan penyebab kanker ?Jawaban : Penyebab kanker dicetuskan oleh beberapa faktor :a. Faktor Genetik atau keturunan

Faktor generic menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker bila dibandingkan dengan keluarga lainnya.

b. Faktor LingkunganMenyumbangang 90 - 95 % dari keseluruhan penyebab penyakit kanker diantaranya :

Gaya hidup Gaya hidup yang tidak sehat sepeerti merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung pemanis, pewarna dan pemanis buatan,juga mengkonsumsi alcohol. Berdasarkan penilitian rokok menyumbang 90% dalam penyebaran kanker paru.

Makanan Dalam hal makanan misalnya, masyarakat sudah terbiasa mengkonsumsi makan yang cepat saji dan instan tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan oleh makanan yang dikonsumsi.

Virus dan bakteriBeberapa penyakit kanker terjadi karena infeksi virus dan bakteri bahkan virus diyakini berperan hingga 20% terhadap proses terjadinya kanker misalnya virus papiloma pada kanker serviks virus papiloma. Virus polioma pada kanker otak virus hepatitis B dan C pada kanker hati dan sebagainya.

Polusi dan radikal bebasRadikal bebas adalah suatu atom dari suatu molekul yang mempuyai electron bebas yang tidak berpasangan pada lingkaran atau orbit luarnya sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil.

Ketidakseimbangan hormonalTerjadinya kelebihan hormone esterogen akan merangsang pertumbuhan sel yang cenderung meningkatkan terjadinya sel kanker. sedangkan hormone progesterone malah sebailiknya yaitu melindungi dan memperlambat terjadinya sel yang berlebih.

Kejiwaan dan emosional

3 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 4: Makalah HZ Kel 4

Kondisi stress berat dan keadaan tegang yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang juga bisa mempengaruhi sel-sel menjadi ganas sehingga rentan menjadi kanker.

Gelombang elektromagnetik dan radiasiSumber-sumber radiasi, iionisasi, sepertiga radon, bisa menyebabkan kanker keterpaparan tersu-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya.

3. Apa hubungannya kanker paru dengan herpes zooster ?Jawaban : Kanker adalah salah satu penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan dalam tubuh menjadi lemah dan menurun, ketika sistem kekebalan tubuh sedang menurun tubuh akan sangat mudah terserang oleh berbagai penyakit salah satunya virus varisela zoozter yang menyebabkan penyakit Herpes Zooster.

4. Apa perbedaannya herpes zooster dengan cacar air ?Jawaban :

Cacar air atau yang disebut dengan Varicella adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

Herpes zoster ditularkan antar manusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil atau lepuh akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan

4 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 5: Makalah HZ Kel 4

mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada rasa sakit

Herpes-Zoster dan cacar air itu disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster, bedanya hanya saat virus menginfeksi pertama kali maka terjadilah varicella ( Cacar Air ) yang ditandai dengan adanya vesikel berisi cairan jernih, Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior.[2] Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster.[2] Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut.[2] Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.

5. Bagaimana pencegahan pada herpes zooster dan cacar air ?Jawaban : Pencegahan herpes zooster untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupres.Pencegahan cacar air

Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman.

6. Bagaimana proses terjadinya gejala konstitusi ?Jawaban : gejala konstitusi terjadi akibat adanya perubahan metabolisme seiring terjadinya peradangan local yang terjadi pada kasus herpes zooster.

7. Apa yang dimaksud dengan vesikula dan Erupsi Herpetic Unilateral ?Jawaban : secara harfiah adalah tas atau kantong kecil didalam sel, vesikula adalah sebuah organel yang kecil yang dikelilingi oleh membaran sendiri. Pada kasus ini ditandai dengan erupsi herpetic lateral adalah lepuhan kulit yang berasal dari vesikula.

5 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 6: Makalah HZ Kel 4

BAB IITINJAUAN TEORI

3.1 Penyakit Herpes Zooster

3.1.1 Definisi

- Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan

vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).

- Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak

mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang

sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

3.1.2 Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi Virus Varisela Zoster (VVZ) dan

tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk

subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,

penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3

subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat

khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.

Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap

dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya

akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa

mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang

pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik

DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis

di dalam sel yang terinfeksi.

3.1.3 Gejala Klinis

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada

dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi.

Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita

(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan

unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas

pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular, Dua belas hingga dua puluh

empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada

6 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 7: Makalah HZ Kel 4

hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.

Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi

pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat

menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap,

walaupun krustanya sudah menghilang. Frekuensi herpes zoster menurut dermatom

yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan

sakral (5%).

a. Gejala prodomal

- Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama

1 – 4 hari.

- Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,

nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa

terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.

- Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang

timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

- Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap

cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur,

penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.

b. Timbul erupsi kulit

- Kadang terjadi limfadenopati regional

- Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang

dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian

tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.

- Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul

dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga

berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari.

Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini

nyeri segmental juga menghilang

- Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari

ke 7

- Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan

jaringan parut (pitted scar)

- Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih

sensitive terhadap nyeri yang dialami.

7 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 8: Makalah HZ Kel 4

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus

merupakan infeksi virus herpes

zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima

serabut saraf dari cabang

ophtalmicus saraf trigeminus

(N.V), ditandai erupsi herpetik

unilateral pada kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala

konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4

hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata

bengkak dan sukar dibuka.

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

8 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 9: Makalah HZ Kel 4

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

4. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

3.1.4 Patofisiologi

Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini

virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan

yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke

9 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 10: Makalah HZ Kel 4

dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi

kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke

kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu

atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama

antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini

dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah

titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.

3.1.5 Pathway

10 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Mukosa Nasal

Faktor Infeksi Primer VVZFaktor Sekunder

Adanya penyakit lain, yang

menyebabkan imunitas menurun

Mukosa Kulit

Faktor Predisposisi

Penularan melalui kontak langsung

Invasi Bakteri

Virus berdiam diganglion posterior susunan saraf tepi

Replikasi virus melalui jaringan sensori dan

pembulu darah

Virus Aktif

Infeksi Kulit Herpes Zoster

Perubahan Fisik dan Jaringan kulit

Munculnya vesikula kelainan kulit sesuai dengan lokasi

daerah persyarafan ganglion

HZ Oftalmikus

HZ Fasialis

HZ Brakialis

HZ Lumbalis

HZ SakralisKerusakan jaringan kulit ( Erupsi kulit )

Mudah terserang penyakit

Page 11: Makalah HZ Kel 4

3.1.6 Diangnosis

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia

beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.3

Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam,

pusing dan malaise. 9 Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian

berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu

sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi

keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat

menjadi krusta.

Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab

rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik

renal, dan sebagainya.4 Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah

ditegakkan. Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-

vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu

dermatom.

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu

menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula

pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes

serologik.4,9 Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang

mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil,

hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan

mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara

imunofluoresensi.

Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan

tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain :

Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan

mikroskop elektron.

11 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Nyeri Kerusakan Integritas Kulit

Hambatan Mobilitas Fisik

Page 12: Makalah HZ Kel 4

Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

3.1.7 Komplikasi

1. Neuralgia paska herpetik

Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas

penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai

beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,

persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur

penderita maka semakin tinggi persentasenya.

2. Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.

Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau

berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan

jaringan nekrotik.

3. Kelainan pada mata

Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis

paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

4. Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,

sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit

yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,

nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.

5. Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan

virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.

Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai

paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas,

vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.

3.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

12 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 13: Makalah HZ Kel 4

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

3.1.9 Faktor Resiko

Faktor Resiko Herpes zoster

1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya

tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi

pula resiko terserang nyeri.

2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti

HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama

dari immunocompromised.

3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster

Trauma / luka

Kelelahan

Demam

Alkohol

Gangguan pencernaan

Obat – obatan

Sinar ultraviolet

Haid

Stress

3.1.10 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan

dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplex :

a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan

herpes zoster dan herpes simplex.

b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan

diagnosis herpes virus

c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit

d. Pemeriksaan histopatologik

e. Pemerikasaan mikroskop electron

f. Kultur virus

g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)

h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

13 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 14: Makalah HZ Kel 4

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat

dilakukan secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Virologi

1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada

permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear

inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat

menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon (ballooning) dan

ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau

Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi

intranuklear.

2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen

dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90%

spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur

virus.

3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif

dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan

dengan kultur yang hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam

mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan secara reguler, kemungkinan

besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa digunakan untuk

mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat

dibandingkan kultur virus.

4. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV

adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding

dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika

tes ini (+), hampir 100% akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel

primer daripada vesikel rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan

dengan terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa

berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-).

Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang

lama dan biaya yang mahal.

b. Serologi

14 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 15: Makalah HZ Kel 4

Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang

mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus

negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan

gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual dari

orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang

mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis

infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini

diambil dari darah atau serum. Pemeriksaannya dapat berupa :

1. ELISA, Dasar dari pemeriksaan ELISA adalah adanya ikatan antara

antigen dan antibodi, dimana antigen berasal dari suatu konjugat igG

dan antibodi berasal dari serum spesimen. Setelah spesimen dicuci

untuk membersihkan sample dari material (HRP) kemudian diberi

label antibodi IgG konjugat. Konjugat ini dapat mengikat antibodi

spesifik HSV-II. komplek imun dibentuk oleh ikatan konjugat yang

ditambah dengan Tetramethylbenzidine (TMB) yang akan memberikan

reaksi berwarna biru. Asam sulfur ditambahkan untuk menghentikan

reaksi yang akan memberikan reaksi warna kuning. Pembacaan reaksi

dilakukan dengan mikrowell plate reader ELISA dengan panjang

gelombang 450 nm.

15 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 16: Makalah HZ Kel 4

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Kasus

Tn.S (37 thn) dirawat dengan kanker paru mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan dan pasien mengatakan seperti ada cacar air, setelah dilakukan pemeriksaan fisik tampak adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada penderita dan timbul 2 hari sebelum terjadi erupsi.

4.2 Pengkajian Fokus

Pengkajian

Identitas

Nama : Tn.S

Umur   : 37 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Keluhan Utama

DS :

- Pasien mengatakan seperti ada cacar air

- Pasien mengatakan mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan

- Pasien mengatakan sakit kepala, malaise, demam,

- Klien mengatak nyeri seperti terbakar

- Sekala nyeri 7

DO :

- Tampak adanya vesikula

- Ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan.

- TTV meningkat

16 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 17: Makalah HZ Kel 4

- Tonus otot lemah

Riwayat Penyakit Sekarang : Kanker Paru

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : CM,

Kondisi Kulit : tampak adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic

unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan.

4.3 Analisa Data

Data Interprestasi data dan

kemungkinan penyebab

Masalah

Data Subjektif :

Pasien mengatakan mengeluh

nyeri pada dada sebelah kanan

Skala nyeri 7

Klien mengatakan nyeri seperti

terbakar

Data Objektif :

Tampak adanya vesikula

Adanya erupsi herpetic unilateral

pada kulit dibagian dada sebelah

kanan

TTV meningkat

kelainan kulit yang muncul

terjadi erupsi kulit

merangsang system

persarapan

merangsang pusat nyeri di

hipotalamus

respon nyeri

nyeri

Nyeri

Data Subjektif :

Klien mengatakan seperti ada

cacar air di dada

Data Objektif :

Tampak adanya vesikula

Adanya erupsi herpetic unilateral

pada kulit dibagian dada sebelah

Virus masuk ke dalam

tubuh

Replikasi virus melalui jaringan sensori dan

pembulu darah

Infeksi kulit oleh virus

Muncul vesikula dan terjadi erupsi kulit

Kerusakan Integritas

kulit

17 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 18: Makalah HZ Kel 4

kanan Kerusakan integritas kulit

Data Subjektif :

Klien mengatakan pusing/sakit

kepala

Klien mengatakan lemas

Data Objektif :

Tonus otot lemah

TTV meningkat

ADL dibantu sebagian

Virus masuk ke dalam

tubuh

Menyerang system saraf

Merangsang pusat nyeri

Respon nyeri

Hambatan mobilitas fisik

Hambatan mobilitas

fisik

4.4 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus

2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuro muscular nyeri/tidak nyaman

18 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “

Page 19: Makalah HZ Kel 4

4.5 Intervesni Keperawatan, Tujuan, Keriteria Hasil dan Rasional

No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervesni dan Rasional

1. Gangguan rasa nyaman

nyeri b.d proses inflamasi

virus.

 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan criteria hasil :

Rasa nyeri berkurang/hilang

Klien bias istirahat dengan cukup

Ekspresi wajah tenang

1. Kaji penyebaba nyeri dan terasa gatal yang di rasakan oleh klien

R / Memperoleh data dasar dan memudahkan dalam menentukan intervensi lebih lanjut

2. Ajarkan klien tehnik relaksasi R / dapat mengurangi nyeri

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

R / kulit yang bersih dan kering akan mengurangi

penyebaran atau perkembang biakan dari baakteri

4. Monitor kulit akan adanya kemerahan

R / mengetahui perkembangan penyakit dan

keefektifan tindakan yang telah dilakukan

5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical pada

klien

R / antibotik topical dapat memutuskan dan

menghambat dari pertumbuhan bakteri dan dapat

mempercepat proses pemulihan.

6. Berikan pengetahuan pada klien agar jangan

19 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “

Page 20: Makalah HZ Kel 4

menggaruk lukanya

R / pengetahuan pasien pada proses pengobatan

daapat mempercepat keberhasilan proses

keperawatan.

2 Kerusakan integritas

kulit b.d vesikel yang

mudah pecah

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam diharapkan klien tidak terjadi

penyebaran luka dengan criteria hasil :

a. Mempertahankan kulit tetap utuh

b. Klien mampu mendemonstrasikan tingkah

laku/tehnk untuk mencegah kerusakan

kulit.

1. Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien

R / kuku yang pendek akan mengurangi garukan

pada impetigo dan menghindari keparahan

terjadinya lesi

2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan

kering

R / kulit yang bersih dan kering akan

mengurangi penyebaran atau perkembang biakan

dari bakteri

3. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical

pada klien

R / antibotik topical dapat memutuskan dan

menghambat dari pertumbuhan bakteri dan dapat

mempercepat proses pemulihan

4. Berikan pengetahuan pada klien agar jangan

menggaruk lukanya

R / pengetahuan pasien pada proses pengobatan

20 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “

Page 21: Makalah HZ Kel 4

daapat mempercepat keberhasilan proses

keperawatan.

Hambatan mobilitas fisik

b.d gangguan neuro

muscular nyeri/tidak

nyaman

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam diharapkan klien menunjukan

keinginan berpartisipasi dalam aktivitas dengan

kriteria hasil:

Menunjukan perilaku yang memampukan

melakukan aktivitas

1. Lakukan latihan rentang gerak secara

konsisten,diawali dari aktif ke fasif

R/mencegah secara pprogresif mengencangkan

jaringan perut,meningkatkan pemeliharaan

fungsi otot

2. Instruksikan dan bantu dalam mobilitas

R/meningkatkan keamanaan

3. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang

terdekat pada latihan rentang gerak

R/memampukan keluarga/orang terdekat untuk

aktif dalam perawatan pasienn dan memberikan

terapi lebih konstan /konsisten

21 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “

Page 22: Makalah HZ Kel 4

4.6 Implementasi

Menurut doegoes (2000) implementasi aadalah peraawat menimplementasikan

intervensi-intervensi yang terdapat dalam rencana keperawatan. Menurut allen (1998)

komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatan mandiri, kolaboratif,

dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.

4.7 Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang

ditetapkan yaitu meliputi : kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan. Ibu dan

keluarga akan mengembangkan koping yang efektif. Setiap anggota keluarga akan

melanjutkan pertumbuhan dan perkembanga yang sehat. Perawat dapat yakin bahwa

perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat dipertahankan,

ibu dan keluargaanya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan setiap anggota

keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan daan perkembangan yang sehat.

22 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “

Page 23: Makalah HZ Kel 4

BAB VPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel

unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).

Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai

kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh

varicella dalam bentuk cacar air).

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi Virus Varisela Zoster (VVZ) dan tergolong

virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes

viridae

untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian

vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik

terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat

berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut

yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti

dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan,

yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupres.

.

4.2 Saran

Diharapkan pada makalah ini para pembaca dan penulis dapat mengetahui apa

penyakit pioderma, dapat membedakan klasifikasi atau bentuk-bentuk pioderma agar

mengetahui tanda dari tanda dan gejala penyakit pioderma untuk bisa melakukan

tindakan pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.

23 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “

Page 24: Makalah HZ Kel 4

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI.

Marwali H. 2000. Impetigo Bulosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :

Hipokrates.

Price, A.S., Wilson L.M, 1995. Infeksi Kulit dalam Patofisiologi. Jakarta : EGC.

24 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “