Makalah Hutan Kelompok 2

63
MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN Sumber Daya Hutan Disusun oleh : 1. Harry Purnomo Kuncoro 2010710450022 2. Putro Wicaksono 2010710450024 3. Teddy Saputra 2010710450014 4. Yannu Lesdiyanto 2010710450019 5. Yusep Setiana 2010710450012 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Sumber daya hutan Page 13

description

makalah hutan

Transcript of Makalah Hutan Kelompok 2

Page 1: Makalah Hutan Kelompok 2

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Sumber Daya Hutan

Disusun oleh :

1. Harry Purnomo Kuncoro2010710450022

2. Putro Wicaksono 20107104500243. Teddy Saputra 20107104500144. Yannu Lesdiyanto 20107104500195. Yusep Setiana 2010710450012

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS JAYABAYA

DEPOK

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 2: Makalah Hutan Kelompok 2

2011BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Hutan

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di

dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat

hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek

biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah

maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan

atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,

tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga

berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang

dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan

kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita

berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan

lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun

berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta

beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari

hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa

kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat

melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 3: Makalah Hutan Kelompok 2

berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup

berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya

pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu

kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta

tanaman.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 4: Makalah Hutan Kelompok 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagian-bagian hutan

Hutan Slurup di gunung Wilis pada sisi Kabupaten Kediri, tepatnya di daerah Dolo

kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa dingin dan tingkat kelembaban

rendah.

Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari

tiga bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah

tanah. Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota)

pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti perdu dan semak belukar. Di

hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang

mulai tumbuh pada saat yang berlainan.

Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan,

dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani.

Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah

memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang

subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organisme lain.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 5: Makalah Hutan Kelompok 2

Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya

dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah humus terbentuk.

Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar

maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat

menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti serangga, ular, kelinci, dan

binatang pengerat lain.

Mengapa hutan tampak tidak sama?

Iklim, tanah, dan bentuk bentang lahan di setiap daerah adalah khas. Sebuah daerah

mungkin beriklim sangat basah, sedangkan daerah lain sangat kering. Daerah A mungkin

bertanah rawa, daerah B sebaliknya bertanah kapur. Ada yang berupa gunung terjal,

sementara yang lain merupakan dataran rendah.

Semua tumbuhan dan satwa di dunia, begitupun manusia, harus menyesuaikan diri

dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat

berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini.

Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan dangkal air laut karena spesies

pohon ini tahan dengan air asin dan memiliki akar napas yang sesuai dengan sifat tanah dan

iklim panas pantai.

Sebaliknya, cara berbagai tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi

lingkungan fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa

yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling memengaruhi di antara

mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan

memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya,

menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya.

Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya terbebas dari sumber penyakit.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas,

rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri

akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa

yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 6: Makalah Hutan Kelompok 2

dalam beragam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis,

dan lain-lain.

B. Macam-macam Hutan

Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas

masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan.

Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara

lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula.

Misalnya:

1. Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji dan tunas.

Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari

biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal

dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya,

disebut ‘hutan sedang’.

Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (hutan primer) dan hutan

sekunder. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh

manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang

atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat

lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang,

kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai,

hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.

2. Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan

permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji

pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan

permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 7: Makalah Hutan Kelompok 2

menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua

jenis sebelumnya.

Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak

berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis,

perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian,

perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara

berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-

tahun berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti

merupakan kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap

melayang-layang terbawa angin.

3. Menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran.

Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu

jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara

alami baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih

agresif. Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan

yang luas pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis

dapat juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang

sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan

tanaman industri).

Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer)

dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah

beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah

tropis.

4. Menurut umur

Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama) dan

hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak

seumur. Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 8: Makalah Hutan Kelompok 2

5. Berdasarkan letak geografisnya:

a) hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa

b) hutan temperate , hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang 23,5º -

66º).

c) hutan boreal , hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

6. Berdasarkan sifat-sifat musimannya:

a) hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.

b) hutan selalu hijau (evergreen forest)

c) hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)

d) hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya

panjang. Dll.

7. Berdasarkan ketinggian tempatnya:

a) hutan pantai (beach forest)

b) hutan dataran rendah (lowland forest)

c) hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)

d) hutan pegunungan atas (mountain forest)

e) hutan kabut (mist forest)

f) hutan elfin (alpine forest)

8. Berdasarkan keadaan tanahnya:

a) hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)

b) hutan rawa gambut (peat swamp-forest)

c) hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)

d) hutan kerangas (heath forest)

e) hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 9: Makalah Hutan Kelompok 2

9. Berdasarkan jenis pohon yang dominan:

a) hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur.

b) hutan pinus (pine forest), di Aceh.

c) hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.

d) hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.

10. Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:

a) hutan alam (natural forest)

b) hutan buatan (man-made forest), misalnya:

o hutan rakyat (community forest)

o hutan kota (urban forest)

o hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation) Dll.

Hutan Kota di Singapura

11. Berdasarkan tujuan pengelolaannya:

a) hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan

bukan kayu (non-timber forest product)

b) hutan lindung , dikelola untuk melindungi tanah dan tata air

o Taman Nasional

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 10: Makalah Hutan Kelompok 2

c) hutan suaka alam , dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman

hayati atau keindahan alam

o Cagar alam

o Suaka alam

d) hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat

dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.

Lereng gunung Arjuna di wilayah Sumberawan, kecamatan Singosari, kabupaten Malang

Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan

membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah

(lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest).

Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman

kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah

wanatani atau agroforest.

C. Jenis-jenis hutan di Indonesia

1. Berdasarkan biogeografi

Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara

tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling

mendekati. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini.

Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga

kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-

masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan

perbedaan permukaan fisik buminya.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 11: Makalah Hutan Kelompok 2

Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)

Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia)

dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas

antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini

bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan

Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858,

memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih

mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia.

Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)

Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua

Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal

pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis

ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa

Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar

1902, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang

ada di Benua Australia.

Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah)

Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis

Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan

Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis endemik

(hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di

dunia). Namun, kawasan ini juga memiliki unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental

maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada

Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan

berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di

bagian barat dan jenis flora fauna Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan

Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat dalam sehingga fauna sukar

untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

2. Berdasarkan iklim

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 12: Makalah Hutan Kelompok 2

Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun,

posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih

beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per

tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:

a) Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara

Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera;

Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.

b) Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli,

serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian

timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.

c) Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya,

sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur;

sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan

Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan

hutan muson.

Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang

pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.

Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian

besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian barat

Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama

genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya

ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di

bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan

Kalappia.

Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta,

Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai

selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 13: Makalah Hutan Kelompok 2

(Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan

kayuputih (Melaleuca leucadendron).

3. Berdasarkan sifat tanahnya

Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove,

dan hutan rawa.

a) Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai,

seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia

catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan

pandan (Pandanus tectorius).

b) Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai

utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan

Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan

Rhizopheria.

c) Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan

Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas

(Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

4. Berdasarkan pemanfaatan lahan

Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut: Luas

Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950

162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta

Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang mencapai 93,92 juta

hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai berikut:

1. Hutan tetap  : 88,27 juta ha

2. Hutan konservasi  : 15,37 juta ha

3. Hutan lindung  : 22,10 juta ha

4. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 14: Makalah Hutan Kelompok 2

5. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha

6. Hutan produksi yang dapat dikonversi  : 10,69 juta ha.

7. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.

Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan

(28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan Maluku

Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).

Salah satu jalan setapak untuk memasuki hutan Slurup, Kabupaten Kediri

Hutan di lereng gunung Arjuna dengan latar belakang puncak Mahameru

Catatan

Dalam bahasa-bahasa di Indonesia, pengertian hutan juga merujuk kepada aneka hal

yang bersifat liar (wild), tumbuh sendiri atau tidak dipelihara (natural), atau untuk

menekankan sifat-sifat liar dari sesuatu. Nama-nama hewan yang diimbuhi dengan kata

‘hutan’ menunjukkan pengertian tersebut, misalnya anjing hutan, ayam hutan, babi hutan,

kambing hutan, dll.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 15: Makalah Hutan Kelompok 2

Demikian pula, sesuatu bidang lahan yang tidak terpelihara atau kurang terpelihara

kerap disebut hutan atau menghutan. Berlawanan dengan kebun, yang dipelihara dan diakui

pemilikannya.

Hutan disebut juga dengan istilah utan (Jakarta), leuweung (Sunda), alas atau wana (Jawa),

alas (Md.), dan lain-lain.

D. MANFAAT HUTAN

Hutan sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia jaman dahulu mencari makan

dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Beberapa orang masih tinggal

dan hidup di dalam hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Meskipun manusia telah

membangun pemukiman pedesaan atau perkotaan tetapi masih sering memasuki hutan untuk

berburu atau mencari kayu.

Sekarang ini orang lebih memperhatikan hutan dibanding sebelumnya terutama karena

faktor :  manfaat ekonomi, manfaat bagi lingkungan, dan manfaat hiburan. 

1. Manfaat ekonomi

Hutan menghasilkan beberapa produk. Kayu gelondongan dapat diolah menjadi kayu,

kayu lapis, bantalan kereta api, papan, kertas. Rotan dapat digunakan untuk furniture. Hutan

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 16: Makalah Hutan Kelompok 2

dapat juga menghasilkan minyak dan berbagai produk lainnya, latex dapat digunakan untuk

membuat karet, terpentin,  berbagai jenis lemak, getah, minyak, dan lilin. Bagi masyarakat

pedalaman binatang dan tanaman hutan menjadi sumber makanan pokok mereka. Tidak

seperti sumber alam lainnya misal batubara, minyak, dan tambang mineral, sumber alam

yang berasal dari hutan dapat tumbuh kembali, sejauh manusia dapat memperhitungkan

pengelolaannya.

Manfaat hutan dari segi ekonomi :

Hutan beserta hasilnya merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berdasarkan bentuk/wujudnya,

manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : manfaat tangible (langsung/nyata)

dan manfaat intangible (tidak langsung/tidak nyata). Manfaat tangible antara lain: kayu,

hasil hutan ikutan dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible antara lain: pengaturan

tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, dan lain-lain. Berdasarkan

kemampuan untuk dipasarkan, manfaat hutan juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

manfaat marketable dan manfaat non-marketable. Manfaat hutan non-marketable adalah

barang dan jasa hasil hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya

seperti : beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat

intangible.

Pemanfaatan hutan yang selama ini cenderung mengeksploitasi hasil hutan kayu

(manfaat tangible) ternyata membawa implikasi ekologi terhadap tingginya tingkat

deforestrasi. Hasil yang paling -berpengaruh (FAO,1990) mengungkapkan bahwa telah

terjadi penggunaan hutan di Indonesia sebesar 1 juta hektar pertahun. Di samping itu,

nilai ekonomi yang diberikan ternyata kurang memberikan keuntungan yang optimal.

Kegiatan bisnis sektor kehutanan yang secara ekonomis aktual tidak lagi

menguntungkan tersebut menuntut kita untuk melakukan reorientasi bisnis kehutanan

dengan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan yang ada dengan teknik dan

manajemen lahan yang optimal, produktif dan kompetitif ( Hanafiah Oeliem,

A.Purwoko, P. Patana, 2000)

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan

terhadap lahan untuk berbagai kepentingan. Permintaan lahan yang meningkat ini,

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 17: Makalah Hutan Kelompok 2

termasuk terhadap areal hutan, cenderung merubah fungsi kawasan hutan (konversi)

dengan berbagai model pemanfaatan dan implikasinya terhadap ekosistem hutan dari

mulia tingkat gangguan rendah sampai pada tingkat mengancam keberadaan atau

kelestarian kawasan hutan tersebut.

Salah satu bentuk areal hutan yang menjadi sasaran pemanfaatan adalah kawasan

hutan konservasi. Banyak faktor yang mendorong manusia memanfaatkan kawasan

hutan konservasi. Salah satunya disebabkan karena kawasan hutan konservasi

umumnya memiliki sumberdaya hutan yang masih utuh (kualitas maupun kuantitas),

sehingga tingkat pemenuhannya terhadap kebutuhan manusia sangat mendukung,

seperti supply kayu atau pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian.

Sempitnya pemahaman yang menyeluruh tentang fungsi kawasan konservasi

baik secara ekologis maupun ekonomis, menjadi celah dalam legalisasi

pemanfaatan/eksploitasi kawasan hutan konservasi oleh pihak-pihak yang berwawasan

ekonomi sesaat. Hal ini semakin tak terbantahkan dengan adanya alternatif pemanfaatan

lain (konversi lahan) yang seolah dapat memberi nilai ekonomi secara riil yang lebih

tinggi dari sekedar perlindungan kawasan hutan konservasi, seperti konversi untuk

usaha perkebunan dan industri.

Disisi lain pemegang de jure kawasan hutan konservasi (negara) masih sangat

miskin data tentang nilai manfaat jasa kawasan hutan konservasi baik kualitaif dan

kuantitif, meskipun fakta berbicara bahwa jasa hutan itu jelas keberadaanya dan telah

dirasakan. Bila hal ini dibiarkan terus berlarut tanpa adanya upaya penelitian kearah

tersebut, dikhawatirkan hal ini menjadi disinsentif bagi upaya pelestarian kawasan

hutan konservasi.

Penilaian ekonomi kuantitatif tentang manfaat kawasan hutan konservasi secara

keseluruhan diharapkan menjadi cara yang efektif dalam mereduksi pemahaman yang

keliru tentang kecilnya nilai ekonomi kawasan hutan konservasi dibandingkan dengan

bentuk pemanfaatan lainnya. Penelitian akan dilakukan di salah satu kawasan hutan

konservasi di Sumatera Utara yaitu Cagar Alam (CA) Dolok Sibual-buali dengan fokus

penelitian nilai ekonomi hasil hutan non marketable. Penelitian dilatarbelakangi oleh

fakta bahwa masyarakat sekitar CA Dolok Sibual-buali telah banyak memanfaatkan

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 18: Makalah Hutan Kelompok 2

hasil hutan dari keberadaan cagar alam tersebut, namun tidak diketahui berapa nilai

ekonominya.

Kawasan Cagar Alam (CA) Dolok Sibual-buali merupakan kawasan hutan yang

keadaannya masih baik dan relatif belum terganggu. Pada kawasan ini masih ditemui

pohon berdiameter 1,4 m, berbagai jenis tumbuhan anggrek dan tumbuhan lain yang berguna,

serta jenis fauna yang bervariasi. Sampai saat ini sebagian masyarakat di sekitar CA.

Dolok Sibua-buali masih memanfaatkan hasil hutan non-marketable yang berasal dari

kawasan tersebut seperti kayu bakar, sayuran hutan, Quia aren, tanaman obat-obatan,

dan lain-lain (Affandi, 2000).

Tujuan pengelolaan sumberdaya hutan adalah untuk mendapatkan manfaat-

manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi lainnya,

satwa liar, tempat rekreasi, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan kesuburan

tanah, dan mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup (Worrel, 1970).

Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan karakteristik

sumberdaya alam ini yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya. Sebab selain

sebagai produksi kayu, juga mempunyai berbagai fungsi penting lainnya. Sehingga

dalam pengambilan keputusan mengenai macam penggunaan hutan, perlu diperhatikan

bahwa tidak semua lahan hutan cocok untuk semua bentuk pemanfaatan (Suparmoko,

1989).

Berdasarkan bentuk/wujudnya, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu: manfaat tangible dan manfaat intangible. Manfaat tangible antara lain:

kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sementara manfaat intangible antara lain:

pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, dan lain-lain (Darusman, 1990 dalam

Arifudin, 1990). Berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan, manfaat hutan dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu : manfaat marketable dan manfaat non-marketable.

Manfaat hutan non-marketable adalah barang dan jasa hasil hutan yang belum dikenal

nilainya atau belum ada pasarnya, antara lain: beberapa jenis kayu lokal, kayu energi,

binatang, dan seluruh manfaat intangible I(Bergen dan Lowenstein, 1991).

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 19: Makalah Hutan Kelompok 2

Nilai merupakan penghargaan atas suatu manfaat bagi orang atau kelompok

orang pada waktu tertentu. Sedangkan penilaian merupakan penetapan atau penentuan

bobot atau manfaat suatu barang dan jasa bagi manusia. Jadi penilaian barang dan jasa

hutan merupakan penentuan bobot atau manfaat barang dan jasa hutan bagi manusia

(David dan Johnson, 1987).

Kotler (1986) mendefinisikan pasar sebagai tempat pertukaran barang atau jasa

antara pembeli dan penjual pada harga yang disetujui bersama. Selanjutnya Daivs dan

Johnson (1987) menyatakan bahwa selama terjadi informasi pasar, maka sumber

penilaian yang dianggap paling baik atau paling kuat adalah nilai pasar. Nilai pasar

adalah harga barang dan jasa yang ditetapkan oleh penjual dan pembeli tanpa intervensi

pihak lain atau dalam keadaan kompetisi sempurna.

Metode nilai relatif pada prinsipnya adalah nilai suatu barang yang belum ada

pasarnya dibandingkan dengan barang lain yang sudah diketahui harga pasarnya.

Asumsi dasar metode ini yaitu jika suatu benda yang akan dinilai ditukar dengan barang

lain yang sudah dikenal masyarakat/sudah diketahui nilai pasarnya, maka nilai benda

inipun dapat diketahui manusia (David dan Johnson, 1987).

Metode penilaian melalui biaya pengadaan hampir sama dengan penilaian melalui biaya

perjalanan. Biaya merupakan korbanan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian biaya pengadaan dapat diartikan sebagai korbanan yang dilakukan

sebagai usaha untuk mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Korbanan

tersebut dapat dijadikan pendekatan dalam menentukan nilai suatu barang atau jasa.

Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar (willingness to pay), yang diartikan

sebagai jumlah korban yang bersedia dibayarkan konsumen untuk tiap tambahan

sesuatu yang dikonsumsi (David dan Johnson, 1987).

2. Manfaat lingkungan

Hutan membantu konservasi dan memperbaiki lingkungan hidup dalam berbagai

bentuk. Misalnya hutan membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 20: Makalah Hutan Kelompok 2

banjir, air hujan diserap menjadi air tanah yang muncul menjadi mata air bersih yang

mengalir membentuk sungai, danau, dan untuk air sumur.

Tumbuhan hijau membantu memperbaiki lapisan atmosfir menghasilkan oksigen yang

sangat diperlukan oleh mahkluk hidup dan mengambil karbon dioksida dari udara. Jika

tumbuhan hijau tidak menghasilkan oksigen lagi, maka hampir semua kehidupan akan

berhenti. Jika karbon dioksida bertambah banyak di atmosfer hal ini dapat merubah iklim di

bumi secara drastis.

Hutan menjadi tempat tinggal beberapa jenis tanaman dan binatang tertentu yang tidak bisa

hidup di tempat lainnya. Tanpa hutan berbagai tumbuhan dan hewan langka akan

musnah.

3. Manfaat hiburan

Keindahan alam dan kedamaian di dalam hutan dapat menjadi hiburan yang sangat

luar biasa dan langka. Mengamati burung atau hewan langka menjadi kegiatan yang sangat

menarik. Beberapa hutan dapat dimanfaatkan untuk berkemah, hiking dan berburu. Banyak

juga yang hanya menikmati suasana dan bersantai di keheningan yang menyertai keindahan

alam.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 21: Makalah Hutan Kelompok 2

F. Penyebab Rusaknya Hutan

Penyebab terdegradasinya fungsi hutan sedkit banyak dipengaruhi oleh :

1. Pemanfaatan lahan dan pengelolaan tanah yang tidak tepat di daerah tangkapan air

menjadi salah satu sebab terjadinya percepatan erosi dan secara langsung dapat menurunkan

produktifitas tanah, menurunkan kemampuan DAS dalam penyediakan air sepanjang tahun

serta menurunkan kualitas dan kuantitas air yang mengalir di badan sungai.

2. Peningkatan jumlah penduduk dan alih fungsi lahan

Pertambahan penduduk yang semakin meningkat seiring dengan kebutuhan penduduk

akan ruang-ruang hunian dan ruang pekerjaan membuat beberapa areal lahan

mengalami perubahan fungsi secara dramatis.

Perubahan fungsi lahan yang tidak disertai dengan penataan tata ruang wilayah yang

baik ini, membuat kondisi hidrologis DAS berubah pula. Terutama hal ini berkaitan

dengan masalah konservasi daerah tangkapan air.

Peningkatan jumlah penduduk yang mengiringi peningkatan tingkat kebutuhan lahan

untuk penyokong kehidupan dan penghidupan penduduk mengakibatkan tekanan

terhadap lingkungan DAS dan telah banyak terbukti menciptakan lahan kritis baru.

3. Alih Fungsi sempadan dan bantaran sungai

Kebutuhan penataan Sempadan Sungai saat ini menjadi isu yang berkembang

di tingkat pengelola dan perencana pembangunan daerah. Melihat kondisi seperti ini

penataan sempadan sungai memang sudah perlu untuk dilakukan. Hal ini menyangkut

banyak hal, baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun dari segi hidrologi sungai itu

sendiri, yang sedikit banyak akan mempengaruhi hidromorfologi sungai.

4.Eksploitasi Bahan Tambang

Eksploitasi bahan galian tambang (golongan C dan golongan lainnya) di

sungai yang tidak terkendali mengakibatkan degradasi lingkungan sungai.

Degradasi sungai akibat penggalian bahan tambang golongan C ini akan terus

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 22: Makalah Hutan Kelompok 2

berlanjut sampai pada suatu keseimbangan, besarnya angkutan sedimen rata-rata di

hilir pengambilan galian C sama dengan besarnya angkutan sedimen rata-rata dari

bagian hulu dikurangi dengan banyaknya pengambilan galian C yang dilakukan.

Untuk menjaga kondisi morfologi sungai perlu penanganan pengambilan galian C ini

secara baik dan adil antara lain perbaikan regulasi, lokasi, sistem perijinan dan

pengawasan.

Sedangkan eksploitasi tambang golongan yang lebih tinggi mempunyai

kecenderungan mengakibatkan kerusakan lingkungan DAS dan terganggunya daur

hidrologi dalam lingkup DAS tersebut. Hal ini disebabkan oleh pada umumnya

eksploitasi dilakukan dengan open pit dengan luasan yang cukup besar, sehingga jelas

arah aliran permukaan maupun aliran bawah permukaan dalam kurun waktu tertentu

akan berpindah.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 23: Makalah Hutan Kelompok 2

BAB III

UNDANG-UNDANG PERHUTANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:

1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya

alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

2. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang

pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediaannyadengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman

dan nilainya.

3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur

dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh

mempengaruhi.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 24: Makalah Hutan Kelompok 2

4. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun

di air.

5. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air,

dan atau di udara.

6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau dipelihara, yang masih

mempunyai kemurnian jenisnya.

7. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara

yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara

oleh manusia.

8. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang

secara alami.

9. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di

perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem

penyangga kehidupan.

10. Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan

tunbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan

perkembangannya berlangsung secara alami.

11. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa

keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya

dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

12. Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan

atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya

dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

13. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun

di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 25: Makalah Hutan Kelompok 2

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

14. Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli,

dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

15. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan

atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

budaya, pariwisata dan rekreasi.

16. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk

pariwisata dan rekreasi alam.

 Pasal 2

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan

dan

pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.

Pasal 3

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya

kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Pasal 4

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan

kewajiban

Pemerintah serta masyarakat.

Pasal 5

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 26: Makalah Hutan Kelompok 2

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;

b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;

c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

 

BAB II

PERLINDUNGAN SISTEM PENYANGGA KEHIDUPAN

Pasal 6

Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan

non hayati

yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk.

Pasal 7

Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis

yang

menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu

kehidupan manusia.

Pasal 8

(1) Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah

menetapkan:

a. wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;

b. pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 27: Makalah Hutan Kelompok 2

c. pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 9

(1) Setiap pemegang hak atas tanah dan hak pengusahaan di perairan dalam wilayah sistem

penyangga

kehidupan wajib menjaga kelangsungan fungsi perlindungan wilayah tersebut.

(2) Dalam rangka pelaksanaan perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pemerintah

mengatur serta

melakukan tindakan penertiban terhadap penggunaan dan pengelolaan tanah dan hak

pengusahaan

di perairan yang terletak dalam wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan

sebagaimana

dimaksud pada Pasal 8.

(3) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

Wilayah sistem penyangga kehidupan yang mengalami kerusakan secara alami dan atau oleh

karena

pemanfaatannya serta oleh sebab-sebab lainnya diikuti dengan upaya rehabilitasi secara

berencana dan

berkesinambungan.

 

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 28: Makalah Hutan Kelompok 2

BAB III

PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA BESERTA

EKOSISTEMNYA

Pasal 11

Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan

melalui

kegiatan:

a. pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;

b. pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

Pasal 12

Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan

dengan

menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam keadaan asli.

Pasal 13

(1) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka

alam.

(2) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan dengan

membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang menurut proses

alami

di habitatnya.

(3) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan suaka alam dilakukan dengan

menjaga dan

mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya kepunahan.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 29: Makalah Hutan Kelompok 2

 

BAB IV

KAWASAN SUAKA ALAM

Pasal 14

Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 terdiri dari:

a. cagar alam;

b. suaka margasatwa.

Pasal 15

Kawasan suaka alam selain mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman

tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, juga berfungsi sebagai wilayah perlindungan

sistem

penyangga kehidupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

Pasal 16

(1) Pengelolaan kawasan suaka alam dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai upaya

pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 30: Makalah Hutan Kelompok 2

(2) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penetapan dan pemanfaatan suatu wilayah

sebagai

kawasan suaka alam dan penetapan wilayah yang berbatasan dengannya sebagai daerah

penyangga

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

(1) Di dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan,

ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.

(2) Di dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang

menunjang budidaya.

(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 18

(1) Dalam rangka kerjasama konservasi internasional, khususnya dalam kegiatan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17, kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya dapat ditetapkan

sebagai cagar biosfer.

(2) Penetapan suatu kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya sebagai cagar biosfer

diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 31: Makalah Hutan Kelompok 2

Pasal 19

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap

keutuhan kawasan suaka alam.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kegiatan pembinaan

habitat

untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa.

(3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi

mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis

tumbuhan

dan satwa lain yang tidak asli.

 

BAB V

PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA

 Pasal 20

(1) Tumbuhan dan satwa digolongkan dalam jenis:

a. tumbuhan dan satwa yang dilindungi;

b. tumbuhan dan satwa yang tidak dilindungi.

(2) Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

digolongkan

dalam:

a. tumbuhan dan satwa dalam bahaya kepunahan;

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 32: Makalah Hutan Kelompok 2

b. tumbuhan dan satwa yang populasinya jarang.

(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 21

(1) Setiap orang dilarang untuk :

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan

memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup

atau

mati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau

mati

dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

(2) Setiap orang dilarang untuk :

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan

memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang

dilindungi

dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di

dalam

atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa

yang

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 33: Makalah Hutan Kelompok 2

dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya

dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur

dan

atau sarang satwa yang dillindungi.

Pasal 22

(1) Pengecualian dari larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat dilakukan

untuk

keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, dan atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa

yang

bersangkutan.

(2) Termasuk dalam penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemberian

atau

penukaran jenis tumbuhan dan satwa kepada pihak lain di luar negeri dengan izin Pemerintah.

(3) Pengecualian dari larangan menangkap, melukai, dan membunuh satwa yang dilindungi

dapat pula

dilakukan dalam hal oleh karena suatu sebab satwa yang dilindungi membahayakan

kehidupan

manusia.

(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur

dengan

Peraturan Pemerintah.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 34: Makalah Hutan Kelompok 2

Pasal 23

(1) Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemasukan tumbuhan dan satwa liar dari luar negeri

ke dalam

wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 24

(1) Apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,

tumbuhan

dan satwa tersebut dirampas untuk negara.

(2) Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi atau bagian-bagiannya yang dirampas untuk

negara

dikembalikan ke habitatnya atau diserahkan kepada lembaga-lembaga yang bergerak di

bidang

konservasi tumbuhan dan satwa, kecuali apabila keadaannya sudah tidak memungkinkan

untuk

dimanfaatkan sehingga dinilai lebih baik dimusnahkan.

Pasal 25

(1) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi hanya dapat dilakukan dalam

bentuk

pemeliharaan atau pengembangbiakan oleh lembaga-lembaga yang dibentuk untuk itu.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 35: Makalah Hutan Kelompok 2

 

BAB VI

PEMANFAATAN SECARA LESTARI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN

EKOSISTEMNYA

 Pasal 26

Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui

kegiatan:

a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam;

b. pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

Pasal 27

Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap menjaga

kelestarian fungsi kawasan.

Pasal 28

Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan

potensi,

daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.

 

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 36: Makalah Hutan Kelompok 2

BAB VII

KAWASAN PELESTARIAN ALAM

 Pasal 29

(1) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 terdiri dari:

a. taman nasional;

b. taman hutan raya;

c. taman wisata alam.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu wilayah sebagai kawasan pelestarian

alam dan

penetapan wilayah yang berbatasan dengannya sebagai daerah penyangga diatur dengan

Peraturan

Pemerintah.

Pasal 30

Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya

alam hayati

dan ekosistemnya.

Pasal 31

(1) Di dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan

kegiatan

untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,

dan

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 37: Makalah Hutan Kelompok 2

wisata alam.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi

pokok

masing-masing kawasan.

Pasal 32

Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona

pemanfaatan,

dan zona lain sesuai dengan keperluan.

Pasal 33

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap

keutuhan zona inti taman nasional.

(2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1)

meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta

menambah

jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

(3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona

pemanfaatan dan

zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Pasal 34

(1) Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dilaksanakan oleh

Pemerintah.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 38: Makalah Hutan Kelompok 2

(2) Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam

dapat

dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.

(3) Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat memberikan hak

pengusahaan atas

zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dengan

mengikut

sertakan rakyat.

(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur

dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 35

Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan

kelestarian

sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, Pemerintah dapat menghentikan kegiatan

pemanfaatan dan menutup taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sebagian

atau

seluruhnya untuk selama waktu tertentu.

 

BAB VIII

PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

 Pasal 36

(1) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilaksanakan dalam bentuk:

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 39: Makalah Hutan Kelompok 2

a. pengkajian, penelitian dan pengembangan;

b. penangkaran;

c. perburuan;

d. perdagangan;

e. peragaan;

f. pertukaran;

g. budidaya tanaman obat-obatan;

h. pemeliharaan untuk kesenangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

BAB IX

PERAN SERTA RAKYAT

 Pasal 37

(1) Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan

dan

digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

(2) Dalam mengembangkan peran serta rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

Pemerintah

menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya di

kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 40: Makalah Hutan Kelompok 2

(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan

Peraturan

Pemerintah.

 

BAB X

PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN

 Pasal 38

(1) Dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,

Pemerintah

dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang tersebut kepada Pemerintah Daerah

sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

di

Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

 

BAB XI

PENYIDIKAN

 Pasal 39

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, juga Pejabat Pegawai

Negeri Sipil

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 41: Makalah Hutan Kelompok 2

tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

pembinaan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, diberi wewenang khusus sebagai

penyidik

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana,

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati

dan

ekosistemnya.

(2) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak mengurangi

kewenangan

penyidik sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona

Ekonomi

Eksklusif Indonesia dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang untuk:

a. melakukan pemeriksanaan atas laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di

bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

b. melakukan pemeriksaaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

c. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan suaka alam dan kawasan

pelestarian alam;

d. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 42: Makalah Hutan Kelompok 2

e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan dengan tindak

pidana

di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

f. membuat dan menandatangani berita acara;

g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana

di

bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan

melaporkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik

Kepolisian

Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8

Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana.

 

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

 Pasal 40

(1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana

dimaksud

dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 43: Makalah Hutan Kelompok 2

(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana

dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara

paling

lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan

paling

lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta

rupiah).

(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan

tindak

pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.

 

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN 

Pasal 41

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 44: Makalah Hutan Kelompok 2

Hutan suaka alam dan taman wisata yang telah ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Undang-undang ini dianggap telah

ditetapkan

sebagai kawasan suaka alam dan taman wisata alam berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 42

Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan di bidang konservasi

sumber daya

hayati dan ekosistemnya yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang

ini,

tetap berlaku sampai dikeluarkannya peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan undang-

undang ini.

 

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

 Pasal 43

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka:

1. Ordonansi Perburuan (Jachtordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nummer 133);

2. Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar (Dierenbeschermingsordonnantie 1931

Staatsblad 1931 Nummer 134);

3. Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura (Jachtoddonnantie Java en Madoera 1940

Staatsblad

1939 Nummer 733);

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 45: Makalah Hutan Kelompok 2

4. Ordonansi Perlindungan Alam (Natuurbeschermingsordonnantie 1941 Staatsblad 1941

Nummer

167);

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 44

Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Konservasi Hayati.

Pasal 45

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

 

Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1.      Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga

kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan  kesejahteraan manusia

(perlindungan sistem penyangga kehidupan);

2.      Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya

sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang

memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya

alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

3.      Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin

kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang

bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum

berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat

mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber

daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari.

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 46: Makalah Hutan Kelompok 2

 

Perlindungan hutan menurut pasal 47 UU No. 41 Tahun 1999 dirumuskan bahwa

perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk:

a.      Mencegah dan  membatasi kerusakan hutan-kerusakan hutan dan hasil-hasil hutan

yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, 

serta penyakit; dan

b.      Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas

hutan, kawasan hutan  dan hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan

dengan pengelolaan hutan.

        

Ada 3 (tiga) bentuk perlindungan terhadap hutan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan yaitu: (1) perlindungan tanah hutan, (2)

perlindungan hasil hutan, dan (3) perlindungan hasil hutan, terutama yang terkait

dengan pemanfaatan hutan dan pemungutan hasil hutan.

 

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 47: Makalah Hutan Kelompok 2

BAB IV

PENUTUP

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13

Page 48: Makalah Hutan Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA

G. Referensi

Imatetani (Juli 2010). Inovasi Lingkungan Hidup Berbasis Pertanian Kehutanan (htm)

(dalam Bahasa Indonesia). Rilis pers. Diakses pada 22 Juli 2011

http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2104024-penyebab-terdegradasinya-

fungsi-hutan/#ixzz1MKUAhzNK

S u m b e r d a y a h u t a n Page 13