Makalah Hukum Dan Hak Asasi Manusia

30
MAKALAH HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Jeffry Tanugraha 2012 505 003 FAKULTAS HUKUM

description

Makalah Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Transcript of Makalah Hukum Dan Hak Asasi Manusia

MAKALAH

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Jeffry Tanugraha

2012 505 003

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

2013KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa

ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat

menyelesaikan makalah HUKUM dan HAM tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak

akan tuntas tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah terlibat dalam

pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak

terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang

membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam

penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, 02 Desember 2013

Penulis,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia mempunyai hak-hak universal yang harus dijaga

dan dihormati oleh satu sama lain. Untuk melindungi hak-hak universal

yang dimiliki oleh setiap manusia ini, akhirnya disepakati untuk didirikan

sebuah aturan yang berhubungan dengannya. Pada abad 17-an ham

mulai dideklarasikan di inggris. Dan sejak itu pula ham mulai menjadi

tema yang menarik untuk diperbincangkan. Sampai sekarangpun

perbincangan-perbincangan mengenai tema itu masih kerap kita

temukan.

Memang dalam pandangan sebagian orang pembahasan ham

merupakan suatu hal yang sudah basi dan kurang menarik lagi. Kendati

demikian, pada kenyataan yang kita temui masih banyak informasi-

informasi yang mengabarkan tentang tema ini. Kenyataan hidup yang

menunjukan adanya banyak pelanggaran ham yang dilakukan oleh

perorangan maupun kelompoklah yang menjadikan pembahasan ini

masih tetap hangat untuk diinformasikan.

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan sangat berfariasi mulai

dari pelecehan secara individu sampai pada perampasan hak asasi

orang lain. Hal ini bisa disebabkan karena adanya unsure kesengajaan

maupun adanya kurang fahamnya masyarakat tentang hal ini. Di

belahan dunia barat yang didominasi oleh bangsa eropa, juga kerap

terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam masalah ini. Pada hal jika kita

kembali pada sejarah, deklarasi berkenaan dengan ham ini, pertama

dideklarasikan adalah di daerah inggris.

Tema-tema mengenai hal ini sangatlah perlu dipelajari pada

tingkatan perguruan tinggi, mengingat pembahasan pada masyarakat

yang tidak ada henti-hentinya. Dalam setiap kehidupan manusia

pastinya sangat berhubungan erat dengan yang namanya ham. Dalam

perjalanan hidup mereka menyandang hak-hak kodrati yang tidak dapat

diganggu gugat.dalam makalah ini akan lebih dikonsentrasikan pada

masalh kontradiktif.

1.2 Rumusan Masalah

Hal-hal yang akan dibahas dalam pemaparan dapat terlihat dari

rumusan masalah yang difadirkan. Semakin banyak rumusan masalah,

semakin panjang pula penjelasannya. Adapun latar belakang yang

disajikan dalam makalah ini adalah:

1. Apakah yang dinamakan ham itu?

2. Bagaimanakah sejarah ham di barat?

3. Bagaimanakah keadaam ham di barat saat ini?

1.3 Tujuan

Dalam setiap penelitian pastilah mempumyai segala sesuatu yang

dituju. Tujuan yang kami ingin capai dari pemaparan bahasan ini adalah:

1. Memahami makna dan apa itu ham.

2. Mengetahui sejarah ham di barat.

3. Memahami perkembangan ham saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM

Untuk membuka pemahaman tentang segala sesuatu pestinya kita

harus memahami terlebih dahulu pengrtian dari sesuatu yang kita

pelajari tersebut. Begitu juga ketika kita ingin mempelajari tentang ham

maka kita juga harus mempelajari dan mendalami apakah yang

dinamakan dengan ham tersebut.

Hak asasi manusia adalah sesuatu yang dimiliki oleh setiap

manusia dalam kehidupannya. Tuhanlah yang menghadiahkannya pada

setiap manusia yang ada. Sesuatu tersebut bersifat kodrati dan tidak

dapat dirubah-rubah apalagi ditiadakan, karena itu merupakan hak

perorangan yang tidak dapat diganggu gugat. Pendapat ini bersesuaian

dengan beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa

ilmuan yang telah ada.

Menurut reching human right yang diterbitkan oleh perserikatan

bangsa-bangsa (pbb) , hak asasi manusia adalah hak yang melekat

pada setiap menusia, yang tanpanya manusia mustahil untuk hidup

sebagai manusia, dalam kehidupan ini tuhan telah membekai kita

dengan segala sesuatu yang tanpa adanya hal itu kita tidak dapat

dinyatakan hidup. Hal ini meliputi hak untuk hidup, berbicara dan lain-

lian.

John locke yang merupakan salah seorang pemikir khususnya

dalam bidang sosial dan kemasyarakatan juga sependapat dengan

pendapat yang peretama tadi. Menurut beliau, ham merupakan sesuatu

yang diberika langsung oleh tuhan kepada manusia sebagai sesuatu

yang bersifat kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuasaan yang dapat

mengambil hak tersebut. Dari pengertian tersebut akhirnya mengerucut

memjadi sebuah pengertian bahwa ham adalah hak dasar setiap

manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anughar dari yang maha

kuasa bukan dari lembaga ataupun penguasa yang ada.

2.2 Sejarah Ham Barat

Manusia telah mempunyai hak asasi mereka mulai sejak mereka

dilahirkan ke dunia. Kendati demikian ham secara resmi tidak serta

merta ada dan diakui oleh pemerintah. Dalam kehidupan kemanusiaan

yang ada di barat. Hak asasi manusia  baru diresmikan pada abat ke 17-

an di inggris. Adapun runtutan sejarahnya adalah sebagai berikut =

1. Sebelum deklarasi universal.

a. Magna charta

Pada praktek dalam dunia nyata ham sudah ada dan dipakai

dalam kehidupan masyarakat eropa. Para ahli hampun tidak

memungkiri dengan adanya hal tersebut. Ham telah populer di masa

kejayaan. Secara resmi, pembahasan ham mulai banyak

diperbincangkan dan banyak di bahas secara mendalam dimulai

dengan lahirnya magna carta.  Magna cartalah yang membatasi

antara kekuasaan absolut para penguasa atau raja-raja.

Kekuasaan absolute raja, seperti menciptakan hokum tetapi

tidak terikat dengan peraturan penguasa yang ada, menjadi dibatasi

dan kekuasaan mereka harus dipertanggung jawabkan secara

hokum. Sejak lahirnya magna carta pada tahun 1215, raja yang

melanggar aturan kekuasaan harus diadili yang

mempertanggungjawabkan kebijakan pemerintahannya di hadapan

parlemen. Sekalipun kekuasaan para raja masih sangat dominan

dalam hal pembuatan undang-undang, magna charta telah manyulut

ide tentang keterikatan penguasa pada hokum dan pertanggung

jawaban kekuasaan mereka kepada rakyat.

Lahirnya magna charta merupakan cikal bakal lahirnya monarki

konstitusional. Ketrikatan penguasa dengan hokum dapat dilihat pada

pasal 21 magna charta yang menyatakan bahwa “… para pangeran

dan baron dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan, dan

sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya.” Sedangkan pada

pasal 40 diregaskan bahwa “… tak seorangpun menghendaki kita

mengingkari atau menunda tegaknya hak atau keadilan.”

b. Lahirnya undang-undang hak asasi manusia

Untuk mengplikasikan adanya hak-hak yang dimiliki oleh setiap

manusia yang ada di dunia ini, sangat perlu untuk diadakannya

persamaan kedudukan di depan hokum. Dengan adanya persamaan

ini maka, hak-hak yang dimiliki oleh perorangan akan mendapatkan

porsi hokum yang sama dan tidak ada deskriminasi antara satu

dengan yang lainnya. Hal ini mulai terpikirkan setelah selang sekitar

empat abad dari terjadinya magna charta, yaitu pada tahun 1689.

Pada tahun ini lahir undang-undang resmi yang membahas

tentang hak asasi manusia di inggris dan ejak itulah muncul

istilah equality before the low, kesetaraan manusia dimuka hokum.

Dan akhirnya memunculkan juga istilah-istilah dan teori sosial yang

identik dengan perkembangan dan karakter masyarakat eropa, yang

dilanjutkan oleh amerika: kontrak sosial(j.j roesseau), trias politika

(montesquieu), teori hokum kodrati (john locke), dan hak-hak dasar

kesamaan dan kebebasan (thomas jefferson). Istilah-istilah ini akan

dijelaskan pada subab yang berikutnya.

c. Deklarasi prancis

Penangkapan dan penahanan secara semena-mena akhirnya

mendapatkan perhatian khusus pada masa ini. Sehingga pada tahun

1789, lahir deklarasi prancis yang mamuat aturan hokum yang

menjamin kebebasan manusia dalam proses hokum, seperti larangan

menangkap seseorang dengan cara sewenang-wenang tanpa ada

alas an yang pasti dalam ketentuan hokum. Yang kemudian

menghasilkan sebuah perinsip yang sangat didukung dengan hak

asasi manusia yang ada. Prinsip ini adalah prinsip presumption of

innocent. Prinsip ini menyatakan bahwa orang-orang yang dianggap

tidak bersalah sampai ada keputusan dari pengadilan yang

berkekuatan hokum yang sah telah menyatakan bahwa ia adalah

bersalah.

Perkembangan ham pada saat ini ditandai dengan munculnya

empat hak kebebasan manusia di amerika serikat pada 6 januari

1941. Keempat hak itu adalah =

1. Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah

sesuai dengan ajaran yang ia peluk.

2. Hak bebas dari kemiskinan.

3. Hak bebas berbicara dan menyatakan pendapat.

4. Hak bebas dari rasa takut.

d.      Deklarasi ham

Setelah beranjak tiga tahun deklarasi ham dihasilkan pada

suatu konfrensi buruh internasional yang diselenggarakan di

philadelphia, amerika serikat. Deklarasi pada tahun 1944 ini memuat

pentingnya menciptakan perdamaian dunia berdasarkan pada

keadilan sosial dan perlindungan seluruh manusia yangv tidak

pandang ras, kepercayaan dan jenis kelaminnya. Deklarasi ini juga

memuat prinsip ham yang merupakan jaminan setiap orang yang

untuk mengejar pemenuhan kebuthan material dan spiritual secara

bebas dan bermartabat serta jaminan keamanan ekonomi dan

kesempatan yang sama. Hak-hak tersebut kemudian dijadikan dasar

perumusan deklarasi universal ham (duham)  yang dikukuhkan oleh

pbb pada tahun 1948.

Menurut duham terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh

individu yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal

(hak jaminan perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak

subsistensi (hak jaminan adanya sumberdaya untuk menunjang

kehidupan), dan hak ekonomi, sosial serta budaya.

2.3 Keadaan HAM di Barat Saat Ini

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia baratlah yang sudah

dengan resmi mempelopori adanya undang-undang yang mangatur

hak asasi manusia secara resmi dan sah. Dengan adanya deklarasi-

deklarasi yang dilakukan oleh bangsa barat ini secara otomatis

mempengaruhi negara-negara yang lainnya. Apalagi hal ini sudah

disahkan oleh pbb yang notabenenya adalah naungan banyak

bangsa dan negara berpengaruh di dunia.

amun  jika kita telah lebih dalam hal ini tidak menghalangi

negara-negara barat untuk tidak melanggar apa yang sudah mereka

susun sendiri. Banyak dari tingkah laku mereka yang secara sadar

atau tidak telah melanggar norma-norma ham yang telah

dukukuhkan. Dengan semena-mena mengadakan genjadan senjata

dimana-mana, walaupun ketika dilihat secara sepintas akan ada hal-

hal yang memaklumkan hal tersebut.

Telah dengan lebih dalam akan mengetahui apa sebab

musabab terjadinya genjatan-genjatan senjata yang dapat

mengakibatkan banyak hak-hak asasi manusia terabaikan. Hal ini tak

menutup kemungkinan adanya sekandal-sekandal orang-orang

dalam dalam melakukan semua pembaikotan-pembaikotan ham yang

ada. Sehingga orang-orang luar yang tidak begitu faham akan hal itu

akan diam saja tanpa adanya pemikiran tentang pelanggaran ham.

BAB III

ANALISI

3.1  Study Kasus

Berbicara seputar ham, memang baratlah yang mencetuskan

semua teori-teori ini. Namun, sebenarnya di barat tidak mengedapankan

esensi dari hal itu sendiri. Di satu sisi mereka ingin mengekspor ide

ham, dan disisi yang lain mereka menginjak-injak ide-ide yang tertuang

dalamnya. Di negara amerika serikat sendiri, disana tetap ada yang

namanya deskriminasi. Hingga kini, di negara tersebut perlakuan

kepada ras kulit hitan tidak akan sama denghan perlakuan pada ras kulit

putih. Sampai pada saat obama yang merupakan ras kulit hitam bisa

memenangkan pemilu, hal ini agaknya mengundang sedikit polemic

yang ada dalam masyarakat.

3.2  Solusi

Dalam pengamalan undang-undang yang berlaku, perlu

diadakannya tinjauan ulang pada setiap praktek dalam kehidupan nyata.

Banyak yang dikira sudah baik ternyata pada hakikatnya masih banyak

penyimpangan-penyimpangan yang ada. Tinjauan ini bertujuan untuk

dapat diadakannya evaluasi-evaluasi lebih lanjut sehingga akan lebih

mudah dalam menindak lanjutinya.

Adanya hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang

berlaku dalam hak asasi manusia, sudah sepantasnyalah untuk

ditangani secara cepat dan tepat oleh pemerinatah. Dengan adanya

aturan-aturan seharusnya hidup ini akan lebih terarah. Jika ada suatu

hal yang dianggap menyalahi aturan akan tetapi hal itu tetap dibiarkan

maka akan merambah pada sektor-sektor yang lain. Dan akibat akhirnya

banyak peraturan yang telah dibuat akan dilanggar secara semena-

mena tanpa adanya tindak lanjut dari semuanya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Ham adalah segala sesuatu yang di anugrahkan dari tuhan

kepada manusia, dimana hal tersebut bersifat kodrati dan tidak

dapat diganggu gugat oleh pihak manapun.

2. Dalam perjalanan ham mulai berdirinya sampai pada saat ini,

terdapat beberapa sejarah yang berharga. Meliputi magna carta

dan deklarasi-deklarasi yang lainnya.

3. Keadaan ham pada saat ini masih jauh dari harapan . Banyak

pembenahan-pembenahan yang harus dilakukan.

4.2 Saran

Dalam menghdapi perbadaan-perbedaan yang sangat urgen

dalam masyarakat barat, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan

perkembangan konflik ham yang tengah terjadi dalam masyarakat.

Perbedaan-perbedaan ini mempunyai posisi yang sangat mengancam

kelangsungan perdamaian.

DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah dkk. 2009. Demokrasi hak asasi manusia dan

masyarakat madani.

Jakarta: perdana media group

Khodafi dkk. 2012. Civic education.

Surabaya: iain sunan ampel press

Naming, ramdlon. 1983. Citra dan citra hak asasi manusia.

Yogyakarta: liberty

Konvensi eropa tentang hak asasi manusia

CONTOH PELANGGARAN HAM DI EROPA

Dalam lima Tahun ini Pelanggaran HAM di Eropa Meningkat.

Pengadilan HAM Di Eropa, Strasbourg.

Foto: Johanna Leguerre / AFP

Analisis independen

peradilan pidana di Uni Eropa menemukan bahwa Yunani, Bulgaria,

Polandia dan Romania adalah pelanggar HAM paling buruk.

Menurut sebuah survei independen dari pengadilan

serikat, Yunani, Bulgaria, Polandia dan Rumania adalah negara-negara

Uni Eropa yang paling buruk dalam hal pemenuhan keadilan melalui

pengadilan pidana.

Negara di pinggiran timur  dinilai sebagai pelanggar HAM dalam

studi perbandingan pelanggaran hak individu untuk kebebasan dan

peradilan yang adil direkam oleh pengadilan hak asasi manusia Eropa

(ECHR).Penundaan dalam membawa kasus ke pengadilan adalah

indikator penilaian yang digunakan dalam analisa ini.

Di beberapa negara Uni Eropa penahanan pra-sidang dapat

berlangsung sampai empat tahun, selain itu  tidak adanya ketentuan

tentang hukuman maksimum turut menjadi indikator yang dinilai sebagai

kemunduran penegakan HAM. Penelitian ini dilakukan sejak 2007

hingga musim panas ini.Pada 2007, terdapat 37 pelanggaran hak atas

peradilan pidana yang adil di negara Uni Eropa, dan 75 pada tahun

2011 - meningkat lebih dari 100%.

Yunani memiliki jumlah tertinggi pelanggaran - 108 - karena

melanggar kedua artikel selama periode lima tahun. Kebanyakan

berhubungan dengan keterlambatan kronis dalam membawa kasus ke

pengadilan.Penafsir tidak selalu tersedia dan kekhawatiran telah

dikemukakan tentang korupsi peradilan di Yunani, penelitian, Hak

Pertahanan di Uni Eropa, memperingatkan.

Bulgaria memiliki 92 pelanggaran dicatat oleh ECHR, sebagian

besar dari mereka juga karena banyaknya penundaan perkara yang

berlarut-larut. Warga negara yang ditahan seringkali tidak diberikan

akses yang cukup untuk pengacara atau keluarga mereka.

Polandia, dengan 67 pelanggaran. Dari sekian banyak persyaratan

pengadilan Strasbourg bahwa harus ada nasihat hukum bagi terdakwa

dan lainnya, terlalu banyak orang secara rutin ditahan dalam tahanan

dan menolak akses ke file pengadilan selama investigasi, penelitian ini

menambahkan.

Rumania, dengan 49 pelanggaran, dikritik karena gagal untuk

memungkinkan para tahanan untuk menantang keabsahan penahanan

mereka, dianggap tidak bersalah sampai ditemukan saksi bersalah dan

pertanyaan memberikan bukti melawan mereka.

Pola kegagalan hukum secara kasar mencerminkan ekonomi di

benua yang bersangkutan. Negara-negara miskin paling tidak mampu

memberikan keadilan yang adil dan tepat waktu. Pengadilan

Internasional telah menggunakan informasi tersebut untuk menghasilkan

peta yang menilai masing-masing negara Uni Eropa dalam hal kesulitan

hukum pidananya.

SUMBER:

MANIFEST on 11 Oktober 2012

guardian.co.uk

Eropa: Larangan Jilbab Tak Langgar HAM

Magdalena – Jumat, 5 Desember 2008

Mahkamah Hak Asasi

Manusia Eropa menyatakan

mendukung larangan jilbab di

sekolah-sekolah yang diterapkan

negara Prancis. Mahkamah itu

menyatakan, larangan jilbab

tersebut tidak melanggar

ketentuan hak asasi manusia di Eropa.

"Mahkamah menilai tujuan dari pembatasan yang dilakukan terhadap

mereka yang ingin menjalankan perintah agamanya adalah untuk

memenuhi syarat dari konsep sekularisme yang berlaku di sekolah-

sekolah umum," demikian pernyataan Mahkamah HAM Eropa.

Prancis mulai memberlakukan larangan jilbab di sekolah-sekolah

pada tahun 2004. Negara itu menilai hijab tidak cocok dengan mata

pelajaran yang membutuhkan keleluasaan bergerak secara fisik.

Larangan itu memicu perdebatan panas terkait kebebasan dan

kesetaraan yang digembor-gemborkan negara-negara Eropa.

Sebelum ada larangan jilbab, tepatnya tahun 1999, dua siswa

Muslim berusia 11 dan 12 tahun di Prancis dikeluarkan dari sekolahnya

karena menolak melepas jilbabnya saat pelajaran olahraga. Kedua siswi

itu membawa kasus tersebut ke pengadilan dan menuding pihak sekolah

telah melanggar hak kebebasan beragama dan hak mereka untuk

mendapatkan pendidikan. Namun pengadilan malah mendukung

keputusan sekolah mengeluarkan dua siswi tersebut.

Mahkamah HAM Eropa yang berlokasi di Strasbourg menilai

keputusan sekolah mengeluarkan dua siswi itu bukan tindakan

diskriminasi, karena tindakan itu diambil atas dasar konsep sekularisme

yang berlaku di sekolah tersebut dan bukan karena keberatan dengan

agama yang dianut kedua siswi itu. (ln/iol)