Makalah Heat Exchanger

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan konsumen akan sebuah produk, menyebabkan kegiatan produksi dan operasi dunia industri turut meningkat. Kebutuhan akan alat yang efisien dan fleksibel semakin tinggi demi kelancaran kegiatan produksi, salah satu alat yang dibutuhkan yakni alat penukar panas atau biasa disebut Heat Exchanger sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side. Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus mereka. Dalam paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke penukar pada akhir yang sama, dan perjalanan secara paralel satu sama lain ke sisi lain. Dalam counter-flow penukar panas cairan masuk ke penukar dari ujung berlawanan. Desain saat ini counter paling efisien, karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam suatu heat exchanger lintas-aliran, cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama lain melalui exchanger Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu : Parallel flow/co current /flow (aliran searah) Cross flow (aliran silang) Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

description

makalah perpindan panas yang terjadi pada heat exchanger

Transcript of Makalah Heat Exchanger

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Meningkatnya tuntutan konsumen akan sebuah produk, menyebabkan

    kegiatan produksi dan operasi dunia industri turut meningkat. Kebutuhan akan alat

    yang efisien dan fleksibel semakin tinggi demi kelancaran kegiatan produksi, salah

    satu alat yang dibutuhkan yakni alat penukar panas atau biasa disebut Heat

    Exchanger sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam

    suatu proses produksi atau operasi

    Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan

    untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan

    bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Salah satu tipe dari alat

    penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat

    ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle)

    di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di

    luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida

    didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian

    dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.

    Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus mereka.

    Dalam paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke penukar pada akhir yang

    sama, dan perjalanan secara paralel satu sama lain ke sisi lain. Dalam counter-flow

    penukar panas cairan masuk ke penukar dari ujung berlawanan. Desain saat ini

    counter paling efisien, karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam suatu

    heat exchanger lintas-aliran, cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama lain

    melalui exchanger

    Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas

    Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

    Parallel flow/co current /flow (aliran searah)

    Cross flow (aliran silang)

    Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

  • Counter current flow (aliran berlawanan arah)

    Jenis-jenis penukar panas

    Jenis-jenis penukar panas antara lain :

    a. Double Pipe Heat Exchanger

    b. Plate and Frame Heat Exchanger

    c. Shell anf Tube Heat Exchanger

    d. Adiabatic wheel Heat Exchanger

    e. Pillow plate Heat Exchanger

    f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger

    g. Phase-change Heat Exchanger

    1.2 Rumusan Masalah

    Perumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana mengetahui tentang heat

    exchanger

    1. Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger ?

    2. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?

    3. Bagaimana prinsip kerja Heat Exchanger ?

    4. Bagaimana analisa dari kinerja Heat Exchanger

    1.3. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    Memperoleh pengetahuan dalam hal pertukaran panas atau heat exchanger,

    terutama pengetahuan dalam bidang ilmu teknik mesin.

    2. Tujuan Khusus

  • Agar lebih memahami dan mengetahui seberapa penting tentang dunia

    teknik,khususnya untuk masalah pertukaran panas yang mana banyak di jumpai di

    industri-industri tertentu.

  • BAB II.

    STUDI LITELATUR

    Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas

    Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi dari

    satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah

    daerah tersebut. Hal ikhwal aliran panas bersifat universal yang berkaitan

    dengan tarikan gravitasi. Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda

    yaitu :

    konduksi (conduction), radiasi (radiation) dan konveksi (convection). Jika kita

    berbicara secara tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat digolongkan sebagai

    proses perpindahan panas, karena hanya kedua mekanisme ini yang tergantung pada

    beda suhu. Sedang konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas,

    karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada transport massa mekanik pula.

    Tetapi karena konveksi juga menghasilkan pemindahan energi dari daerah yang

    bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka istilah perpindahan

    panas dengan cara konveksi telah diterima secara umum.

    Konduksi (Conduction)

    Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi

    ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau gas) atau

    antara medium - medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa

    adanya perpindahan molekul yang cukup besar menurut teori kinetik. Suhu elemen

    suatu zat sebanding dengan energi kinetik rata rata molekul molekul yang

    membentuk elemen itu.

    Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan posisi

    relative molekul molekulnya disebut energi dalam. Perpindahan energi tersebut dapat

    berlangsung dengan tumbukan elastic (elastic impact), misalnya dalam fluida atau

    dengan pembauran (difusi/diffusion) elektron elektron yang bergerak secara cepat dari

    daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah ( misalnya

  • logam).Konduksi merupakan satu satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir

    dalam zat padat yang tidak tembus cahaya.

    perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu

    dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut

    secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan

    molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang

    cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga

    menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.

    Radiasi (Radiation)

    Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang

    bersuhu rendah, bila benda benda itu terpisah didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang

    hampa diantara benda benda tersebut. Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus

    menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan . Energi radiasi

    bergerak dengan kecepatan cahaya (3x108 m/s) dan gejala gejalanya menyerupai radiasi

    cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal hanya berbeda dalam

    panjang gelombang masing masing. Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa

    melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari

    benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana

    tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

    Konveksi (Convection)

    Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas,

    penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksisangat penting sebagai

    mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat, cairan atau gas.

    Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free

    convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan

    alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata mata sebagai akibat dari

    perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka disebut konveksi bebas

    atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar

    seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebutkonveksi paksa.Keefektifan

    perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian besarnya pada gerakan

  • mencampur fluida . akibatnya studi perpindahan panas konveksi didasarkan pada

    pengetahuan tentang ciri ciri aliran fluida.

    2. Hukum-hukum Dasar Perpindahan Panas

    Konduksi. Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi diusulkan

    oleh ilmuan perancis , J.B.J. Fourier, tahun 1882. Hubungan ini menyatakan bahwa qk,

    laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, sama dengan hasil kali dari

    tiga buah besaran berikut :

    1. k, konduktivitas termal bahan.

    2. A, luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi yang harus diukur

    tegak lurus terhadap arah aliran panas.

    3. dT/Dx, gradien suhu terhadap penampang tersebut, yaitu perubahan

    suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x. Untuk menuliskan persamaan

    konduksi panas dalam bentuk matematik, kita harus mengadakan perjanjian tentang

    tanda. Kita tetapkan bahwa arah naiknya jarak x adalah arah aliran panas positif.

    Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi dalam keadaan tunak (stedi) ditulis :

    dXqk = kA dT (1-1)

    Untuk konsistensi dimensi dalam pers. 1-1,

    laju aliran panas qk dinyatakan dalam Btu/h*), luas A dalam ft2 dan gradien suhu dT/dx

    dalam F/ft.

    Konduktivitas termal k adalah sifat bahan dan menunjukkan jumlah panas yang

    mengalir melintasi satuan luas jika gradien suhunya satu. Jadi panas konduksi Bahan

    yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi dinamakan konduktor(conductor),

    sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah disebut isolator (insulator).

  • Untuk kasus sederhana aliran panas keadaan stedi melalui dinding datar (plane),

    gradien suhu dan aliran panas tidak berubah dengan waktu dan sepanjang lintasan

    aliran panas luas penampangnya sama : = Tdingin Tpanask L dx kdTAq Jika k tidak

    bergantung pada T, setelah integrasi kita mendapat rumus berikut untuk laju konduksi

    panas melalui dinding :

    L AkT T TLqk Ak panas dingin

    L/Ak setara dengan tahanan termal (thermal resistance) Rk yang diberikan oleh dinding

    kepada aliran panas dengan cara konduksi dan kita memperoleh.

    AkRk = L (1-3)

    Kebalikan dari tahanan termal disebut konduktansi termal (thermalconductance);

    LKk = Ak(1-4)

    Radiasi, jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi

    tergantung pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau

    benda hitam (black body) memancarkan energi radiasi dari permukaannya dengan laju

    qr yang diberikan oleh

    qr= A1 T14 Btu / hr (1-5)

    Btu/h, jika A1 luas permukaan dalam ft persegi, T1 suhu permukaan dalamderajat

    rankine (R) dan konstanta dimensional dengan nilai 0,1714 x 10-8 Btu/h ft2 R4.dalam

    satuan SI laju aliran panas qr mempunyai satuan watt, jika luas permukaan A1 dalam m2

    , suhu mutlak dalam derajat Kelvin, dan 5,67 x 10 -8 watt / m2 k4 .besaran dinamakan

    konstanta Stefan Boltzmann.Jika benda hitam tersebut beradiasi ke sebuah penutup

    yang sepenuhnyamengurungnya dan yang permukaanya juga hitam, yaitu menyerap

    semua energi radiasi yang datang padanya , maka laju bersih perpindahan panas radiasi

    diberikan oleh :

    qr= A1 (T14 - T24) (1-6)

  • Dimana T2 adalah suhu permukaan penutup dalam derajat Fahrenheit mutlak. Jika pada

    suhu yang sama dengan benda hitam benda nyata memancarkan sebagian yang konstan

    dari pancaran benda hitam pada setiap panjang gelombang, maka benda itu disebut

    benda kelabu (gray body). Laju bersih perpindahan panas dari benda kelabu dengan

    suhu T1 ke benda hitam dengan suhu T2 yang mengelilinginya adalah

    qr= A1 1 (T14 - T24) (1-7)

    Dimana 1 adalah emitansi (emittance) permukaan kelabu dan sama dengan

    perbandingan pancaran (emission) dari permukaan kelabu terhadap pancaran dari

    radiator sempurna pada suhu yang sama. Jika kedua benda tersebut bukan radiator

    sempurna dan jika kedua benda itu mempunyai hubungan geometrik tertentu satu sama

    lain, maka perpindahan panas bersih diantara kedua benda tersebut diberikan oleh

    qr= A1 1-2 (T14 - T24) (1-8)

    Konveksi. Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu

    permukaan dan suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan :

    qc= hc A T (1-9)

    Dimana qc= laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;

    A = luas perpindahan panas, ft2;xv

    T = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T dilokasi yang ditentukan

    (biasanya jauh dari permukaan), F;

    hc= Konduktansi termal satuan konveksi rata rata (sering disebut koefisien permukaan

    perpindahan panas atau koefisien perpindahan panas konveksi), Btu/h ft2 F.

    Btu/ ft2 F W/m2 K

    Udara , konveksi bebas 1-5 6-30

    Uap panas lanjut atau udara, konveksi paksa 5-50 30-300

    Minyak, konveksi paksa 10-300 60-1800

    Air, konveksi paksa 5-2000 300-6000

  • Air, mendidih 500-10000 3000-60000

    Uap, mengembun 1000-20000 6000- 120000

    Dengan mempergunakan pers. 1-9, kita dapat mendefenisikan konduktansi termal Kc

    untuk perpindahan panas konveksi sebagai

    Kc = hc A (1-10)

    Dan tahanan termal terhadap perpindahan panas konveksi Rc yang sama dengan

    kebalikan konduktansi, sebagai

    Rc =hcA1 (1-11)

    3. Mekanisme Perpindahan Panas Gabungan

    Dalam praktek biasanya panas berpindah dalam tahap tahap melalui sejumlah bagian

    yang berbeda yang dihubungkan secara seri, dan untukbagian tertentu dalam sistem

    tersebut perpindahannya seringkali berlangsung dengan dua mekanisme secara paralel.

    Contoh; Perpindahan panas dari hasil pembakaran dalam ruang bakar motor roket

    melalui dinding tipis ke zat pendingin yang mengalir dalam cincin diluar dinding

    tersebut Bagian pertama sistem ini panas berpindah dari gas panas ke permukaan

    dalam dinding motor roket dengan mekanisme konveksi dan radiasi yangbekerja

    secarah paralel. Laju total aliran panas q ke permukaan dinding pada suatu jarak dari

    nosel adalah :

    q = qc+ qr

    = hc A (Tg Tsg) + hr A (Tg Tsg) (1-12)

    q= (hc A + hr A) (Tg Tsg)

    = (Kc + Kr) (Tg Tsg)

    =RTg Tsg

    Dimana Tg= suhu gas panas

  • Tsg = suhu pada permukaan dalam dinding;

    R1 = tahanan termal kombinasi atau efektif bagian pertama,

    R1 = 1/(hr + hc) A.

    Bagian kedua; keadaan stedi, panas berkonduksi melalui cangkang (shell), yaitu bagian

    kedua sistem tersebut, dengan laju yang sama dengan laju ke permukaan dan

    q = qk = (Tsg Tsc)

    LkA (1-13)

    = Kk (Tsg Tsc)

    =2 RTsg Tsc

    Dimana

    Tsc = suhu permukaan dinding pada zat pendingin

    R2 = tahanan termal dalam bagian ketiga sistem.

    Bagian ketiga; panas mengalir melalui bagian ketiga sistem tersebut ke zat pendingin

    dengan cara konveksi.

    q = qc = hc A (Tsc Tc) (1-14)

    =RTsc Tc

    Dimana: Tc = suhu zat pendingin ;

    R3 = tahanan termal dalam bagian ketiga sistem. Dalam praktek, sering kali yang

    diketahui hanya suhu gas panas dan suhu zat pendingin atau;

    q = =+ +

    R1 R2 R3

    Tg Tc

    R1 R2 R3

  • Ttotal

    + +(1-15)

    Persamaan 1-15 disederhanakan dengan menggabungkan berbagaitahanan atau

    konduktansi sistem termalnya menjadi satu besaran, yang dinamakan konduktansi

    satuan keseluruhan (overall unit conductance), transmitansi keseluruhan (overall

    transmittance), atau koefisien perpindahan panas keseluruhan, U atau q = U A Ttotal

    (1-16)

    dimana UA =1 2 31R + R + R(1-17)

    Untuk aliran panas sepanjang lintasan yang terdiri dari n bagian termal dalam seri,

    konduktansi keseluruhan UA sama dengan kebalikan dari jumlah tahanan masing

    masing bagian, atau

    UA =R1 R2 ...Rn1+ +(1-18)

    Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari

    dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung

    ataupun tidak langsung.

    a. Secaara kontak langsung

    Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak

    langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu

    melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak

    langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel

    padat-kombinasi fluida.

    b. Secara kontak tak langsung

    Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.

    Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

    Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali

    jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka

    alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :

    a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida

    sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan

    didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan

  • yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin

    biasanya digunakan amoniak atau Freon.

    b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau

    campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang

    dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas

    atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang

    mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan

    dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.

    c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas

    dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi

    perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin

    coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan

    (kipas).

    d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi

    uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari

    fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat

    yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.

    Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta

    menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering

    digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini dapat

    dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah reboiler

    dengan mempergunakan minyak (665 0F) sebagai media penguap, minyak tersebut

    akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Data

  • Data yang digunakan dalam makalah ini adalah data yang terperinci dari

    hasil pengamatan dan menganalia tentang pertukaran panas dari suatu heat

    exchanger yang terdapat pada industri besar. Data yang dihasilkan dari hasil

    pengamatan antara lain konduksi panas yang terjadi didalam heat exchanger.

    Sedangkan untuk mendapatkan informasi tentang pemanasan dapat diambil dari

    sumber buku, internet, dan lain-lain.

    3.2. Langkah langkah Penyelesaian

    Secara umum langkah-langkah yang akan dilakukan untuk

    menyelesaikan permasalahan pada topik pemanasan secara konveksi, maka terdiri

    dari beberapa langkah.

    Gambar 2.5 Skema Data Analisa

    Dari skema pada gambar 2.5, langkah-langkah penelitian dapat dijelaskan

    sebagi berikut :

    KAJIAN PUSTAKA

    METODE PENELITIAN

    ANALISA HASIL DATA

  • a. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka dengan cara memahami secara teoritis mengenai tentang suatu

    macam perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Namun dalam

    makalah ini yang dibahas hanya tentang perpindahan secara konduksi.

    b. Metode Penelitian

    Langkah selanjutnya dalam penelitian perpindahan panas secara konveksi dan

    perubahan massa pada proses pemanasan yang terjadi oleh suatu heat exchanger.

    Penentuan data ini diambil dari data yang terperinci, misalnya secara konduksi

    dalam pemanasan.

    c. Analisa Hasil Data

    Setelah pembuatan data yang signifikan, maka dapat diambil suatu hasil dari proses

    pemanasan secara konduksi. Hasil yang diperoleh dari proses selanjutnya dianalisis

    untuk mengetahui pengaruh dari nilai-nilai sifat dari pemanasan itu sendiri,

    sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

    Menurut hasil dari data yang didapatkan penukar panas dapat diklasifikasikan

    menurut pengaturan arus mereka. Dalam paralel-aliran penukar panas, dua cairan

    masuk ke penukar pada akhir yang sama, dan perjalanan secara paralel satu sama

    lain ke sisi lain. Dalam counter-flow penukar panas cairan masuk ke penukar dari

    ujung berlawanan. Desain saat ini counter paling efisien, karena dapat mentransfer

    panas yang paling. Dalam suatu heat exchanger lintas-aliran, cairan perjalanan

    sekitar tegak lurus satu sama lain melalui exchanger

    diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :

    1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas

    a. Tipe kontak tidak langsung

    Tipe dari satu fase

    Tipe dari banyak fase

    Tipe yang ditimbun (storage type)

    Tipe fluidized bed

    b. Tipe kontak langsung

    1) Immiscible fluids

    2) Gas liquid

    3) Liquid vapor

  • 2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir

    a. Dua jenis fluida

    b. Tiga jenis fluida

    c. N Jenis fluida (N lebih dari tiga)

    3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan

    a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m

    b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m

    4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas

    a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya

    b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara

    konveksi 2 aliran

    c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran

    masingmasing

    d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi

    5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi

    a. Konstruksi tubular (shell and tube)

    1) Tube ganda (double tube)

    2) Konstruksi shell and tubeoSekat plat (plate baffle) oSekat batang (rod baffle)

    oKonstruksi tube spiral

    b. Konstruksi tipe pelat

    1) Tipe pelat 3) Tipe lamella

    2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil

    c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)

    1) Sirip pelat (plate fin)

    2) Sirip tube (tube fin)

    Heat pipe wall

    Ordinary separating wall

    d. Regenerative

    1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)

    2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap

    6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran

    a. Aliran dengan satu pass 1) Aliran berlawanan 4) Aliran parallel

  • 2) Aliran melintang 5) Aliran split

    3) Aliran yang dibagi (divided)

    b. Aliran multipass

    1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)

    Aliran counter menyilang

    Aliran paralel menyilang

    Aliran compound

  • 16 | H e a t E x c h a n g e r

    Shell and tube

    Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada tube)

    Aliran split

    Aliran dibagi (devided)

    2) Multipass plat

    N paralel plat multipass

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Heat Exchanger

    Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk

    memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi

    sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air

    yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).

    Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat

  • 17 | H e a t E x c h a n g e r

    berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida

    terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct

    contact). Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik

    kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu

    contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin

    memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

    Dalam industri perminyakan Jenis-jenis Heat Exchanger yang sering di jumpai

    dapat dibedakan atas jenis dan sistem kerjanya diantaranya seperti:

    2.3.1 Shell and Tube

    Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri

    perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana

    didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative

    kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya

    mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell

    Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari tabung

    berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih

    dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan panas

    atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut berkas tabung dan dapat

    terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan penukar panas

    tabung biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari

    30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 C. Hal ini karena shell dan penukar panas tabung

    yang kuat karena bentuknya.

    2.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)

    Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis

    penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan

    cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan

    lainnya dalam pipa.

    Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang

    dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida

    yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang

  • 18 | H e a t E x c h a n g e r

    anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat

    digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan

    untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh

    ( shell and tube heat exchanger ).

    Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-

    sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini

    dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan

    memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang

    memanjang, melingkar dan sebagainya.

    2.3.3 Koil Pipa

    Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam

    sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk

    mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai

    box cooler jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil

    dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut. Geometri HE Coiled Tube

    sangat bervariasi, tergantung pada kondisi aliran dan drop pressure yang dibutuhkan.

    Parameter yang berpengaruh antara lain: kecepatan aliran pada shell dan tube,

    diameter tube, jarak antar tube (tube pitch), layer spacer diameter. Faktor lain yang

    juga harus diperhitungkan yaitu jumlah fasa aliran, terjadinya kondensasi dan

    evaporasi pada shell atau tube.

    Aplikasi HE Coiled Tube untuk skala besar telah banyak diterapkan pada

    LNG Plant, dimana alat HE ini memiliki kapasitas 100,000 m3/h pada 289 K dan

    0.101 Mpa. Luas permukaan heat transfer 25,000 m2 dan panjang keseluruhan 61

    m, diameter 4.5 m dan berat 180 ton

    2.3.4 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)

    Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell,

    tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara

    pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan

    dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas

    permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas

  • 19 | H e a t E x c h a n g e r

    yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and

    tube.

    2.3.5 Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )

    Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri atas

    paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang dipisahkan

    antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Sistem Kerja dari Plate Heat

    Exchanger Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang

    kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan

    adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya.

    Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk

    dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen

    lain

    2.3.6 Adiabatic wheel heat exchanger

    Jenis keenam penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang

    solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas

    akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan

    benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.

    2.3.7 Pillow plate heat exchanger

    Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk

    susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel.

    Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan

    tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat

    bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan

    selembar tebal dari logam.

    Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin

    garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup

    untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang

    untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik

    bantal membengkak terbentuk dari logam.

  • 20 | H e a t E x c h a n g e r

    2.3.8 Dynamic scraped surface heat exchanger

    Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat

    exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi

    viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali

    berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga

    menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan

    selama proses tersebut.

    2.3.9 Phase-change heat exchanger

    Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar

    panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau

    digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan.

    Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk

    untuk menara distilasi sering penukar panas

    Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering

    disebut boiler atau generator uap.Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut

    reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem

    (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air

    dalam proses, disebut generator uap.Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil

    dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan

    untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan

    kembali

    Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger) terutama Heat

    exchanger tipe shell & tube:

    1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan

    dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

    2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga suatu harga

    maksimum dan kemudian berkurang.

    3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas berkurang, jika

    kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa

    udara meningkat.

  • 21 | H e a t E x c h a n g e r

    4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak

    maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan

    membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang. 5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar

    panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

    6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat

    hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.

    7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,

    efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas

    meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.

    8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak

    maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan

    membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.

    Analisa kinerja HE :

    1. Koefisien overall perpindahan panas (U)

    Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin

    dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan

    konveksi.

    2. Fouling factor (Rd)

    Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di

    permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan

    heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi

    dan proses biologi.Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang

    terbawa fluida yang mengalir di dalam HE

    Penyebab terjadinya fouling :

    a. Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke

    keras.

    b. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak

    keras.

    Akibat fouling :

    a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya,

    baik investasi, operasi maupun perawatan.

  • 22 | H e a t E x c h a n g e r

    b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat,

    waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.

    Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :

    a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)

    Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan

    terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat digunakan nilai-nilai

    berikut:

    1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 6 ft/s

    2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 8 ft/s

    3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling

    adalah 10 15 ft/s

    4). Kecepatan fluida shell adalah 1 3 ft/s.

    Temperature Permukaan dan Temperature Fluida

    Kecepatan terbentuknya fouling akan meningkat dengan meningkatnya

    temperatur.

    3.Pressure drop

    Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang dimilikinya

    selama fluida mengalir.

    Disebabkan oleh 2 hal :

    Friksi aliran dengan dinding

    Pembelokan aliran