Makalah Halusinasi

69
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan Skizofrenia (gangguan jiwa) yaitu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individual. Menurut Rasmun (2001), salah satu yang dapat mengakibatkan terjadinya ganguan mental atau psikiatri (ganguan jiwa) yaitu kritis multidimensi yang terjadi pada masyarakat. Masyarakat yang mengalami krisis diberbagai bidang seperti bidang ekonomi tidak hanya mengalami gangguan kesehatan fisik berupa ganguan gizi, terserang infeksi, tetapi juga dapat mengalami ganguan mental (jiwa). Bila individu tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka akan menimbulkan gangguan untuk berkonsentrasi dan berorientasi pada realita. Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah munculnya gejala halusinasi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang mendekat yang di prakarsai secara internal dan eksternal, disertai dengan suatu Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 1

description

keperawatan jiwa

Transcript of Makalah Halusinasi

Page 1: Makalah Halusinasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 yang dimaksud

dengan Skizofrenia (gangguan jiwa) yaitu kondisi terganggunya

fungsi mental, emosi, pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik

dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis, yang

disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya

fungsi humanistik individual. Menurut Rasmun (2001), salah satu

yang dapat mengakibatkan terjadinya ganguan mental atau

psikiatri (ganguan jiwa) yaitu kritis multidimensi yang terjadi

pada masyarakat. Masyarakat yang mengalami krisis diberbagai

bidang seperti bidang ekonomi tidak hanya mengalami

gangguan kesehatan fisik berupa ganguan gizi, terserang infeksi,

tetapi juga dapat mengalami ganguan mental (jiwa). Bila individu

tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, maka

akan menimbulkan gangguan untuk berkonsentrasi dan

berorientasi pada realita. Salah satu bentuk dari gangguan jiwa

adalah munculnya gejala halusinasi dimana individu mengalami

perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang mendekat

yang di prakarsai secara internal dan eksternal, disertai dengan

suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi/kelainan berespon

terhadap stimulus (Townsend, 1998).

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan

salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan

kesehatan jiwa pada manusia. Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah

seluruh penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul

(onset) nya pada usia 15-35 tahun. Bila angkanya 1 dari 1.000 penduduk saja yang

menderita gangguan tersebut, di Indonesia bisa mencapai 200-250 ribu orang

penderita dari jumlah tersebut bila 10% nya memerlukan rawat inap di rumah sakit

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 1

Page 2: Makalah Halusinasi

jiwa berarti dibutuhkan setidaknya 20-25 ribu tempat tidur (hospital bed) Rumah

sakit jiwa yang ada saat ini hanya cukup merawat penderita gangguan jiwa tidak lebih

dari 8.000 orang.

Kejadian gangguan jiwa di rumah sakit TNI AL dr. Ramelan Surabaya Di Pav

6B Didapatkan dari periode Januari 2011- Desember 2011 didapatkan data penderita

skizofrenia sebanyak 271 pasien dengan diagnosa keperawatan yang bermacam-

macam diantaranya: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, isolasi

sosial: menarik diri, perilaku kekerasan, waham, gangguan proses berfikir, gangguan

konsep diri, resiko bunuh diri. Mayoritas pasien yang dirawat adalah anggota TNI

AL.

Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat

pada sebagian besar masyarakat dunia umumnya dan Indonesia

pada khususnya, masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak

saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan

gizi, terserang berbagai penyakit infeksi tetapi juga dapat

mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri, yang pada

akhirnya dapat menurunkan produktifitas kerja, kualitas hidup

secara nasional, dan akan kehilangan satu generasi sehat yang

akan meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa. (Rasmun, 2001

Hal : 1-3). Di Indonesia fenomena yang sedang marak saat ini

adalah peristiwa individu sebagai contoh pembantu rumah

tangga yang mengalami gangguan jiwa ringan yang ditandai

dengan mudah gugup, marah, mudah tersinggung, tegang,

konsentrasi kurang, apatis yang akan bermuara pada gangguan

jiwa berat akibat beban kerja dengan majikan, upah serta kondisi

ekonomi dan sosial. Hal tersebut akan berakibat pada gangguan

jiwa Schizoprenia. Gangguan-gangguan kesehatan jiwa tersebut

menunjukkan seperti klien berbicara sendiri, mata terlihat

kekanan-kiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum sendiri, dan

sering mendengar suara-suara. Sedangkan halusinasi adalah

suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam

jumlah atau pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai

secara internal dan eksternal) disertai dengan satu pengurangan,

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 2

Page 3: Makalah Halusinasi

berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap

stimulus. (Townsend, 1998).

Peran perawat pada kasus ini secara promotif membentuk

potensi, mengontrol hidup sendiri, menyusun strategi koping,

mengubah lingkungan, dan masyarakat, peran preventif

mengidentifikasi perilaku khusus, menghindari kegagalan peran,

serta peran kuratif menyediakan lingkungan yang terapeutik,

memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik, mencegah

usaha bunuh diri, psikoterapi dan terapi medik, dan peran

rehabilitatif dengan mengikutsertakan klien dalam kelompok,

mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan, melatih

keterampilan klien.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan: Halusinasi Pendengaran dengan

Menggunakan pendekatan proses keperawatan jiwa di ruang Pavilliun VI B

Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian pada penderita Halusinasi Pendengaran.

2. Dapat menganalisa data yang diperoleh selama pengkajian.

3. Dapat menyusun rencana keperawatan pada penderita dengan halusinasi

pendengaran.

4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita dengan

halusinasi pendengaran.

5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada penderita dengan

halusinasi pendengaran.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 3

Page 4: Makalah Halusinasi

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam Asuhan

Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori:

Halusinasi Pendengaran Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang

Rawat Pavilliun VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

1.4.2 Praktis

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan

Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Rawat Pavilliun VI

Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

b. Bagi Pasien

Dapat menjadi pengetahuan bagi pasien mengenai penyakitnya.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 4

Page 5: Makalah Halusinasi

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis

atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997;

46).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yangg kronik, sering

mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas

variasinya (Kaplan 2000 : 407).

Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu

gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara

proses pikir, perasaan dan perbuatan.

Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia

merupakan suatu gambaran sindrom dengan berbagai macam penyebab dan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 5

Page 6: Makalah Halusinasi

perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau

ketidak harmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan

perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam.

2.2.2 Etiologi

1. Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri

0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu

orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan

kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

2. Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya Skizofrenia

pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu

klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan

3. Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak

sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat

badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat

asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian

obat halusinogenik.

4. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon

atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin

disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada

waktu membuat sediaan.

5. Teori Adolf Meyer

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 6

Page 7: Makalah Halusinasi

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga

sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis

yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang

inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya

Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang

salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan

lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

6. Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena

penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan

sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu

regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan

(transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini

yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara

proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala

Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses

pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder

(waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang

lain).

8. Teori lain

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh

bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah,

maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak,

arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 7

Page 8: Makalah Halusinasi

9. Ringkasan

Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat

dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang

mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus

(presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis,

biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa

terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.

(Maramis, 1998;218).

2.2.3 Tanda Dan Gejala

Menurut Hawari (2004), gejala – gejala positif yang yang diperlihatkan

pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:

a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak

masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa

keyakinannya itu tidak rational, namun penderita tetap meyakini

keberanannya.

b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan

(stimulus). Misalnya pederita mendenga suara – suara / bisikan – bisikan

di telinganya padahal tdak ada sumber dari suara / bisikan itu.

c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.

Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat, dan

sejenisnya.

f. Pekirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan akan ada ancaman

terhadap dirinya.

g. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala – gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat

mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi

keluarga untuk membawa penderita berobat.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 8

Page 9: Makalah Halusinasi

Gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah

sebagai berikut:

a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam

perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan

ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.

Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.Sulit dalam berpikir abstrak.

d. Pola piker stereotype.

e. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada

inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton,

serta tidak ingin apa – apa, dan serba malas (kehilangan nafsu).

2.2.4 Jenis Skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala

utama antara lain:

a. Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir

sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya

perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan

proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double

personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau

perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak

sekali.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 9

Page 10: Makalah Halusinasi

c. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering

didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik

atau stupor katatonik.Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham

sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya

gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

d. Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan

mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan

seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-

akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

e. Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas

adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali

serangan Skizofrenia.

f. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga

gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis

ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga

timbul serangan lagi.

2.2.5 Penatalaksanaan Skizofrenia

Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat

menggunakan beberapa metode antara lain:

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 10

Page 11: Makalah Halusinasi

a. Metode biologic

Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti

psikotik atypical baru (kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600

mg/hari). Ketidak patuhan minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu

diberikan depo flufenazine atau haloperidol kerja – lama merupakan obat

terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/ hari

atau klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang

disertai dengan kecemasan atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat

untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien

skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan

ECT.

b. Metode psikoterapi

Menurut Hawari (2006) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani

penyakit skizofrenia antara lain:

1. Psikoterapi suportif

Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan

motivasi agar penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya

(fighting spirit) dalam menghadapi hidup.

2. Psikoterapi re edukatif

Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk

merubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih

adaptif terhadap dunia luar.

3. Psikoterapi rekonstruksi

Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang

mengalami keresahan.

4. Terapi tingkah laku

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 11

Page 12: Makalah Halusinasi

Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior

psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi

dengan pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif.

5. Terapi keluarga

Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena

keluarga selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga

sekaligus sarana terapi yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan

sosial melalui komunikasi timbal balik.

6. Psikoterapi kognitif

Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan

nilai-nilai sosial dan etika.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Kasus (Masalah Utama)

Halusinasi Pendengaran

2.2.2 Konsep Halusinasi Pendengaran

1. Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara

internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan

distorsi atau kelainan berespon terhadap suatu stimulus. (Towsend.1998).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan, tanpa stimulus

yang nyata artinya klien menginterprestasikan suatu yang nyata tanpa

stimulus atau rangsangan dari luar (Maramis, 1980).

Halusinasi adalah merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam

tidak sadar untuk melindungi egonya/ pernyataan simbolik dari gangguan

psikotik individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari schizophrenia dank

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 12

Page 13: Makalah Halusinasi

lien dengan skizofrenia 70% mengalami halusinasi pendengaran dan 30%

mengalami halusinasi campuran yaitu halusinasi pendengaran dan

penglihatan (Stuart and Sundeen.1995).

2. Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. Faktor predisposisi

1. Biologis

1) Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP.

2) Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar

berbicara, daya ingat dan perilaku kekerasan.

2. Psikologis

1) Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.

2) Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.

3) Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya:

tidak ada kasih sayang diwarnai kekerasan dalam keluarga.

3. Sosial budaya

1) Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerawanan,dan

ketidakamanan).

2) Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk.

4. Faktor presipitasi

1) Kurangnya sumber daya/ dukungan social yang dimiliki.

2) Respon koping yang maladaptive.

3) Komunikasi dalam keluarga kurang.

3. IDENTIFIKASI ADANYA PERILAKU HALUSINASI

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 13

Page 14: Makalah Halusinasi

a. Isi Halusinasi

1. Menanyakan suara siapa yang didengar.

2. Apa bentuk yang dilihat.

3. Bau apa yang dicium.

4. Rasa apa yang dikecap.

5. Merasakan apa di permukaan tubuh.

b. Waktu dan frekuensi halusinasi

1. Kapan pengalaman itu muncul.

2. Bila mungkin klien diminta menjelaskan.

3. Kapan persis waktu terjadinya hal tersebut.

c. Situasi pencetus

1. Menanyakan kepada klien atau kejadian yang dialami sebelum hal

itu muncul.

d. Respons klien

1. Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengaruh

Halusinasi.

2. Apakah masih bisa mengontrol stimulus Halusinasi atau sudah

tidak berdaya.

4. FASE HALUSINASI

a. Fase pertama/ comforming (ansietas sedang)

Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan kesepian yang

memuncak dan tidak dapat diselesaikan.

Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang

menyenangkan cara ini hanya menolong sementara.

b. Fase kedua/ condemning (ansietas berat)

Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi dominan.

Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas.

Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol.

c. Fase ketiga/ controlling (ansietas sangat berat)

Bisikan suara,isi halusinasi makin mengontrol, menguasai dan

mengontrol klien.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 14

Page 15: Makalah Halusinasi

Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

d. Fase keempat/ conquering (panik)

Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan

memarahi klien.

Klien menjadi patut,tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat

berhubungan scara nyata dengan orang lain dilingkungan.

5. Tanda Dan Gejala

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah

sebagai berikut:

1. Bicara sendiri.

2. Senyum sendiri.

3. Ketawa sendiri.

4. Menggerakkan bibir tanpa suara.

5. Pergerakan mata yang cepat.

6. Respon verbal yang lambat.

7. Menarik diri dari orang lain.

8. Berusaha untuk menghindari orang lain.

9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.

12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.

13. Sulit berhubungan dengan orang lain.

14. Ekspresi muka tegang.

15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.

17. Tampak tremor dan berkeringat.

18. Perilaku panik.

19. Curiga dan bermusuhan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 15

Page 16: Makalah Halusinasi

20. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.

21. Ketakutan.

22. Tidak dapat mengurus diri.

23. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

6. Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi

Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi

praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai

ilmunya dan penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya. Halusinasi

visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat akan tidur ataupun saat

klien tidak ada pekerjaan dan termenung/melamun. Dalam penatalaksanaan

proses keperawatan klien dengan halusinasi yaitu:

a. Membina hubungan saling percaya.

b. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan

bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun

sebabnya.

c. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik dan bercakap-cakap

dengan temannya).

d. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami

klien, bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.

Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis,

dosis, kegunaan maupun efek samping (Rasmun, 2001).

7. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang

berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini

merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 16

Page 17: Makalah Halusinasi

persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera

(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien

dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun

sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena

sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan

stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi

jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak

akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

RENTANG RESPON

(STUART & LARAIA, 2001)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran G3

Pikir/Delusi

Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi

Emosi Konsisten Reaksi Emosi >> SulitBerespon

Dng Pengalaman Atau<< Emosi

Perilaku Sesuai Perilaku Aneh PL.

Disorganisasi

Berhub. Sosial tidak biasa isolasi sosial

Menarik Diri

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 17

Page 18: Makalah Halusinasi

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Perubahan persepsi sensori; halusinasi Pendengaran

1) Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak

mampu memecahkan masalah, mengungkapkan adanya halusinasi

(misalnya mendengar suara – suara atau bayangan – bayangan),

mengeluh cemas dan khawatir.

2) Data obyektif: mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik

diri, tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi,

kadang berhenti berbicara seolah – olah mendengar sesuatu,

menggerakkkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, menyeringai

dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata yang cepat, pikiran

yang berubah – ubah dan konsentrasi rendah, kadang tampak

ketakutan, respon – respon yang tidak sesuai (tidak mampu

berespon terhadap petunjuk yang kompleks).

POHON MASALAH

Risiko perilaku mencederai diri (Affect) Gangguan pemeliharaan

kesehatan

Perubahan persepsi/sensori:

halusinasi dengar (Core Problem)

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 18

Page 19: Makalah Halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri (Causa/ Etiologi) defisit perawatan diri:

Mandi & berhias

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.

2.3.3 RENCANA KEPERAWATAN

Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.

Intervensi Keperawatan:

1. SP 1.

a. Bina hubungan saling percaya

b. Membantu pasien mengenal halusinasinya (isi, waktu, frekuensi,

situasi yang menyebabkan dan respon pasien).

c. Membantu pasien mengontrol halusinasinya (menghardik halusinasi)

Tujuan SP 1:

a. Agar pasien percaya dengan perawat/mahasiswa (saling percaya).

b. Agar pasien mampu mengenal halusinasinya ketika halusinasinya

datang.

c. Agar pasien mampu mengetahui cara menghardik dan juga

mempraktekkan cara yang diberikan perawat/mahasiswa ketika

halusinasi datang.

2. SP 2

a. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 19

Page 20: Makalah Halusinasi

Tujuan SP 2:

a. Agar pasien mampu mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang lain ketika halusinasi datang.

b. Agar pasien mampu bercakap-cakap dengan orang lain ketika

halusinasi datang.

3. SP 3

a. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas

terjadwal.

Tujuan SP 3:

a. Pasien mampu mengidentifikasi aktivitas terjadwal yang biasa di

lakukan sehari-hari.

b. Pasien mampu melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan.

4. SP 4

a. Melatih pasien minum obat secara teratur

Tujuan SP 4:

a. Pasien mengetahui kegunaan obat, akibat jika putus obat.

b. Pasien dapat minum obat secara teratur.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 20

Page 21: Makalah Halusinasi

BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Ruang Rawat: Pav 6B Tanggal Dirawat: 23-11-2011

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. Y (L/P) Tanggal Pengkajian : 6-12-2011

Umur : 28 Tahun No. Rekam Medik : 20.20.53

Informan : keluarga pasien dan pasien sendiri

II. ALASAN MASUK

Pasien memukul PAGA saat dinas.

III. KELUHAN UTAMA

keluarga pasien mengatakan sebelum di bawa ke rumah sakit pasien

sering gelisah saat di kantor ataupun di rumah. Pasien juga sering

mangkir saat dinas dengan alasan yang tidak jelas tapi dia masuk kerja

saat hari libur. Ketika pasien di rumah pasien sering bertengkar dengan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 21

Page 22: Makalah Halusinasi

istrinya dengan alasan cemburu karena pasien berpikir istrinya

berselingkuh dengan seniornya yang pangkatnya lebih tinggi.

Keluarga pasien juga mengatakan sebelum di bawa ke poli jiwa pasien

memukul PAGA saat dinas kemudian oleh teman-temannya langsung

dibawa ke RSAL (poli jiwa).

Keluarga pasien mengatakan saat di kantor pasien sering diam melamun

dan pulang cepat meninggalkan tempat kerjanya tanpa alasan yang jelas.

Pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit dia sering mendengar

teriakan-teriakan suara perempuan yang menyuruhnya untuk memukul

seniornya dan sampai sekarang kadang-kadang masih mendengar.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

ya pasien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2010 dan sering

kambuh dan keluar masuk pav 6. Pasien masuk pav 6 sebanyak lebih dari

4x.

2. Pengobatan sebelumnya

Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

pasien mengatakan saat di rumah jarang minum obat bahkan pernah tidak

diminum obatnya dengan alasan ingin coba-coba bagaimana rasanya kalau

tidak minum obat.

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan criminal

penjelasan No. 1, 2, 3 : pasien memukul PAGA sebelum dibawa ke pav 6

Masalah Keperawatan : -resiko perilaku kekerasan.

-Ketidakefektifan terapi sebelumnya

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 22

Page 23: Makalah Halusinasi

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

Ya Tidak

Penjelasan: keluarga pasien mengatakan ada anggota keluarga lain yang

pernah mengalami gangguan jiwa yang sama dengan pasien yaitu paman

pasien namun sudah sembuh.

Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga:

ketidakmampuan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

V. FISIK

1. Tanda vital TD:120/80 N: 80x/mnt S: 36,5oC RR: 20x/mnt

2. Ukuran TB: 170cm BB: 75kg

3. Keluhan Fisik :Tidak ada

Penjelasan : tidak ada keluhan fisik yang dikeluhkan pasien

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VI. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Px

Penjelasan: pasien menikah dengan istrinya pada bulan september tahun 2011

dan belum dikaruniai anak. Pasien tinggal serumah dengan istrinya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

2. Konsep diri

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 23

Ket:

: Perempuan

: Laki- laki

: Tinggal serumah

Page 24: Makalah Halusinasi

a. Citra tubuh : pasien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang

tidak dia sukai.

b. Identitas : pasien merupakan anggota TNI AL dengan pangkat

PRATU dan pasien kurang puas dengan posisinya.

c. Peran : pasien di rumah sebagai suami dan bekerja sebagai TNI

AL.

d. Ideal diri : pasien ingin segera cepat sembuh dan keluar dari rumah

sakit agar bisa kembali bekerja.

e. Harga diri : pasien merasa bahwa istrinya berselingkuh dengan

seniornya yang pangkatnya lebih tinggi dari pasien .

Masalah Keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah.

3. Hubungan sosial

a. Orang terdekat: istri dan sahabat pasien.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: pasien mengikuti

kegiatan di rumah sakit tapi pasien lebih sering menyendiri dan tidur di

kamar.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: keluarga pasien

mengatakan sebelum MRS pasien merupakan orang yang pendiam dan

suka menyendiri serta melamun. Pasien cenderung tertutup dan jarang

cerita tentang masalahnya kepada orang lain kecuali terhadap orang

yang dipercaya sekali oleh pasien.

Masalah Keperawatan: isolasi sosial: menarik diri.

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan: pasien beragama islam.

b. Kegiatan Ibadah: pasien mengatakan rajin melaksanakan shalat subuh

dan mendengarkan ceramah subuh di televisi.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 24

Page 25: Makalah Halusinasi

VII. STATUS MENTAL

1. Penampilan : pasien terlihat bersih dan rapi, rambut rapi dan tidak kotor,

gigi bersih.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

2. Pembicaraan

penjelasan: ketika dikaji respon pasien ketika menjawab agak lambat dan

tampak malas dan lama saat berfikir.

Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal.

3. Aktivitas motorik

penjelasan : ketika dikaji pasien tampak tidak tenang dan gelisah serta

tampak agitasi (kadang-kadang menggerak-gerakan tangan dan kaki).

Pasien juga mengalami distrakbiliti (perhatian yang mudah dialihkan

oleh rangsang yang tidak berarti (orang lewat)).

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

4. Alamperasaan

penjelasan : saat dikaji pasien beranggapan bahwa suara-suara yang

didengarnya dikirim oleh sesuatu yang lebih kuat dari manusia dan

pasien khawatir bila suara-suara itu kembali.

Masalah Keperawatan: ansietas.

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Penjelasan : pasien mengatakan khawatir bila suara-suara itu kembali

terdengar namun muka pasien tidak menunjukkan kekhawatiran.

Masalah Keperawatan: gangguan alam perasaan/ ketakutan.

6. Interaksi selama wawancara: saat dikaji pasien cukup kooperatif, dan

pasien mau menatap wajah perawat/mahasiswa namun konsentrasinya

akan beralih jika ada stimulasi yang lewat.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

7. Persepsi : Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 25

Page 26: Makalah Halusinasi

penjelasan: pasien mengalami halusinasi pendengaran. Saat dikaji pasien

mengatakan sebelum MRS mendengar suara berupa teriakan-teriakan

wanita yang menyuruhnya memukul seniornya, suara itu sering muncul

terutama saat malam hari sampai menjelang subuh, respon pasien saat

mendengar suara itu menghampiri sumber suara dan terkadang diam.

Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran.

8. Proses pikir

penjelasan : saat dikaji pasien mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan namun agak lama saat menjawab.

Masalah Keperawatan:gangguan proses pikir.

9. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir nihilistik

penjelasan : pada saat dikaji pasien mengatakan cemburu terhadap

istrinya yang dianggap berselingkuh dengan seniornya.

Masalah keperawatan : waham curiga.

10. Tingkat kesadaran

Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi:

Waktu Tempat Orang

penjelasan : saat dikaji pasien tampak sadar sepenuhnya dan kooperatif

ketika diajak ngobrol

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

11. Memori

pasien mampu mengingat isi halusinasi,frekuensi, waktu, dan respon

pasien yang terjadi sebelum pasien MRS.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 26

Page 27: Makalah Halusinasi

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu

berkonsentrasi berhitung

sederhana

penjelasan : pasien saat ditanya berapa kali dia dirawat, pasien bilang

tidak tahu sudah berapa kali dia masuk.

Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir.

13. Kemampuan penilaian : pada saat mahasiswa memberi pertanyaan

pasien mandi dulu atau shalat subuh dulu

pasien menjawab mandi dulu.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

14. Daya tilik diri: saat dikaji pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit san

dirawat di pav 6. Pasien ingin cepat sembuh dan kembali

bekerja.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keerawatan.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Pasien mampu makan sendiri, ganti baju sendiri, mandi sendiri,

BAB/BAK sendiri tetapi klien tidak mampu memenuhi kebutuhan yang

lain seperti menjaga kebersihan kamarnya.

Masalah keperawatan: gangguan pemeliharaan kesaehatan

2. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 1 s.d. 2 jam

Tidur malam lama : 7 s.d 8 jam

Aktivitas sebelum/setelah lama : berdoa

Penjelasan: pasien mengatakan sering terbangun awal saat tidur di malam

hari.

Masalah keperawatan: gangguan pola tidur.

3. Penggunaan obat : memerlukan bantuan karena pasien mengatakan tidak

teratur untuk minum obat saat di rumah.

4. Sistem pendukung pasien adalah istrinya dan keluarganya yang dapat

memahami segala kebutuhannya.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 27

Page 28: Makalah Halusinasi

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan

Teknik relokasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Penjelasan: pasien mau diajak bicara oleh perawat namun agak lambat saat

menjawab dan berfikir. Pasien melakukan kegiatan yang ada di RS namun

jarang hanya ketika pasien ingin saja, selebihnya pasien lebih banyak

diam/tidur di kamar.

Masalah Keperawatan : ketidak efektifan koping individu.

VIII. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

Masalah dengan dukungan kelompok: pasien mendapat dukungan dari

istrinya dan keluarganya.

Masalah berhubungan dengan lingkunga: pasien jarang berinteraksi

dengan pasien lain, pasien lebih suka menyendiri di kamar.

Masalah dengan pendidikan: pasien lulusan SMA

Masalah dengan pekerjaan: pasien bekerja sebagai TNI AL.

Masalah dengan perumahan: pasien mengatakan tinggal serumah

dengan istrinya.

Masalah dengan ekonomi: selama pasien sakit dipenuhi oleh istri dan

keluarganya.

Masalah pelayanan kesehatan: bila pasien sakit biasanya berobat ke

RSAL dr. Ramelan Surabaya. Pasien sudah pernaha masuk pav 6

sebanyak 4x.

Masalah Keperawatan : isolasi sosial: menarik diri.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 28

Page 29: Makalah Halusinasi

X. Kurang pengetahuan tentang :

Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya :

Masalah Keperawatan : ketidak patuhan.

XI. Aspek Medik

Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid.

Terapi medik: CPZ : 3x 100mg

stelazyne : 1x 5mg

Hexymer : 2x2mg

XIII. Masalah keperawatan

1. resiko perilaku kekerasan.

2. ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan.

3. gangguan konsep diri: harga diri rendah.

4. Isolasi sosial: menarik diri.

5. hambatan komunikasi verbal.

6. Ansietas.

7. gangguan alam perasaan/ ketakutan.

8. waham

9. gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

10. gangguan proses pikir.

11. gangguan pemeliharaan kesaehatan.

12. gangguan pola tidur.

13. ketidak efektifan koping individu.

14. ketidak patuhan.

XIV. Pohon Masalah

Pohon Masalah

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 29

Page 30: Makalah Halusinasi

Effect

Effect

Causa

Effect Core Problem

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah

wahamGangguan Proses Pikir

Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran

Resiko Perilaku Kekerasan :Mencederai Diri Sendiri dan Orang

Lain

Causa

XV. Diagnosa Keperawatan

Karena menggunakan diagnosa tunggal, maka Diagnosa keperawatan yang

muncul: gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran.

ANALISA DATA

NAMA: Tn. Y NO RM: 20.20.53 RUANGAN:Pav.6B

Data Diagnosa keperawatan Ttd

DS:

Px mengatakan sebelum MRS

px mendengar suara teriakan

wanita yang menyuruhnya

memukul seniornya.

Px mengatakan jenuh berada di

Gangguan persepsi/sensori:

halusinasi pendengaran.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 30

Page 31: Makalah Halusinasi

RS

DO:

Saat diajak bicara Px tampak

gelisah, tampak khawatir, px

terlihat agitasi (sering

menggerak-gerakkan tangan

dan kakinya), dan

distaktibiliti.

Px lebih sering menyendiri di

dalam kamarnya.

INTERVENSI KEPERAWATAN

TG

L.

DX

KEPERAW

ATAN

PERENCANAAN INTERVENSI RASIONAL

TUJUAN KRITERIA

EVALUASI

6-

12-

2011

Gangguan

persepsi/sens

ori:

halusinasi

pendengaran

SP 1:

1. BHSP

Ekspresi wajah

bersahabat,

menunjukkan

rasa senang,

ada kontak

mata, mau

berjabat

tangan, mau

menyebutkan

nama, mau

menjawab

1. Bina

hubungan

saling percaya

a. Salam

terapeutik.

b. Perkenalan

diri.

c. Tanyakan

nama pasien

dan nama

panggilan

saling

percaya

antara px dan

perawat

merupakan

hal mutlak

untuk

memudahkan

melakukan

pendekatan

dan tindakan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 31

Page 32: Makalah Halusinasi

2. membant

u pasien

mengenal

halusinasi

nya(isi,

jenis,

frekuensi,

waktu,

respon,

situasi

yang

menyabab

kan

halusinasi

)

salam, mau

duduk

berdampingan

dengan

perawat, mau

mengutarakan

masalah apa

yang

dihadapai.

Pasien mampu

mengenal

halusinasinya

(isi, jenis,

frekuensi,

waktu, respon,

situasi yang

mnyebabkan

halusinasi).

kesukaan

pasien.

d. Kontrak

dengan

pasien.

2.

a. mengidentifik

asi isi

halusinasi.

b. Mengidentifi

kasi jenis

halusinasi.

c. Mengidentifi

kasi frekuensi

halusinasi.

d. Mengidentifi

kasi waktu

datangnya

halusinasi.

e. Mengidentifi

kasi respon

px saat

halusinasi

datang.

f. Mengidentifi

kasi ssituasi

yang

menyebabkan

halusinasi.

keperawatan

kpd px.

Tingkah laku

px terkait

halusinasiny

a

menunjukka

n jenis, isi,

frekuensi,

waktu dan

situasi yang

menyebabka

n halusinasi

muncul.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 32

Page 33: Makalah Halusinasi

3. membantu

pasien

mengontro

l

halusinasi

dengan

cara

pertama

(menghard

ik

halusinasi)

.

Agar px

mampu

mengetahui

cara

menghardik

dan

mempraktekka

n cara

menghardik

halusinasi.

Agar px

3.

a. Mengajari

cara

menghardik

halusinasi.

b. Menyuruh

pasien

mempraktekk

an cara

menghardik

halusinasi di

depan

mahasiswa

c. Menganjurka

n pasien

untuk

mempraktekk

an cara

menghardik

halusinasi

ketika

halusinasi

datang

d. Anjurkan pd

px untuk

memasukkan

kegiatan

menghardik

halusinasi

dalam daftar

kegiatan

harian.

1. Jelaskan pd

Perlawanan

dari dalam

diri px

terhadap

halusinasi

merupakan

cara yang

paling tepat

untuk

menghilangk

an halusinasi

yang

dirasakan.

Bercakap-

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 33

Page 34: Makalah Halusinasi

SP 2:

membantu

px

mengontrol

halusinasi

dengan cara

kedua:

bercakap-

cakap

dengan orang

lain ketika

halusinasi

datang.

mampu

mengetahui

cara

mengontrol

halusinasi

dengan cara

bercakap-

cakap dan

mampu

mempraktekka

nnya ketika

halusinasi

datang.

px cara

mengontrol

halusinasi

dengan cara

bercakap-

cakap dengan

orang lain

ketika

halusinasi

datang.

2. Minta px

mempraktekk

an apa yang

telah

diajarkan

didepan

mahasiswa

3. Anjurkan

pasien

melakukan

apa yang

diajarkan saat

halusinasi

datang.

4. Anjurkan pd

px untuk

memasukkan

kegiatan

bercakap-

cakapa

dengan orang

lain ke dalam

jadwal harian

kegiatan px.

cakap

dengan

orang lain

saat

halusinasi

datang

diharapkan

mengalihkan

konsentrasi

px terhadap

halusinasiny

a.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 34

Page 35: Makalah Halusinasi

SP 3:

Membantu px

mengontrol

halusinasi dg

cara ketiga:

dengan

melaksanakan

aktivitas

terjadwal.

SP 4:

Membantu

melatih px

minum obat.

Agar px

mampu

mengidentifika

si aktivitas

yang biasa

dilakukan

sehari-hari dan

melaksanakan

aktivitas yang

telah

dijadwalkan.

Agar px

mampu

mengetahui

keguanaan

obat dan akibat

dari tidak

minum obat,

serta px dapat

meminum

obatnya secara

teratur baik

saat di RS atau

ketika sudah

pulang ke

rumah.

1. Bantu px

identifikasi

aktivitas

sehari-

harinya.

2. Anjurkan px

menjadwalka

n aktivitas

sehari-

harinya.

3. Dorong px

melakukan

aktivitas

sehari-harinya

seperti yang

sudah

dijadwalkan.

1. Identifikasi

dg px obat

yg biasa di

minum px.

2. beritahukan

kegunaan

dan akibat

tidak minum

obat.

3. Anjurkan px

untuk

meminum

obatnya

teratur baik

saat di RS

maupun

Melakukan

kegiatan/ruti

nitas harian

akan

mengurangi

waktu px

untuk

melamun

dan

mengurangi

kemungkina

n terjadinya

halusinasi.

Putus minum

obat

merupakan

salah satu

faktor

penyebab

kekambuhan

pada pasien

dengan

gangguan

jiwa.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 35

Page 36: Makalah Halusinasi

ketika

berada di

rumah.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/

TGL

Dx

KEPERAWATA

N

IMPLEMENTASI EVALUASI TT

D

Selasa/ 6-

12-2011

Gangguan

perubahan

persepsi/sensori

halusianasi dengar.

SP 1:

BHSP

“selamat siang

pak, perkenalkan

nama saya Nur

Wachida Novita,

saya suka

dipanggil vita, ini

teman- teman

saya (peni, dinda,

arum, nanang,

wahyu, ninik),

kami mahasiswa

S :

px mengatakan,

”selamat siang..”

px mengatakan

“nama saya

yusuf, saya suka

dipanggil pak

yusuf!”

px mengatakan”

boleh, kita

ngobrol di sani

saja (di ruang

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 36

Page 37: Makalah Halusinasi

yang praktek di

ruangan ini, kami

praktek dari hari

senin sampai

jum’at, kami di

sini dari jam 7

pagi sampai jam 2

siang.

Nama anda siapa?

biasaya suka di

panggil apa

(bapak, dik, om,

atau mas?)?

pak yusuf apa kita

bisa ngobrol? Dik

yusuf mau

ngobrol berapa

lama? 20 menit

boleh?.

Mengenal

halusinasi

Kalau boleh saya

tahu apa alasan

bapak di bawa ke

sini?

tv).”

O:

Px menjawab

salam.

Wajah px tampak

bersahabat.

Px menjabat

tangan saat

berkenalan.

Px menjawab

pertanyaan.

Px memandang

mata perawat saat

berbicara.

Px duduk di

depan perawat.

A: SP 1 poin BHSP

teratasi

P: dilanjutkan SP 1

poin mengenal

halusinasi.

S:

Px

mengatakan” saya di

bawa ke sini setelah

mendengar suara

wanita yang

meneriaki saya”

Px

mengatakan” iya”

Px

mengatakan” sering,

biasanya suara itu

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 37

Page 38: Makalah Halusinasi

jadi pak yusuf

mendengar suara-

suara yang

meneriaki pak

yusuf?

kapan biasanya

pak mendengar

suara-suara itu?

Berupa apa suara-

suara itu?

Bagaimana

perasaan pak yusuf

ketika mendengar

suara-suara itu?

Apa yang pak

yusuf lakukan

ketika mendengar

suara-suara itu?

sering muncul pada

malam hari sampai

menjelang subuh”

Px

mengatakan “ suara

itu menyuruh saya

memukul senior

saya”

Px

mengatakan”say

a terganggu”

Px mengatakan”

saya

menghampiri

suara itu tapi

kadang-kadang

saya diam”

O:

Px menatap mata

perawat saat

berbicara.

Px kadang-

kadang senyum-

senyum saat

berbicara.

Px kadang-

kadang

menggerak-

gerakkan tangan

dan kakinya di

tengah-tengah

pembicaraan.

Wajah px tampak

gelisah dan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 38

Page 39: Makalah Halusinasi

Mengontrol

halusinasi(Meng

hardik

halusinasi)

sekarang bagaimana

kalau kita belajar

satu cara dulu,

yaitu dengan cara

menghardik.

Caranya adalah

saat suara-suara

itu muncul,

langsung pak

yusuf bilang,

pergi...saya tidak

mau

dengar...jangan

ganggu saya kamu

khawatir.

Px sering

menoleh ketika

ada orang yg

lewat

disekitarnya.

A: SP 1 poin

mengenal halusinasi

teratasi.

P: dilanjutkan SP 1

poin mengontrol

halusinasi

(menghardik

halusinasi).

S:

Px mengatakan”

pergi...saya

tidak mau

dengar...jangan

ganggu saya

kamu suara

palsu, kamu

tidak nyata!.”

Px mengatakan

“pergi...saya

tidak mau

dengar...jangan

ganggu saya

kamu suara

palsu, kamu

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 39

Page 40: Makalah Halusinasi

suara palsu, kamu

tidak nyata!

Begitu diulang-

ulang sampai

suara itu tidak

terdengar lagi.

Sekarang coba pak

yusuf peragakan

apa yang sudah

saya ajarkan tadi!

Nah

begitu,...bagus! “

“coba lagi pak yusuf!

Ya begitu, bagus

sekali pak yusuf

sudah bisa.!”.

“Sebaiknya cara ini

pak yusuf lakukan

ketika suara itu

datang!”.

“ kalau begitu

lakukan juga

ketika pak yusuf

sudah berada di

rumah”.

SP 2:

Mengontrol

halusinasi (bercakap-

cakap dengan orang

tidak nyata!”.

Px mengatakan”

saya tidak

mendengar suara

kalu berada di

sini tapi kalau

sudah di rumah

biasanya

muncul”.

“ iya saya coba..”

O:

Px menatap

perawat

Saat

mempraktekkan

px melakukannya

dengan senyum-

senyum.

Saat di suruh

mengulang px

lama berpikir baru

mengulangi.

Pandangan px

tidak terfokus

ketika ada orang

yang lewat.

A: SP 1 poin

menghardik

halusinasi teratasi

sebagian.

P: dilanjutkan SP2.

S:

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 40

Page 41: Makalah Halusinasi

lain).

“pak yusuf..., cara

kedua untuk

mencegah/

mengontrol

halusinasi adalah

dengan bercakap-

cakap dengan orang

lain. Jadi jika pak

yusuf mulai

mendengar suara-

suara, langsung saja

pak yusuf cari

teman untuk diajak

ngobrol. Minta

teman atau perawat

untuk ngobrol

dengan pak yusuf.

Contohnya begini,

“tolong, saya mulai

dengar suara-suara.

Ayo ngobrol dengan

saya!” atau kalau

orang di rumah,

misalnya istri dik

yusuf, katakan, “

dik, ayo ngobrol

dengan mas, mas

sedang dengar

suara-suara.”

Begitu dik yusuf. “

“Coba pak yusuf

lakukan seperti

yang saya tadi

lakukan. Ya, begitu.

Px mengatakan”

tolong, saya

mulai dengar

suara-suara.

Ayo ngobrol

dengan saya!”

Px mengatakan”

tolong, saya

mulai dengar

suara-suara.

Ayo ngobrol

dengan saya!”.

O:

Px menatap

perawat

Saat

mempraktekkan

px melakukannya

dengan senyum-

senyum.

Saat di suruh

mengulang px

lama berpikir baru

mengulangi.

Pandangan px

tidak terfokus

ketika ada orang

yang lewat.

A: SP 2 teratasi

sebagian.

P: dilanjutkasn SP

3.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 41

Page 42: Makalah Halusinasi

Bagus!”

“coba sekali lagi!

Bagus! Nah, latih

terus ya pak yusuf!”

“di sisni pak yususf

dapat mengajak

perawat atau pasien

lain untuk bercakap-

cakap.”

“cobalah kedua cara

ini kalau pak yusuf

mengalami

halusinasi lagi baik

di sini atau kalau

sudah pulang ke

rumah.”

SP 3:

Melatih px

mengontrol

halusinasi dengan

melaksanakan

aktivitas terjadwal.

“pak yusuf,

biasanya apa saja

yang dik yusuf

lakukan di sini?

biasanya bangun

tidur jam berapa?

setelah bangun

tidur apa yang pak

yusuf lakukan?

setelah itu?setelah

itu?”

“wah ternyata

S:

Px mengatakan”

saya biasanya

bangun tidur jam

3, menunggu

adzan, dan pintu

kamar dibuka,

kemudian saya

mandi, shalat

subuh dan

mendengarkan

ceramah di tv.

Setelah saya ikut

kegiatan

membersihkan

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 42

Page 43: Makalah Halusinasi

banyak sekali

kegiatan pak yusuf

ya?pagi ini apa

yang pak yusuf

lakukan dari

semua kegiatan

itu? Bagus sekali

“pak yusuf.

sebaiknya

kegiatan tersebut

terus pak yusuf

lakukan secara

teratur, karena

semua kegiatan

yang pak yusuf

lakukan bisa

mencegah suara-

suara tersebut

muncul.

SP 4:

Melatih pasien

minum obat secara

teratur.

“Berapa macam

obat yang pak

kamar dan

halaman rumah

sakit. Setelah itu

saya tidur di kamar

kalau enggak

maen ke kamarnya

pak imam. Saya

biasanya duduk di

depan kamar untuk

merokok dan

bercakap-cakap

dengan pasien lain.

Lalu saya makan

di kamar.”

O:

Px menatap

perawat

Pandangan px

tidak terfokus

ketika ada orang

yang lewat.

Px mengangguk

ketika di beritahu

untuk

menjadwalkan

kegiatan.

A:

SP3 teratasi

sebagian.

P: dilanjutkan ke

SP4

S:

Px mengatakan “

ada 3 macam

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 43

Page 44: Makalah Halusinasi

yusuf minum?”

“obat pak yusuf ada

3 yaitu warna

kuning, biru, dan

oranye obat ini

gunanya untuk

menghilangkan agar

suar-suara itu tidak

muncul lagi ya pak

yusuf. Kalau suara-

suara sudah hilang

obatnya tidak boleh

dihentikan.”

“Mari kita

masukkan jadwal

minum obatnya

pada jadwal

kegiatan bapak!

Jangan lupa pada

waktunya minum

obat minta pada

perawat atau pada

keluarga kalau di

rumah.

obat yang

biasanya saya

minum,

warnanya

kuning, biru,

oranye.”

” iya..”

O:

Px menatap mata

perawat saat

berbicara.

Px memegangi

kepalanya karena

kepalanya

pusing.

A: SP4 teratasi

sebagian

P:SP4 dipertahankan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 44

Page 45: Makalah Halusinasi

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pada pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus. Pada etiologi di teori disebutkan faktor predisposisi dari gangguan

sensori/persepsi: halusinasi pendengaran yaitu faktor perkembangan, faktor

sosial budaya, faktor biologi, faktor psikologis. Pada pengkajian Tn. Y, faktor

predisposisi di temukan adanya faktor biologis yaitu pamannya yang

mengalami gangguan jiwa. Faktor psikologis pasien yaitu halusinasi datang

ketika pasien mengalami stresor psikologis berupa kecemburuan terhadap

seniornya. Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah

gangguan persepsi/sensori: halusinasi pendengaran. Sedangkan pada kasus core

problem yang digunakan adalah gangguan persepsi/sensori: halusinasi

pendengaran. Dapat di simpulkan bahwa core problem pada teori dan kasus

tidak ada perbedaan.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 45

Page 46: Makalah Halusinasi

Diagnosa yang digunakan adalah diagnosa tunggal yaitu gangguan

persepsi/sensori: halusinasi pendengaran. Sehingga rencana keperawatan yang

digunakan adalah strategi pelaksanaan atau SP. SP untuk halusinasi terdiri dari

dua SP yaitu Sp pasien dan SP keluarga. SP pasien terdiri dari empat SP.

Pada evaluasi keperawatan belum teratasi seluruhnya karena waktu untuk

memberikan asuhan keperawatan terbatas. Untuk pelaksanaan SP keluarga

tidak dilakukan karena waktu untuk memberikan asuhan keperawatan terbatas

dan keluaraga tidak mengunjungi pasien saat penulis melakukan implementasi.

4.2 Saran

Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka penulis dapat menuliskan

saran untuk pendidikan diharapkan untuk melengkapi perpustakaan tentang

buku-buku keperawatan khususnya keperawatan jiwa, mahasiswa diharapkan

dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan mental

psikiatrik lebih bersungguh-sungguh sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan

yang dirumuskan, klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah

direncanakan dengan baik oleh dokter, perawat sehingga proses penyembuhan

dapat lebih cepat. Dan keluarga pasien diharapkan keluarga klien mampu

memotivasi klien baik di rumah sakit maupun di rumah.

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 46

Page 47: Makalah Halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan jiwa halusinasi pendengaran| 47