Meng-kaji Al-Qur’an Dan Memahami Hadist-hadist Tentang Minyak
makalah hadist
description
Transcript of makalah hadist
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak wafatnya Rasulullah SAW persoalan ilmiah yang dihadapi para sahabat adalah
persoalan kodifikasi Alquran dalam satu mushhaf. Disamping berbagai persoalan yang ikut
menyemarakkan kehidupan umat Islam pada waktu itu. Pada generasi di masa tabi’in,
kondifikasi Alquran semuanya disandarkan pada diri Rasulullah SAW yaitu berupa
perkataan, perbuatan, dan taqrir-nya yang disebut Hadis.
Ilmu hadis mencakup dua obyek kajian pokok, yaitu Ilmu Hadits Riwayat dan Ilmu
Hadits Diroyah. Yang dimaksud Ilmu Hadits Diroyah adalah “kumpulan kaidah dan masalah
yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan periwayat dan yang diriwayatkan,
dipandang dari segi diterima atau ditolaknya”. Faedah mempelajari Ilmu Hadits Diroyah
adalah mengetahui yang diterima dari yang ditolak, satu hal yang wajar bila sebagian hadis
memenuhi syarat-syarat qobul secara maksimal di samping ada sebagian yang tidak
memenuhi keseluruhannya atau sebagiannya saja.
Kadang-kadang syarat qobul dapat dipenuhi secara sempurna oleh sebagian hadis, akan
tetapi sebagian perowinya tidak berada pada tingkat yang tinggi dalam hal hafalan,
kedhabitan dan keteguhan. Kedhabitan mereka berada di bawah tingkat kedhabitan para
perawi hadis shohih. Mereka itulah para perawi hadis hadis hasan yang berada pada posisi
tengah antara shohih dan dho’if namun hadis mereka tetap diterima dan diamalkan. Orang
yang mula-mula memperkenalkan pembagian hadis kepada shohih, hasan, dan dho’if adalah
imam at-Turmudziy. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang Imam
at-Turmudziy dan peranannya dalam pembukuan Hadis Hasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka permasalahan makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Pengertian Hadis Hasan
b. Sejarah dan biografi Imam Turmudzi
c. Peranan Imam Turmudzi dalam pembukuan Hadis hasan
C. Tujuan Masalah
Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
makalah ini adalah :
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Hadis Hasan
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang biografi Imam Turmudzi dan sejarah hidupnya
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang peranan Imam Turmudzi dalam pembukuan
Hadis Hasan
D. Manfaat dan kegunaan Masalah
Dari latar belakang, rumusan dan tujuan masalah maka kami dapat mengambil manfaat
dan kegunaan sebagai berikut :
a. Menambah wawasan tentang asal mula hadis hasan beserta biografi Imam Turmudzi
b. Menambah wawasan tentang sejarah hidup Imam Turmudzi
c. Menambah wawasan tentang peranan Imam Turmudzi dalam pembukuan hadis hasan
BAB II
PENGERTIAN HADIS HASAN DAN SEJARAH IMAM TURMUDZI
A. Pengertian Hadis Hasan
Hasan menurut bahasa berarti :
اليه تميل و النفس تشتهيه ما
Artinya : sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu, ada yang mengatakan hasan
adalah sifat musyabbah yang berarti al-Jamal, yaitu indah dan bagus Sedangkan Hasan
menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya. Perbedaan pendapat
ini disebabkan karena ada sebagian yang menggolongkan hadis hasan sebagai hadis yang
menduduki posisi di antara hadis shohih dan hadis dho’if , tetapi ada juga yang
memasukkannya sebagai bagian dari hadis dho’if yang dapat dijadikan hujjah Namun yang
lebih kuat sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam an-Nukhbah,
yaitu khabar ahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabithannya,
bersambung sanadnya, tidak ber’illat, dan tidak ada syadz,dinamakan shohih lidzatih, jika
kurang sedikit kedhabithannya disebut hasan lidzatih Menurut Khatabi Hadits Hasan adalah
hadits yang makhrojnya (sumber-sumber) diketahui dan rijalnya (perawi) masyhur, ia
merupakan pokok dari hadits-hadits, ia juga diterima dikalangan para ulama’ serta banyak
digunakan oleh para ahli fiqh”.
Dengan kata lain Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung oleh penukil
yang adil namun tidak terlalu kuat ingatannya dan terhindar dari keganjilan serta penyakit.
Untuk menghilangkan keraguan antara hadis shohih dan hasan yang paling penting adalah
batasan bahwa keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat
ingatannya, sedang pada hadis shohih melekat pada rawi yang benar-benar kuat ingatannya.
Tetapi keduanya bebas dari keganjilan dan penyakit keduanya bisa digunakkan sebagai
hujjah dan kandungannya dapat dijadikan penguat.
Kriteria hadis hasan hampir sama dengan kriteria hadis shohih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi kedhabithannya. Hadis shohih kedhabithan seluruh perawinya harus tamm
(sempurna), sedang dalam hadis hasan kurang sedikit kedhabithannya jika dibandingkan
dengan hadis shohih. Tetapi jika dibandingkan dengan kedhabithan perawi hadis dho’if tentu
belum seimbang, hadis hasan lebih unggul. Menurut perkataan Syaikh Islam Tirmidzi telah
membedakan antara hadis Shohih dan hadis Hasan dalam dua hal, yaitu
1. Bahwa derajat perawi hadis hasan haruslah berada dibawah derajat perawi hadits
Shohih.tetapi pada perawi hasan lidzatihi tidak boleh tertuduh atas kebohongan, mastur,
majhul dll, dan perawi Shohih haruslah seorang terpercaya (tsiqoh) dan perawi hasan
lidzatihi harus mempunyai sifat Dzobd (tepat) tetapi itu saja tidak cukup harus tidak
tertuduh atas kebohongan.
2. Jalur perawi tidak hanya satu, seperti halnya yang diungkapkan oleh Tirmidzi dalam
masalah ‘ilal dalam bukunya.
Naiknya hadits hasan ke derajat shohih bila suatu hadis hasan diriwayatkan dari
jalur lain, maka ia menjadi kuat dan naik dari derajat hasan menuju derajat shohih.
Karena perawi hadits hasan berada di bawah derajat perawi yang sempurna hafalannya,
namun tetap berstatus adil. Sisi kekurangan daya hafal yang dikhawatirkan telah sirna
dengan adanya jalur lain atau jalur-jalur lain yang menyumbat kekurangan itu dan naik
dari hasan ke shohih
Hadis shohih memiliki beberapa tingkat, para ulama telah berusaha untuk menjelaskan
Ashahhul Asanid. Demikian pula dengan hadits hasan. Imam adz-Dzahaby
mengatakan :”tingkat hasan tertinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari ayahnya dari
kakeknya, Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimiy dan sanad
sejenis yang menurut sebagian ulama dikatakan sebagai sanad shohih, yakni menurupakan
derajat shohih terendah. Kemudian sanad yang diperselisihkan antara hasan dan dho’ifnya,
seperti riwayat al-Harits ibn Abdillah, ‘Ashim ibn Dhamrah, Hajjaj ibn Arthat dan lain-
lainnya”
B. Sejarah Imam Turmudzi
1. Biografi Imam Turmudzi
Abu Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahhak as-
Sullami at-Turmudzi lebih dikenal dengan sebutan Abu Isa. Dalam karyanya al-Jami’
as-Sahih ia sering menggunakan nama tersebut untuk menyebut dirinya sendiri. Nama
Abu Isa yang dipakai oleh at-Turmudzi tidak disepakati sebagian ulama karena bagi
mereka Isa adalah sosok nabi yang tidak memiliki orang tua, secara maknawi dinilai
salah kalau ada orang menyebut dirinya sebagai Abu Isa. Imam Turmudzi adalah
seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz sebuah kota kecil di pinggir Utara
Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Ia pernah belajar hadits dari Imam Bukhari. Ia
menyusun kitab Sunan at Turmudzi dan al ‘Ilal. Ia mengatakan bahwa dia sudah pernah
menunjukkan kitab Sunannya kepada ulama ulama Hijaz, Irak dan Khurasan dan
mereka semuanya setuju dengan isi kitab itu. Karyanya yang terkenal yaitu Kitab al-
Jami’ ( Jami’ At-Tirmizi) . Ia juga tergolong salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab
Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadis terkenal. Al Hakim mengatakan "Saya
pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari pribadi at Turmudzi sebagai berikut;
kematian Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Khurasan
selain daripada Abu Isa at Turmudzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya"
Imam Turmudzi dilahirkan pada bulan Dzulhijjah tahun 209 H (824 M) dan
wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H (892 M). Imam Bukhary dan Imam
Turmudzi adalah satu daerah sebab Bukhara dan Turmudz itu berada dalam satu daerah
yaitu Waraun-Nahar. Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang ternama, seperti
Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, al-Bukhary dan lain-lainnya. Salah satu murid
Turmudzi adalah Muhammad bin Ahmad bin Mahbub.. Kakek Abu ‘Isa at-Tirmizi
berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota
inilah cucunya bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar
mempelajari ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke
berbagai negeri Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak
mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits yang
kembali dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu
tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang digunakannya dengan
seorang guru dalam perjalanan menuju Makkah .
2. Pandangan para kritikus Hadis
Abu ‘Isa at-Turmudzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadis,
kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya,
amanah dan sangat teliti. Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan
mengakui akan kemuliaan dan keilmuannya. al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn
Hibban, kritikus hadis, menggolongkan Turmudzi ke dalam kelompok "Tsiqat" atau
orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Turmudzi
adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadis, menyusun kitab, menghafal
hadis dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama." Abu Ya’la al-Khalili dalam
kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin ‘Isa at-Turmudzi adalah
seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia
memiliki kitab Sunan dan kitab al-Jarh wat-Ta’dil. Beberapa hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat
dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas.
Kitabnya al-Jami’us Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan
hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang hadits yang sangat
mendalam.
Imam Turmudzi yang dilahirkan pada tahun 209 H dan wafat pada tahun 279 H
memiliki cacat fisik bawaan, yaitu tuna netra. Penyunting kitab Sunan at-Turmudzi
Ahmad Muhammad Syakir menambahkan bahwa sebutan adh-Dharir kepada Turmudzi
dikarenakan kondisinya yang buta di masa tua. Mengikuti penuturan Umar bin ‘Allak
at-Turmudzi tidaklah buta sejak dilahirkan , melainkan mengalami kebutaan setelah
mengadakan lawatan ke berbagai negeri untuk menghimpun beberapa hadis Rasulullah
saw dan menyusun al-Jami’ as-Shohih pendapat umar didukung oleh jumhur ulama.
3. Karya Imam Turmudzi
Sebagai pecinta hadis, at-Turmudzi mencurahkan seluruh hidupnya untuk
menghimpun dan meneliti hadis. Kualitas ilmu Turmudzi juga tercermin dari
banyaknya karya yang dihasilkan terutama di bidang hadis dikukuhkan dengan
sejumlah karya yang menghimpun dan mengupas tentang pribadi Rasulullah saw dari
berbagai sisi, berikut daftar beberapa karya Turmudzi.
a. Kitab al-Jami’ as-Shohih, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi
b. Kitab al-‘Ilal
c. Kitab at-Tarikh
d. Kitab asy-Syama’il an-Nabawiyyah
e. Kitab az-Zuhd
f. Kitab al-Asma’ wal-Kuna
Karyanya yang mashyur yaitu Kitab al-Jami’ ( Jami’ At-Tirmizi) . Ia juga
tergolong salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan
ensiklopedia hadis terkenal. Sekilas tentang al-Jami’, Al-Jami’ ini terkenal dengan
nama Jami’ Turmudzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama
Sunan Turmudzi. Namun nama pertamalah yang popular. Sebagian ulama tidak
berkeberatan menyandangkan gelar as-Shahih kepadanya, sehingga mereka
menamakannya dengan Shahih Turmudzi. Setelah selesai menyusun kitab ini, Turmudzi
memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya
dengan baik. Ia menerangkan: "Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan
kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya
meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara."
Sunan at-Turmudzi ditulis pada abad ke-3H. abad ini termaksud periode
penyempurnaan dan pemilahan hadis, maksudnya pada masa inilah berlangsung usaha
gencar-gencaran untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang belum terpecahkan di
masa sebelumnya, seperti kasus persambungan sanad dan kritik matan. Pemisahan
antara hadis Rasulullah saw dan fatwa sahabat juga digalakkan pada periode ini.
Sehingga melahirkan kitab-kitab hadis dengan corak baru, seperti kitab Shohih yang
hanya mencantumkan hadis sahih dan kitab sunan yang berikhtiar merekam seluruh
hadis kecuali hadis-hadis yang bernilai sangat dho’if dan munkar. Imam Turmudzi di
dalam al-Jami’ tidak hanya meriwayatkan hadis shohih semata, tetapi juga
meriwayatkan beberapa hadis hasan, dho’if, ghorib dan mu’allal dengan menerangkan
kelemahannya. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh
karenanya, ia meriwayatkan semua hadis yang memiliki nilai demikian, baik jalan
periwayatannya itu sahih ataupun tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan
penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadits.
BAB III
PERANAN IMAM TURMUDZI DALAM PEMBUKUAN HADIS HASAN
A. Peranan Imam Turmudzi
Ketika berbicara mengenai sejarah pengklasifikasian kualitas hadits
kebanyakan dari para ahli hadits muta’akhirin di dalam kitab-kitab ilmu hadits
karangan mereka berpendapat bahwa sebelum masa Imam Abu Isa At-Turmudzi (w.
279 H), istilah hadits Hasan sebagai salah satu bagian dari pengklasifikasian kualitas
hadis belum dikenal di kalangan para ulama ahli hadis. Pada masa itu hadis hanya
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu hadits shohih dan hadits dho’if. Adapun
setelah masa beliau terjadi perkembangan dalam pengklasifikasian hadis. Pada masa
ini, hadits bila ditinjau dari segi kualitasnya diklasifikasikan menjadi tiga macam,
yaitu hadits sahih, hadits Hasan, dan hadits daif. Dan beliaulah yang pertama kali
memperkenalkan hal itu. Pendapat ini disandarkan kepada pendirian Imam
Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah
Dalam kitab Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah berkata:“Orang yang pertama kali
memperkenalkan bahwa hadits terbagi atas pembagian ini (sahih, Hasan, dan daif)
adalah Abu Isa at-Turmudzi dan pembagian ini tidak dikenal dari seorang pun pada
masa-masa sebelumnya. Adapun sebelum masa at-Turmudzi, di kalangan ulama
hadis pembagian tiga kualitas hadis ini tidak dikenal oleh mereka, mereka hanya
membagi hadis itu menjadi sahih dan daif.”pendapat Ibn Taimiyah tersebut telah
dikritik oleh ulama. Alasannya, istilah hasan telah dikenal sebelum zaman at-
Turmudzi. Kritik tersebut tidak kuat sebab yang dimaksud oleh Ibn Taimiyah
tampaknya bukan tentang mulai dikenalnya istilah hasan, melainkan tentang
digunakannya istilah tersebut sebagai istilah yang baku bagi salah satu kualitas
hadis.
Menurut Imam Ibnu Taimiyyah hadits daif pada masa sebelum Imam at-
Turmudzi itu terbagi menjadi dua macam ;
1. Hadits dho’if dengan kedho’ifan yang tidak terhalang untuk mengamalkannya
dan dho’if ini menyerupai Hasan dalam istilah At-Turmudzi
2. Hadits dho’if dengan kedho’ifan yang wajib ditinggalkan (tidak boleh
diamalkan). Karena itu pada masa sebelum Imam at-Turmudzi, hadits Hasan
dikategorikan ke dalam hadits dho’if, namun dengan kedho’ifan yang tidak terlalu
parah hingga layak untuk diamalkan.
Itulah sebabnya di kalangan para ulama ada yang berpendapat bahwa hadits
dho’if boleh diamalkan pada hal-hal yang tidak bersifat esensial, di antaranya seperti
shiroh, tarikh, fadha’ilul‘amal dan mengamalkan hadits itu lebih mereka sukai
daripada pendapat seseorang (ra’yu). Menurut Imam Ibnu Taimiyyah hadits Hasan
yang dimaksudkan oleh para ulama tersebut adalah hadis yang menempati derajat
hasan pada istilah at-Turmudzi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa istilah
hasan hanya tertuju untuk kualitas hadis dan kualitas sanad, serta tidak untuk kualitas
matan secara sendirian.
Adapun posisi Imam at-Turmudzi dalam hal ini hanya sebagai orang yang
memasyarakatkan istilah ini dengan cara banyak sekali memuat hadis-hadis yang
berderajat Hasan pada kitabnya yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan at-
Turmudzi, bukan sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan istilah tersebut.
Karena itu Imam an-Nawasi berkata: “Kitab hadis at-Turmudzi merupakan sumber
pokok dalam mengenal hadits Hasan dan beliaulah yang memasyarakatkannya
(istilah ini)”. Dalam menggunakan istilah Hasan ini Imam At-Tirmidzi mengikuti apa
yang dilakukan oleh gurunya yaitu Muhammad Ismail Al-Bukhari dan Ali bin Al-
Madini (guru Imam Al-Bukhari) guna memisahkan pengelompokkan hadits Hasan ke
dalam hadits sahih oleh sebagian para ulama menurut Ibnu Shalah, pengelompokan
ini semata-mata ditinjau dari segi kebolehan hadits Hasan untuk dijadikan hujjah.
B. Bukti-bukti penggunaan istilah Hasan sebelum masa Imam at-Turmudzi
Berdasarkan penelitian ditemukan beberapa contoh istilah Hasan yang
dipergunakan oleh para ulama sebelum Imam at-Turmudzi ketika menerangkan
kedudukan sebuah hadis. Di bawah ini disebutkan beberapa di antaranya:
1. Imam As-Syari’i (w. 204 H) ketika menerangkan hadits ru’yah yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar dalam kitabnya Ikhtilaf Al-Hadits. Ia berkata:
“Hadits Ibnu Umar musnad (bersambung dari awal sanad hingga akhir),
sanadnya Hasan”
Masih dalam kitab yang sama pada kasus yang berbeda, ditemukan perkataan
beliau:
“Aku mendengar ada orang yang meriwayatkan dengan sanad yang Hasan,
sesungguhnya Abu Bakrah memberitahu kepada Nabi SAW. bahwa ia ruku’
tidak pada shaf.
2. Dalam kitab Majma Az-Zawaid pada bab al-Imamah tertulis,
“Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, hendaklah orang
yang lebih fasih bacaan Alqurannya dalam suatu kaum.” H.R. Al Bazzar. Pada
sanadnya terdapat rawi yang bernama al-Hasan bin Ali an-Naufali al-Hasyimi,
dia itu dho’if. Sungguh al-Bazzar(w. 292 H) menganggap haditsnya Hasan.
3. Pada hadis mengenai perintah Rasulullah SAW. tentang menyela-nyelai jari
tangan dan kaki pada waktu berwudu, pengarang Tuhfah Al-Muhtaaj berkata:
“Dia(at-Turmudzi berkata pada (kitab) al-‘Ilahnya, aku bertanya kepada al-
Bukhari (w. 256 H) tentang hadits, ini ia berkata, hadis ini Hasan.
4. Pada sebagian penjelasan Imam as-Syaukani pada hadis tentang waktu salat
maghrib ia berkata:
“at-Turmudzi berkata pada kitab al-‘Ilal, hadis itu dianggap Hasan oleh al-
Bukhari”,
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, kami berkesimpulan bahwa
pemakaian istilah Hasan dalam mengklasifikasikan suatu hadis berdasarkan
kualitasnya, sudah dilakukan oleh beberapa guru Imam at-Turmudzi dan generasi
sebelumnya walaupun tidak memasyarakat. Dengan demikian terbantahlah pendapat
Imam Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa Imam at-Tirmidzi sebagai orang
pertama yang memperkenalkan istilah hadis Hasan.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung oleh penukil yang adil namun tidak
terlalu kuat ingatannya dan terhindar dari keganjilan serta penyakit. Untuk
menghilangkan keraguan antara hadis shohih dan hasan yang paling penting adalah
batasan bahwa keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat
ingatannya, sedang pada hadis shohih melekat pada rawi yang benar-benar kuat
ingatannya.
2. Imam Turmudzi adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz sebuah kota
kecil di pinggir Utara Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Ia pernah belajar hadits dari
Imam Bukhari. Ia menyusun kitab Sunan at Turmudzi dan al-‘Ilal. Imam Turmudzi
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan bahwa hadits terbagi atas Shohih,
Hasan, Dho’if.
3. Posisi Imam at-Turmudzi dalam hal ini hanya sebagai orang yang memasyarakatkan
istilah ini dengan cara banyak sekali memuat hadis-hadis yang berderajat Hasan pada
kitabnya yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan at-Turmudzi, bukan sebagai orang
yang pertama kali memperkenalkan istilah tersebut.
4. Penggunaan istilah Hasan ini Imam at-Tirmidzi mengikuti apa yang dilakukan oleh
gurunya yaitu Muhammad Ismail al-Bukhari dan Ali bin al-Madini (guru Imam al-
Bukhari) guna memisahkan pengelompokkan hadis Hasan ke dalam hadis shohih.
B. Saran
Penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembacanya sebagai
bahan pertimbangan. Banyak sekali kekurangan dalam makalah ini diharapkan bagi pembaca
agar sering membaca buku yang berhubungan dengan makalah ini agar dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Mudasir, Ilmu Hadis, CV.Pustaka Setia Bandung:1999, hlm:151
DR.Mahmud Thahan ,Ilmu Hadist Praktis,Pustaka PTI Thariqul idzah
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Tirmidzi
http://ryzqah.blog.friendster.com/2006/08/hadits-hasan-dalam-lintasan-sejarah
Makalah ulumul hadist
Kelompok 11
Permasalahan Hadist Hasan
DOSEN PEMBIMBING
DR.H Masnun M.Ag
Di susun oleh:
1. Rohmi fatmawati
2. mustika sari
STAI PUBLISistik thawalib JakartaKependidikan islam (ki)
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................2
D. Manfaat dan kegunaan Masalah ...............................................................................2
BAB II PENGERTIAN HADIS HASAN DAN SEJARAH IMAM TURMUDZI
A. Pengertian Hadis Hasan.............................................................................................3
B. Sejarah Imam Turmudzi...........................................................................................4
BAB III PERANAN IMAM TURMUDZI DALAM PEMBUKUAN HADIS HASAN
A. Peranan Imam Turmudzi........................................................................................... 8
B. Bukti-bukti penggunaan istilah Hasan sebelum masa Imam at-Turmudzi................9
BAB IV
A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12