Makalah Habitat Dan Relung Ekologi

19
MAKALAH EKOLOGI HEWAN HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI Disusun oleh: NAMA : FENNY OKTAVIA NPM : F1D012045 DOSEN PEMBIMBING Dra Novia Duya M.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Makalah Habitat Dan Relung Ekologi

Transcript of Makalah Habitat Dan Relung Ekologi

MAKALAHEKOLOGI HEWANHABITAT DAN RELUNG EKOLOGI

Disusun oleh:NAMA : FENNY OKTAVIANPM : F1D012045DOSEN PEMBIMBINGDra Novia Duya M.Si

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BENGKULU2015BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangDi alam atau di lingkungan sekar kita dapat ditemui berbagai jenis makhluk hidup, baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Masing-masing makhluk hidup itu memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda dan tidak pada tempat yang sembarangan. Antar makhluk hidup itupun juga terjadi suatu interaksi yang saling menjalin. Masalah kehadiran jenis makhluk hidup dalam suatu lingkungan pasti akan menghadirkan suatu kumpulan dari berbagai jenis itu yang jika dikumpulkan dengan variasi jenis yang banyak dapat menjadi suatu satuan ekosistem yang besar. Dalam satuan ekosistem itu, terdapat populasi yang kehadirannya akan berkaitan dengan masalah habitat dan relung ekologi. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik lingkungannya itu.Dalam habitat yang ada di lingkungan, tiap jenis dari makhluk hidup itu akan melakukan persaingan juga untuk mempertahankan hidupnya. Sehingga suatu seleksi telah terjadi dalam lingkungan itu. Berdasarkan realita yang terjadi maka penulis membuat makalah tentang tipe-tipe spesies dalam ekosistem yang meliputi satuan dari ekosistem, habitat dan relung ekologi, seleksi alam dan seleksi buatan, padan ekologi serta interaksi yang terjadi antar spesies.Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik berupa ruang termasuk, tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat di lingkungan yang menempati populasi hewan itu.1.2 Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dengan habitat?b. Apa saja macam-macam habitat?c. Apa yang dimaksud dengan relung ekologi?d. Apa yang dimaksud dengan mikrohabitat?e. Apa yang dimaksud dengan teritori?f.Bagaimana habitat dan relung ekologi berang-berang?1.3 Tujuana.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan habitat.b. Untuk mengetahui apa saja macam-macam habitat.c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan relung ekologi.d. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mikrohabitat.e. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teritori.f. Untuk mengetahui bagaimana habitat dan relung ekologi berang-berang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 HabitatHabitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun. Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil (Bailey,1984).Habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan penghubung kehadiran spesies, populasi, atau individu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi.Habitat terdiri lebih dari sekedar vegetasi atau struktur vegetasi yang merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu spesies.Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat (Morrison,2002).Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau mengkonsumsi dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat.Penggunaan habitat merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan habitat seperti apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda (Hutto,1985)Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup, baik sementara maupun selamanya. Setiap habitat diasumsikan memiliki kesesuaian untuk spesies tertentu. Pada habitat yang sesuai, biasanya produktivitas betina lebih tinggi dibandingkan produktivitas betina pada habitat yang kurang sesuai. Kesesuaian habitat merupakan fungsi dari densitas individu populasi, sehingga kepadatan yang berlebihan justru akan mengurangi kesesuaian habitat. Kesesuaian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: suplai pakan, pelindung dan pemangsa (Krebs,1985).Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat tersebut (Wiens,1984)2.2 Macam-macam HabitatBerdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam (Kramadibrata,1996) yaitu :1. Habitat yang konstanHabitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik.2. Habitat yang bersifat memusimHabitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.3. Habitat yang tidak menentuHabitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.4. Habitat yang efemeralHabitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali.Hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing, dalam habitat yang sama, dan menempati mikrohabitatnya sehingga interaksi spesies dengan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap perilaku spesies sebagai bentuk reaksi terhadap (perubahan) factor fisik dan biokimia lingkungan (Budiharsanto, 2006).2.3 Relung EkologiRelung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas (Soetjipto, 1992).Relung ekologi adalah suatu populasi atau spesies hewan adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan dengan adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural atau morfologi, dan pola perilaku hewan itu. Atau relung ekologi merupakan posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya (Kandeigh,1980).Relung ekologi dikatakan sebagai terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya meliputi ruangan atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang makanan. Relung ekologi suatu organisme tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme, bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain (Heddy dan Kurniati,1996). Relung ekologi dikatakan sebagai jumlah dari semua interaksi antara suatu organisme dengan lingkungan biotik dan abiotiknya. Relung ekologi memiliki dua defenisi yaitu relung dasar dan relung nyata. Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing. Relung dasar tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan suatu organisme. Relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut (Hutchinson,1957).Jenis-jenis populasi yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada dimensi-dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih.Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif. Jika relung-relung itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain (Desmukh, 1992).2.4 MikrohabitatPopulasi beraneka jenis hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama mempunyai keserupaan pula dalam kisaran toleransinya terhadap beberapa faktor lingkungan dalam mikrohabitat. Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya tiap kali tidak nyata. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu (Kramadibrata,1996).Mikrohabitat merupakan sebagian dari habitat yang luas dapat mempunyai iklim yang berlainan dari iklim habitat. Didalam mikrohabitat terdapat komunitas kecil-kecil dan di dalam mikrohabitat tertentu mungkin terdapat mikroorganisme, yang tidak ada di tempat lain. Komunitas kecil ini membentuk komunitas hutan (Ewusie, 1990).2.5 Homerange (Daerah atau Wilayah Jelajah)Daerah jelajah atau home range adalah wilayah yang secara teratur digunakan oleh kelompok populasi satwaliar untuk melakukan penjelajahan atau perjalanan mengikuti ketersediaan pakan, tempat berlindung dan berkembang biak. Daerah jelajah suatu jenis satwaliar, tergantung dari karakteristik prilakunya (terutama jumlah individu kelompok), dan sifat kimia maupun fisik habitat (Moen, 1973).Menurut Owen (1980), wilayah jelajah (home range) adalah suatu wilayah yang biasa dikunjungi dan sebagai tempat berlangsungnya aktivitas satwaliar,sedangkan menurut Alikodra (2002) wilayah jelajah merupakan wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minuman, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung/bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin. Wilayah jelajah dapat ditentukan melalui penandaan, pelepasan dan penangkapan satwaliar. Selain itu, wilayah jelajah dapat ditentukan melalui tanda-tanda satwaliar seperti feces, jejak tapak kaki dan sebagainya (Owen,1980) .2.6 TeritoriTeritori merupakan suatu tempat yang dipertahankan oleh spesies satwaliar tertentu dari gangguan spesies lainnya.Memberikan perlindungan pada satwaliar dari kondisi cuaca yang ekstrim ataupun predator. Berdasarkan sumber pakannya, satwaliar dapat diklasifikasikan sebagai herbivora, spermivora (pemakan biji), frugivora (pemakan buah), karnivora dan sebagainya. Kadang- kadang kebiasaan makan individu spesies satwaliar tertentu sangat beragam tergantung pada kesehatan, umur, musim, habitat dan ketersediaan pakan. Akses spesies satwaliar terhadap ketersediaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepadatan populasi, cuaca, kerusakan habitat dan suksesi tumbuhan (Alikodra, 2002.).2.7 Berang-BerangBerang-berang merupakan anggota dari suku musang-musangan (Mustelidae) yang mampu beradaptasi beraktifitas di dalam air. Tubuh ditutupi oleh rambut yang kedap air, tungkai pendek dan jari memiliki selaput renang. Kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, ekor tertutup rambut, tebal pada bagian pangkal dan meruncing ke ujung, bagian bawah ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas ekor juga pipih.Terdapat banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong,yang sensitif terhadap turbulensi air yang digunakan untuk mencari mangsa. Memiliki telinga kecil dan bulat. Telinga dan nostril dapat menutup ketika di dalam air. Kebanyakan memiliki cakar kecuali pada beberapa jenis. (Macdonald, 1984).Berang-berang merupakan indikator lingkungan perairan yang sehat.Sebagai hewan yang berada di puncak rantai makanan, berang-berang termasuk jenis yang pertama kali akan hilang ketika lingkungannya terkontaminasi oleh polutan. Penggunaan pestisida di pertanian, pembuangan limbah industri, sampah rumah tangga dan deterjen dari pemukiman dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi di sungai-sungai dan lingkungan perairan. Hal tersebut merupakan ancaman serius terhadap kehidupan berang-berang (Foster-Turley and Santiapillai,1990).

BAB IVPEMBAHASANBerang-berang adalah mamalia semi-akuatik (atau akuatik, pada salah satu jenisnya) pemakan ikan. Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin dan karena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Berang-berang merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya di perairan air tawar atau payau, rawa,tepi sungai, danau,hutan bakau dan pantai. Kebanyakan jenis hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.Keberadaan populsi berang-berang sangat dipengaruhi oleh faktor habitatnya.Interaksi antara satwa dengan habitatnya merupakan salah satu bentuk interaksi yang berperan dalam keseimbangan ekosistem.Tipe habitat,ketersediaan pakan,sarang,sumber air,dan lokasi kotoran merupakan faktor habitat yang berperan penting dalam kehidupan berang-berang.Disini saya akan membahas habitat dan relung ekologi dari berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus). Berang-berang cakar kecil sangat beradaptasi terhadap iklim tropis di Asia selatan dan Asia tenggara, terdapat dari daerah pesisir sampai ke sungai pegunungan mencapai 2000 m.Jenis ini dapat dijumpai pada hutan rawa air tawar dan rawa air payau, persawahan, danau, sungai kecil, waduk, saluran air, mangrove dan di sepanjang pesisir pantai. Mereka juga sering terlihat berada dekat dengan aktifitas manusia.Area persawahan merupakan sebuah habitat yang penting bagi berang-berang cakar kecil. Daerah saluran yang bersemak dan pematang sawah menyediakan tempat bersarang bagi kedua jenis berangberang tersebut. Berang-berang juga menggunakan tumpukan jerami dan sekam yang terdapat di sepanjang tepi jalan sebagai medium yang kering bagi kulit mereka, dan mencari makan di sekitar daerah yang berlumpur.Berang-berang cakar kecil memiliki daerah jelajah yang luas,namun akhir-akhir ini penyebarannya berkurang khususnya diwilyah barat.Berang-berang cakar kecil dapat ditemukan di daerah perbukitan India selatan.Kemudian tersebar dari kaki himalaya,Cina Selatan sampai ke Asia Tenggara,Indonesia (Sumatera,jawa dan Kalimantan),dan juga terdapat di kepulauan Palawan (Filipina) dan Hainan (Cina).Berang-berang cakar kecil pernah di temukan di Sri Lanka namun sekarang statusnya tidak diketahui.Daerah yang juga termasuk dalam sebaran berang-berang cakar kecil ialah Semenanjung Malaysia,khususnya hutan sebelah barat dan rawa bagian selatan Thailand.Seekor berang-berang betina dewasa dengan anaknya jarak wilayah jelajahnya 5,5 km sedangkan untuk berang-berang jantan dewasa itu diperkirakan sekitar 17 km dan luas tumpang tindih dengan beberapa wilayah jelajah betina.Luas wilayah jelajah semakin luas sesuai dengan ukuran tubuh satwa liar baik dari golongan herbivora maupun karnivora. Wilayah jelajah juga bervariasi sesuai dengan keadaan sumber daya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin sempit ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim reproduksi.Umumnya wilayah jelajah tidak mempunyai batas yang jelas. Distribusi makanan tidak beraturan. Ukuran wilayah jelajah bergantung pad ukuran tubuh hewan. Umumnya mamalia dengan tubuh besar memiliki home range yang lebih daripada mamalia yang bertubuh kecil. Karnivora memiliki wilayah jelajah yang lebih besar daripada omnivor dan herbivor. Pejantan dan hewan dewasa memiliki wilayah jelajah yang lebih luas daripada betina dan anak-anak. wilayah jelajah omnivora dan herbivora akan meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh.Seperti daerah territori, wilayah jelajah juga memiliki keuntungan. Hewan lebih mudah mengenal tempatnya mencari makan dan mengenali musuh dengan energi yang minimum.Usaha hewan untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan, tempat untuk aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau keturunannya. Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara komunikasi dan perilaku lainnya. Walaupun tidak semua spesies hewan memilki teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam dapat memberikan adanya daerah teritori yang tepat bagi suatu jenis hewan.Beberapa hewan mempertahankan territorinya dengan cara yang cerdik, yaitu dengan memberikan aroma sebagai penanda wilayah territorinya.Seperti halnya berang-berang menandai wilayah territorinya dengan membuang kotorannya pada titik yang dianggap sebagai territorinya. Tanda ini memperingatkan spesies kawanannya mengenai territorinya. Hal terpenting dari tanda tersebut untuk memberitahukan kepada kelompok berang-berang lainnya bahwa mereka punya wilayah tersendiri dan melarang mereka utuk tidak berkeliaran di dalam territori musuh.Untuk beberapa hewan mendapatkan dan mempertahankan sumber kebutuhan seperti misalnya makanan dan menjauhi resiko pemangsa. Untuk hewan lain yaitu untuk perkawinan. Apapun itu, alasan utama dari tiap hewan tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan, untuk meninggkatkan probabilitas bertahannya dan untuk memperbaiki keberhasilan reproduksinya. Singkatnya, denga mempertahan territorinya individu akan menggeser kedudukan spesies lain ke wilayah yang tidak optimal dengan tujuan spesies lain tersebut menurun tingkat produktivitasnya dan di sisi lain populasinya akan terus mengalami peningkatan.

BAB VPENUTUP5.1 Kesimpulana. Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan.b. Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas.c.Berang-berang habitatnya di perairan air tawar atau payau, rawa,tepi sungai, danau,hutan bakau dan pantai.Untuk mikrohabitatnya misalnya yang di sungai yaitu bagian tepi sungai. Seekor berang-berang betina dewasa dengan anaknya jarak wilayah jelajahnya 5,5 km sedangkan untuk berang-berang jantan dewasa itu diperkirakan sekitar 17 km dan luas tumpang tindih dengan beberapa wilayah jelajah betina.Berang-berang juga menandai wilayah teritorinya dengan membuang kotorannya pada titik yang dianggap sebagai teritorinya.

DAFTAR PUSTAKAAlikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. 366 hal.Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373 p.Budiharsanto, A.S. 2006. Mikrohabitat dan Relung EkologiHama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Padi Sawah. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Skripsi.Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika.ITB: Bandung.Foster-Turley, P., and Santiapillai, C. 1990.Otters: An Action Plan for Their Conservation. Gland, Switzerland: IUCN/SSC Otter Specialist Group.Heddy, S. S., & Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Raja Grafindo Persada: Jakarta.Hutchinson, G.E.1957.A Treatise on Limnology, Wiley, New York.Hutto, R.L. 1985. Habitat selection by nonbreeding migratory land bird. Pages 455-456 in Habitat Selection in Bird (M.L. Cody, ed). Academic Press,New York.Kendeigh, S.C.1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man. Departement of Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign. New Delhi: Pretince-Hall of India Private Limited.Kramadibrata, H..1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press: Bandung.Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance.Philadelphia: Harper and Publishers. IncMacdonald. 1984. The Encyclopedia of Mammals. Facts on File, Inc. New York.Moen, A.N. 1973. Wildlife Ecology and Analytical Approach. W.H. Freeman and Company. San Francisco.Morrison, M.L. 2002. Wildlife restoration: technique for habitat analysis and animal monitoring. Island Press:Washington.Owen OS. 1980. Natural Resource Conservation: An ecological approach.Third Edition. New York: Macmillan.Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Remaja karya: Jakarta.Soetjipto. 1992. Plant Resources of South-East Asia 3 : Dye and Tannin Producing Plants. Prosea, Bogor.Wiens, J. A. 1972. 1984. The place of long-term studies in ornithology. Auk 101:202-203.