Makalah Gout
-
Upload
mviwnovita -
Category
Documents
-
view
2.355 -
download
53
Transcript of Makalah Gout
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.
Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi
disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan
jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak semua keluhan
nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat. Untuk memastikannya
perlu pemeriksaan laboratorium.
Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk
kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-
kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang
kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh,
karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan
pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin.
Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap
hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen.
Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat.
Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang
menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan di
dalamnya. Makanan sumber dari produk hewani biasanya mengandung purin
sangat tinggi.Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-
orang tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika
mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat
melewati ambang batas normal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan
kadar asam urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau
sejenisnya (sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial.
Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapat
dalam perut hewan –seperti hati, jantung, babat, dan limfa.
KONSUMSI jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk
mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang
berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasa
sangat sakit. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan menggiurkan, di
antaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi salah
satu dampaknya, jika tubuh kelebihan senyawa purin maka si empunya diri
mengalami sakit pada persendian.
1.2 Tujuan
Tujuan yang di maksud oleh penyusun makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Gout
2. Mengetahui pengertian Gout
3. Untuk mencari asuhan keperawatan Gout
4. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB III
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan
asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner &
Suddarth. 2001;1810).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut. (http://denfirman.blogspot.com/2009/09/neprolitiasis.html).
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit
metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi
penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
(Kesimpulan Kelompok).
Gbr. Tofi
Gambar : gout
(http://jogjafisio.files.wordpress.com/2009/06/gout.jpg)
2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi
pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam
urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
aseta zolamid dan etambutol.
Pembentukan asam urat yang berlebih.
Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
Kurang asam urat melalui ginjal.
Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui.
Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,
misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
2.3 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
Menurunnya ekskresi asam urat.
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat
yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri
yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang
sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian
mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya
disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout
kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang
besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal
urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam
protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh
leukosit.
Genetik Sekresi asam urat berkurang Produksi asam urat >>
Gangguan metabolism purin
Hiperurisemia & serangan sinovitis
Akut berulang-ulang
Penimbunan Kristal urat
Monohidrat monosodium
Penimbunan asam urat di korteks & Penimbunan Kristal pada membran synovial reaksi inflamasi pada ginjal & tulang rawan artikular
Terjadi hilinisasi & fibrosis pada glomerulus Erosi tulang rawan, poliferasi synovial & pembentukan panus
Pielonefritis, sklerosis arteriola
atau nefritis kronis Degenerasi tulang rawan sendi
Terbentuk batu & asam urat, GGK, Terbentuk tofus serta fibrosis &
Hipertensi, & sklerosis ankilosis pada tulang
Perubahan bentuk tubuh
pada tulang & sendi
Ggn konsep diri, citra diriGgn. Pola Hambatan mobilitas Nyer
gout
Pathoflow Diagram
2.4 Tanda dan Gejala
Nyeri tulang sendi
Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut :
o Nyeri hebat
o Bengkak dan
berlangsung cepat
pada sendi yang
terserang
o Sakit kepala
o Demam.
Gangguan kronis :
o Serangan akut
o Hiperurisemia yang
tidak diobati
o Terdapat nyeri dan
pegal
o Pembengkakan sendi
membentuk noduler
yang disebut tofi
(penumpukan
monosodium urat
dalam jaringan).
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
`Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg
(pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena),
phenilbutazon, Indomethacin.
Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Kompres dingin
Diet rendah purin
Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah
fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri
berkurang.
Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan
inflamasi.
Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat
dan untuk mencegah serangan.
Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan
ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat
(jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone
(Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg
2 kali/hari.
2.6 Pencegahan
o Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :
Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,
Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
o Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat
badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
o Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti
dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat
karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
o Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,
ginjal, otak, paru dan limpa.
o Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen
dari total kalori.
o Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui
buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis,
dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga
boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung
purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan
durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
o Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam
urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol
akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Arthritis GOUT
Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis
riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
1. Anamnesis
Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada
wanita ), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada
sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat
poli – artikular. Gout biasanya mengenai satu atau beberapa sendi.
Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST.
o Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri
adalah gangguan metabolism puroin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang.
o Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
o Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal
ibu jari kaki.
o Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan antara 1-3 pada
rentang pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya
nyeri dan luas kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan
radiologi.
o Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara
umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic, alopurinol.
Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis,
leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan masalah yang
sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretik.
Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai
keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi
oleh factor genetic. Ada produksi/ sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respons didapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit
dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran
dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon trhadap konsep diri yang maladaptif.
2. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
B3(Brain)
Kepala
dan wajah
: Ada sianosis.
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis
pada kasus efusi pleura hemoragi kronis.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami
komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal
ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada
system ini.
B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi
tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan
jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan
tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik
dan antihiperurisemia.
B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
o Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan
yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan
temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan
membesar.
o Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
o Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah
berat.
3. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini
terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang
ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-
lubang kecil (punch out).
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan
otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi
tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
Rencana Dan Implementasi Keperawatan
Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera
sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
o Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri.
Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfamakologi dan non – invasif.
Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Tingkatkan pengetahuaan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Hindarkan klien meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.
KOLABORASI
Nyeri merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
Mengalikan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
pegetahuan tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat menbatumeningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
pemakaian alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.
Alopurinol menghambat biosentesis
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol
asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum.
Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,
kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai
dengan kemampuannya.
Kreteria hasil :
o klien ikut dalam program latihan
o tidak mengalami kontraktur sendi
o kekuatan otot bertambah
o klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI Kaji mobilitas yang ada dan observasi
adanya peningkatan kerusakan. Ajarkan klien melakukan latihan gerak
aktif pada ekstermitas yang tidak sakit. Bantu klien melakukan latihan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi. Pantau kemajuan dan perkembangan
kemamapuan klien dalam melakukan aktifitas
KOLABORASI Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
Gerakan aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.
Untuk mendeteksi perkembangan klien.
Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya
tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
o Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang terjadi
o mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
o mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep
diri dengan cara yang akurat tanpa merasakan harga
dirinya negatif.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI Kaji perubhan perspsi dan
hubungannya dengan derajat kletidak mampuan.
Ingantkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.
Dukung prilaku atau usaha peningkata minat atau partisipasi dalam aktifitas rehabilitasi.
KOLABORASI Kolaborasi denagn ahli
neuropsikologi dan konseling bila da indikasi .
Menetukan bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
Membantu klien melihat bahwa peraat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan mandiri dn membatu perkemabangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
Dukungan perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya diri klien.
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran individu dimasa mendatang.
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien gout adalah sebagai
berikut :
1) Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan.
2) Meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.
3) Mengalami perbaikan citra diri.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki
bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. Artritis pirai (gout)
merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah
persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. Penyebab
utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam
urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Cet. 1. Jakarta : EGC.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ;
Cet. 1. Jakarta : EGC.
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg