Makalah Gizi Kerja Olah Raga

98
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi. Suatu cabang olahraga masing- masing memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan, dan kelincahan. Kekuatan otot yang tinggi sangat diperlukan oleh atlet untuk berlari cepat, menendang, melempar, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh. Selain itu, olahraga juga memerlukan daya tahan jantung dan paru-paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan sesuatu secara terus menerus dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Rismayanti C, 2012). Salah satu cabang olahraga adalah bola voli. Olahraga ini menggunakan aksi memukul (striking) dengan beberapa keahlian seperti passing, lompatan, aksi memukul, dan keterampilan mendarat (anonim, 2009) . Bola Boli dimainkan oleh dua regu yang dipisahkan dengan net. Permainan ini dimainkan diatas lapangan berbentuk empat persegi panjang dan dimainkan dalam ruangan ataupun lapangan terbuka, setiap regu ada 6 pemain (anonim, 2012). Kebutuhan energi merupakan prioritas utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk menjaga massa jaringan-jaringan, imun, dan fungsi-fungsi reproduksi, serta penampilan optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai 1

description

Makalah yang berisi tentang masalah yang berada di lapangan secara real, yang berhubungan dengan Gizi Kerja dan Olah raga, khususnya atlet volly

Transcript of Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Page 1: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi.

Suatu cabang olahraga masing-masing memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan

kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan, dan kelincahan. Kekuatan

otot yang tinggi sangat diperlukan oleh atlet untuk berlari cepat, menendang, melempar,

mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh. Selain itu, olahraga juga

memerlukan daya tahan jantung dan paru-paru yang menggambarkan kapasitas untuk

melakukan sesuatu secara terus menerus dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan

yang berarti (Rismayanti C, 2012). Salah satu cabang olahraga adalah bola voli. Olahraga

ini menggunakan aksi memukul (striking) dengan beberapa keahlian seperti passing,

lompatan, aksi memukul, dan keterampilan mendarat (anonim, 2009) . Bola Boli dimainkan

oleh dua regu yang dipisahkan dengan net. Permainan ini dimainkan diatas lapangan

berbentuk empat persegi panjang dan dimainkan dalam ruangan ataupun lapangan terbuka,

setiap regu ada 6 pemain (anonim, 2012).

Kebutuhan energi merupakan prioritas utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk

menjaga massa jaringan-jaringan, imun, dan fungsi-fungsi reproduksi, serta penampilan

optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang

dihasilkan dari makanan, cairan, dan produk suplemen) dikali pengeluaran energi total.

Dengan oemasukan energi, lemak dan massa otot dapat digunakan tubuh untuk sumber

cadangan energi. Pengeluaran energi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, massa tubuh,

berat lemak tubuh, intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Banyak atlet yang memerlukan

konsumsi energi yang cukup untuk menjaga berat dan komposisi tubuh selama melakukan

aktifitas dan berolahraga (Rismayanti C, 2012).

Sesuai dengan prinsip dasar gizi seimbang yang mengandung cukup zat gizi makro

dan mikro, kebutuhan energi yang diperlukan setiap orang berbeda-beda, bergantung

dengan banyak faktor antara lain: umur, jenis kelamin, komposisi tubuh, serta berat

ringannya aktifitas sehari-hari. Untuk menunjang prestasinya, atlet memerlukan nutrisi/zat

gizi yang cukup baik dan adekuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Zat gizi makro

seperti karbohidrat dan lemak berperan sebagai penyumbang energi, dan protein berperan

1

Page 2: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

sebagi pemelihara pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Zat gizi mikro yang terdiri

dari vitamin dan mineral berfungsi sebagai komponen metabolisme dan berbagai proses faal

dalam tubuhn (Rismayanti C, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana gambarar atlet sehari-hari?

1.2.2. Bagaimana kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet?

1.2.3. Bagaimana status gizi atlet?

1.2.4. Bagaimana asupan dan penyelenggaraan makan atlet?

1.2.5. Bagaimana alternatif pemecahan masalah gizi atlet?

1.2.6. Bagaimana contoh menu ideal untuk atlet ?

1.3. Tujuan Umum

1.3.1. Untuk mengetahui gambaran atlet sehari-hari,

1.3.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,

1.3.3. Untuk mengetahui status gizi atlet,

1.3.4. Untuk mengetahui asupan dan penyelenggaraan makan atlet,

1.3.5. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah gizi atlet.

1.4. Tujuan Khusus

1.4.1. Untuk mengetahui gambaran aktivitas atlet ,

1.4.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,

1.4.3. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada atlet,

1.4.4. Untuk mengetahui status gizi atlet,

1.4.5. Untuk mengetahui tingkat asupan makan atlet,

1.4.6. Untuk mengetahui penyelenggaraan makan atlet,

1.4.7. Untuk mengidentifikasi masalah gizi pada atlet,

1.4.8. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah pada atlet.

1.4.9. Untuk mengetahui menu ideal atlet

2

Page 3: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

1.5. Manfaat

1.5.1. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup gizi atlet,

1.5.2. Mahasiswa mampu memahami pengaruh aktivitas latihan terhadap kebutuhan

gizi atlet,

1.5.3. Mahasiswa mampu memahami, menganalisa, dan menyelesaikan masalah gizi

yang terjadi pada atlet.

3

Page 4: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

BAB II

ISI

2.1. Gambaran Umum

Voli Mitra Kencana merupakan sebuah klub voli yang terdiri dari pemain wanita

tingkat anak-anak dan tingkat remaja. Klub tersebut beralamat di Jalan

PucangnAnom VII no 24 Pucang Gading dan tempat latihan berada di GOR Mundu

Futsal Kedung Mundu. Voli mitra Kencana ini berdiri tanggal 1 Desember 2007

Sampai saat ini anggota klub ada 55 orang. Pelatih dari klub voli tersebut ada enam

orang, salah satunya adalah Bapak Muhammad Haris Gunarto SH. Selain menjadi

pelatih voli, beliau adalah seorang PNS di kantor BKKBN Jawa Tengah.

Jenis Kelamin N Persen (%)

Laki-laki

Perempuan

Total

0

20

20

0

100

100

Tabel 1. Jumlah Sampel Atlet

Makanan tidak diberikan di klub voli ini, kecuali ketika saat ada pertandingan.

Saat bertanding biasa diberikan menu box dan tidak ada spesifikasi jenis makanan,

hanya disyaratkan setiap pemain meminum air putih dalam jumlah yang cukup. Saat

dua hingga tiga hari sebelum pertandingan, para pemain dianjurkan untuk tidak

meminum air es. Waktu terakhir sekitar dua jam sebelum pertandingan, para pemain

yang siap bertanding diberi asupan berupa pisang dan roti. Makanan yang tidak

boleh diberikan sebelum bertanding adalah minuman es, makanan berminyak, dan

makanan yang pedas.

Usia N Persen (%)

12 1 5

13

14

15

16

9

5

2

1

45

25

10

5

4

Page 5: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

17

18

Total

1

1

5

5

100

Tabel 2. Karakteristik Usia Sampel

karaktersitik usia sampel

12 13 14 15 16 17 18

Gambar 2 : Karakteristik Usia Sampel

Jenis latihan yang selalu dilakukan adalah stretching atau pemanasan sekitar

kurang lebih 45 menit, lalu aktivitas ini yaitu receive pukulan per masing-masing

individu, semi grup, spike, dan game kurang lebih satu jam, kemudian pendinginan

secukupnya selama kurang lebih 15 menit. Sisa satu jam latihan adalah untuk latihan

main voli. Penyelenggaraan Jadwal pertandingan rutin adalah sekitar 3 bulan

sparing, misalnya jika ada turnamen, kompetisi antar klub di wilayah Semarang.

Pengalaman bertanding dari klub Voli Mitra Kencana adalah sebagai berikut : PON

selama satu kali, dan beberapa kali POSPROV, O2SN, tingkat SMP, dan POPDA.

2.2. Gambaran Aktivitas

Jenis latihan yang dilakukan atlet volley terdiri dari 3 bagian, yaitu : pemanasan, inti,

dan pendinginan.

a. Pada tahap pemanasan, pada tahap pemanasan biasanya dilakukan lari lari kecil dan

perenggangan otot yang bertujuan untuk melenturkan otot. Durasi latihan pemanasan

dilakukan selama 45 menit .

5

Page 6: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

b. Latihan inti 60 menit . pada tahap ini atlet melatih kemampuan mereka agar lebih

menguasai teknik – teknik permainan bola volley.

c. Tahap terakhir dari latihan yaitu pendinginan (cooling down) 15 menit . latihan ini

dilakukan setelah program latihan selesai dilaksanakan sebagai upaya agar bagian

otot yang bekerja keras tadi kembali pada posisi rileks dan tidak kaku.

d. Permainan 1 jam . tahap ini dilakukan agar pemain lebih dapat menguasai teknik-

teknik yang telat dipelajari pada saat latihan ini yang telah dilakukan.

Kisaran lama tidur (jam) Persen (%)

< 8 35

8 15

> 8 50

Tabel 1 : Kisaran Lama Tidur Atlet

35%

15%

50% < 8 jam8 jam> 8 jam

Gambar 1. Kisaran Lama Tidur Atlet

Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki

jumlah jam tidur yang cukup baik, 50 % tidur selama > 8 jam perhari, kemudian 15 %

responden tidur selama 8 jam perhari, dan 35 % responden tidur selama < 8 jam

perhari.

Lama waktu luang (jam) Persen (%)

< 5 30

≥ 5 70

6

Page 7: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Tabel 4 : Lama Waktu Luang

30%

70%

< 5 jam ≥ 5 jam

Gambar 4 : Lama Waktu Luang

Dari tabel tersebut sebanyak 70 % responden memiliki waktu luang sebesar ≥ 5 jam /

hari, dan sebanyak 30 % memiliki waktu luang sebesar < 5 jam / hari. Dimana waktu

luang ini sangat lah dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan pribadinya.

Menyukai Olahraga Selain Volley Persen (%)

Tidak Suka 40

Suka 60

Tabel 5 : Kesukaan olahraga selain Voli

40%

60%

tidak suka suka

Gambar 5 : Kesukaan Olahraga selain voli

7

Page 8: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Selain menjadi atlet volley, sebanyak 60 % responden ternyata menyukai olahraga

selain volley seperti basket, renang, badminton, taekwondo, tenis, sepak bola, lompat

tinggi, tenis meja, dan silat. Sedangkan sebanyak 40 % responden tidak menyukai

olahraga selain volley.

Jenis aktifitas Persen (%)

Bermain 9,7

Latihan Fisik 9,7

Membersihkan Rumah 6,4

Mengaji 3,2

Bermain Gadget 25,8

Membaca 9,7

Belajar 6,4

Menonton TV 29,0

Tabel 6 : Aktivitas Waktu Luang

10% 10%

6%

3%

26%10%

6%

29%

bermain latihan fisikmembersihkan rumah mengajibermain gadgetmembacabelajarmenonton tv

Gambar 4. Jenis Aktivitas pada waktu luang

Adapun selama waktu luang yang mereka punya, inilah jenis aktifitas yang

dilakukan responden. Adapun aktifitas yang paling dominan dilakukan adalah

menonton TV sebanyak 29 %, lalu diikuti bermain gadget sebesar 25,8 %.

Jenis aktifitas Persen (%)

8

Page 9: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Melakukan Hobi 45 %

Latihan Fisik 15 %

Bimbingan Belajar 5 %

Tidak Ada (hanya Volley) 35 %

Tabel 7 : Aktivitas diluar latihan voli

45%

15%5%

35%

Melakukan HobiLatihan FisikBimbingan BelajarTidak ada (hanya voli)

Gambar 7. Aktivitas diluar latihan voli

Dari tabel aktivitas di luar klub diatas diketahui sebanyak 45 % responden memilih

melakukan hobi seperti olahraga selain volley, pramuka, vokal/paduan suara. Sebanyak

15 % responden memilih latihan fisik, sebanyak 5 % responden memiliki jadwal

bimbingan belajar, dan sebesar 35 % responden hanya berlatih volley di klub saja.

2.3. Gambaran Lingkungan

Kondisi Lingkungan Sekitar Persen (%)

Baik 85

Biasa Saja 15

Tabel 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan

9

Page 10: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

85%

15%

baikbiasa saja

Gambar 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan

Dari data diatas , dapat dinyatakan bahwa 15 % mempunyai hubungan dengan

lingkungan yang biasa saja dan 85 % mempunyai hubungan yang baik dengan

lingkungan sekitar . mereka mengaku mendapat dukungan yang baik dari lingkungan

dan keluarga untuk menjadi seorang atlet.dari 20 sampel 18 orang mengaku lingkungan

sangat mempengaruhi dan nyaman dengan lingkungan dan 2 orang tidak dikarenakan

memiliki teman-teman yang tidak membuat nyaman. Sebanyak 6 orang mengaku

mendapatkan dukungan dari ayah dan 14 orang mengaku mendapatkan dukungan dari

ibu. Mereka mempunyai kebiasan saat berkumpul dengan keluarga , seperti berdiskusi

tentang suatu hal, nonton tv, makan bersama , dan jalan jalan. Selain keluarga, teman-

teman juga sangat mendukung mereka untuk menjadi atlet. Kebiasaan yang dilakukan

jika mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya adalah Cerita, mengobrol,

makan, jalan-jalan, belajar.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai keadaan lingkungan dan tempat latihan,

terdapat 17 orang (85%) yang mengatakan bahwa lingkungan dan tempat mereka

berlatih volly tergolong baik, sedangkan sebanyak 3 orang (15%) mengatakan kondisi

lingkungan dan tempat latihan mereka biasa saja, dalam artian tidak terlalu baik

maupun terlalu buruk. Klub Volley Mitra Kencana memiliki dua lapangan volley untuk

tempat berlatih para pemain volley. Kondisi lingkungan mempengaruhi kesehatan para

atlet. Kondisi lingkungan seharusnya bebas dari debu, lapangan volley yang tidak licin,

serta memiliki sirkulasi udara yang baik.

10

Page 11: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Kemudian sebanyak 18 orang mengatakan bahwa lingkungan sekitar mereka

sangat kondusif, baik dari pihak keluarga maupun teman-teman mereka sangat

mendukung karir mereka di bidang olahraga volly. Sedangkan hanya 2 orang yang

mengatakan lingkungan sekitar mereka kurang kondusif, walaupun keluarga mereka

mendukung namun terdapat beberapa teman mereka yang kurang mendukung atau

kurang menyenangkan. Bagi mereka, dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka

sangat dibutuhkan. Dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka dapat

dijadikan sebagai pemberi motivasi, pendukung, penghibur, penyemangat baik saat

latihan maupun saat bertanding.

2.4. Status Gizi Atlet

Status gizi merupakan landasan untuk merencanakan program pembinaan atlet

termasuk penatalaksanaan gizi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk

memperoleh kondisi prima dari seorang atlet, disamping latihan teratur dan terprogram.

Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan dengan dua komponen yaitu

lemak tubuh dan masa tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan

bertambahnya umur akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh.

Penambahan berat badan sering terjadi karena penambahan lemak tubuh yang

disebabkan kurangnya aktivitas. Berat badan berhubungan dengan kekuatan, kecepatan,

ketahanan, ketangkasan, dan penampilan. Untuk itu berat badan, tinggi badan dan

riwayat status gizi yang optimal pada responden ini harus terus diperhatikan (Iswahyudi

dkk, 2007).

Demikian halnya kondisi lemak tubuh responden juga harus diperhatikan.

Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status

IMT dan persentase lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada

risiko penyakit jantung karena penambahan berat badan berhubungan dengan

peningkatan proporsi lemak tubuh (Iswahyudi dkk, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian pada 20 atlet voli di Klub Mitra kencana

menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (60%) mempunyai status gizi berdasarkan

IMT normal. Sebanyak 4 responden (20%) mempunyai status gizi underweight, dan

11

Page 12: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

hanya 1 responden (5%) memiliki status gizi overweight. Selanjutnya, ada 3 responden

(15%) yang mempunyai sttaus gizi obesitas.

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Underweight 4 20

Normal 12 60

Overweight 1 5

Obese 3 15

Total 20 100

Tabel 9. Status Gizi berdasarkan IMT

20%

60%

5%

15%

Prosentase

UnderweightNormalOverweightObesitas

Gambar 9 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan IMT

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Kurang (underfat) 5 25

Normal 15 75

Total 20 100

Tabel 10. Status gizi berdasarkan % lemak tubuh

12

Page 13: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Prosentase

UnderfatNormal

Gambar 10 : Diagram pie prosentase status lemak tubuh..

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5 responden (25%)

memiliki presentase lemak tubuh kurang (underfat), dan sebanyak 15 responden (75%)

mempunyai presentase lemak tubuh normal.

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Lebih 5 25

Normal 15 75

Total 20 100

Tabel 11. Status gizi berdasarkan lingkar pinggang

13

75%

25%

Page 14: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Prosentase

NormalLebih

Gambar 11 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar pinggang

Lingkar pinggang adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang

diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur di antara crista illiaca

dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1

mm). Ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan peningkatan faktor

risiko terhadap penyakit kardiovaskular

Lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal

atau lemak visceral. Lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular

yang paling menentukan jika dibandingkan dengan pengukuran IMT. World Health

Organization secara garis besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan lingkar

pinggang jika lingkar pinggang pria > 90 cm dan pada wanita > 80 cm.

Sebanyak 15 responden (75%) dari 20 atlet voli Klub mitra kencana memiliki

rasio lingkar pinggang normal dan sisanya sebnayak 5 responden (25%) memiliki rasio

lingkar pinggang lebih.

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Lebih 19 95

Normal 1 5

14

75%

25%

Page 15: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Total 20 100

Tabel 11. Status gizi berdasarkan rasio lingkar panggul

Prosentase

NormalLebih

Gambar 12 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar panggul.

Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang

diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur pada lingkar maksimal

dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis.Lingkar panggul yang besar (tanpa

menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko diabetes melitus dan penyakit

kardiovaskular yang lebih rendah (Oviyanti, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umunya para atlet

voli tersebut memiliki rasio lingkar panggul lebih. Hal tersebut dibuktikan dari 19

responden (95%) memiliki rasio lingkar panggul lebih dan hanya 1 responden (5%)

memiliki rasio lingkar panggul normal.

Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan

obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar

pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun setiap

peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi faktor

predisposisi peningkatan kematian sebesar 28%. World Health Organization secara garis

besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio

lingkar pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita > 0,80 (Oviyanti, 2010).

15

95%

5%

Page 16: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

2.5. Gambaran Asupan Zat Gizi Atlet

2.5.1. Asupan zat gizi makro

1. Tingkat kecukupan energi

Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-

sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran

karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecaha

protein. Pada olahraga intensitas moderat-tinggi yang bertenaga seperti sprint

atau juga pada olahraga beregu seperti sepakbola atau bola basket , pembakaran

karbohidrat akan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dan akan

memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pembakaran

lemak dalam memproduksi energi di dalam tubuh. Kontribusi pembakaran

karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh akan meningkat hingga sebesar

100% ketika intensitas olahraga berada pada rentang 70-95% VO max (Anwari,

2007).

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, kebutuhan

energi total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori kurang.

Hal ini diperoleh berdasarkan hasil recall dan perhitungan kebutuhan energi per

hari.

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Normal 0 0

Kurang 20 100

Lebih 0 0

Total 20 100

Tabel 9. Kebutuhan Energi Atlet

16

Page 17: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

100%

Tingkat Kecukupan Energi

Kurang

Gambar 13 : Kebutuhan Energi Atlet

2. Tingkat kecukupan Protein

Kebutuhan protein bagi seorang atlet disebutkan berada berada pada rentang

1.2 1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein

bagi non-atlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan. Peningkatkan kebutuhan

protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami

kerusakan jaringan ototn terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga

yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan

durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan

sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin

berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhkan konsumsi protein

seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan

dengan kebutuha non-atlet (Anwari, 2007).

Berdasarkan hasil recall pada atlet voli Klub Mitra Kencana, dapat

disimpulkan bahwa 2 responden (10%) memiliki tingkat kecukupan protein

normal dan sebanyak 18 responden (90%) memiliki tingkat kecukupan protein

kurang.

Kategor Jumlah (n) Presentase (%)

17

Page 18: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

i

Kurang 18 90

Normal 2 10

Lebih 0 0

Total 20 100

Tabel.10 : Tingkat kecukupan protein

Kurang90%

Normal10%

Tingkat Kecukupan Protein

KurangNormal

Gambar 14:. Tingkat kecukupan protein

3. Tingkat kecukupan Lemak

Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak

sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen

otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas

olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui

pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi

energi melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan

menghasilkan energi yang lebih besar (9kkal/gr) jika dibandingan dengan

pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Perlu juga untuk diketahui bahwa jaringan

18

Page 19: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

adipose dapat menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah yang tidak terbatas,

sehingga kelelahan serta penurunan performa yang terjadi pada saat berolahraga

tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan lemak tubuh (Anwari, 2007).

Kategor

i

Jumlah (n) Presentase (%)

Kurang 9 45

Normal 1 5

Lebih 10 50

Total 20 100

Tabel 11:. Tingkat kecukupan lemak

45%

5%

50%

Tingkat kecukupan lemak

KurangNormalLebih

Gambar 14 : Tingkat kecukupan Lemak

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 9 responden

(45%) memiliki tingkat kecukupan lemak kurang. Sedangkan sebanyak 10

responden (50%) termasuk kategori lebih, dan hanya 1 responden (5%) memiliki

tingkat kecukupan lemak yang normal.

4. Tingkat Kecukupan Karbohidrat

Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan intensitas moderat-tinggi,

kebutuhan energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen, terutama

19

Page 20: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang terdapat di dalam aliran darah

(blood glucose) dimana ketersediaan glukosa di dalam aliran darah ini dapat

dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada pada keadaan normal.

Proses pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.

Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil

pembakaran lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu

untuk menghasilkan ATP (molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas

yang lebih besar serta dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan

pembakaran lemak (Anwari, 2007).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum semua atlet voli

tersebut memiliki tingkat kecukupan karbohidrat kurang. Hal tersebut dapat

dilihat pada sebanyak 20 responden (100%) memiliki tingkat kecukupan

karbohidrat kurang.

Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Normal 0 0

Kurang 20 100

Lebih 0 0

Total 20 100

Tabel 12 : Tingkat kecukupan Karbohidrat

100%

Tingkat kecukupan Karbohidrat

Kurang

20

Page 21: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Gambar 15 :. Tingkat kecukupan karbohidrat

2.5.2. Asupan zat gizi mikro

1. Kalsium

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat kecukupan

kalsium total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori

kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di

Klub Mitra Kencana.

100%

Tingkat kecukupan kalsium

KurangBaikLebih

Gambar 16 : Tingkat kecukupan kalsium

2. Besi

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar

tingkat kecukupan Zat besi total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang

yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan

lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar

5% (1 orang) %). Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah

dilakukan di Klub Mitra Kencana.

21

Page 22: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

90%

5%5%

Tingkat Kecukupan Zat Besi

Kurang Baik Lebih

Gambar 18 :. Tingkat kecukupan zat besi

3. Zinc

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat

kecukupan zinc total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk

kategori kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah

dilakukan di Klub Mitra Kencana.

100%

Tingkat Kecukupan ZincKurang Baik Lebih

Gambar 19:. Tingkat kecukupan zink

4. Vitamin B1 (Tiamin)

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar

tingkat kecukupan tiamin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang

22

Page 23: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

yaitu 80 % (16 orang). Sebesar 20% (4 orang) mempunyai tingkat kecukupan

lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub

Mitra Kencana.

80%

20%

Tingkat Kecukupan TiaminKurang Baik Lebih

Gambar 20 :. Tingkat kecukupan tiamin

5. Vitamin B2 (Riboflavin)

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar

tingkat kecukupan riboflavin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang

yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan

lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub

Mitra Kencana.

23

Page 24: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

90%

10%

Tingkat Kecukupan RiboflavinKurang Baik Lebih

Gambar 21 : Tingkat kecukupan ribovlavin

6. Vitamin B3 (Niasin)

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar

tingkat kecukupan niasin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang

yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan

lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar

5% (1 orang) %. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah

dilakukan di Klub Mitra Kencana.

90%

5%5%

Tingkat Kecukupan NiasinKurang Baik Lebih

Gambar 22 : Tingkat kecukupan Niasin

24

Page 25: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

7. Vitamin C

Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar

tingkat kecukupan vitamin C total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang

yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan

lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub

Mitra Kencana.

90%

10%

Tingkat Kecukupan Vitamin CKurang Baik Lebih

Gambar 23 :. Tingkat kecukupan Vitamin C

2.6 Riwayat makan

Terdapat 14 orang (70%) yang suka mngkonsumsi sayuran, namun sayuran

yang sering dikonsumsi seperti jagung, kol, dan wortel. Sedangkan sebanyak 6 orang

(30%) menyatakan bahwa mereka tidak menyukai sayuran. Alasan mereka tidak

menyukai sayuran karena menurut mereka sayuran memiliki rasa yang tidak enak dan

pahit. Kemudian sebanyak 19 orang (95%) suka mengkonsumsi buah-buahan, seperti

apel, jeruk, jambu, pisang, alpukat, mangga, semangka, pepaya, pir, melon, dan anggur.

Dan hanya ada satu orang (5%) yang tidak suka mengkonsumsi buah-buahan.

Asupan vitamin D yang optimal pada atlet memiliki efek menguntungkan pada

kinerja dan kesehatan atlet. Vitamin D memiliki fungsi penting dalam tubuh termasuk

25

Page 26: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

pemeliharaan kesehatan tulang yang baik, fungsi otot, dan kekebalan. Vitamin D

ditemukan di beberapa makanan, tetapi sumber utamanya berasal dari sinar matahari.

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan termasuk

peningkatan risiko cedera tulang, nyeri muskuloskeletal kronis dan infeksi saluran

pernapasan viral (Nutrition Working Group of the International Olympic Committee,

2012).

Besi memiliki peran penting dalam transportasi oksigen dalam darah dan otot.

Status zat besi yang tidak memadai dapat mengganggu performa dan pemulihan atlet.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa asupan besi seorang atlet dapat meningkat

karena peningkatan beban latihan mereka. Disarankan agar atlet mengkonsumsi daging

sebanyak 3 hingga 5 kali per minggu. Besi meningkatkan faktor yang ditemukan dalam

daging, ikan, dan ayam. Untuk mengoptimalkan asupan besi, disarankan asupan besi

dikombinasikan dengan asupan vitamin C. Contoh kombinasi menu makanan yang

tepat seperti jus buah atau buah dengan sarapan sereal, atau chilli con carne (daging dan

kacang-kacangan). Kalsium penting untuk kesehatan tulang, terutama pada remaja dan

atlet wanita, sehingga sangat penting untuk memastikan asupan kalsium yang cukup.

Sumber kalsium terbaik adalah produk susu seperti susu, yoghurt, keju, disarankan

untuk memilik produk susu rendah lemak (Nutrition Working Group of the

International Olympic Committee, 2012).

Terdapat 10 orang yang memiliki pantangan makanan, seperti sayuran, cumi-

cumi, udang, kulit ayam, gajih, ikan laut, telur, makanan pedas ,es ,kacang ,bandeng ,

dan buah. Sedangkan 10 orang lainnya tidak memiliki pantangan terhadap makanan.

Semua responden (100%) mengkonsumsi susu secara rutin. Responden yang memiliki

pantangan makan karena mereka memiliki alergi pada makanan tersebut.

2.6.1 Asupan sebelum dan sesudah pertandingan

Klub Volley Mitra Kencana yang menaungi atlet volley ini tidak memberikan

penyelenggaraan makanan bagi atlet volly mereka baik selama kegiatan latihan, saat

pertandingan, ataupun setelah pertandingan. Para atlet volley menyediakan makanan

sendiri tanpa ada bimbingan pemilihan makanan dari klub yang menaungi mereka.

26

Page 27: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Makanan adalah salah satu bahan bakar utama untuk kegiatan olahraga, dan erat

hubungannya untuk kinerja olahraga yang optimal. Atlet tidak hanya mencerna

karbohidrat sebagai kontributor umum untuk kebutuhan energi harian mereka, tetapi

juga merupakan agen khusus sebagai ergogenik dalam beberapa waktu tertentu, seperti

selama pertandingan maupun saat pra-pertandingan (Paolo C Colombani et al, 2013).

Ketika kebutuhan untuk berlatih meningkat, kebutuhan karbohidrat juga

meningkat. Mengonsumsi asupan karbohidrat untuk intensitas latihan yang panjang

juga akan menambah asupan karbohidrat serta secara khusus menyediakan bahan bakar

untuk latihan. Dalam banyak olahraga yang berlangsung lebih dari 1 jam, penipisan

simpanan karbohidrat menyebabkan kelelahan dan penurunan kinerja selama latihan.

Strategi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat meliputi asupan karbohidrat dalam

beberapa jam atau hari sebelum pertandingan untuk memastikan simpanan glikogen di

otot dan hati cukup untuk mengantisipasi kebutuhan bahan bakar selama pertandingan

(Nutrition Working Group of the International Olympic Committee, 2012)

Pengaruh asupan karbohidrat beberapa jam sebelum latihan adalah untuk

meningkatkan kinerja otot dalam penggunaan karbohidrat. Oleh karena itu, makanan

pra-pertandingan harus mengandung cukup karbohidrat untuk mengkompensasi

ketergantungan karbohidrat yang lebih besar. Makanan pra-pertandingan yang

meningkatkan performa atlet saat pertandingan umumnya membutuhkan karbohidrat

sekitar 1-4 g/kg massa tubuh. Melanjutkan mengkonsumsi karbohidrat selama

pertandingan membantu untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar (Nutrition

Working Group of the International Olympic Committee, 2012).

2.7 Status Kesehatan dan status hidrasi atlet

2.7.1 Status kesehatan

1. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir

Dari tabel diatas diketahui sebanyak 90 % responden tidak mengalami sakit pada

6 bulan terakhir, sedangkan terdapat 10 % responden mengalami sakit pada 6 bulan

terakhir.

27

Page 28: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Sakit 6 Bulan Terakhir Jumlah (n) Persen (%)

Tidak 18 90

Ya 2 10

Total 20 100

Tabel 24. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir

90%

10%

Riwayat penyakit 6 bulan terakhir

Tidak adaAda

Gambar 24. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir

2. Riwayat Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 11 respondek mengaku pernah menderita

penyakit, seperti: radang usus, thypus, demam berdarah, muntaber, bronchitis.

Sedangkan sebanyak 9 responden (45%) mengaku tidak memiliki riwayat penyakit

apapun.

Riwayat penyakit Jumlah (n) Presentase (%)

Ada 11 55

Tidak ada 9 45

Total 20 100

Tabel 25. Riwayat penyakit

28

Page 29: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

55%45%

Riwayat Penyakit

AdaTidak ada

Gambar 25. Riwayat penyakit

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasrkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 7 responden (35%)

memiliki riwayat penyakit keluarga seperti: darah tinggi, vertigo, hepatitis B, penyakit

jantung, asam urat, kolesterol tinggi, diabetes melitus. Sisanya, sebanyak 13 responden

(65%) tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

Penyakit keluarga Jumlah (n) Persen (%)

Tidak ada 13 65

Ada 7 35

Total 20 100

Tabel 26. Riwayat penyakit keluarga

29

Page 30: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

65%

35%

Riwayat penyakit keluarga

Tidak adaAda

Gambar 26. Riwayat penyakit keluarga

4. Kondisi kesehatan setelah menjadi atlet

Kondisi kesehatan Jumlah (n) Persen (%)

Lebih sehat 16 80

Biasa saja 2 10

Kurang sehat 2 10

Tabel 27. Kondisi setelah menjadi atlet

80%

10%

10%

Kondisi kesehatan

Lebih sehatBiasa sajaKurang sehat

Gambar 27. Kondisi kesehatan setelah menjadi atlet

30

Page 31: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

2.6.2 Status hidrasi

Hidrasi adalah keseimbangan cairan dalam tubuh dan merupakan syarat penting

untuk menjamin fungsi metabolisme sel tubuh. Sedangkan dehidrasi berarti kurangnya

cairan di dalam tubuh karena jumlah yang keluar lebih besar dari jumlah yang masuk. Ada

tiga jenis dehidrasi, yaitu: (1) hypotonic adalah tubuh kehilangan larutan elektrolit (garam,

kalium, klor, kalsium, dan pospat, (2) hypertronic adalah tubuh kehilangan air, dan (3)

isotonic adalah tubuh kehilangan air dan larutan elektrolit, kondisi ini paling sering terjadi

(Cerika,2008). Dehidrasi menyebabkan kemampuan kognitif menurun karena sulit

berkonsentrasi, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, dan terbentuknya batu ginjal,

serta menurunkan stamina dan produktivitas melalui gangguan sakit kepala, lesu, kejang

hingga pingsan.

Kehilangan cairan lebih dari 15 % dapat berakibat fatal. Dalam berolahraga,

konsumsi cairan yang cukup serta melengkapinya dengan mengonsumsi nutrisi yang tepat

akan membantu tubuh untuk dapat berlatih lebih lama, mencegah kelelahan dini, membantu

meningkatkan skill serta akan membantu mempercepat proses recovery setelah latihan atau

pertandingan (Cerika,2008) . Di bawah ini adalah kadar warna urin yang menggambarkan

keadaan hidrasi seseorang.

Gambar 28. Indikator status hidrasi

31

Page 32: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Status Hidrasi Frekuensi (n) Presentase (%)

Hidrasi baik 9 45%

Hidrasi kurang 11 55%

Total 20 100%

Tabel 28. Status hidrasi

45%55%

Diagram status hidrasi

hidrasi baikhidrasi kurang

Gambar 29. Status hidrasi

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 9 responden (45%) mempunyai status hidrasi

baik dan sebanyak 11 responden (55%) mempunyai status hidrasi kurang.

2.7 Identifikasi Masalah Gizi Pada Atlet

2.7.1 Siklus Haid Tidak Teratur

Siklus Haid Jumlah (n) Persen(%)

Normal 12 60

Tidak Normal 8 40

Total 20 100

Tabel 29.Siklus Haid Sampel

32

Page 33: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

60%

40%

siklus haid

normaltidak normal

Gambar 30. Siklus haid

Dari tabel diatas diketahui sebanyak 60 % responden memiliki siklus haid

yang normal, sedangkan terdapat 40 % responden mengalami siklus haid yang

tidak normal, seperti haid yang ‘terlambat’ dari jadwal yang seharusnya, dan

jadwal haid yang kurang teratur.

2.7.2 Risiko Penyakit Terkait Riwayat Keluarga

Beberapa riwayat penyakit keluarga sampel adalah seperti asam urat,

hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Berikut adalah prosentase dari jumlah

keseluruhan sampel.

Riwayat

penyaki

t

keluarg

a

Jumlah

(n)

Persen(%)

Ada 7 35

Tidak

Ada

13

65

Total 20 100

Tabel 30. Riwayat penyakit keluarga

33

Page 34: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

35%

65%

Riwayat penyakit keluarga

Ada Tidak ada

Gambar 31. Riwayat penyakit keluarga

2.7.3 Penggunaan Suplemen

Dari hasil kuesioner dan proses wawancara, sebanyak 9 responden

mengonsumsi suplemen makanan seperti merk curcuma, scott emulsion, vitamin

c, peninggi badan, dan enervon c dan sisanya tidak menggunakan suplemen.

Penggunaan

suplemen

Jumlah

(n)

Persen(%)

Ya 9 45

Tidak 11 55

Total 20 100

Tabel 31. penggunaan suplemen

45%

55%

penggunaan suplemen

yatidak

Gambar 32. Penggunaan suplemen

2.7.4 Tidak Menyukai Sayuran

34

Page 35: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Dari seluruh jumlah sampel atlet (20 orang ), ada 14 orang yang

menyukai sayur seperti sayur asem,jagung, kol, dan wortel, namun ada 6 orang

yang tidak menyukai sayuran salah satunya karena rasa sayur yang tidak enak.

Menyukai

Sayuran

Jumlah (n) Persen (%)

Tidak 6 30

Ya 14 70

Total 20 100

Tabel 32. Kesukaan terhadap sayuran

70%

30%

suka sayur

iyatidak

Gambar 33. Tidak menyukai sayuran

2.7.5 Konsumsi Lemak Berlebih

Berdasarkan recall 2 hari yang telah dilakukan, asupan lemak rata-rata untuk

20 atlet voli Mitra Kencana lebih dari yang dibutuhkan tubuh masing-masing

atlet. Sebanyak 50% atlet voli klub Mitra Kencana asupan lemaknya melebih

dari yang dibutuhkan. Sedangkan 45% asupan lemaknya kurang dan hanya 5%

yang asupan lemaknya baik, sesuai dengan kebutuhannya.

35

Page 36: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

50%

5%

45%

Asupan Lemak

Asupan lemak lebihAsupan lemak baikAsupan lemak kurang

Gambar 34. Asupan lemak

2.7.6 Kurangnya Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro

Berdasarkan hasil analisis recall atlet volly remaja ‘Mitra Kencana’ didapat hasil

sebagai berikut :

Kategori

Asupan

Energi

N %

Kurang 20 100

Baik 0 0

Lebih 0 0

Jumlahh 20 100

36

Page 37: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

100%

asupan energi

kurangbaiklebih

Gambar 35. Asupan energi

Berdasarkan hasil analisis recall atlet volly remaja ‘Mitra Kencana’

didapat hasil bahwa sebanyak 20 sampel (100 %) memiliki asupan yang kurang

dari kebutuhan energi seharusnya. Padahal mereka adalah seorang atlet yang

notabene harus memiliki asupan energi yang cukup. Karena jika asupan energi

dibiarkan tidak tercukupi terus menerus dikhawatirkan akan berdampak pada

performa atlet yang akan cenderung menurun. Sehingga perlu diberikan asupan

yang sesuai dengan kebutuhan energi. Tentunya dengan asupan zat gizi yang

seimbang antara makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan

mikronutrien nya.

2.8 Penyelesaian Masalah Gizi Pada Atlet

2.8.1 Siklus Haid Tidak Teratur

Aktivitas fisik paada perempuan seperti olahraga mempunyai beberapa

keuntungan seperti badan idean dan tubuh yang sehat. Tetapi beberapa populasi

dari atlet perempuan dapat mempunyai gejala female athlete triad dimana terjadi

hubungan timbak balik dari keberadaan energy, fungsi menstruasi, dan

kepadatan mineral tulang. Secara klinis, keadaan ini dapat ketidakteraturan

makan, ketidakteraturnya siklus menstruasi, dan tingkat stress. Atlet perempuan

dengan kondisi ini, berhubungan dengan triad yang terdistribusi antara kesehatan

optimal dan kesehatan yang kurang baik untuk semua keadaan. (Jill M.T.N and

Kathleen E.C, 2011)

1. Perubahan gaya Hidup

37

Page 38: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Pengobatan yang optimal dari female athlete triad termasuk instruksi dari ahli

gizi untuk mendidik dan memantau pasien untuk nutrisi yang cukup dan untuk

membantu pasien mencapai dan mempertahankan berat badan tujuan. Pasien,

ahli gizi dan dokter harus menyepakati berat tujuan, dengan pertimbangan untuk

persyaratan berat untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dipilih pasien.

Peningkatan berat badan dari 0,23-0,45 kg per minggu sampai berat tujuan

dicapai adalah harapan yang wajar. Membantu fokus pasien pada kesehatan

optimal dan kinerja bukan berat badan adalah penting. Pasien tidak perlu

berhenti berolahraga sama sekali. Kegiatan latihan harus diturunkan 10% sampai

20%, dan berat harus dipantau secara ketat selama dua sampai tiga bulan. (Julie

A, et al, 2000) Pada atlet di Amerika, penderita triad langsung datang ke ahli gizi

seperti yang direkomendasikan oleh terapis fisik mereka. (Kathleen J.P, 2009)

2. Terapi Penggantian Hormon

Tidak ada studi longitudinal yang diterbitkan tersedia pada keuntungan

jangka panjang dari terapi penggantian hormon (HRT) untuk memperlambat atau

membalikkan hilangnya kepadatan mineral tulang pada remaja perempuan.

Sebagian besar bukti untuk penggunaan HRT telah diekstrapolasi dari data yang

mendukung penggunaannya pada wanita pascamenopause. Kedua kontrasepsi

oral dan siklik estrogen/progesteron telah digunakan untuk mengobati amenore.

Untuk sementara terapi hormonal yang akan mengatur amenore hingga mencapai

tujuan utamanya yaitu kembalinya menstruasi teratur melalui nutrisi yang tepat,

rejimen pelatihan direvisi dan pemeliharaan berat badan yang wajar. Sementara

sedikit bukti langsung tersedia pada waktu yang tepat untuk memulai HRT,

mengingat terapi hormon setelah enam bulan amenore tampaknya tepat.

Kehilangan tulang ireversibel dapat terjadi setelah hanya tiga tahun amenore.

Pasien yang sudah memiliki bukti awal kehilangan kepadatan mineral tulang

(osteopenia) atas dasar tulang densitometri/DEXA scanning harus memulai

terapi hormonal. (Julie A, et al, 2000) Estrogen dapat diganti dalam berbagai

cara. Kontrasepsi oral yang sering digunakan dan menguntungkan jika kontrol

kelahiran juga diinginkan. Frekuensi pergantian hormon seperti yang ditentukan

untuk wanita menopause juga opsi yang layak. Tidak ada pengobatan tunggal

38

Page 39: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

yang terbukti menjadi paling bermanfaat bagi female athlete triad. (Julie A, et al,

2000)

3. Keterlibatan Keluarga

Keterlibatan keluarga sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.

Anggota keluarga harus dimasukkan dalam rencana perawatan dari awal,

terutama dengan pasien remaja. Meskipun pada awalnya intervensi dokter

mungkin tampak merugikan karir atletik anak, pendidikan tentang pentingnya

female athlete triad dapat memotivasi orang tua untuk berpartisipasi dalam

program pengobatan. (Julie A, et al, 2000)

2.8.2 Risiko Penyakit Terkait Riwayat Keluarga

2.8.2.1 Hipertensi

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi juga mempertinggi

risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Dari data statistik

terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Faktor-

faktor yang berpengaruh kejadian hipertensi adalah faktor risiko yang tidak

dapat diubah atau faktor risiko melekat yaitu faktor demografi meliputi

umur, jenis kelamin, ras, dan keturunan meliputi genetik, riwayat keluarga.

Faktor risiko yang dapat diubah yaitu pola hidup meliputi kebiasaan

merokok, kebiasaan mengkonsumsi makan makanan asin, kebiasaan

mengkonsumsi makanan berlemak, kebiasaan mengkonsumsi jelantah,

kebiasaan olah raga, serta status kesehatan meliputi obesitas/IMT, dan stres

kejiwaan. Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan tim voli,

diketahui 5% dari atlet voli Mitra Kencana mempunyai riwayat keluarga

hipertensi.

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi (Nurkhalida, 2003).

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer

(Nurkhalida, 2003). Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung

meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu, 2003). Dari

39

Page 40: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi

(WHO dalam Soenarta Ann Arieska, 2005). Menurut Sheps, hipertensi

cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita

mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%

kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai

hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps,

2005).

Untuk mengurangi faktor resiko terjadinya hipertensi pada atlet voli ini

adalah dengan cara merubah faktor resiko yang dapat diubah seperti pola

hidup meliputi kebiasaan mengkonsumsi makan makanan asin, kebiasaan

mengkonsumsi makanan berlemak, kebiasaan mengkonsumsi jelantah,

kebiasaan olah raga, serta status kesehatan meliputi obesitas/IMT, dan stres

kejiwaan. Dilihat dari data asupan makronutrien, 50 % dari atlet

mengonsumsi lemak berlebih. Hal itu bisa meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi. Lemak jenuh dapat menyebabkan dislipidemia (Manurung E,

2004). Dislipidemia merupakan salah satu faktor utama risiko aterosklerosis

(Anwar TB, 2004). Arterosklerosis ini akan meningkatkan resistensi dinding

pembuluh darah yang dapat memicu jantung untuk meningkatkan resistensi

dinding pembuluh darah yang dapat memicu jantung untuk meningkatkan

denyutnya. Denyut jantung yang meningkat dapat meningkatkan volume

aliran darah yang berefek terhadap peningkatan tekanan darah.

2.8.2.2 Asam Urat

Asam Urat adalah suatu permasalah yang terjadi pada metabolisme

dalam tubuh yang dikarenakan ke abnormalan kadar asam urat dalam tubuh.

Asam urat tinggi terjadi karena produksi asam urat di dalam tubuh lebih

banyak dari pembuangannya. Asam urat merupakan produk akhir

metabolisme metabolisme purin pada manusia. Ia memiliki sifat antioksidan

yang mungkin menjadi pelindung tetapi juga bisa pro-oksidan, tergantung

pada lingkungan mikro kimia. Kelebihan asupan purin tubuh akan semakin

meningkatkan resiko asam urat, Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor

40

Page 41: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

genetik, makanan, dan penyakit (kanker darah). Asam urat dalam tubuh jika

berlebihan akan berakibat terkena penyakit asam urat, hipertensi, penyakit

jantung, dan penyakit ginjal. Apabila kadar asam urat dalam tubuh kurang

juga akan berakibat negatif dalam tubuh seperti sclerosis, parkinson,

alzheimer, dan neuritis (Melinda K, 2008).

Untuk kadar asam urat normal dalam tubuh yaitu UA (Uric Acid) > 0,8

mg / dl. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor jenis kelamin

dan usia ikut andil dalam meningkatnya resiko asam urat. Bagi laki – laki

dan usia lanjut lebih riskan terkena asma urat jika dibandingkan dengan

perempuan.

Gambar 36. Kristas Asam Urat

Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui

(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor

hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan

karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout

sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat

karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.

Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat

(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur

pembentuk protein (Melinda K, 2008).

41

Page 42: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

2.8.2.3 Status Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penebalan plak di

lumen pembuluh darah, tapi juga mudah memicu kerusakan dinding

pembuluh darah. Plak yang semakin menebal pada dinding pembuluh darah

akan semakin mempersempit lumen pembuluh darah. Plak yang berisi

kolesterol ini bisa muncul di pembuluh darah mana saja. Namun yang paling

berbahaya ialah jika plak tersebut berada di pembuluh darah jantung koroner

dan pembuluh darah di otak. Banyak cara yang dapat digunakan untuk

mengetahui kadar kolesterol dalam darah. Di banyak apotek maupun klinik,

sekarang sudah tersedia alat pemeriksaan kolesterol yang sederhana, cepat

dan mudah. Pemeriksaan kolesterol ini menggunakan metode dipstick yang

mengambil sample darahnya dari pembuluh darah kapiler yang terletak di

ujung jari tangan. Hanya dengan meletakkan beberapa tetes darah saja, kita

bisa segera tahu berapa kadar kolesterol dalam darah (Miller M, 2014)

Setelah melakukan pemeriksaan awal, ada baiknya Anda juga

melakukan pemeriksaan kolesterol yang diambil dari darah vena. Cara ini

tentu saja jauh lebih akurat karena selain kadar kolesterol total, kita juga

bisa tahu berapa kadar HDL (kolesterol baik) dan LDL (kolesterol jahat).

Kadar kolesterol total yang diharapkan adalah tidak lebih dari 200 mg/dL,

dengan komposisi LDL < 150 mg dan HDL > 50 mg/dL. Dalam keluarga

yang sama, kadang para anggotanya memiliki tingkat kadar kolesterol

tinggi. keadaaan ini dalam ilmu kedokteran disebut Familial

Hypercholesterolaemia (FH). FH disebabkan oleh perubahan gen dimana

lemak tidak dimetabolisme dengan baik dalam darah dan menumpuk di

arteri. FH merupakan satu contoh dari sifat genetik yang

dominan, yang berarti bahwa seseorang memerlukan hanya satu gen

abnormal untuk memiliki kondisi tersebut. Risiko diturunkan: Dr Nigel

Capps, dari Inggris mengatakan, jika salah satu orang tua memiliki

hiperkolesterolemia familial, maka seseorang memiliki risiko 50 persen

mendapatkan penyakit tersebut (Miller M, 2014).

42

Page 43: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

2.8.2.4 Diabetes Militus

Freeman (2008) mengatakan bahwa Diabetes Melitus (DM)

merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan

intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat

memproduksi insulin secara adekuat atau karena tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya.

Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan

perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang

dikonsumsi sampai kurangnya aktifitas fisik. Dalam menentukan seseorang

tergolong diabetes atau tidak berikut cut of pointnya :

a. Kadar gula darah puasa :

Normal        = kadar gula < 100 mg/dl

Pre Diabetes    = kadar gula 100-125 mg/dl

Diabetes    = kadar gula > 125 mg/dl

b. Kadar gula darah sesaat :

Normal        = kadar gula < 140 mg/dl

Pre Diabetes    = kadar gula 140-200 mg/dl

Diabetes    = kadar gula > 200 mg/dl

Ada dua tipe diabetes Mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes

mellitus tipe 2. Berikut adalah penjelasannya:

1. Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)

Diabetes Melitus tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent atau

childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin.

2. Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin)

DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset

43

Page 44: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

diabetes, disebabkan ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin

secara efektif yang kemudian mengakibatkan kelebihan berat badan dan

kurang aktivitas fisik.

Risiko mengidap diabetes cukup tinggi jika keluarga, orang tua atau

saudara Anda juga memiliki riwayat penyakit ini. Jika ada salah satu orang

tua dengan diabetes tipe 2, risiko penyakit itu diturunkan sebesar 15 persen.

Tetapi jika kedua orang tua memiliki kondisi tersebut, risiko penyakit itu

diturunkan kepada anak mereka sebesar 75 persen. Namun, faktor lain

seperti kegemukan, malas olahraga dan makan yang tidak sehat,umur > 45

th dapat meningkatkan resiko. salah satu penelitian juga menunjukkan

bahwa kegemukan merupakan kondisi fisik yang dapat diturunkan dari

keluarga, jika seseorang sudah mengalami kegemukan maka resiko diabetes

juga akan meningkat karena kita tahu bahwa kegemukan merupakan salah

satu faktor yang meningktakan resiko terjadinya diabetes (Freeman, 2008)

2.8.3 Penggunaan Suplemen

Pengetahuan tentang fisiologi manusia dengan nutrisinya meningkat tajam

abad ini dan oleh karena itu aplikasi untuk perubahan diet dan makanan

suplemen dengan nutrisi khusus itu sangat diperlukan. Modulasi komposisi diet

dan atau suplementasi dengan nutrisi khusus dengan tujuan mengembangkan

performa fisik manusia adalah definisi yang tepat untuk pertolongan nutrisi

ergogenic. Salah satu yang dapat mempertahankan kondisi tertinggi efisiensi

fisik dan meningkatkan prestasi olahraga adalah gizi yang optimal. Kondisi ini

berdefinisikan tidak dengan mengaitkan makan yang banyak tetapi intak gizi

yang cukup untuk mempertahankan seseorang dan kondisi fisik maksimal

Pertolongan nutrisi ergogenic bisa diklasifikasikan dengan makronutrisi atau

makronutrien (air, elektrolit, karbohidrat, protein dan lemak) dan mikronutrisi

atau mikronutrien. Makronutrisi umumnya dikonsumsi dalam satuan gram tiap

harinya, sedangkan mikronutrisi dikonsumsi dalam satuan miligram atau

microgram per harinya. Mikronutrisi lebih jauh lagi bisa dibali lagi menjadi dua

44

Page 45: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

kategori yaitu mikronutrien yang sangat penting/ indispensable (vitamin dan

mineral esensial), dan mikronutrien yang tidak terlalu penting (komponen diet

nonesensial atau metabolisme tahap menengah seperti kafein atau carnitine).

Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu

makanannya miskin akan zat-zat, atau dia memerlukan zat-zat gizi lebih banyak

daripada orang lain karena keadaan tertentu. Pada keadaan yang kurang

menguntungkan ini, terjadi penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang

membuat sistem metabolisme kurang efisien. Atau dengan kata lain apabila

tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam percepatan yang tinggi, maka orang

tersebut membutuhkan zat-zat gizi tertentu dalam jumlah banyak yang belum

tentu dapat disuplai hanya dari makanan.

Contoh suplemen makanan adalah sebagai berikut :

1. Minuman olahraga karbohidrat tinggi, misalnya: pocari sweat.

2. Suplemen makanan dalam bentuk cair, misalnya: Sustagen, Sustacal,

Ensure, Milo.

3. Multi vitamin dan mineral, misalnya: Calcium D-Redoxon, Caxon F.

4. Zat besi dan kalium.

Langkah terbaik yang anda harus lakukan adalah meningkatkan perilaku

makan yang sehat, dan jangan orang lain dalam berperilaku makan atau minum

suplemen tertentu, karena sesuatu yang baik buat orang lain belum tentu baik

untuk anda. Jika anda sudah terbiasa dengan suplemen, bacalah label dengan

hati-hati dan pilih suplemen yang terbuat dari bahan alami.

2.8.3.1 Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yg dpt mengatasi radikal bebas. Antioksidan

dapat mengurangi gejala atau risiko yg terkait dengan banyaknya radikal bebas

yg terbentuk akibat exercise, melindungi tehadap penyakit akibat penuaan, dan

anti-aging. Riset penggunaan antioksidan pada atlet memberikan hasil yg

45

Page 46: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

bervariasi. Antioksidan dalam bentuk campuran (multivitamin) memberikan

manfaat yg lebih baik selama latihan intensitas tinggi.

Terbentuk zat radikal bebas pada tubuh sebagai suatu hal yang normal pada

suatu kehidupan. Olahraga berat menyebabkan peningkatan proses oksidasi

dalam sel otot rangka yang mengakibatkan peningkatan produksi zat radikal

bebas. Olahraga berat juga menurunkan antioksidan pada tubuh manusia.

Apabila hal ini berlangsung lama, zat radikal bebas dapat merubah dan merusak

struktur biologi sel tubuh. Pada beberapa pengamatan juga ada indikasi bahwa

zat radikal bebas berhubungan dengan terjadinya kelelahan saat melakukan

olahraga.

Pemberian suplemen antioksidan vitamin dan mineral dimaksud untuk

mencegah kerusakan struktur biologi sel tubuh dan memperlambat terjadinya

kelelahan selama olahraga. Namun hal ini masih bisa berupa hipotesa belum

melalui penelitian yang seksama

2.8.3.2 Suplemen protein

Bisa berupa bubuk yg dicampur ke susu atau air atau berupa protein

batangan. Sebagian besar berupa protein susu. Suplemen protein dapat

menstimulasi sistem imun, mencegah menurunnya sistem imun mencegah

menurunnya sistem imun akibat latihan berat. Dosis untuk pemakaian suplemen

protein adalah 30-60 mg (1x sehari). Protein yang berlebihan berefek buruk dan

tidak bermanfaat.

2.8.3.3 Ginseng

Ginseng dapat meningkatkan pembentukan energy, meningkatkan

konsentrasi, meningkatkan libido, membantu dalam mengurangi BB, serta

menjaga kesehatan. 100 gram ginseng mengandung 338 kalori, 12,2 g protein, 70

46

Page 47: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

g KH, beberapa vitamin dan mineral, dan zat-zat aktif lain. Dosis harian dari akar

kering ginseng: 0,5-2 g per hari.

2.8.3.4 Kafein

Suplemen kafein bertujuan untuk memperpanjang endurance dan merancang

metabolisme pembentukan energi, oleh karena kafein meningkatkan

metabolisme lemak. Efek samping dari kafein menimbulkan diuresis dan

mempercepat dehidrasi. Jika konsentrasi kafein lebih dari 12mg per ml atau

setara dengan 6 – 8 cangkir kopi, dinyatakan sebagai ”doping”. Dosis yg

diperbolehkan untuk konsumsi kafein adalah tidak lebih dr 12 mcg/ml dalam

urin (6-8 cangkir kopi) perhari. Pada tahun 2008 Kafein tidak masuk doping,

namun masuk dalam program pemantauan pemantauan.

2.8.3.5 Kreatin

Kreatin merupakan salah satu komponen dalam sumber makanan tinggi

protein, seperti daging merah. Secara endogen dibentuk dari asam amino glisin,

arginin, dan metionin oleh hati, amino glisin, arginin, dan pancreas. 95% creatin

disimpan di otot skelet; 5% di jantung, otak, dan testis.

Beberapa studi memperlihatkan efek jangka pendek suplementasi creatin

dalam aktifitas yang membutuhkan kekuatan dan power (knee extension, bench

press, cycling sprint). cycling sprint). Suplementasi creatin tidak berdampak pada

aktivitas endurans.

2.8.4 Tidak Menyukai Sayuran

Perilaku atlet remaja yang tidak sesuai dalam menjalankan Pedoman Umum

Gizi Seimbang (PUGS) akan berdampak terhadap menurunnya status gizi dan

jangka panjang akan berpengaruh pada prestasinya. kondisi kurang gizi pada

atlet dengan terus menjalankan latihan tanpa diikuti dengan pemenuhan gizi yang

cukup akan mempengaruhi penampilan olahraganya. Asupan zat gizi cukup

merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja

saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan

47

Page 48: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

saat bertanding dan juga mempengaruhi pertumbuhannya, karena konsumsi zat

gizi ayng cukup dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan fisik dan aktivitas

sehari-hari. (Damayanti, 2008).

Sayuran memiliki peran penting penting dalam proses pertumbuhan dan

perkembangn, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh, misalnya folat, vitamin A, vitamin C, vitamin K, vitamin

E, magnesium, potassium, dan serat (Rolfes, 2009). Vitamin adalah senyawa

organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengatur fingsi-

fungsi tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan

dan reproduksi (Djoko Pekik, 2007). Vitamin merupakan zat kimia yang tidak

dapat dihasilkan oleh tubuh, maka vitamin diperoleh dari bahan makanan.

Vitamin bukan sumber energi, sehingga vitamin dibutuhkan oleh tubuh

secukupnya saja. Kebutuhan vitamin bagi seorang atlet lebih besar dan akan

meningkat dengan adanya aktivitas. Atlet dengan olahraga berat akan

memerlukan vitamin lebih banyak.

Folat dibutuhkan dalam proses konversi homosistein menjadi metionin,

donor CH3 dan koenzim di dalam sintesis DNA, ekspresi dan regulasi gen, dan

dibutuhkan dalam formasi normal sel darah merah. Vitamin A dibutuhkan dalam

formasi dan pemeliharaan mukosa membran, kulit dan tulang, serta dibutuhkan

dalam proses penglihatan. Vitamin E berperan sebagi antioksidan, mencegah

kerusakan membrans el darah merah, paru-paru, dan jaringan-jaringan lain

dengan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Vitamin E

juga berperan dalam mengurangi oksidasi LDL. Vitamin C dibutuhkan dalam

sintesis kolagen, berperan sebagai antioksidan dengan melindungi kolesterol

LDL, jaringan mata, dibutuhkan dalam konversi Fe++ menjadi Fe+++, serta

dibutuhkan sebagai neurotransmiter dan sintesis hormon steroid. Vitamin K

berperan dalam regulasi sintesis protein pembekuan darah (Brown E J, 2010).

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan (Sunita, 2003). Menurut Djoko Pekik (2007) mineral

48

Page 49: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk

membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan

metabolisme. Beberapa mineral yang terkandung di dalam sayuran adalah

magnesium dan potasium. Magnesium berperan sebagai komponen tulang,

dibutuhkan dalam aktivitas syaraf, an pengaktifan enzim yang terlibat di alam

formasi enegi dan protein. Potasium berperan dalam regulasi keseimbangan asam

basa, memelihara keseimbangan cairan, serta aktivasi otot dan syaraf (Brown E

J, 2010)..

Di dalam sayuran terdapat fitokimia yang berperan dalam kesehatan tubuh

manusia. Banyak fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan misalnya pigmen

yang berperan sebagai antioksidan. Hampir semua sayuran memiliki warna

tertentu yang menunjukkan pigmen antioksidan yang terkandung di dalamnya,

seperti sayuran berwarna hijau dan sayuran berwarna orange atau kuning seperti

bayam, brokoli, dan kentang (Brown E J, 2010).

2.8.5 Konsumsi Lemak Berlebih

Lemak merupakan sumber energi yang menyediakan kalori sebsar 9 kkal/g.

Asam lemak esensial dibutuhkan untuk membran sel, kulit, hormon, dan

transportasi vitamin larut lemak. Tubuh memiliki simpanan total glikogen, baik

otot dan hati, sebnayak 2600 kalori, dimana setiap 1 pon lemak tubuh

menyediakan 3500 kalori. Lemak dibutuhkan sebagai tenaga untuk olahraga

dengan intensitas ringan sampai dengan intensitas sedang (moderat). Walaupun

lemak sumber energi yang penting untuk metabolisme untuk aktivitas otot

selama olahraga aerobik dan berperan penting dalam tubuh, jika asupan lemak

lebih dari yang dianjurkan maka fungsi tersebut tidak terindikasi. Atlet yang

mengonsumsi makanan tinggi lemak biasanya memperoleh lebih sedikit kalori

dari karbohidrat (Mahan LK, 2008).

Lemak paling banyak disimpan dalam jaringan adiposa subkutan dengan

jumlah yang lebih sedikit disimpan sebagai triasilgliserol intramuskular. Pada

latihan yang cepat, lipolisis di jaringan adiposa akan distimulasi dan asam lemak

akan dimobilisasi dan dipindahkan ke otot. Asam lemak tersebut dapat diambil

49

Page 50: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

oleh otot dan bersama dengan asam lemak diturunkan dari sumber lemak

intramuskular dan dipindahkan ke dalam mitokondria kemudian asam lemak

tersebut akan dioksidasi. Kecepatan latihan juga akan menaikan pemecahan

glikogen yang berasal dari hati, keluaran glukosa dari hati akan naik akibat

fungsi dari intensitas berolahraga. Glukosa akan dipindahkan ke otot dimana

dapat untuk diambil. Dalam otot glukosa dapat dioksidasi bersamaan dengan

glukosa yang berasal dari glikogen otot. Glikogen oton menjadi substrat yang

paling penting ketika intensitasnya tinggi (Jeukendreup AE, 2003).

Makanan tinggi lemak dapat mengakibatkan meningkatnya oksidasi setalah 5

hari makan makanan tinggi lemak dimana hanya sebagian dijelaskan oleh daya

trima substarat. Adaptasi pada tingkat muskular dapat mengakibatkan perubahan

pada penggunaan sustrat dalam merespon makanan juga dapat terjadi setelah 5

hari. Namun, makanan tinggi lemak dapat menguramgi konsentrasi glikogen otot

dan hati, sehingga performance atlet menjadi berkurang (Jeukendreup AE, 2003).

Konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak bisa menimbulkan

pengaruh negatif terhadap kesehatan. Makanan tinggi lemak berkaitan dengan

penyakit kardiovaskuler, onesitas, diabetes dan beberapa tipe kanker. Atlet

seharusnya mengonsumsi 20%-30% kalori dari lemak. Pembatasan lemak (15%

atau kurang dari asu[pan energi) mungkin dapat menghambat performa atlet

(Mahan LK, 2008).. Oleh karena itu atlet voli di klub Mitra Kencana harus

seimbang dalam konsumsi lemak dalam makanan

2.8.6 Kurangnya Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro

2.8.6.1 Kecukupan Energi

Di dalam dunia olahraga, tidak hanya metode latihan atau juga bakat

yang akan menentukan prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet namun

konsumsi nutrisi yang tepat dalam sehari-hari secara langsung juga akan

memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan performa serta

prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet. Oleh karena itu, atlet yang

memiliki tingkat kegiatan aktivitas fisik yang tinggi akan membutuhkan

konsumsi nutrisi yang tepat komposisinya agar ketersediaan sumber energi di

dalam tubuh dapat tetap terjaga baik untuk menjalankan aktivitas sehari-hari

50

Page 51: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

maupun saat akan menjalani program latihan maupun saat akan bertanding

(Anwari, 2007). Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar

dapat berfungsi dengan baik, peredaran darah, persyarafan darah, pernafasan,

gerak otot sehingga atlet dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Besarnya

kebutuhan energi tergantung pada kegiatan atau aktivitas fisik yang

dilakukan (Mustamin, 2010).

2.8.6.2 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom

karbon, hydrogen dan oksigen. Fungsi karbohidrat yang paling utama adalah

sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping

itu karbohidrat juga berfungsi sebagai pelindung protein tubuh. Setiap gram

karbohidrat mengandung 4 kalori.

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan tim voli,

diketahui seluruh atlet voli Mitra Kencana asupan karbohidratnya masih

tergolong kurang. Oleh karena itu, untuk sampel yang memiliki asupan

karbohidrat yang kurang diperlukan modifikasi asupan karbohidrat.

Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan tergantung pada pengeluaran

energi harian, jenis olahraga, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan (Mahan,

2008). Untuk pemberian rekomendasi asupan karbohidrat harian sebaiknya

perhatikan massa tubuh atlet dan kefleksibilitasan atlet untuk memenuhi

target tersebut. Untuk latihan biasa, atlet membutuhkan asupan karbohidrat

sebanyak 5-7 g/kgBB/hari, sedangkan jika untuk meningkatkan daya tahan

atlet dibutuhkan 7-10 g/kgBB/hari. Asupan pre-training memiliki dua

tujuan. Yang pertama agar atlet tidak merasa lapar sebelum dan selama

pertarungan latihan, dan mempertahankan tingkat glukosa darah agar tetap

optimal saat berolahraga (Mahan, 2008). Asupan pre-training dapat

meningkatkan kinerja dibandingkan dengan berolahraga dalam keadaan

berpuasa atau perut kosong.

Pemberian asupan karbohidrat sebelum latihan dapat membantu untuk

mengembalikan simpanan glikogen dalam hati, yang dapat digunakan pada

saat pelatihan berkepanjangan dan kompetisi intensitas tinggi. asupan pre-

51

Page 52: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

training harus tinggi karbohidrat, tidak berminyak, dan mudah dicerna.

Lemak harus dibatasi karena lemak membutuhkan waktu lebih lama untuk

dicerna. Makanan yang dimakan 3,5 - 4 jam sebelum kompetisi harus

dibatasi sampai 25% kilokalori dari lemak. Mendekati waktu pertandingan,

kandungan lemak harus kurang dari 25% . Berolahraga dengan perut penuh

dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mual, dan muntah.

Asupan pre-training harus dikonsumsi 3-4 jam sebelum pertandingan

atau latihan. Makanan yang disajikan harus mencakup 200-350 gram

karbohidrat. Makanan pregame yang tepat lainnya adalah roti panggang atau

bagel polos dengan jelly, kentang panggang, spaghetti polos, sereal kering,

atau smoothie buah rendah gula yang disajikan dengan bubuk protein.

Makanan tinggi serat, lemak, dan laktosa untuk beberapa akan menyebabkan

gangguan pencernaan (misalnya, kembung, gas, atau diare) dan harus

dihindari sebelum kompetisi.

Sedangkan pada saat latihan yang berlangsung lebih dari satu jam,

karbohidrat yang dikonsumsi harus menjamin ketersediaan jumlah energi

yang cukup selama tahap latihan selanjutnya, meningkatkan kinerja, dan

meningkatkan perasaan senang selama latihan (Backhouse et al., 2005).

Selama menit-menit akhir latihan ketika glikogen otot rendah dan atlet

sangat bergantung pada glukosa darah untuk menghasilkan energi, otot-otot

mulai terasa berat, dan mereka harus berkonsentrasi untuk mempertahankan

latihan pada intensitas yang biasanya tidak menyebabkan stres ketika

simpanan glikogen dalam otot penuh. Mengkonsumsi karbohidrat eksogen

selama latihan ketahanan membantu untuk mempertahankan glukosa darah

dan meningkatkan kinerja.

Beberapa atlet lebih memilih untuk menggunakan minuman olahraga,

sedangkan yang lain lebih suka makanan padat dan mengkonsumsi air putih.

Jika selama latihan yang dikonsumsi minuman olahraga dengan karbohidrat,

tingkat konsumsi karbohidrat harus sekitar 26-30 g setiap 30 menit, jumlah

yang setara dengan 1 cangkir larutan karbohidrat 6% sampai 8% diambil

52

Page 53: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

setiap 15 sampai 20 menit. Hal ini memastikan bahwa 1 g karbohidrat akan

dikirimkan ke jaringan per menit pada saat kelelahan terjadi (Mahan, 2008).

Rata-rata, hanya 5% dari glikogen otot yang digunakan selama latihan

disintesis ulang setiap jam setelah latihan. Oleh karena itu, setidaknya

diperlukan 20 jam untuk pemulihan lengkap setelah latihan. Sediakan

sekitar 600 g karbohidrat yang dikonsumsi dalam asupan setelah latihan.

Menunda asupan karbohidrat terlalu lama setelah berolahraga akan

mengurangi kemampuan resintesis glikogen otot. Menambahkan sekitar 5

sampai 9 g protein setiap 100 g karbohidrat yang dimakan setelah berolah

raga dapat meningkatkan tingkat resynthesis glikogen, menyediakan asam

amino untuk perbaikan otot dan meningkatkan profil hormonal anabolik.

(Millard-Stafford et al., 2005).

Banyak atlet merasa sulit untuk mengkonsumsi makanan setelah latihan

selesai. Biasanya ketika suhu tubuh inti meningkat, nafsu makan menurun

dan sulit untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Banyak atlet

merasa lebih mudah dan sederhana untuk mengkonsumsi minuman

karbohidrat daripada makan tinggi karbohidrat. Mereka lebih memilih untuk

mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat yang tidak terlalu berat seperti

buah-buahan yaitu pisang, jeruk, melon, atau apel (Mahan, 2008).

2.8.6.3 Protein

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial dalam asupan yang

dibutuhkan atlet. Fungsi protein adalah untuk membangun, memelihara, dan

memperbaiki jaringan otot dan jaringan tubuh. Selain itu, protein juga

berfungsi dalam memproduksi hemoglobin, membentuk antibody, dan

membentuk enzim dan hormone. Setiap gram protein mempunyai nilai

energi 4 kalori.

Pada penelitian yang kami lakukan terhadap tim voli Mitra Kencana,

diketahui sebanyak hamper seluruh atlet asupan proteinnya kurang (90,00%)

dan hanya dua responden (10,00%) yang asupan proteinnya baik. Untuk

sampel yang telah memiliki asupan protein yang baik tidak memerlukan

modifikasi asupan protein, namun dipertahankan agar asupannya tidak

53

Page 54: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

berlebih atau berkurang. Untuk sampel yang memiliki asupan protein yang

kurang diperlukan modifikasi asupan protein.

Untuk sampel yang mengalami kekurangan asupan protein dibutuhkan

tambahan makanan sumber protein hewani dan nabati. Protein hewani,

seperti daging, unggas, ikan, telur, susu, keju, dan yogurt, menyediakan

sembilan asam amino yang sangat diperlukan dalam jumlah cukup yang

disebut protein lengkap. Protein nabati, seperti kacang-kacangan, biji-bijian,

dan sayuran cenderung kekurangan satu atau lebih asam amino. (NAP,

2002/2005)

Selain itu, atlet harus diberikan edukasi bahwa konsumsi protein lebih

dari jumlah yang dianjurkan tidak akan meningkatkan salah satu fungsi dan

tidak akan membuat otot menjadi lebih besar ataupun lebih kuat. Asupan

protein yang melebihi total kebutuhan energy akan disimpan didalam tubuh

sebagai lemak, bukan sebagai otot. Satu-satunya cara untuk membangun atau

membentuk otot adalah dengan mengkonsumsi sumber protein dengan

jumlah yang cukup, energy, serta nutrisi lain, dan latihan untuk pembentukan

otot (Mahan, 2008).

2.8.6.4 Vitamin

1. Vitamin B1 (Thiamin)

Thiamin, seperti beberapa vitamin B lainnya, sangat penting untuk

perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, kinerja fisik, dan

kesejahteraan yang normal. Hal ini terlibat dalam pelepasan energi dari

makronutrisi yang memberikan energi, terutama karbohidrat. Thiamin secara

luas didistribusikan dalam jumlah kecil di makanan. Sebagai bagian dari

anggota keluarga yang larut dalam air vitamin B-kompleks, thiamin mudah

hilang selama penggilingan, pemanasan, pengalengan, blanching, dan

penyimpanan makanan. Thiamin mudah diserap dari usus, dan mudah

dibuang melalui ginjal (Hathcock, 2004).

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh hasil

sejumlah 16 sampel (80 %) asupan vitamin B1 kurang, dan sejumlah 4

54

Page 55: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

sampel (20 %) mengalami asupan vitamin B1 yang lebih. Untuk itu perlu

adanya modifikasi asupan thiamin baik untuk yang kurang dan yang lebih

sehingga asupan thiamin terpenuhi. Asupan thiamin ditemukan dalam

berbagai macam makanan dari tumbuhan dan hewan. Produk daging seperti

daging sapi, ayam dan bebek memiliki jumlah umumnya sekitar 0,1 mg/100

g . Sebuah merek komersial ekstrak daging sapi memiliki tingkat yang sangat

tinggi dari thiamin ( 1,6 mg/100 g ), tapi ini biasanya diambil dalam jumlah

kecil. Berbagai jenis kacang-kacangan , misalnya kacang, kacang hijau,

kacang merah dan kacang kedelai mengandung thiamin mulai 0,4-1,7

mg/100 g kacang . Ada juga beberapa produk olahan di pasar, terutama roti,

produk sereal dan biskuit, yang difortifikasi atau diperkaya dengan thiamin

dan beberapa vitamin B lainnya dan dapat menjadi sumber penting dari

vitamin (RNI for Malaysia, 2005).

2. Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin ( 7,8 - dimetil - 10 - ribityl - isoalloxazine ) adalah vitamin

larut air yang hadir dalam berbagai macam makanan. Bentuk biologis aktif

yang paling penting, sebagai komponen integral dari koenzim flavin adenin

dinukleotida ( FAD ) dan flavin mononukleotida ( FMN ) (Hilary, 2003).

Melalui kedua flavoco-enzim, riboflavin berfungsi sebagai katalis untuk

reaksi redoks dalam berbagai jalur metabolisme dan produksi energi (RNI for

Malaysia, 2005). Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh

hasil sejumlah 18 sampel (90 %) asupan vitamin B2 kurang, dan sejumlah 2

sampel (10 %) mengalami asupan vitamin B2 yang lebih. Untuk itu perlu

adanya modifikasi asupan thiamin baik untuk yang kurang dan yang lebih

sehingga asupan thiamin terpenuhi.

Sumber makanan yang mengandung riboflavin ditemukan setidaknya

dalam jumlah kecil di berbagai jaringan tumbuhan dan hewan. Berbagai jenis

kacang-kacangan , termasuk kacang polong, kacang merah dan hitam dan

kedelai mengandung kadar yang cukup tinggi riboflavin, sekitar 0,3-0,7

mg/100 g. Berbagai produk daging memiliki vitamin B2 dalam jumlah

sedang. Daging seperti daging sapi, daging kambing, ayam dan bebek

55

Page 56: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

mengandung sekitar 0,2 mg per 100 g. Ikan, dengan 0,1 mg/100 g memiliki

jumlah yang lebih rendah dari riboflavin. Telur ayam merupakan sumber

yang baik dari vitamin ini, dengan sekitar 0,6 mg/100 g , dengan sedikit lebih

terkonsentrasi pada kuning telur. Seperti halnya untuk thiamin , buah-buahan

dan sayuran merupakan sumber miskin riboflavin. Ada beberapa produk

olahan di pasar, terutama roti, produk sereal dan biskuit, yang difortifikasi

atau diperkaya dengan riboflavin dan beberapa vitamin B lainnya dan dapat

menjadi sumber penting dari vitamin ini (RNI for Malaysia, 2005) .

3. Vitamin B3 (niasin)

Vitamin B3 adalah vitamin yang larut air yang merupakan bagian dari

kelompok vitamin B kompleks. Vitamin B3 memainkan peran penting dalam

semua proses metabolisme dalam tubuh dan diperlukan untuk pertumbuhan.

Hal ini dapat diperoleh dari asupan, serta diproduksi dalam jumlah kecil dari

asam amino, triptofan (Vitamins in Motion). Berdasarkan penelitian yang

telah kami lakukan, diperoleh hasil sejumlah 18 sampel (90 %) asupan

vitamin B3 kurang, sejumlah 1 sampel (5 %) asupan vitamin B3 yang baik,

dan sejumlah 1 sampel (5 %) mengalami asupan vitamin B3 yang lebih.

Untuk itu perlu adanya modifikasi asupan niasin baik untuk yang kurang dan

yang lebih sehingga asupan niasin terpenuhi. Adapun sumber makanan yang

mengandung niasin berasal dari sumber hewani seperti hati, ginjal, jantung,

ikan, daging. Sumber nabati seperti ragi, sereal, alpukat, buah ara, kurma,

plum, kacang-kacangan, legum (Vitamins in Motion).

4. Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, yang diperlukan

dalam tubuh untuk membentuk kolagen pada tulang, tulang rawan, otot,

dan pembuluh darah dan membantu dalam penyerapan zat besi. Diet

sumber vitamin C termasuk buah-buahan dan sayuran, terutama buah

jeruk seperti jeruk. Kekurangan vitamin C yang parah dapat

menyebabkan penyakit kudis. Meskipun jarang, penyakit kudis termasuk

konsekuensi yang berpotensi parah, dan dapat menyebabkan kematian

mendadak. Pasien dengan penyakit kudis diobati dengan vitamin C dan

56

Page 57: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

harus di bawah pengawasan medis. Banyak kegunaan untuk vitamin C

telah diusulkan, tetapi hanya sedikit yang telah ditemukan untuk menjadi

bermanfaat dalam studi ilmiah. Secara khusus, penelitian di asma,

kanker, dan diabetes tetap tidak meyakinkan, dan tidak ada manfaat telah

ditemukan dalam pencegahan katarak atau penyakit jantung (The

University of North Dakota).

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh hasil

sejumlah 18 sampel (90 %) asupan vitamin C kurang, dan sejumlah 2

sampel (10 %) mengalami asupan vitamin C yang lebih. Untuk itu perlu

adanya modifikasi asupan vitamin C baik untuk yang kurang dan yang

lebih sehingga asupan vitamin C terpenuhi.Adapun asupan vitamin C

dapat diperoleh dari semua buah-buahan dan sayuran. paprika hijau, buah

jeruk dan jus, stroberi, tomat, brokoli, lobak dan sayuran hijau lainnya,

ubi jalar dan putih, dan melon, pepaya, mangga, semangka, kubis

Brussel, kembang kol , kubis, labu musim dingin, paprika merah,

raspberry, blueberry, cranberry, dan nanas (The University of North

Dakota). Cara terbaik untuk mendapatkan kebutuhan harian vitamin

penting, termasuk vitamin C, adalah untuk makan diet seimbang yang

berisi berbagai makanan dari panduan piramida makanan. Vitamin C

harus dikonsumsi setiap hari karena tidak larut dalam lemak dan, karena

itu, tidak dapat disimpan untuk digunakan nanti (The University of North

Dakota).

2.8.6.5 Mineral

1. Zinc

Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi

protein, insulin dan sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat,

lemak, protein dan alkohol, berperan dalam mengeluarkan

karbondioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan

57

Page 58: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa.

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diketahui seluruh

responden (100,00%) asupan seng nya masih kurang. Untuk sampel yang

mengalami kekurangan asupan seng dibutuhkan tambahan makanan

sumber seng.

Atlet perempuan memiliki risiko kekurangan zinc, dampak dari

asupan seng yang rendah sulit untuk diukur karena belum ada kriteria

penilaian yang jelas. Pada individu yang memiliki kadar seng rendah

terjadi penurunan fungsi kardiorespirasi, penurunan kekuatan otot, dan

menurunnya sistem imun. Rekomendasi asupan untuk seng adalah 40 mg.

Pemenuhan kebutuhan zinc bisa diperoleh dengan mengonsumsi

makanan berprotein tinggi seperti daging sapi, kambing, dan unggas,

kerang, kepiting, lobster, kacang-kacangan dan biji-bijian. Atlet harus

berhati-hati terhadap dosis tunggal suplemen zinc karena mereka sering

melebihi jumlah ini, dan suplemen zinc yang tidak perlu dapat

menyebabkan rendahnya kolesterol HDL dan ketidakseimbangan gizi

karena ia mengganggu penyerapan zat gizi lain seperti besi dan tembaga.

2. Kalsium

Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

perbaikan jaringan tulang, pemeliharaan kadar kalsium darah, regulasi

kontraksi otot, konduksi saraf, dan pembekuan darah normal. Berdasarkan

penelitian yang telah kami lakukan, diketahui seluruh atlet voli tim Mitra

Kencana asupan kalsiumnya kurang (100,00%). Asupan kalsium dan vitamin

D yang tidak mencukupi dapat meningkatkan risiko menurunnya kepadatan

tulang dan patah tulang. Atlet wanita berada pada risiko terbesar mengalami

penurunan kepadatan tulang jika asupan energi, produk susu dan makanan

yang kaya kalsium lainnya tidak memadai atau dihilangkan dari diet, dan

gangguan menstruasi terjadi.

Pada tahun 1997, American College of Sports Medicine (ACSM)

mengidentifikasi female athlete triad (FAT) sebagai pola pengganggu yang

muncul dalam atlet perempuan. Hal ini ditandai dengan defisiensi estrogen,

58

Page 59: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

yang dibuktikan dengan terjadinya amenore, pola makan yang tidak teratur

dan lemak tubuh rendah, serta hilangnya massa tulang. Beberapa atlet wanita

aktivitas olahraganya tergolong keras serta siklus menstruasinya terganggu

bahkan berhenti, kondisi ini dikenal sebagai amenore atletik (Mahan, 2008).

Strategi yang dapat digunakan untuk mendorong kembalinya siklus

menstruasi dan estrogen adalah terapi pengembalian berat badan, dan

mengurangi latihan atau olahraga yang terlalu berat. Modifikasi diet untuk

memasukkan lebih banyak kalsium, vitamin D, dan magnesium juga dapat

dilakukan. Terlepas dari riwayat menstruasi atlet perempuan, mereka perlu

meningkatkan asupan kalsium dan asupan vitamin D. Produk susu Lowfat,

jus buah yang diperkaya kalsium, susu kedelai yang diperkaya kalsium, dan

tahu yang dibuat dengan kalsium sulfat adalah sumber kalsium yang baik.

Atlet dengan amenore membutuhkan 1.500 mg kalsium setiap hari (Mahan,

2008). Untuk memenuhinya mungkin memerlukan suplemen kalsium dan

vitamin D.

3. Zat besi

Besi memiliki salah satu dampak yang paling penting dalam kinerja

olahraga. Sebagai komponen dari hemoglobin, besi berperan dalam

mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Zat besi melakukan peran

serupa dalam mioglobin, yang bertindak dalam otot sebagai akseptor oksigen

untuk menyediakan pasokan oksigen yang akan digunakan oleh mitokondria.

Besi juga merupakan komponen penting dari enzim sitokrom yang terlibat

dalam produksi ATP.

Dari penelitian yang telah kami lakukan, diketahui sebanyak 1

responden asupan zat besinya lebih (5,00%), 1 responden lainnya memiliki

asupan zat besi yang baik (5,00%), dan sebanyak 18 responden atau sebesar

90% diketahui asupan zat besinya kurang. Untuk sampel yang telah memiliki

asupan zat besi yang baik tidak memerlukan modifikasi asupan zat besi,

namun dipertahankan agar asupannya tidak berlebih atau berkurang. Untuk

sampel yang memiliki asupan zat besi yang berlebih dan kurang diperlukan

modifikasi asupan zat besi.

59

Page 60: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Untuk sampel yang mengalami kekurangan asupan zat besi

dibutuhkan tambahan makanan sumber zat besi (Fe) yang banyak terdapat

dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau

tua. Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi adalah daging sapi,

kambing, ayam, ikan, ikan tuna, dan telur.

Selain itu, suplemen zat besi dapat bermanfaat dalam meningkatkan

simpanan zat besi atlet yang mulai menipis, tetapi efek pemberian suplemen

pada kinerja aerobik atlet nonanemic samar-samar. Karena dosis besar besi

(75 mg / hari) dapat menjadi racun pada orang dengan gangguan genetik

hemochromatosis, suplementasi hanya boleh diberikan oleh mereka yang

didiagnosis kehilangan simpanan besi dalam tubuh dalam jumlah besar.. Jika

terbukti simpanan besi dalam tubuh atlet menipis, sebaiknya segera diberi

terapi dengan pemberian suplementasi zat besi dan vitamin C secara oral

untuk meningkatkan penyerapan. Terapi besi secara oral cukup efektif untuk

mempertahankan kinerja pada pelari yang kekurangan zat besi tetapi tidak

pada atlet yang terkena anemia.

2.9 Penyelesaian masalah hidrasi

Seorang atlet sebaiknya mempunyai strategi minum yang baik untuk menjaga level

hidrasi dalam tubuh. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga level hidrasi

seseorang, yaitu:

1. Minum sedikitnya 1 – 1,5 liter cairan setiap kehilangan 1 kg berat badan.

2. Minum secara bertahap dalam interval 0-2 jam setelah berolahraga, pilihlah minuman

seperti air putih, minuman olahraga, atau jus buah segar (encer).

3. Minuman olahraga dan jus buah segar (encer) dapat secara simultan menyuplai

karbohidrat dan cairan secara cepat untuk tubuh.

4. Terdapat alternatif lain untuk menyuplai karbohidrat dan cairan untuk tubuh, yaitu

dengan mengonsumsi kombinasi buah segar dan air putih. Pilih buah segar yang dapat

diserap tubuh dengan cepat sehingga lebih optimal dalam menggantikan energi setelah

olahraga, seperti pepaya, semangka, pisang, kismis, dan lain-lain.

5. Perhatikan kembali warna urin untuk memastikan level hidrasi yang baik.

60

Page 61: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu menjaga ketersediaan cairan di

dalam tubuh, antara lain:

1. Konsumsi cairan secara rutin dan dianjurkan untuk tidak menggunakan rasa haus

sebagai indikator untuk minun.

2. Timbang berat badan pada saat sebelum dan sesudah latihan. Setiap berkurangnya 1 kg

berat badan berarti tubuh kehilangan 1 liter cairan sehingga dianjurkan untuk konsumsi

sekurangnya 1 liter air tiap berkurang 1 kg berat badan.

3. Gunakan warna urin sebagai indikator. Warna urin yang semakin keruh atau gelap serta

volumenya yang sedikit menandakan kurangnya cairan di dalam tubuh. Sementara itu,

warna urin yang cerah atau pucat serta volumenya banyak menandakan tingkat hidrasi

yang baik di dalam tubuh.

2.9.1 Kebutuhan cairan dalam tubuh saat latihan dan recovery

Latihan adalah suatu proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara

berulang dengan beban latihan yang semakin bertambah. Pada prinsipnya latihan

memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa

sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas. Latihan fisik

merupakan pemberian atau beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematis, dan

berkesinambungan melalui program latihan yang tepat. Latihan fisik bertujuan untuk

meningkatkan atau memelihara kebugaran jasmani (Cerika,2008).

Latihan fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh dalam

menanggapi stres yang diberikan, apabila tubuh diberi beban latihan yang terlalu ringan,

tidak akan terjadi proses adaptasi. Sedangkan, jika tubuh diberikan beban latihan yang

terlalu berat maka tubuh tidak mampu memberikan toleransi, dan menyebabkan

terganggunya proses homeostasis pada sistem tubuh yang dapat mengakibatkan

kerusakan. Setiap latihan fisik atau latihan akan menimbulkan respons atau tanggapan

dari organ-organ tubuh terhadap beban latihan yang diberikan, hal ini merupakan usaha

penyesuaian diri dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan.

Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi yang dilaksanakan secara terus menerus dapat

menimbulkan kelelahan dan stres fisik. Fase recovery diperlukan untuk membantu tubuh

beradaptasi terhadap stres, meningkatakan kualitas fisik dan psikis, sekaligus

mengurangi risiko cedera. Masa recovery bagi atlet sangat vital untuk dilakukan pada

61

Page 62: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

masa latihan maupun masa kompetisi (Cerika,2008). Pada atlet elit, peran penting

manajemen recovery bahkan sangat berpengaruh pada hasil prestasi yang dicapai.

Pentingnya faktor recovery tersebut sangat erat kaitanntya dengan adaptasi fisiologis

terhadap kelelahan (stres fisik dan psikologis).

Pada prinsipnya, recovery merupakan usaha untuk mempercepat tubuh untuk

mengompensasi kelelahan (stress fisik maupun psikis). Stress fisik dan psikis akan

menurunkan performa fisiologis atlet. Pada umumnya, tanpa proses recovery yang

optimal, tubuh akan terus mengalami penurunan fungsi. Teknik recovery yang optimal

dapat memperbaiki kembali penurunan fungsi tubuh bahkan dapat mengarah pada

keadaan supercompesation yang pada batas tertentu terjadi peningkatan kapasitas

fisiologis diatas semula (Cerika, 2008).

Di dalam tubuh, air mempunyai fungsi penting diantaranya, yaitu: (1) mengangkut

nutrisi dan oksigen ke dalam sel-sel tubuh, (2) mengatur suhu tubuh, (3) membantu

proses pencernaan, (4) pelumas dalam pergerakan sendi, dan (5) tempat produksi energi.

Kurangnya konsumsi cairan yang menyebabkan dehidrasi berbahaya bagi kesehatan

serta membuat beban kerja tubuh menjadi lebih berat (Cerika, 2008). Pada saat

berolahraga dehidrasi menyebabkan penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan

reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju produksi energi. Dehidrasi

bersama dengan berkurangnya simpanan karbohidrat merupakan dua faktor utama

penyebab penurunan performa tubuh saat olahraga. Oleh karena itu, atlet diharapkan

mempunyai strategi minum yang baik agar hidrasi tubuh selalu terjaga.

Kebutuhan cairan untuk atlet menurut FnB (food and Nutrition Board) tahun 2004,

merekomendasikan kebutuhan air remaja usia 9-13 tahun sebesar 2,4 L/hari (10,5

cangkir) untuk laki-laki dan 2,1 L/hari (9 cangkir) untuk perempuan. Sedangkan untuk

remaja usia 14-18 tahun kebuthan air sebesar 3,3 L/hari (14 cangkir) utnuk laki-laki

dan 2,3 L/hari (10 cangkir) untuk perempuan (Grandjean,2012).

2.10 Pembahasan Menu untuk Atlet

Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sagat berperan dalam peningkatan

prestasi bagi olahragawan. Makanan merupakan sumber energi yang utama bagi

manusia. Sumber energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam melakukan

62

Page 63: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

aktivitas khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses pembentukan energi dalam tubuh

sangat berpengaruh terhadap prestasi seseorang (Nugroho, 2010). Menu seorang atlet

harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral dan air. Menu atlet disusun berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan

komposisi gizi penghasil energi yang. Dalam latihan perlu energi seimbang yaitu

jumlah energi yang masuk sama dengan besarnya jumlah energi yang dikeluarkan.

Seseorang akan dapat berprestasi maksimal apabila keseimbangan zat gizi ini dapat

selalu terkontrol. Dalam diet yang baik, tidak hanya pemasukan energi yang

diperhitungkan, tetapi proporsi karbohidrat, lemak dan protein dalam taraf yang

mencukupi merupakan hal yang pokok dan jika terjadi kekurangan atau

ketidakseimbangan pada salah satu di antara ketiganya, prestasi dan kesehatan atlet

menjadi tidak optimal (Nugroho, 2010).

Voli merupakan olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama sehingga

termasuk dalam olahraga aerobik. Pada metabolisme aerobik energi didapat terutama

dari karbohidrat dan lemak. Energi yang berasal dari proses aerobik mula-mula berasal

dari penguraian glikogen otot. Latihan berat memerlukan cadangan karbohidrat

(glikogen) dan deplesi glikogen akan menuju kearah kelelahan. Karbohidrat penting

untuk endurance. Kebutuhan gizi harian atlet berubah-ubah, tergantung pada intensitas

latihannya. Menu makanan harus mengandung karbohidrat sebanyak 60 – 70%, lemak

20 – 25% dan protein sebanyak 10 – 15% dari total kebutuhan energi seorang atlet.

Atlet harus mengkonsumsi karbohidrat 60 – 70% total energi (Nugroho, 2010).

Karbohidrat dalam makanan sebagian besar dalam bentuk karbohidrat kompleks,

sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (< 10 %). Jumlah lemak

dalam makanan yang dibutuhkan seorang atlet berkisar antara 20– 30% dari total

energi. Asam lemak esensial harus terdapat di dalam diet, sementara lemak jenuh harus

direstriksi tidak lebih dari 10% intake energi. Lemak dalam tubuh berperan sebagai

sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama,

misalnya olahraga endurance. Protein tidak memiliki dampak besar terhadap energi,

tetapi diet atlet harus cukup protein yang diperlukan untuk penyembuhan dan

pertumbuhan otot, jika kurang akan merugikan kegiatan otot. Jumlah protein yang

dianjurkan pada atlet untuk membentuk kekuatan otot dan kecepatan sebesar 1,2 – 1,7

63

Page 64: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

g/kgBB/hari, untuk endurance/ketahanan dianjurkan 1,2 –1,4 g/ kg BB/hari. Pada

latihan intensitas rendah protein diperlukan 1,4 - 2 g /kg BB, latihan berat sebesar 2 g/

kg bb BB/hari. dan saat latihan intensif diperlukan 2,2 - 2,9 gr/kg BB. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa protein hewani dan nabati harus diberikan dalam

jumlah kurang lebih sama. Apabila karbohidrat dan lemak tak mencukupi kebutuhan

energy maka protein akan dijadikan sebagai sumber energy. Sesungguhnya hal ini

merugikan bagi atlet karena protein tidak dapat melakukan fungsi utamanya sebagai

pembangun otot (Nugroho, 2010).

Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu

reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko faktor. Pada keadaan

defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin

terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya

kebutuhan energi. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate

dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan. Tambahan beberapa vitamin

dan mineral yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti

vitamin A, B, C, D, E dan K, mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr,

Se dan F (Nugroho, 2010).

Air dalam tubuh merupakan komponen terbesar dimana proporsinya mencapai 60-

70% berat badan orang dewasa. Selama pertandingan yang memerlukan ketahanan

seperti marathon atau jalan cepat harus diperhatikan pengisian cadangan zat cair.

Keadaan dehidrasi, gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta pengaturan suhu

tubuh dapat menimbulkan kelelahan dan membahayakan. Kehilangan air yang melebihi

4 – 5% dari berat badan dapat mengganggu penampilan atlet. Dehidrasi berat secara

potensial dapat menyebabkan temperatur tubuh meningkat dan mengarah ke heat stroke

serta dapat berakibat fatal. Karena itu para atlet khususnya yang melakukan kegiatan

endurance harus menyadari pentingnya minum cairan selama latihan maupun

sesudahnya, walaupun belum terasa haus. Serat makanan penting untuk memelihara

fungsi normal dari saluran cerna. Serat makanan yang tinggi bisa di dapat dari sayuran,

buahan, grain dan kacang-kacangan (Nugroho, 2010). Pengaturan makan atlet selama

latihan berbeda dengan saat pertandingan, dan berbeda pula dengan pasca

pertandingan(Kushartanti, 2011).

64

Page 65: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

Secara umum prinsip pengaturan makan pada hari latihan adalah sebagai berikut:

1. Memperhatikan keseimbangan energi antara yang keluar dan yang masuk. Hari

latihan berat pasti membutuhkan energi lebih besar. Keseimbangan energi ini juga

perlu dipertimbangkan sewaktu mengatur berat badan atlet, baik menambah,

mengurangi, maupun mempertahankan berat badan. Pada cabang olahraga dengan

klasifikasi berat badan tentu harus mempertimbangkan pemasukan energi ini lebih

ketat. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut lebih mudah dilakukan dengan

pengaturan konsumsi karbohidrat kompleks.

2. Memperhatikan variasi makanan untuk memenuhi seluruh unsur gizi yang

diperlukan. Disamping itu, pembiasaan makan yang bervariasi sangat perlu

dilakukan pada hari-hari latihan, agar pada hari pertandingan tidak mengalami

kesulitan untuk mengkonsumsi menu apa pun yang disajikan. Apabila atlet

dipersiapkan untuk bertanding di luar kota atau bahkan di luar negeri, penyajian

makan selama hari latihan harus disesuaikan dengan menu dan citarasa daerah

tersebut, agar terjadi adaptasi baik pada lidah maupun perut. Hari latihan merupakan

hari yang membolehkan ahli gizi bereksperimen, sebab pada hari bertanding,

eksperimen tidak boleh lagi dilakukan.

3. Memperbaiki kebiasaan makan yang kurang benar dan menghilangkan berbagai

mitos yang dipercaya oleh atlet (Kushartanti, 2011).

Pengaturan makan atlet pada masa pertandingan harus memperhatikan penggantian

gula dan air. Gula dikonsumsi untuk menghemat glikogen, mencegah hipoglikemi dan

menunda kelelahan. Konsentrasi gula yang tidak lebih dari 2,5 gr% tetap dianjurkan

untuk dikonsumsi sebanyak satu gelas setiap 15 menit, karena penyerapan maksimal di

usus sebanyak 800 ml/jam. Disakharida yang terkandung dalam buah atau air buah juga

baik untuk dikonsumsi selama bertanding (pisang, pepaya, apel). Penggunaan air buah

pada saat bertanding tidak hanya mengganti air dan glukosa, tapi juga mineral,

sehingga dapat mencegah kramp otot. Kehilangan air sebanyak 2 liter/jam, tidak

mungkin diganti selama bertanding, sehingga harus diusahakan penggantiannya setelah

bertanding. Setelah bertanding, perhatian utama adalah pada penggantian air, garam

dan glukosa. Makan besar sebaiknya menunggu setelah satu jam selesai bertanding,

atau menunggu aliran darah di perut siap mendukung pencernaan (Kushartanti, 2011).

65

Page 66: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

2.9.1 Karbohidrat loading

Karbohidrat Loading (Pembebanan Olahragawan) merupakan strategi pengaturan

asupan karbohidrat yang diintergrasikan dengan strategi latihan dengan tujuan untuk

meningkatkan simpanan glikogen di otot menjelang pertandingan. Prinsip dari usaha

peningkatan ini adalah pengurasan simpanan glikogen sehingga sel menjadi lapar dan

mampu menyerap glukosa lebih banyak. Pada saat itulah asupan karbohidrat

ditingkatkan. Prosedur Karbohidrat Loading dimulai sejak 7 hari sebelum

pertandingan dengan makan rendah karbohidrat tinggi protein dan lemak dengan

intensitas latihan tinggi selama 3 hari. Pada hari ke 4, asupan karbohidrat sangat

ditingkatkan dengan intensitas latihan yang rendah. Peningkatan asupan karbohidrat ini

berlangsung selama 3 hari sehingga cukup untuk menjamin peningkatan simpanan

glikogen. Efek samping dari penerapan karbohidrat loading adalah rasa berat dan kaku

di otot. Hal ini disebabkan oleh karena sifat glikogen yang mudah menarik air.

Disamping itu, pada fase asupan karbohidrat rendah dan latihan intensitas tinggi (fase

pengurasan), liver (hati) akan bekerja sangat keras, sehinga penyerapan karbohidrat

loading tidak boleh terlalu sering. Direkomendasikan untuk memberi jeda minimal 3

bulan diantara dua penerapan karbohidrat loading (Kushartanti, 2011). Contoh menu

saat latihan, saat pertandingan, dan setelah pertandingan terlampir

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Semua atlet volley di klub mitra kencan berjenis kelamin perempuan, dan

berumur antara 12 – 18 tahn.

2. Kondisi lingkungan tempat latihan sudah cukup nyaman dan kondusif untuk

berlatih.

66

Page 67: Makalah Gizi Kerja Olah Raga

3. Rata-rata asupan zat gizi atlet voli tersebut tidak seimbang, banyak asupan yang

lebih atau kurang dari kebutuhan mereka.

4. Status zat gizi atlet voli tersebut rata-rata sudah baik.

5. Tidak ada penyelenggaran makanan dari Klub Mitra Kencana pada para atletnya

baik saat bertanding, sebelum bertanding, maupun setelah bertanding.

3.2 Saran

1. Sebaiknya lingkungan tempat latihan harus tetap dijaga demi kenyamanan

mereka saat latihan.

2. Sebaiknya diberikan penyelenggaraan makan untuk atlet sebelum bertanding,

saat bertanding, dan setelah bertanding.

3. Sebaiknya para atlet diberikan edukasi gizi yang berhubungan dengan olahraga.

67