Makalah Gizi
-
Upload
indah-ramadhan -
Category
Documents
-
view
53 -
download
2
Transcript of Makalah Gizi
Makalah Hasil Diskusi BBM
Skenario
Gizi dan Penyakit Kardiovaskular
Boleh makan apa dok……?
Oleh
Kelompok 11
Devy I1A007005
Henny Aprina I1A007034
Putri Anggraeni F I1A007040
Hendra Wana Nur’amin I1A007073
Yuni Nur Hamida I1A007083
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
i
Kata Pengantar
Alhamdulillah dan puji syukur ke hadirat Allah SWT kami ucapkan atas
terselesaikannya makalah Ilmu Gizi dari materi Gizi dan Penyakit Kardiovaskular
yang berjudul “Boleh Makan Apa Dok……?” ini. Tanpa ridho dan kasih sayang
serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode telaah pustaka dan
didukung dengan data-data yang didapat dari berbagai referensi. Selaku penulis,
besar harapan kami bahwa laporan ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya
serta mempermudah kita dalam mempelajari berbagai penyakit kardiovaskular
yang dihubungkan dengan gizi.
Dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung kami selaku penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, saya
pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak. Karena kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang Punya
dan Maha Kuasa.
Kami pun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam usaha peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Perguruan
Tinggi khususnya FK UNLAM Banjarbaru.
Penulis
- ii -
Daftar Isi
Makalah Hasil Diskusi BBM i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I.PENDAHULUAN 1
1.3 Skenario 2
1.4 Daftar Masalah 2
BAB II. PEMBAHASAN 4
A. Definisi dan Etiologi 4
B. Klasifikasi 6
C. Epidemiologi 7
D. Faktor Resiko 8
E. Patofisiologi 10
F. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 13
G. Pencegahan 16
H. Penatalaksanaan22
I. Komplikasi 33
J. Prognosis 37
BAB III. PENUTUP 38
Daftar Pustaka39
- iii -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sangat banyak menyerang
orang-orang di dunia. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Kondisi ini dapat
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas), dan angka kematian
(mortalitas). Faktor genetik, obesitas, stress, pola makan dan kurangnya olahraga
merupakan faktor resiko pencetus hipertensi.
Berdasarkan penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi dan penderitanya lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan
pria. Hal ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan
pola hidup yang semakin memicu faktor resiko terjadinya hipertensi.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang
tidak/belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi). Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain. Diagnosis hipertensi ini dapat ditegakkan dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu: mencapai dan pertahankan berat badan ideal, kolesterol dan tekanan
darah normal. Sedangkan untuk terapinya, bisa dilakukan secara farmakologis dan
non farmakologis.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi sangatlah banyak,
di antaranya adalah atherosklerosis, stroke, jantung koroner, gagal jantung dan
gagal ginjal. Untuk itu sangatlah penting untuk mencegah terjadinya hipertensi,
mengingat banyaknya komplikasi yang dapat terjadi.
1.2. Tujuan
1.2.1.Tujuan Akademis
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah gizi
FK UNLAM Banjarbaru.
1
1.2.2.Tujuan Formal
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kami dapat melatih
kemampuan menganalisis, kecermatan, keuletan, dan kemampuan
pada diri kami sehingga bisa berguna untuk waktu sekarang maupun
yang akan datang.
1.3 Skenario
Boleh makan apa dok……?
Seorang wanita 38 tahun ibu rumah tangga, datang ke puskesmas
dengan keluhan sering merasa tegang pada bagian tengkuk. Hasil
pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 160/100 mmHg. Oleh dokter
diberi obat. Pasien menanyakan makanan apa saja yang boleh dimakannya?
1.4 Daftar Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hipertensi dan apa saja yang dapat
menyebabkan hipertensi?
2. Bagaimana penggolongan hipertensi
3. Bagaimana epidemiologi dari hipertensi?
4. Apa saja faktor resiko pada hipertensi?
5. Bagaimana proses terjadinya hipertensi?
6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis hipertensi?
7. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
8. Bagaimana cara pemberian terapi pada penderita hipertensi?
9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi?
10. Bagaimana prognosis pada hipertensi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Etiologi
Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal,
kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas), dan
angka kematian (mortalitas). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) terjadi saat tekanan darah berada pada batas
normal. Hipertensi atau darah tinggi dapat ditandai dengan tekanan arteri rata-rata
yang lebih tinggi dari batas atas normal, yaitu diastole diatas 90 mmHg dan
systole diatas 135-140 mmHg 1,2,3,4.
Hal ini dapat disebabkan karena tekanan darah bergantung pada kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, maka peningkatan salah satu dari
ketiga variable yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi 2.
1. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung dapat terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormone pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan
hipertensi 2.
2. Peningkatan Volume Sekuncup yang Berlangsung Lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosteron atau penurunan
aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh
ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume
diastolic-akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan
darah. Peningkatan volume diastolic-akhir disebut sebagai peningkatan
3
preload jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan sistolik 2.
3. Peningkatan TPR yang Berlangsung Lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang
berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut
akan menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan TPR, jantung
harus memompa secara lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan
tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-
pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung, dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolic.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi,
kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel
harus memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai teregang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup 2.
Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang disebutkan diatas dapat
terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak orang,
peningkatan rangsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas berlangsung
dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan
menyebabkan hipertensi. Bagi sebagian, hal ini dapat terjadi pada stress jangka
panjang, yang diketahui melibatkan pengaktifan system simpatis, atau mungkin
akibat kelebihan genetik reseptor norepinefrin di jantung atau otot polos vascular 2.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu 2:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyakitnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan,
hiperaktifitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiontensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor
4
yang meningkatkan resik, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebabnya spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
chusing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
B. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)
dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang
tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90 % kasus hipertensi termasuk dalam
kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
peningkatan resistensi perifer 3.
Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktorial, terdiri dari faktor genetik
dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya
riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini
dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan
reaktivitas vaskuler (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling
sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan
garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas 3.
Hipertensi sekunder memiliki prevalansi hanya sekitar 5-8% dari seluruh
penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal
(hipertensi renal), penyakit endokrin, obat, dan lain-lain 3.
Pada saat ini klasifikasi tekanan darah yang sering digunakan adalah
klasisifikasi berdasarkan JNC-VII yaitu 5:Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC-VII 5
Klasifikasi Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal ≤ 119 ≤ 79
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
5
C. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi 5.
Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara
lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya
olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya 5.
Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan pria, ternyata perempuan
lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan
daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%
perempuan 5.
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal
dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69
tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991
National Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi
hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi
keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2%
untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk
hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi HST adalah sekitar
berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-79,
80-89, dan diatas 90 tahun. HST (hipertensi sistolik terisolasi) lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,
Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi
hipertensi (>160/95 mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada
perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,
6
Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas 65
tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC, Penatalaksanaan
Hipertensi pada Lanjut Usia ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%
(laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis
hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi
yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%).
Pada kclompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya
indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi 6,7,8.
Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada
studi individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi
sangat rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler 9.
D. Faktor Resiko
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian
telah menghubungkan antara berbagai faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi 3.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun
akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya 5.
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh 3.
7
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal
ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang
diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi
hipertensi 3.
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh
> 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah
satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari
populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah 5.
Hipertensi pada awalnya tergantung dari faktor genetika namun pada
perjalanannya dipengaruhi pula oleh beberapa faktor antara lain 10:
1. Pola makan
Orang yang tanpa disadari telah terbiasa menyantap makanan yang asin
secara berlebihan kebetulan orang tersebut sensitif terhadap garam (menurut
statistik sensibilitas orang terhadap garam hanya 33 %), misalnya, lama
kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing,
berkurang keseimbangan tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang
tidak enak. Setelah memeriksakan diri ke dokter baru diketahui tubuhnya
mengidap “penyakit” tekanan darah tinggi (Hipertensi). Sebab sering pula
hipertensi ini tidak menimbulkan gejala apa-apa sama sekali (tidak ada
keluhan pusing dan sebagainya). Ini yang sering berbahaya karena pasien
sering menganggap tekanan darahnya sudah normal.
2. Olahraga
Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah dan mempercepat
penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga
tubuh senantiasa bugar.
3. Istirahat
8
Seseorang dengan aktifitas berat atau dalam kondisi stres menyebabkan
tekanan darah meningkat dan tekanan darah yang meningkat menyebabkan
orang makin tambah stres (jadi antara stres dengan tekanan darah ringgi,
merupakan “lingkaran setan”).
E. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab primer dan
penyebab sekunder 5.
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi). Hipertensi esensial/primer kemungkinan memiliki banyak
penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi
sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Beberapa obat seperti antiinflamasi non steroid, antibiotik, zat kontras
intravena, dan diuretik dapat mencetuskan gagal ginjal. Obat antiinflamasi non
steroid seperti aspirin, ibuprofen, piroksikam, indometasin akan menghambat
sintesis prostaglandin, menyebabkan vasokonstriksi arterial dan penurunan aliran
darah ginjal dan LFG (laju filtrasi ginjal) 11.
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin)
atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak
aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika
stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal 3.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
9
tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata),
pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan 3.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah 12.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati 13.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama 13.
10
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya 13.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua
adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal 13.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah 13.
Biasanya tekanan darah meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
Tekanan Darah sistolik (TDS) meningkat secara progresif sampai umur 70-80
tahun, sedangkan Tekanan Darah Diastolik (TDD) meningkat sampai umur 50-60
tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi
perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah
dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan
tekanan nadi sesuai dengan umur. Tekanan nadi merupakan predictor terbaik dari
adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada
lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal terhadap
sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan
compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan
TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur 13.
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan
adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.
11
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,
yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.
Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-β dan vasokonstriksi
adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan
dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma dan
respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai
peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan-perubahan tersebut
bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan
denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan
disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan
perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus 13.
Hipertensi sering dihubungkan dengan kerusakan organ, yang paling
terkena dampaknya adalah pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Disfungsi
endotelial dikemukakan sebagai perubahan vaskular yang sangat penting pada
hipertensi, yang akan memicu berkembangnya aterosklerosis. Disfungsi endotelial
pada hipertensi ditandai oleh pengurangan relaksasi relaksasi endotelium-
dependent, yang menyarankan kemampuan berkurangnya nitrit oksida (NO) 14, 15.
F. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosa hipertensi esensial sebagaimana lazimnya penegakan
diagnosa panyakit lain dimulai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Hal ini
penting dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa hipertensi akibat renal atau
hipertensi sekunder.
1. Anamnesa 16
a. 70-80% kasus hipertensi esensial didapat riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Sebagian besar hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya
20% timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.
c. Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala,
rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines atau
migren, sampai keluhan mudah marah.
12
d. Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi adalah: gejala sakit kepala
menduduki urutan pertama (40,5%), disusul palpitasi (28,5%), nokturi
(20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus (13,8%).
e. Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari komplikasi yang timbul,
seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala gagal jantung, dan
gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak jarang hal ini menjadi penyebab utama
penderita untuk datang periksa ke dokter.
Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan terapi
adalah:
a. Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi : informasi
pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek
samping yang mungkin timbul.
b. Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes militus, penyakit
ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid.
c. Kemungkinan penderita sedang mengkonsumsi obat karena penyakit lain,
yang mungkin menimbulkan efek samping kenaikan tekanan darah, seperti
golongan steroid, golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan
simpatomimetik.
d. Kebiasaan makan penderita (terutama asupan garam), minuman alkohol dan
konsumsi rokok.
e. Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan
(pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat kontrasepsi.
2. Pemeriksaan Fisik17
Peninggian tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinik
hipertensi esensial, sehingga diperlukan hasil pengukuran darah yang akurat.
Beberapa faktor akan mempengaruhi hasil pengukuran, seperti faktor pasien,
faktor alat dan tempat pengukuran harus mendapat perhatian 17.
Pengukuran ideal dilakukan dengan cara 17:
a. Pengukuran dilakukan setelah penderita berbaring selama 5 menit.
b. Pengukuran dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan interval 5-10 menit.
c. Tensi dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan
dengan kecepatan 2-3 mmHg per-denyut jantung.
13
d. Tekanan sistolik dicatat saat terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) dan
tekanan diastolik dicatat pada saat pertama bunyi tidak terdengar lagi
(Korotkoff V).
e. Pemeriksaan terhadap kemungkinan komplikasi sebaiknya dilakukan, agar
bisa dilakukan tindakan atau terapi sedini mungkin.
Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar
tekanan diastolik paling mudah diterapkan dalam pelayanan kesehatan primer
khususnya di Puskesmas, yaitu 17:
a. Hipertensi Ringan : bila tekanan diastolik antara 90 – 110 mmHg
b. Hipertensi Sedang : bila tekanan diastolik antara 110 -130 mmHg
c. Hipertensi Berat : bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg
Batasan hipertensi menurut WHO, tanpa memandang usia dan jenis kelamin
adalah 17:
a. Tekanan darah < 140/90 mmHg, disebut Normotensi.
b. Tekanan darah > 160/95mmHg, dinyatakan Hipertensi pasti.
c. Tekanandarah 140/90 mmHg, sampai 160/95 mmHg disebut Hipertensi
perbatasan.
Batasan dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
Kaplan, sbb 17:
a. Pria usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu
berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg.
b. Pria usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu
berbaring diatas 145/95 mmHg
c. Pada wanita, tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95 mmHg,
dinyatakan kepentingan pengobatan.
Dengan memperhatikan tekanan sistolik, WHO membagi hipertensi menjadi 17:
a. Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104
mmHg, disebut Golongan Rendah.
b. Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105
mmHg, disebut Golongan Tinggi
14
G. Pencegahan
Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi
adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena
untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang
berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan
konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul,
terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan
pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita
agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati
menopause 18.
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,
dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan
“kualitas” yang terdiri dari 18:
Sumber karbohidrat : biji -bijian.
Sumber protein hewani : ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu
rendah/bebas lemak.
Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil
olahannya.
Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah-buahan segar.
1. Capai dan Pertahankan Berat Badan Ideal
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan
kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung
kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.
Disamping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai
kebugaran jasmani yang baik dengan menyeimbangkan pengeluaran dan
pemasukan energi/kalori. Untuk menurunkan berat badan, penggunaan energi
harus melebihi asupannya. Cara mengukur berat badan ideal yang dapat
digunakan adalah 18:
1. Menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) :
15
Tabel 2. Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh 18
BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan
2. Menggunakan Rumus BROCCA :
Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah
kegemukan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas 18.
Secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan
menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5–1
kg per minggu. Sehingga kebutuhan kal ori harus dikurangi 500 – 1000 KKal/hari.
Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan, kacang-
kacangan dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani (daging
merah), lemak atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat murni (gula,
tepung-tepungan) dan yang mengandung alkohol. Dalam menjalankan diet rendah
kalori, agar berhati-hati terjadinya kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan
mineral). Oleh karena itu, dianjurkan banyak makan sayuran dan buah-buahan 18.
Perhitungan energi sangat penting pada diet untuk mempertahankan atau
menurunkan BB mencapai ideal. Diet tinggi lemak dapat menyebabkan kenaikan
BB dalam waktu cepat. Namun harus diperhitungkan pula asupan dari s eluruh
total energi per hari terutama dari sumber makro nutrisi, yaitu: karbohidrat,
protein dan lemak. 1 gram lemak setara dengan 9 kkal, 1 gram karbohidrat dan
protein setara dengan 4 kkal sedangkan 1 gram alcohol setara dengan 7 kkal. Oleh
karena itu, komposisi makronutrien yang dianjurkan adalah mengurangi bahan
makanan terutama dari sumber-sumber lemak dan protein, terutama bagi usia
dewasa sampai usia lanjut (> 40 tahun) 18.
16
Gambar 1. Pedoman makanan untuk kesehatan jantung Indonesia 18
Daftar Bahan Pangan 18:
a. Serelia, dan umbi -umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum,
cantle, jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.
b. Sayuran:
1. Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong,
daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya.
2. Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka
muda,dan sebagainya.
3. Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.
c. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak,
mengkudu, semangka, melon, sawo, mangga.
d. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-polongan.
e. Unggas, ikan, putih telur.
f. Daging merah, kuning telur.
g. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.
h. Gula, garam.
17
2. Capai dan Pertahankan Kadar Kolesterol
Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol,
sehingga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10% asupan total
energi dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu tinggi
lemak dan produknya, daging berlemak serta minyak kelapa). Pada orang dengan
kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardiovaskuler, lemak jenuhnya
harus lebih rendah (< 7% total energi) 18.
Asam lemak trans diet dapat meningkatkan kolesterol LDL dan menurunan
kolesterol HDL. Asam lemak ini terdapat pada produk makanan jadi yang
mengandung minyak tumbuhan yang terhidrogenasi sebagian seperti kue kering,
kraker, makanan yang dipanggang dan digoreng. Minyak yang digunakan pada
makanan yang digoreng di kebanyakan restoran kemungkinan mengandung asam
lemak trans yang tinggi. Untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kadar
kolesterol, dianjurkan untuk mengkonsumsi total sumber asam lemak (< 10%
kebutuhan energi) 18.
Disamping itu juga harus menurunkan konsumsi bahan makanan tinggi
kolesterol, walaupun bahan makanan tersebut rendah sumber asam lemak jenuh.
Kolesterol dalam makanan dapat juga meningkatkan kadar kolesterol LDL,
walaupun tidak sebanyak lemak jenuh. Kebanyakan makanan tinggi lemak jenuh
juga merupakan sumber kolesterol, sehingga mengurangi komsumsi makanan ini
akan memberikan keuntungan lebih yaitu pembatasan asupan kolesterol. Makanan
kaya kolesterol tetapi rendah kadar asam lemak jenuh (kuning telur) serta kacang-
kacangan dengan kadar lebih rendah sehingga efeknya lebh kecil terhadap
kolesterol LDL 18.
Tabel 3. Target kadar kolesterol yang ingin dicapai 18
18
Sebagai kompensasi pengurangan sumber asam lemak jenuh dan trans
dibutuhkan sumber makanan lain dari karbohidrat dan lemak tak jenuh. Dapat
juga ditambahkan beberapa jenis serat yang larut seperti havermouth untuk
mengurangi kolesterol LDL 18.
Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan penggunaan
serat untuk setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL rata-rata 2,2 mg/dl.
Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang diperoleh dari sumber karbohidrat
seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas, oat. Makanan yang diperkaya
dengan asam lemak tak jenuh berguna untuk merubah sifat-sifat aterogenik karena
disiplidemia yang ditandai dengan kadar kolesterol HDL yang rendah, trepliserida
yang meningkat dan kolesterol LDL meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa
makanan kaya asam lemak tak jenuh omega-3, khususnya EPA dan Docosa
Hexaaonoat Acid (DHA), dapat memperbaiki profil lipoprotein darah 18.
Asam lemak omega-3 yang lain yaitu asam linoleat dapat menurunkan
risiko infark imokard dan penyakit jantung iskemik pada usinta. Makanan sumber
asam lemak omega 3 antara lain adalah ikan terutama ikan berlemak dari laut
seperti ikan tongkol, sarden, salem dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti kedelai,
jagung, kacang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan minimal 2 porsi / mg (50
gr / porsi). Selain itu, untuk menurunkan dan mempertahankan kadar kolesterol
dan lipoprotein dalam darah, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan
yang kaya akan kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi, serta
memperbanyak konsumsi sayuran, ikan, polong-polongan dan kacang-kacangan
sebagai sumber asam lemak tak jenuh 18.
3. Pertahankan Tekanan Darah Normal
Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium +
1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2
mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada individu
dengan tekanan darah normal. Respons perubahan asupan garam terhadap tekanan
darah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga
faktor usia 18.
19
Disarankan asupan garam < 6 gram sehari atau kurang dari 1 sendok teh
penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa kenaikan berat badan dapat
meningkatkan tekanan darah dan terjadinya hipertensi, walaupun pada program
penurunan berat badan. Penurunan tekanan darah dapat terjadi sebelum tercapai
berat badan yang diinginkan. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg
penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu
menjaga berat badan normal, untuk menghindari terjadinya hipertensi 18.
Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau bahan makanan yang
mengandung alkohol karena dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu
alkohol juga dapat menyebabkan kecanduan. Dari penelitian-penelitian klinis
memperlihatkan pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah.
Dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8
serta 1,0 mmHg pada orang normal. Diet kaya kalium jugadihubungkan dengan
penurunan ri siko stroke. Asupan diet kalium, Mg dan kalsium sebaiknya
bersumber pada bahan makanan alami. Pemberian suplemen harus
dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu 18.
Contoh menu seimbang untuk mencegah hipertensi pada seorang wanita
dengan umur 55 tahun, BB = 60 kg, TB = 150 cm, Tekanan darah = 130/90 mHg
dan aktivitas ringan 18:
BB ideal = (150 – 100) – 10% x (150 – 100) = 45 kg
Penurunan BB menjadi 50 kg masih dalam batas > 10%.
Jadi kebutuhan energi dari wanita tersebut diatas adalah :
BMR = (8,7 x 50) + 829 = 522 + 829 = 1264
AKG = 1,55 x 1264 = 1849,25 Kkal.
Karena kegemukan , sehingga total kalori diturunkan menjadi 1500 Kkal.
Kebutuhan karbohidrat : 65% x 1500 = 900 kkal = 225 gram (60-65%)
Kebutuhan protein : 20% x 1500 = 300 kkal = 60 gram (15-25%)
Kebutuhan lemak : 15% x 1500 = 225 kkal = 25 gram (10-15%)
20
Tabel 4. Pembagian makanan sehari untuk mencegah hipertensi
H. Penatalaksanaan
Studi penelitian klinik dan eksperimen menunjukkan bahwa terapi
antihipertensi dapat memperbaiki kerusakan pembuluh darah dan ginjal.
Pengobatan penyakit hipertensi pada umumnya membutuhkan jangka waktu yang
lama. oleh karena itu, faktor keamanan penggunaan obat jangka panjang menjadi
perhatian utama untuk pemilihan obat 1,15,19,20,21.
Terapi hipertensi ada dua macam, yaitu pengobatan farmakologis dengan
menggunakan obat-obatan antihipertensi, dan pengobatan non farmakologis
dengan modifikasi gaya hidup 22.
1. Pengobatan Farmakologis
Pengobatan hipertensi yang bersifat farmakologis adalah penurunan tekanan
darah dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi. Obat antihipertensi adalah
obat yang memberi efek penurunan tekanan darah. Obat-obat ini terdiri dari
21
berbagai golongan, berdasar mekanisme kerjanya. Sebagian besar telah diteliti
manfaatnya pada endotel, terutama efek untuk menimbulkan vasodilatasi 23.
Tabel 5. Berbagai golongan antihipertensi dan contohnya 24
Golongan Contoh
Penyekat beta ( β blocker)
Atenolol
Nebivolol
Karvedilol
Antagonis kalsium
Nifedipin
Verapamil
Diltiazem
Penghambat EKA (ACE Inhibitor)
Kaptopril
Kuinapril
Lisinopril
Antagonis reseptor angiotensin II
Losartan
Kandesartan
Telmisartan
A. Penyekat beta (beta blockers)
Beta blockers merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan
menghambat adrenoseptor β saraf simpatis sehingga menimbulkan efek
penurunan rangsang simpatis. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menilai
efektivitas penyekat beta dalam memperbaiki disfungsi endotel. Pengunaan
atenolol selama 1 maupun 3 tahun terbukti tidak memperbaiki respons terhadap
asetilkolin maupun bradikinin sehingga tidak menyebabkan vasodilatasi 24,25.
22
Nebivolol yang memiliki profil vasodilatasi mampu meningkatkan relaksasi
yang tergantung pada endotel, terbukti dengan terjadinya peningkatan FBF (fore-
arm blood flow, aliran darah lengan bawah) setelah pemberian infus nebivolol
pada arteri brachialis. Efek ini secara nyata dihambat oleh L-NMMA dan
diperbaiki oleh L-arginin. Namun demikian, pada penelitian lain penggunaan
nebivolol pada pasien hipertensi tidak berhasil menunjukkan adanya efek
vasodilatasi jika tidak disertai dengan pemberian asam askorbat sebagai anti-
oksidan 24,25.
Karvedilol terbukti potensial dalam memperbaiki fungsi endotel dan
meningkatkan efek antioksidan. Hal ini tampak karena karvedilol dapat
meningkatkan dilatasi arteri brakialis pasien hipertensi esensial 25.
B. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium adalah golongan obat yang bekerja menghambat
masuknya ion kalsium melalui kanal yang terdapat pada membran sel sehingga
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah 24.
Kalsium intraseluler berperan dalam banyak proses intraseluler, yaitu dalam
mekanisme pemberian sinyal. Pada penyakit pembuluh darah, peningkatan
kalsium intraseluler berperan dalam aktivasi trombosit, vasokonstriksi, proliferasi
otot polos pembuluh darah, serta pelepasan substansi vasoaktif oleh sel-sel
endotel. Penghambat jalur kalsium menghalangi masuknya kalsium intraseluler
melalui voltage operated channels ke dalam sel-sel otot polos, sehingga terjadi
vasodilatasi terutama pada arteri-arteri besar. Selain itu, antagonis kalsium
mempermudah vasodilatasi yang diinduksi oleh Nitric Oxide (NO). NO
23
menurunkan kalsium intraseluler melalui guanilil siklase sehingga menimbulkan
peningkatan cGMP intraseluler 24,26.
C. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (EKA)
Dalam sistem renin angiotensin, EKA mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Walaupun perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II ini
terjadi terutama di paru-paru, ternyata ditemukan pula sistem EKA jaringan di
sepanjang endotel pembuluh darah. Obat–obat yang termasuk dalam penghambat
EKA (ACE inhibitor) bekerja dengan menghambat enzim ini sehingga angiotensin
II, yang merupakan salah satu EDCFs, tidak terbentuk. Selain itu, EKA
menyebabkan degradasi bradikinin menjadi peptida inaktif sehingga pemberian
penghambat EKA akan menyebabkan bradikinin tidak diubah 25,26.
Dengan demikian, peran penghambat EKA dalam disfungsi endotel adalah
meningkatkan kadar bradikinin yang merupakan vasodilator serta mencegah efek
angiotensin II yang bersifat sebagai vasokonstriktor poten 26.
Pendapat lain menyatakan bahwa penghambat EKA memperbaiki fungsi
endotel yang mengatur pembentukan superoksida, bahkan pada konsentrasi di
bawah ambang dari angiotensin II yang tidak meningkatkan tekanan darah dapat
melipatgandakan aktivitas NADH dan produksi superoksida 26.
D. Antagonis reseptor angiotensin II
Angiotensin II yang terbentuk dari perubahan angiotensin I oleh EKA
merupakan vasokonstriktor kuat yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Selain itu, angiotensin II memiliki efek negatif terhadap fungsi endotel yaitu
menyebabkan pelepasan ET-1 dari sel pembuluh darah, produksi vaso-konstriktor
PGH2 dari endotel dan penghambatan aktivitas NOS. Obat-obat yang termasuk
24
dalam antagonis reseptor angiotensin II bekerja dengan menduduki reseptor AT1
secara kompetitif sehingga efek angiotensin II tidak terjadi 25.
2. Pengobatan Non Farmakologis
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg,
selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah
gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti
berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam
darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah
tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus 18.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut 18:
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan
d. dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam n atrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh
karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok
teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium 18.
A. Mengatur Menu Makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol
darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami
stroke atau infark jantung 18.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah 18:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin).
25
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam
natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Stop : Konsumsi Daging Kambing dan Durian
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki
rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe,
kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium.
Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas
meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang
berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan
penggunaan garam jangan l ebih dari 1 sendok teh per hari 18.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan
rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel
(159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg
kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg
kalium) 18.
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3
gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi
kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata
808 mg 18.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium
yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan.
Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan
protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi
26
konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-
buahan) 18.
Contoh menu pada seorang penderita hipertensi laki-laki umur 55 tahun, TB
= 175 cm, BB = 80 kg, Tekanan darah = 160/100 mHg dengan aktivitas ringan.
BB ideal = (175-100) – 10% (175-100) = 67,5 kg
Penurunan BB menjadi 75 kg masih dalam batas > 10%.
Jadi kebutuhan energi dari laki-laki tersebut diatas adalah :
BMR = (11,6 x 75) + 879 = 870+ 879 = 1749
AKG = 1,56 x 1749 = 2728 Kkal.
Karena kegemukan, sehingga total kalori diturunkan menjadi 2500 Kkal.
Kebutuhan karbohidrat : 65% x 2500 = 1625 kkal = 406,25 gram (60-65%)
Kebutuhan protein : 20% x 2500 = 500 kkal = 100 gram (15-25%)
Kebutuhan lemak : 15% x 2500 = 375 kkal = 41,66 gram (10-15%)
Tabel 6. Pembagian Makanan sehari pada pasien hipertensi
27
B. Suplementasi Anti Oksidan
Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih
lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh
masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati -hati memberikan anjuran
minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis 18.
1. Vitamin dan penurunan homosistein
Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor
enzim yang essential untuk metabolisme homosis tein. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah akan
meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah
berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang
rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko
aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak
berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12
tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler 18.
28
2. Kacang kedelai dan isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan
bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL.
Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari)
dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL)
yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses
fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik d ari kedelai. Sehingga tempe
dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein
nabati.
3. Tempe
Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi
kaping Rhizopus ohgosporis atau Rhizopus oryzal pada biji kedelai yang telah
direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang
terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak, terbungkus rata oleh
miselium kaping sehingga nampak berwarna putih, dan bila diiris kelihatan
keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium.
Fermentasi kaping menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi
empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai 18.
Nilai Gizi Tempe 18:
a. Protein
Enzim-enzim yang dihasilkan kaping, menghasilkan asam amino bebas,
sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.
b. Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa.
Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.
c. Lemak
Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2%
menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5%
menjadi 21%.
d. Mineral
29
Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kaping
menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam fitat, sehingga
forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
e. Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum),
Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat.
Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kaping
dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk
nabati lainnya.
f. Manfaat Tempe:
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita
hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya
penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak
jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi
tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
g. Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif serta penyebab diare
(Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan
untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
4. Asam lemak omega 3
Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap
hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900
mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol danmencegah penyakit
jantung koroner 18.
5. Serat :
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapapa
jenis serat gengan penurunan kolesterol lDDL dan atau kolesterol total, namun
belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat
dengan penurunan penyakit kardio vaskular 18.
C. Terapi Penunjang
30
Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,
diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan
fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian
juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan
makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus
dihindari/dibatasi 18.
D. Garam Natrium
Sebaiknya, para penderita hipertensi lebih mengurangi asupan garamnya.
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan
pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan
biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa
ikatan, yaitu 18:
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging
seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain 18:
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair
dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan
memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan
buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.
I. Komplikasi
Makin tinggi tekanan darah, makin besar resiko untuk mengalami
komplikasi yang fatal dan nonfatal. Resiko komplikasi pada setiap tingkat
hipertensi ini meningkat beberapa kali lipat bila terdapat kerusakan organ sasaran
(TOD), misalnya hipertrofi ventrikel kiri, serangan iskemia selintas (TIA),
31
gangguan fungsi ginjal, atau perdarahan retina. Komplikasi lainnya yaitu stroke
dan penyakit ginjal kronik atau gagal ginjal kronik 3
Pada penelitian Andrea S et all, pada pasien penderita hipertensi dan gagal
ginjal kronik dapat terjadi suatu kelianan, yaitu orofacialdigital syndrom tipe I.
Pada penelitian lain, yaitu Edit B et al, Reseptor endothelin memblokade progresi
dari kerusakan ginjal dan hipertensi pada sistem urimia 27,28.
Hipertensi yang tinggi dan tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai
komplikasi atherosklerosis dan komplikasi lainnya. Data menunjukkan bahwa
penderita hipertensi yang tidak diterapi 50% akan meninggal karena penyakit
jantung koroner dan gagal jantung, 33% karena stroke dan 10-15% karena gagal
ginjal 29.
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling umum untuk stroke dan infark
otot jantung dan predisposisi yang mempengaruhi gagal jantung, aritmia ventrikel,
gagal ginjal, kebutaan, dan masalah medis lainnya. Yang menyebabkan sekitar
22.000 kematian tiap tahun di Amerika 30.
Secara umum, hipertensi tidak berbahaya namun bila diabaikan hipertensi
rawan dan menimbulkan komplikasi antara lain :
1. Penyakit Jantung Koroner dan Gagal jantung. Hipertensi meningkatkan
resiko PJK 6 kali, jika disertai kolesterol tinggi dan merokok resiko
melonjak menjadi 16 kali.
2. Gangguan Fungsi Ginjal sampai dengan Gagal ginjal.
3. Strok.
4. Gangguan penglihatan, dan sebagainya
Untuk menghindari komplikasi-komplikasi tersebut, berikut ini terdapat
beberapa tips hidup sehat bagi mereka yang menderita penyakit hipertensi :
1. Pengaturan pola makan31-34
a. Mengurangi berat badan jika berat badannya sudah terasa berlebihan.
Pada umumnya, mereka yang mengidap hipertensi mempunyai berat
badan yang berlebihan atau mangalami kegemukan, karena kegemukan
merupakan factor pencetus hipertensi dan diabetes. Cara yang paling
efektif untuk mencegah timbulnya hipertensi pada mereka yang
mempunyai tekanan darah normal (normotensi) atau untuk menurunkan
32
tekanan darah pada penderita hipertensi adalah mempertahankan berat
badan normal, atau, jika kegemukan, munurunkan berat badan. Mereka
yang berat badannya telah mendekati 20% atau lebih berat badan normal,
telah dikategorikan kepada kegemukan dan dianjurkan untuk memulai
program penurunan berat badan.
b. Membatasi asupan garam dan makanan sumber Natrium/Sodium,
hingga kurang dari 100 mmol/hari (2,4 gr Natrium atau sekitar 6 gr
Natrium Chlorida), makanan kalengan (corned beef, ikan kalengan,
sayuran kalengan), makanan instan (mie instan, lauk – pauk instan),
makanan awetan (ikan asin, pindang, peda, telur asin, abon, daging asap),
kue – kue yang dibubuhi soda kue, baking soda, atau vetsin / MSG.
Kecap dan saus tomat termasuk yang sebaiknya dibatasi, juga makanan
yang berlemak. Sebenarnya makanan-makanan di atas mengandung
kadar garam tinggi walaupun rasanya tidak asin.
c. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Kalium. Seledri kaya kalium,
senyawa elektrolit penting yang dapat membantu meredam tekanan darah
tinggi. Sumber kalium alamiah lainnya adalah pisang, jeruk, mentimun,
belewah, semangka, melon, bengkoang, tomat, alpukat.
d. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Kalsium. Jika anda selama ini
gemar sayur asam dengan campuran buah melinjo dan daun melinjo,
teruskan. Buah melinjo segar kaya kalsium, demikian pula daun
mudanya; sedangkan kulit buahnya (bukan kulit bijinya ya!) kaya ß
carotene. Kombinasi ini baik untuk mengendalikan tekanan darah yang
meningkat. Namun hati – hati jika anda mengalami kelebihan asam urat,
karena melinjo juga mengandung purin yang melimpah yang akan
menghasilkan asam urat di dalam tubuh. Disebutkan dalam hasil riset
bahwa kalsium juga menurunkan resiko hipertensi akibat kehamilan
dengan preeklampsia (kehamilan dengan tekanan darah tinggi). Sumber
kalsium yang juga handal adalah sayur – sayuran hijau (sawi, bayam,
pokcoi, brokoli, daun pepaya, daun singkong, dan lain – lain), tahu,
tempe, yogurt, ikan teri tawar, kacang – kacangan kering (kacang hijau,
kacang merah, kacang tolo, kedelai), keju.
33
e. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Magnesium, contohnya alpukat
yang selain kaya lemak sehat, kalium, juga berlimpah magnesium yang
membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Senyawa magnesiumnya
bekerja dengan cara mengendurkan dan membuat rileks otot – otot yang
mengontrol pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan
bebas.
f. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Omega-3. Sumbernya dapat
diperoleh antara lain dari ikan salmon, ikan tuna. Asam lemak Omega-3
mampu melunturkan gumpalan lemak yang memenuhi dinding pembuluh
darah, yang jika dibiarkan dapat beresiko serangan jantung. Untuk
mengolah masakan sebaiknya menggunakan minyak non-kolesterol
seperti minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji bunga matahari.
g. Perbanyak konsumsi makanan tinggi serat dan vitamin C, terutama
buah – buahan, sayuran dan makanan nabati. Santap buah segar 20 – 30
menit sebelum makan. Kunyah buah secara perlahan. Atau minum jus
buah perlahan, seteguk demi seteguk tidak dihabiskan sekaligus. Buah
banyak mengandung air serat dan senyawa anti oksidan ß carotene,
licopene, chlorophyl, vitamin C, yang mampu meredam kenaikan
tekanan darah.
Buah – buahan yang merupakan sumber vitamin C antara lain jeruk,
pepaya, jambu biji lokal, mangga, nanas, belimbing manis, rambuan,
sirsak, srikaya, kiwi). Beberapa sayuran seperti kol, kol merah, paprika,
cabai, juga merupakan sumber vitamin C handal, jika disantap mentah.
Jangan lupakan tempe! Enzim protease yang dihasilkan ragi selama
pemeraman kedelai akan menguraikan protein kedelai menjadi asam –
asam amino. Sebagian dari asam – asam amino tersebut (5 – 10 asam
amino) bekerjasama menghambat kerja Angiotensin-1 Converting
Enzyme (ACE), yang merupakan sumber pemicu naiknya tekanan darah.
h. Hindari merokok
i. Mengurangi asupan lemak dan kolesterol demi kesehatan system
cardiovascular. Mengurangi asupan lemak juga membantu mengurangi
34
asupan kalori yang penting untuk mengontrol berat badan dan Diebetes
Mellitus tipe II.
j. Mengurangi konsumsi alcohol dalam kehidupan sehari-hari, soda, dan
kafein.
k. Melakukan variasi santapan sehari – hari, dengan asumsi bahwa ada
bahan makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan
lainnya.
2. Olahraga
Lakukan olahraga yang teratur dan terukur sesuai dengan kondisi tubuh.
Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu
mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah menjadi lancar. Bagi
para penderita tekanan darah tinggi hendaknya berkonsultasi dulu dengan dokter
untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang
intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama. Ada ahli yang
mengatakan, paling sedikit 30 menit setiap kali latihan dengan intensitas sedang, 3
– 4 kali seminggu. Jenisnya antara lain jalan cepat, jogging, atau bersepeda.
Urutan latihan olahraga adalah pemanasan dan peregangan, masing – masing 5
menit, baru melakukan olahraga dan latihan kekuatan, diakhiri pendinginan dan
peregangan kembali. Berlatih olahraga isotonik, seperti jalan kaki, jogging,
berenang, dapat meredam hipertensi. Olahraga isotonik mampu menyusutkan
hormon noradrenalin dan hormon – hormon lain penyebab menciutnya pembuluh
darah, yang dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Hindari olahraga
isometrik, seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah.
3. Istirahat
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada
bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Meluangkan waktu untuk istirahat
itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari –
hari. Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang melelahkan, tapi
cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian dengan rekan sekantor,
tetangga atau keluarga di rumah. Bersantai seorang diri dengan merenung dan
mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini dilakukan makin bagus
keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman merupakan bentuk bersantai seorang diri.
35
Stamina akan pulih dengan cepat dan keseimbangan hormon dalam tubuh akan
cepat tercapai. Hasilnya, pengendalian tekanan darah terjaga.
J. Prognosis
Faktor-faktor yang mengindikasikan prognosis buruk hipertensi : ras kulit
hitam, muda, pria, DBP >115 mmHg secara persisten, merokok, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, obesitas, mengkonsumsi alkohol berlebihan, dan terlihat
penyakit pada organ target 35.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas, dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu diastole
diatas 90 mmHg dan systole diatas 135-140 mmHg.
2. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)
dan hipertensi sekunder.
3. Berdasarkan penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi dan penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan
dibandingkan dengan pria.
4. Faktor genetik, obesitas, stress, pola makan dan kurangnya olahraga
merupakan faktor resiko pencetus hipertensi.
5. Hipertensi dapat disebabkan karena tekanan darah bergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, maka peningkatan
salah satu dari ketiga variable yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan
hipertensi.
6. Untuk menegakkan diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
7. Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu: mencapai dan pertahankan berat badan ideal, kolesterol dan
tekanan darah normal.
8. Terapi yang bisa dilakukan pada penderita hipertensi dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis.
9. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi sangatlah banyak,
di antaranya adalah atherosklerosis, stroke, jantung koroner, gagal jantung
dan gagal ginjal.
10. Prognosis hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: ras kulit,
umur, jenis kelamin dan pola hidup.
37
B. Saran
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memicu banyak sekali
penyakit penyertanya. Mengingat banyak sekali akibat yang akan ditimbulkan
oleh hipertensi, mencegah terjadinya hipertensi lebih baik daripada tindakan
mengobatinya. Pengaturan gaya hidup dan pola makan yang baik akan mencegah
terjadinya hipertensi.
38
Daftar Pustaka
1. Armenia, Welmodayani, Yuliandra Y, Rusdi. Daun Tanaman Akar Mambu (Connarus grandis jack.) sebagai Obat Anti Hipertensi: Efektivitas Ekstrak Etanolnya pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 2007;12;100-107
2. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofosiologi. Jakarta: EGC. 2001
3. Amir S, Arini S, Armen M. 1995. Farmakologi dan terapi. Jakarta : FKUI.
4. Mansjoer A, et al. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 2008
5. Sudoyo, AW. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
6. Rigaud AS, Forette B. Hypertension in older adults. J Gerontol 2001;56A:M217-5.
7. Van Rossum CTM, van de Mhen H, Witteman JCM, Hoftnan A, Mackenbach JP, Groobee DE. Prevalence, treatment, and control of hypertension by sociodemographic factors among the dutch elderly. Hypertension 2000;35:814-21.
8. Lu FH, Tang SJ, Wu JS, Yang YC, Chang CJ. Hypertension in elderly persons: its prevalence and associated cardiovascular risk factors in Tainan City, Southern Taiwan. J Gerontol 2000;55A:M463-8.
9. Borzecki AM, Glickman ME, Kader B, Bcrlowitz DR. The effect of age on hypertension control and management. AJH 2006; 19:520-527.
10. Vasan RS, Beiser A, Seshadri S, et.al. Residual Lifetime Risk for Developing Hypertension in Middle-Aged Women and Men : the framingharm Heart Study. JAMA. 2002; 287(8): 1003-1010.
11. Pardede, Sudung O. Sindrom Hepatorenal. Cermin Dunia Kedokteran No. 140, 2003.
12. Solomon A, Manuel E. Risk Index for Perioperative Renal Dysfunction / Failure Critical Dependence on Pulse Pressure Hypertension. Circulation 2007; 15:733-42.
13. Kuswardhani, RA Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Us1a. J Peny Dalam, 2006; 7(2):135-40
14. Luft FC, Mervaala E, Muller DN et al. Hypertension-induced end-organ damage: A new transgenic approach to an old problem. Hypertension 1999;33:212-21.
39
15. Cediel E, Sanz-Rosa D, Oubina MP et al. Effect of AT1-receptor blockade on hepatic redox status in SHR: possible relevance for endothelial function? Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 2003;285:R674-81.
16. Darmodjo R.B. : Data Epidemiologi Hipertensi di Indonesia, Majalah Dokter Keluarga, Vol 6/6,Mei2000:366-372
17. Zakifman J. Penatalaksanaan Krisis Hipertensi, Majalah Dokter Keluarga, 1999
18. Kurniawan A. Gizi Seimbang Untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Sabtu, 21 September 2002
19. Martinez-Maldonado M. Role of hypertension in the progression of chronic renal disease. Nephrol Dial Transplant 2001;16:63-6.
20. Schiffrin EL, Park JB, Intengan HD, Touyz RM. Correction of arterial structure and endothelial dysfunction in human essential hypertension by the angiotensin receptor antagonist losartan. Circulation 2000;101:1653-9
21. Varon J, Marik PE. Perioperative Hypertension Management. Vascular Health and Risk Management 2008:4(3) 615-627
22. Aram V. Chobanian, M.D. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Departmant of Health and Human Services, 2003.
23. Selvinna, setiabudy R. Disfungsi Endotel dan Obat Antihipertensi. Cermin Dunia Kedokteran. 2005:147;20-5.
24. Oates JA, Brown NJ. Antihypertensive agents and drug therapy of hypertension. In: Hardman JG, Gilman AG, eds. The pharmacological Basis of Therapeutics. 10th ed.New York : McGraw-Hill; 2001.p. 891-5
25. Taddei S, Virdis A, Ghiadoni L, Sudano I, Salvetti A. Effects of antihypertensive drugs on endothelial dysfunction. Drugs 2002; 62 : 265-84
26. Sargowo D. Peran endotel pada patogenesis penyakit kardiovaskular dan program pencegahannya. Medika 1999; 10 : 643-55
27. Andrea S, Antonia F, Lamberto O. Evaluation of a patient with hypertension and mild renal failure in whom facial and digital abnormalities are noted. Nephrol Dial Transplan 1998; 13:763-6.
28. Edit B, Sonia L. Endhotelin ETA reseptor blockade prevent the progression of renal failure and hypertension in uremic rats. Nephrol Dial Transplant 1999; 14:1881-8.
40
29. Ismahun, P. Peranan Angiotensin II Receptor Antagonist pada Penyakit Jantung Hipertensi. Cermin Dunia Kedokteran No. 132, 2001.
30. Dickson ME, Sigmund CD. Genetic Basis of Hypertension Revisiting Angiotensinogen. Hypertension 2006;48;14-20
31. Moore TJ, Conlin PR, Ard J, Svetkey LP. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) Diet is Effective Treatment for Stage 1 Isolated Systolic Hypertension. Journal Of The American Heart Assocciation. 2001; 38:155-158.
32. Svetkey LP, Simons MD, Willian V, Appel LJ, Conlin PR, Donna R, Ard J, Kennedy B. Efects o Dietary Patterns on Blood Preassure. ARCH Intern Med. 1999.159: 285-293
33. Franz MJ. Medical Nutrition Therapy for Hypertension and Albumin. Diabetes Spectrum. 2006; 19(1):32-35.
34. Muntzel MS, Hamidou I, Barrett S. Metormin Attenuates Salt-Induced Hypertension in Spontaneously Hypertensive Rats. Hypertension, 1999; 33: 1135-1140.
35. http://geasy.wordpress.com/2008/07/16/kupas-tuntas-hipertensi.html Cegah dan Kontrol Hipertensi dengan DASH Diet. Diakses pada tanggal 4 Mei 2009
41