Makalah Gizi

67
Makalah Hasil Diskusi BBM Skenario Gizi dan Penyakit Kardiovaskular Boleh makan apa dok……? Oleh Kelompok 11 Devy I1A007005 Henny Aprina I1A007034 Putri Anggraeni F I1A007040 Hendra Wana Nur’amin I1A007073 Yuni Nur Hamida I1A007083 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU i

Transcript of Makalah Gizi

Page 1: Makalah Gizi

Makalah Hasil Diskusi BBM

Skenario

Gizi dan Penyakit Kardiovaskular

Boleh makan apa dok……?

Oleh

Kelompok 11

Devy I1A007005

Henny Aprina I1A007034

Putri Anggraeni F I1A007040

Hendra Wana Nur’amin I1A007073

Yuni Nur Hamida I1A007083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

i

Page 2: Makalah Gizi

Kata Pengantar

Alhamdulillah dan puji syukur ke hadirat Allah SWT kami ucapkan atas

terselesaikannya makalah Ilmu Gizi dari materi Gizi dan Penyakit Kardiovaskular

yang berjudul “Boleh Makan Apa Dok……?” ini. Tanpa ridho dan kasih sayang

serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan tepat pada

waktunya.

Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode telaah pustaka dan

didukung dengan data-data yang didapat dari berbagai referensi. Selaku penulis,

besar harapan kami bahwa laporan ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya

serta mempermudah kita dalam mempelajari berbagai penyakit kardiovaskular

yang dihubungkan dengan gizi.

Dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendukung kami selaku penulis, sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, saya

pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini masih terdapat

banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari

semua pihak. Karena kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang Punya

dan Maha Kuasa.

Kami pun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

terutama dalam usaha peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Perguruan

Tinggi khususnya FK UNLAM Banjarbaru.

Penulis

- ii -

Page 3: Makalah Gizi

Daftar Isi

Makalah Hasil Diskusi BBM i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I.PENDAHULUAN 1

1.3 Skenario 2

1.4 Daftar Masalah 2

BAB II. PEMBAHASAN 4

A. Definisi dan Etiologi 4

B. Klasifikasi 6

C. Epidemiologi 7

D. Faktor Resiko 8

E. Patofisiologi 10

F. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 13

G. Pencegahan 16

H. Penatalaksanaan22

I. Komplikasi 33

J. Prognosis 37

BAB III. PENUTUP 38

Daftar Pustaka39

- iii -

Page 4: Makalah Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sangat banyak menyerang

orang-orang di dunia. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Kondisi ini dapat

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas), dan angka kematian

(mortalitas). Faktor genetik, obesitas, stress, pola makan dan kurangnya olahraga

merupakan faktor resiko pencetus hipertensi.

Berdasarkan penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia

menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita

hipertensi dan penderitanya lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan

pria. Hal ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan

pola hidup yang semakin memicu faktor resiko terjadinya hipertensi.

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)

dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang

tidak/belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi). Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat

dari adanya penyakit lain. Diagnosis hipertensi ini dapat ditegakkan dengan

anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu: mencapai dan pertahankan berat badan ideal, kolesterol dan tekanan

darah normal. Sedangkan untuk terapinya, bisa dilakukan secara farmakologis dan

non farmakologis.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi sangatlah banyak,

di antaranya adalah atherosklerosis, stroke, jantung koroner, gagal jantung dan

gagal ginjal. Untuk itu sangatlah penting untuk mencegah terjadinya hipertensi,

mengingat banyaknya komplikasi yang dapat terjadi.

1.2. Tujuan

1.2.1.Tujuan Akademis

Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah gizi

FK UNLAM Banjarbaru.

1

Page 5: Makalah Gizi

1.2.2.Tujuan Formal

Pembuatan makalah ini bertujuan agar kami dapat melatih

kemampuan menganalisis, kecermatan, keuletan, dan kemampuan

pada diri kami sehingga bisa berguna untuk waktu sekarang maupun

yang akan datang.

1.3 Skenario

Boleh makan apa dok……?

Seorang wanita 38 tahun ibu rumah tangga, datang ke puskesmas

dengan keluhan sering merasa tegang pada bagian tengkuk. Hasil

pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 160/100 mmHg. Oleh dokter

diberi obat. Pasien menanyakan makanan apa saja yang boleh dimakannya?

1.4 Daftar Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hipertensi dan apa saja yang dapat

menyebabkan hipertensi?

2. Bagaimana penggolongan hipertensi

3. Bagaimana epidemiologi dari hipertensi?

4. Apa saja faktor resiko pada hipertensi?

5. Bagaimana proses terjadinya hipertensi?

6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis hipertensi?

7. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?

8. Bagaimana cara pemberian terapi pada penderita hipertensi?

9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi?

10. Bagaimana prognosis pada hipertensi?

2

Page 6: Makalah Gizi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Etiologi

Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal,

kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas), dan

angka kematian (mortalitas). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang

bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) terjadi saat tekanan darah berada pada batas

normal. Hipertensi atau darah tinggi dapat ditandai dengan tekanan arteri rata-rata

yang lebih tinggi dari batas atas normal, yaitu diastole diatas 90 mmHg dan

systole diatas 135-140 mmHg 1,2,3,4.

Hal ini dapat disebabkan karena tekanan darah bergantung pada kecepatan

denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, maka peningkatan salah satu dari

ketiga variable yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi 2.

1. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung dapat terjadi akibat rangsangan

abnormal saraf atau hormone pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut

jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.

Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh

penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan

hipertensi 2.

2. Peningkatan Volume Sekuncup yang Berlangsung Lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosteron atau penurunan

aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh

ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume

diastolic-akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan

darah. Peningkatan volume diastolic-akhir disebut sebagai peningkatan

3

Page 7: Makalah Gizi

preload jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan

peningkatan tekanan sistolik 2.

3. Peningkatan TPR yang Berlangsung Lama dapat terjadi pada peningkatan

rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang

berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut

akan menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan TPR, jantung

harus memompa secara lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan

tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-

pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload

jantung, dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolic.

Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri

mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi,

kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel

harus memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai teregang

melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan

kontraktilitas dan volume sekuncup 2.

Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang disebutkan diatas dapat

terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak orang,

peningkatan rangsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas berlangsung

dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan

menyebabkan hipertensi. Bagi sebagian, hal ini dapat terjadi pada stress jangka

panjang, yang diketahui melibatkan pengaktifan system simpatis, atau mungkin

akibat kelebihan genetik reseptor norepinefrin di jantung atau otot polos vascular 2.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu 2:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyakitnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan,

hiperaktifitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiontensin, defek

dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor

4

Page 8: Makalah Gizi

yang meningkatkan resik, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta

polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebabnya spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

chusing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain.

B. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)

dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang

tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90 % kasus hipertensi termasuk dalam

kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah

peningkatan resistensi perifer 3.

Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktorial, terdiri dari faktor genetik

dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya

riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini

dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan

reaktivitas vaskuler (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling

sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan

garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas 3.

Hipertensi sekunder memiliki prevalansi hanya sekitar 5-8% dari seluruh

penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal

(hipertensi renal), penyakit endokrin, obat, dan lain-lain 3.

Pada saat ini klasifikasi tekanan darah yang sering digunakan adalah

klasisifikasi berdasarkan JNC-VII yaitu 5:Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC-VII 5

Klasifikasi Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Normal ≤ 119 ≤ 79

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

5

Page 9: Makalah Gizi

C. Epidemiologi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka

kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai

penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi 5.

Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara

lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan

dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya

olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya 5.

Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan pria, ternyata perempuan

lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan.

Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan

daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%

perempuan 5.

Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal

dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69

tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991

National Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi

hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi

keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2%

untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk

hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi HST adalah sekitar

berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69, 70-79,

80-89, dan diatas 90 tahun. HST (hipertensi sistolik terisolasi) lebih sering

ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,

Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi

hipertensi (>160/95 mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada

perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,

6

Page 10: Makalah Gizi

Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas 65

tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC, Penatalaksanaan

Hipertensi pada Lanjut Usia ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%

(laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis

hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi

yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%).

Pada kclompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya

indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi 6,7,8.

Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada

studi individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi

sangat rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler 9.

D. Faktor Resiko

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya

interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian

telah menghubungkan antara berbagai faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi 3.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar

monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang

penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila

dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun

akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya 5.

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam

dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan

diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang

berpengaruh 3.

7

Page 11: Makalah Gizi

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal

ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang

diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi

hipertensi 3.

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh

> 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah

satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari

populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita

hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.

Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf

simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah 5.

Hipertensi pada awalnya tergantung dari faktor genetika namun pada

perjalanannya dipengaruhi pula oleh beberapa faktor antara lain 10:

1. Pola makan

Orang yang tanpa disadari telah terbiasa menyantap makanan yang asin

secara berlebihan kebetulan orang tersebut sensitif terhadap garam (menurut

statistik sensibilitas orang terhadap garam hanya 33 %), misalnya, lama

kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing,

berkurang keseimbangan tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang

tidak enak. Setelah memeriksakan diri ke dokter baru diketahui tubuhnya

mengidap “penyakit” tekanan darah tinggi (Hipertensi). Sebab sering pula

hipertensi ini tidak menimbulkan gejala apa-apa sama sekali (tidak ada

keluhan pusing dan sebagainya). Ini yang sering berbahaya karena pasien

sering menganggap tekanan darahnya sudah normal.

2. Olahraga

Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah dan mempercepat

penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga

tubuh senantiasa bugar.

3. Istirahat

8

Page 12: Makalah Gizi

Seseorang dengan aktifitas berat atau dalam kondisi stres menyebabkan

tekanan darah meningkat dan tekanan darah yang meningkat menyebabkan

orang makin tambah stres (jadi antara stres dengan tekanan darah ringgi,

merupakan “lingkaran setan”).

E. Patofisiologi

Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab primer dan

penyebab sekunder 5.

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi). Hipertensi esensial/primer kemungkinan memiliki banyak

penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari

adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi

sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah

penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal

atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Beberapa obat seperti antiinflamasi non steroid, antibiotik, zat kontras

intravena, dan diuretik dapat mencetuskan gagal ginjal. Obat antiinflamasi non

steroid seperti aspirin, ibuprofen, piroksikam, indometasin akan menghambat

sintesis prostaglandin, menyebabkan vasokonstriksi arterial dan penurunan aliran

darah ginjal dan LFG (laju filtrasi ginjal) 11.

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu

tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin)

atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak

aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu

terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres

cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika

stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal 3.

Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain

pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,

9

Page 13: Makalah Gizi

tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh

hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata),

pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan 3.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin

(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua

aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang

pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi

sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid

yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan

ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah 12.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati 13.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama 13.

10

Page 14: Makalah Gizi

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada

ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya 13.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua

adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal 13.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah 13.

Biasanya tekanan darah meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.

Tekanan Darah sistolik (TDS) meningkat secara progresif sampai umur 70-80

tahun, sedangkan Tekanan Darah Diastolik (TDD) meningkat sampai umur 50-60

tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi

perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah

dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan

tekanan nadi sesuai dengan umur. Tekanan nadi merupakan predictor terbaik dari

adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada

lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal terhadap

sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.

Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas

pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan

compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan

TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi

vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur 13.

Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan

adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.

11

Page 15: Makalah Gizi

Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,

yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.

Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-β dan vasokonstriksi

adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.

Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan

dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma dan

respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai

peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan-perubahan tersebut

bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan

denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan

disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan

perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus 13.

Hipertensi sering dihubungkan dengan kerusakan organ, yang paling

terkena dampaknya adalah pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Disfungsi

endotelial dikemukakan sebagai perubahan vaskular yang sangat penting pada

hipertensi, yang akan memicu berkembangnya aterosklerosis. Disfungsi endotelial

pada hipertensi ditandai oleh pengurangan relaksasi relaksasi endotelium-

dependent, yang menyarankan kemampuan berkurangnya nitrit oksida (NO) 14, 15.

F. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosa hipertensi esensial sebagaimana lazimnya penegakan

diagnosa panyakit lain dimulai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Hal ini

penting dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa hipertensi akibat renal atau

hipertensi sekunder.

1. Anamnesa 16

a. 70-80% kasus hipertensi esensial didapat riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Sebagian besar hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya

20% timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.

c. Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala,

rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines atau

migren, sampai keluhan mudah marah.

12

Page 16: Makalah Gizi

d. Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi adalah: gejala sakit kepala

menduduki urutan pertama (40,5%), disusul palpitasi (28,5%), nokturi

(20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus (13,8%).

e. Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari komplikasi yang timbul,

seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala gagal jantung, dan

gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak jarang hal ini menjadi penyebab utama

penderita untuk datang periksa ke dokter.

Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan terapi

adalah:

a. Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi : informasi

pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek

samping yang mungkin timbul.

b. Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes militus, penyakit

ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid.

c. Kemungkinan penderita sedang mengkonsumsi obat karena penyakit lain,

yang mungkin menimbulkan efek samping kenaikan tekanan darah, seperti

golongan steroid, golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan

simpatomimetik.

d. Kebiasaan makan penderita (terutama asupan garam), minuman alkohol dan

konsumsi rokok.

e. Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan

(pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat kontrasepsi.

2. Pemeriksaan Fisik17

Peninggian tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinik

hipertensi esensial, sehingga diperlukan hasil pengukuran darah yang akurat.

Beberapa faktor akan mempengaruhi hasil pengukuran, seperti faktor pasien,

faktor alat dan tempat pengukuran harus mendapat perhatian 17.

Pengukuran ideal dilakukan dengan cara 17:

a. Pengukuran dilakukan setelah penderita berbaring selama 5 menit.

b. Pengukuran dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan interval 5-10 menit.

c. Tensi dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan

dengan kecepatan 2-3 mmHg per-denyut jantung.

13

Page 17: Makalah Gizi

d. Tekanan sistolik dicatat saat terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) dan

tekanan diastolik dicatat pada saat pertama bunyi tidak terdengar lagi

(Korotkoff V).

e. Pemeriksaan terhadap kemungkinan komplikasi sebaiknya dilakukan, agar

bisa dilakukan tindakan atau terapi sedini mungkin.

Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar

tekanan diastolik paling mudah diterapkan dalam pelayanan kesehatan primer

khususnya di Puskesmas, yaitu 17:

a. Hipertensi Ringan : bila tekanan diastolik antara 90 – 110 mmHg

b. Hipertensi Sedang : bila tekanan diastolik antara 110 -130 mmHg

c. Hipertensi Berat : bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

Batasan hipertensi menurut WHO, tanpa memandang usia dan jenis kelamin

adalah 17:

a. Tekanan darah < 140/90 mmHg, disebut Normotensi.

b. Tekanan darah > 160/95mmHg, dinyatakan Hipertensi pasti.

c. Tekanandarah 140/90 mmHg, sampai 160/95 mmHg disebut Hipertensi

perbatasan.

Batasan dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin diajukan oleh

Kaplan, sbb 17:

a. Pria usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu

berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg.

b. Pria usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu

berbaring diatas 145/95 mmHg

c. Pada wanita, tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95 mmHg,

dinyatakan kepentingan pengobatan.

Dengan memperhatikan tekanan sistolik, WHO membagi hipertensi menjadi 17:

a. Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104

mmHg, disebut Golongan Rendah.

b. Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105

mmHg, disebut Golongan Tinggi

14

Page 18: Makalah Gizi

G. Pencegahan

Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi

adalah asteroklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena

untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang

berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan

konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul,

terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan

pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita

agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati

menopause 18.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,

dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan

“kualitas” yang terdiri dari 18:

Sumber karbohidrat : biji -bijian.

Sumber protein hewani : ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu

rendah/bebas lemak.

Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil

olahannya.

Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah-buahan segar.

1. Capai dan Pertahankan Berat Badan Ideal

Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat

badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan

kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung

kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.

Disamping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai

kebugaran jasmani yang baik dengan menyeimbangkan pengeluaran dan

pemasukan energi/kalori. Untuk menurunkan berat badan, penggunaan energi

harus melebihi asupannya. Cara mengukur berat badan ideal yang dapat

digunakan adalah 18:

1. Menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) :

15

Page 19: Makalah Gizi

Tabel 2. Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh 18

BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan

2. Menggunakan Rumus BROCCA :

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah

kegemukan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas 18.

Secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan

menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5–1

kg per minggu. Sehingga kebutuhan kal ori harus dikurangi 500 – 1000 KKal/hari.

Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan, kacang-

kacangan dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani (daging

merah), lemak atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat murni (gula,

tepung-tepungan) dan yang mengandung alkohol. Dalam menjalankan diet rendah

kalori, agar berhati-hati terjadinya kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan

mineral). Oleh karena itu, dianjurkan banyak makan sayuran dan buah-buahan 18.

Perhitungan energi sangat penting pada diet untuk mempertahankan atau

menurunkan BB mencapai ideal. Diet tinggi lemak dapat menyebabkan kenaikan

BB dalam waktu cepat. Namun harus diperhitungkan pula asupan dari s eluruh

total energi per hari terutama dari sumber makro nutrisi, yaitu: karbohidrat,

protein dan lemak. 1 gram lemak setara dengan 9 kkal, 1 gram karbohidrat dan

protein setara dengan 4 kkal sedangkan 1 gram alcohol setara dengan 7 kkal. Oleh

karena itu, komposisi makronutrien yang dianjurkan adalah mengurangi bahan

makanan terutama dari sumber-sumber lemak dan protein, terutama bagi usia

dewasa sampai usia lanjut (> 40 tahun) 18.

16

Page 20: Makalah Gizi

Gambar 1. Pedoman makanan untuk kesehatan jantung Indonesia 18

Daftar Bahan Pangan 18:

a. Serelia, dan umbi -umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum,

cantle, jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.

b. Sayuran:

1. Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong,

daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya.

2. Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka

muda,dan sebagainya.

3. Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.

c. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak,

mengkudu, semangka, melon, sawo, mangga.

d. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-polongan.

e. Unggas, ikan, putih telur.

f. Daging merah, kuning telur.

g. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.

h. Gula, garam.

17

Page 21: Makalah Gizi

2. Capai dan Pertahankan Kadar Kolesterol

Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol,

sehingga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10% asupan total

energi dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu tinggi

lemak dan produknya, daging berlemak serta minyak kelapa). Pada orang dengan

kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardiovaskuler, lemak jenuhnya

harus lebih rendah (< 7% total energi) 18.

Asam lemak trans diet dapat meningkatkan kolesterol LDL dan menurunan

kolesterol HDL. Asam lemak ini terdapat pada produk makanan jadi yang

mengandung minyak tumbuhan yang terhidrogenasi sebagian seperti kue kering,

kraker, makanan yang dipanggang dan digoreng. Minyak yang digunakan pada

makanan yang digoreng di kebanyakan restoran kemungkinan mengandung asam

lemak trans yang tinggi. Untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kadar

kolesterol, dianjurkan untuk mengkonsumsi total sumber asam lemak (< 10%

kebutuhan energi) 18.

Disamping itu juga harus menurunkan konsumsi bahan makanan tinggi

kolesterol, walaupun bahan makanan tersebut rendah sumber asam lemak jenuh.

Kolesterol dalam makanan dapat juga meningkatkan kadar kolesterol LDL,

walaupun tidak sebanyak lemak jenuh. Kebanyakan makanan tinggi lemak jenuh

juga merupakan sumber kolesterol, sehingga mengurangi komsumsi makanan ini

akan memberikan keuntungan lebih yaitu pembatasan asupan kolesterol. Makanan

kaya kolesterol tetapi rendah kadar asam lemak jenuh (kuning telur) serta kacang-

kacangan dengan kadar lebih rendah sehingga efeknya lebh kecil terhadap

kolesterol LDL 18.

Tabel 3. Target kadar kolesterol yang ingin dicapai 18

18

Page 22: Makalah Gizi

Sebagai kompensasi pengurangan sumber asam lemak jenuh dan trans

dibutuhkan sumber makanan lain dari karbohidrat dan lemak tak jenuh. Dapat

juga ditambahkan beberapa jenis serat yang larut seperti havermouth untuk

mengurangi kolesterol LDL 18.

Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan penggunaan

serat untuk setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL rata-rata 2,2 mg/dl.

Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang diperoleh dari sumber karbohidrat

seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas, oat. Makanan yang diperkaya

dengan asam lemak tak jenuh berguna untuk merubah sifat-sifat aterogenik karena

disiplidemia yang ditandai dengan kadar kolesterol HDL yang rendah, trepliserida

yang meningkat dan kolesterol LDL meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa

makanan kaya asam lemak tak jenuh omega-3, khususnya EPA dan Docosa

Hexaaonoat Acid (DHA), dapat memperbaiki profil lipoprotein darah 18.

Asam lemak omega-3 yang lain yaitu asam linoleat dapat menurunkan

risiko infark imokard dan penyakit jantung iskemik pada usinta. Makanan sumber

asam lemak omega 3 antara lain adalah ikan terutama ikan berlemak dari laut

seperti ikan tongkol, sarden, salem dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti kedelai,

jagung, kacang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan minimal 2 porsi / mg (50

gr / porsi). Selain itu, untuk menurunkan dan mempertahankan kadar kolesterol

dan lipoprotein dalam darah, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan

yang kaya akan kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi, serta

memperbanyak konsumsi sayuran, ikan, polong-polongan dan kacang-kacangan

sebagai sumber asam lemak tak jenuh 18.

3. Pertahankan Tekanan Darah Normal

Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium +

1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2

mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada individu

dengan tekanan darah normal. Respons perubahan asupan garam terhadap tekanan

darah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga

faktor usia 18.

19

Page 23: Makalah Gizi

Disarankan asupan garam < 6 gram sehari atau kurang dari 1 sendok teh

penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa kenaikan berat badan dapat

meningkatkan tekanan darah dan terjadinya hipertensi, walaupun pada program

penurunan berat badan. Penurunan tekanan darah dapat terjadi sebelum tercapai

berat badan yang diinginkan. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg

penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu

menjaga berat badan normal, untuk menghindari terjadinya hipertensi 18.

Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau bahan makanan yang

mengandung alkohol karena dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu

alkohol juga dapat menyebabkan kecanduan. Dari penelitian-penelitian klinis

memperlihatkan pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah.

Dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8

serta 1,0 mmHg pada orang normal. Diet kaya kalium jugadihubungkan dengan

penurunan ri siko stroke. Asupan diet kalium, Mg dan kalsium sebaiknya

bersumber pada bahan makanan alami. Pemberian suplemen harus

dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu 18.

Contoh menu seimbang untuk mencegah hipertensi pada seorang wanita

dengan umur 55 tahun, BB = 60 kg, TB = 150 cm, Tekanan darah = 130/90 mHg

dan aktivitas ringan 18:

BB ideal = (150 – 100) – 10% x (150 – 100) = 45 kg

Penurunan BB menjadi 50 kg masih dalam batas > 10%.

Jadi kebutuhan energi dari wanita tersebut diatas adalah :

BMR = (8,7 x 50) + 829 = 522 + 829 = 1264

AKG = 1,55 x 1264 = 1849,25 Kkal.

Karena kegemukan , sehingga total kalori diturunkan menjadi 1500 Kkal.

Kebutuhan karbohidrat : 65% x 1500 = 900 kkal = 225 gram (60-65%)

Kebutuhan protein : 20% x 1500 = 300 kkal = 60 gram (15-25%)

Kebutuhan lemak : 15% x 1500 = 225 kkal = 25 gram (10-15%)

20

Page 24: Makalah Gizi

Tabel 4. Pembagian makanan sehari untuk mencegah hipertensi

H. Penatalaksanaan

Studi penelitian klinik dan eksperimen menunjukkan bahwa terapi

antihipertensi dapat memperbaiki kerusakan pembuluh darah dan ginjal.

Pengobatan penyakit hipertensi pada umumnya membutuhkan jangka waktu yang

lama. oleh karena itu, faktor keamanan penggunaan obat jangka panjang menjadi

perhatian utama untuk pemilihan obat 1,15,19,20,21.

Terapi hipertensi ada dua macam, yaitu pengobatan farmakologis dengan

menggunakan obat-obatan antihipertensi, dan pengobatan non farmakologis

dengan modifikasi gaya hidup 22.

1. Pengobatan Farmakologis

Pengobatan hipertensi yang bersifat farmakologis adalah penurunan tekanan

darah dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi. Obat antihipertensi adalah

obat yang memberi efek penurunan tekanan darah. Obat-obat ini terdiri dari

21

Page 25: Makalah Gizi

berbagai golongan, berdasar mekanisme kerjanya. Sebagian besar telah diteliti

manfaatnya pada endotel, terutama efek untuk menimbulkan vasodilatasi 23.

Tabel 5. Berbagai golongan antihipertensi dan contohnya 24

Golongan Contoh

Penyekat beta ( β blocker)

Atenolol

Nebivolol

Karvedilol

Antagonis kalsium

Nifedipin

Verapamil

Diltiazem

Penghambat EKA (ACE Inhibitor)

Kaptopril

Kuinapril

Lisinopril

Antagonis reseptor angiotensin II

Losartan

Kandesartan

Telmisartan

A. Penyekat beta (beta blockers)

Beta blockers merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan

menghambat adrenoseptor β saraf simpatis sehingga menimbulkan efek

penurunan rangsang simpatis. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menilai

efektivitas penyekat beta dalam memperbaiki disfungsi endotel. Pengunaan

atenolol selama 1 maupun 3 tahun terbukti tidak memperbaiki respons terhadap

asetilkolin maupun bradikinin sehingga tidak menyebabkan vasodilatasi 24,25.

22

Page 26: Makalah Gizi

Nebivolol yang memiliki profil vasodilatasi mampu meningkatkan relaksasi

yang tergantung pada endotel, terbukti dengan terjadinya peningkatan FBF (fore-

arm blood flow, aliran darah lengan bawah) setelah pemberian infus nebivolol

pada arteri brachialis. Efek ini secara nyata dihambat oleh L-NMMA dan

diperbaiki oleh L-arginin. Namun demikian, pada penelitian lain penggunaan

nebivolol pada pasien hipertensi tidak berhasil menunjukkan adanya efek

vasodilatasi jika tidak disertai dengan pemberian asam askorbat sebagai anti-

oksidan 24,25.

Karvedilol terbukti potensial dalam memperbaiki fungsi endotel dan

meningkatkan efek antioksidan. Hal ini tampak karena karvedilol dapat

meningkatkan dilatasi arteri brakialis pasien hipertensi esensial 25.

B. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium adalah golongan obat yang bekerja menghambat

masuknya ion kalsium melalui kanal yang terdapat pada membran sel sehingga

menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah 24.

Kalsium intraseluler berperan dalam banyak proses intraseluler, yaitu dalam

mekanisme pemberian sinyal. Pada penyakit pembuluh darah, peningkatan

kalsium intraseluler berperan dalam aktivasi trombosit, vasokonstriksi, proliferasi

otot polos pembuluh darah, serta pelepasan substansi vasoaktif oleh sel-sel

endotel. Penghambat jalur kalsium menghalangi masuknya kalsium intraseluler

melalui voltage operated channels ke dalam sel-sel otot polos, sehingga terjadi

vasodilatasi terutama pada arteri-arteri besar. Selain itu, antagonis kalsium

mempermudah vasodilatasi yang diinduksi oleh Nitric Oxide (NO). NO

23

Page 27: Makalah Gizi

menurunkan kalsium intraseluler melalui guanilil siklase sehingga menimbulkan

peningkatan cGMP intraseluler 24,26.

C. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (EKA)

Dalam sistem renin angiotensin, EKA mengubah angiotensin I menjadi

angiotensin II. Walaupun perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II ini

terjadi terutama di paru-paru, ternyata ditemukan pula sistem EKA jaringan di

sepanjang endotel pembuluh darah. Obat–obat yang termasuk dalam penghambat

EKA (ACE inhibitor) bekerja dengan menghambat enzim ini sehingga angiotensin

II, yang merupakan salah satu EDCFs, tidak terbentuk. Selain itu, EKA

menyebabkan degradasi bradikinin menjadi peptida inaktif sehingga pemberian

penghambat EKA akan menyebabkan bradikinin tidak diubah 25,26.

Dengan demikian, peran penghambat EKA dalam disfungsi endotel adalah

meningkatkan kadar bradikinin yang merupakan vasodilator serta mencegah efek

angiotensin II yang bersifat sebagai vasokonstriktor poten 26.

Pendapat lain menyatakan bahwa penghambat EKA memperbaiki fungsi

endotel yang mengatur pembentukan superoksida, bahkan pada konsentrasi di

bawah ambang dari angiotensin II yang tidak meningkatkan tekanan darah dapat

melipatgandakan aktivitas NADH dan produksi superoksida 26.

D. Antagonis reseptor angiotensin II

Angiotensin II yang terbentuk dari perubahan angiotensin I oleh EKA

merupakan vasokonstriktor kuat yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Selain itu, angiotensin II memiliki efek negatif terhadap fungsi endotel yaitu

menyebabkan pelepasan ET-1 dari sel pembuluh darah, produksi vaso-konstriktor

PGH2 dari endotel dan penghambatan aktivitas NOS. Obat-obat yang termasuk

24

Page 28: Makalah Gizi

dalam antagonis reseptor angiotensin II bekerja dengan menduduki reseptor AT1

secara kompetitif sehingga efek angiotensin II tidak terjadi 25.

2. Pengobatan Non Farmakologis

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg,

selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah

gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu

menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti

berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam

darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah

tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus 18.

Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut 18:

a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.

c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan

d. dalam daftar diet.

Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam n atrium yang terdapat

dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-

tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh

karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok

teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium 18.

A. Mengatur Menu Makanan

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol

darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami

stroke atau infark jantung 18.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah 18:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,

keripik dan makanan kering yang asin).

25

Page 29: Makalah Gizi

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam

natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Stop : Konsumsi Daging Kambing dan Durian

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki

rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe,

kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium.

Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas

meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang

berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan

penggunaan garam jangan l ebih dari 1 sendok teh per hari 18.

Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari)

dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,

pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan

rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel

(159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg

kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg

kalium) 18.

Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3

gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi

kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata

808 mg 18.

Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium

yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan.

Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan

protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi

26

Page 30: Makalah Gizi

konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-

buahan) 18.

Contoh menu pada seorang penderita hipertensi laki-laki umur 55 tahun, TB

= 175 cm, BB = 80 kg, Tekanan darah = 160/100 mHg dengan aktivitas ringan.

BB ideal = (175-100) – 10% (175-100) = 67,5 kg

Penurunan BB menjadi 75 kg masih dalam batas > 10%.

Jadi kebutuhan energi dari laki-laki tersebut diatas adalah :

BMR = (11,6 x 75) + 879 = 870+ 879 = 1749

AKG = 1,56 x 1749 = 2728 Kkal.

Karena kegemukan, sehingga total kalori diturunkan menjadi 2500 Kkal.

Kebutuhan karbohidrat : 65% x 2500 = 1625 kkal = 406,25 gram (60-65%)

Kebutuhan protein : 20% x 2500 = 500 kkal = 100 gram (15-25%)

Kebutuhan lemak : 15% x 2500 = 375 kkal = 41,66 gram (10-15%)

Tabel 6. Pembagian Makanan sehari pada pasien hipertensi

27

Page 31: Makalah Gizi

B. Suplementasi Anti Oksidan

Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih

lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh

masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati -hati memberikan anjuran

minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis 18.

1. Vitamin dan penurunan homosistein

Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor

enzim yang essential untuk metabolisme homosis tein. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah akan

meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah

berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang

rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko

aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak

berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12

tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler 18.

28

Page 32: Makalah Gizi

2. Kacang kedelai dan isoflavon

Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki

aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan

bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol

total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL.

Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari)

dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL)

yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses

fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik d ari kedelai. Sehingga tempe

dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein

nabati.

3. Tempe

Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi

kaping Rhizopus ohgosporis atau Rhizopus oryzal pada biji kedelai yang telah

direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang

terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak, terbungkus rata oleh

miselium kaping sehingga nampak berwarna putih, dan bila diiris kelihatan

keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium.

Fermentasi kaping menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi

empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai 18.

Nilai Gizi Tempe 18:

a. Protein

Enzim-enzim yang dihasilkan kaping, menghasilkan asam amino bebas,

sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.

b. Karbohidrat

Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa.

Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.

c. Lemak

Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2%

menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5%

menjadi 21%.

d. Mineral

29

Page 33: Makalah Gizi

Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang

tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kaping

menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam fitat, sehingga

forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.

e. Vitamin

Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum),

Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat.

Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kaping

dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam produk

nabati lainnya.

f. Manfaat Tempe:

Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita

hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya

penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak

jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi

tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

g. Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif serta penyebab diare

(Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan

untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.

4. Asam lemak omega 3

Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap

hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900

mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol danmencegah penyakit

jantung koroner 18.

5. Serat :

Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapapa

jenis serat gengan penurunan kolesterol lDDL dan atau kolesterol total, namun

belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat

dengan penurunan penyakit kardio vaskular 18.

C. Terapi Penunjang

30

Page 34: Makalah Gizi

Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,

diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan

fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian

juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan

makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus

dihindari/dibatasi 18.

D. Garam Natrium

Sebaiknya, para penderita hipertensi lebih mengurangi asupan garamnya.

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan

pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan

biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa

ikatan, yaitu 18:

1. Natrium Chlorida atau garam dapur

2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin

3. Natrium Bikarbonat atau soda kue

4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah

5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging

seperti Corned beef.

Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain 18:

1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu

2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur

margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair

dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan

memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan

buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.

I. Komplikasi

Makin tinggi tekanan darah, makin besar resiko untuk mengalami

komplikasi yang fatal dan nonfatal. Resiko komplikasi pada setiap tingkat

hipertensi ini meningkat beberapa kali lipat bila terdapat kerusakan organ sasaran

(TOD), misalnya hipertrofi ventrikel kiri, serangan iskemia selintas (TIA),

31

Page 35: Makalah Gizi

gangguan fungsi ginjal, atau perdarahan retina. Komplikasi lainnya yaitu stroke

dan penyakit ginjal kronik atau gagal ginjal kronik 3

Pada penelitian Andrea S et all, pada pasien penderita hipertensi dan gagal

ginjal kronik dapat terjadi suatu kelianan, yaitu orofacialdigital syndrom tipe I.

Pada penelitian lain, yaitu Edit B et al, Reseptor endothelin memblokade progresi

dari kerusakan ginjal dan hipertensi pada sistem urimia 27,28.

Hipertensi yang tinggi dan tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai

komplikasi atherosklerosis dan komplikasi lainnya. Data menunjukkan bahwa

penderita hipertensi yang tidak diterapi 50% akan meninggal karena penyakit

jantung koroner dan gagal jantung, 33% karena stroke dan 10-15% karena gagal

ginjal 29.

Hipertensi adalah faktor resiko yang paling umum untuk stroke dan infark

otot jantung dan predisposisi yang mempengaruhi gagal jantung, aritmia ventrikel,

gagal ginjal, kebutaan, dan masalah medis lainnya. Yang menyebabkan sekitar

22.000 kematian tiap tahun di Amerika 30.

Secara umum, hipertensi tidak berbahaya namun bila diabaikan hipertensi

rawan dan menimbulkan komplikasi antara lain :

1. Penyakit Jantung Koroner dan Gagal jantung. Hipertensi meningkatkan

resiko PJK 6 kali, jika disertai kolesterol tinggi dan merokok resiko

melonjak menjadi 16 kali.

2. Gangguan Fungsi Ginjal sampai dengan Gagal ginjal.

3. Strok.

4. Gangguan penglihatan, dan sebagainya

Untuk menghindari komplikasi-komplikasi tersebut, berikut ini terdapat

beberapa tips hidup sehat bagi mereka yang menderita penyakit hipertensi :

1. Pengaturan pola makan31-34

a. Mengurangi berat badan jika berat badannya sudah terasa berlebihan.

Pada umumnya, mereka yang mengidap hipertensi mempunyai berat

badan yang berlebihan atau mangalami kegemukan, karena kegemukan

merupakan factor pencetus hipertensi dan diabetes. Cara yang paling

efektif untuk mencegah timbulnya hipertensi pada mereka yang

mempunyai tekanan darah normal (normotensi) atau untuk menurunkan

32

Page 36: Makalah Gizi

tekanan darah pada penderita hipertensi adalah mempertahankan berat

badan normal, atau, jika kegemukan, munurunkan berat badan. Mereka

yang berat badannya telah mendekati 20% atau lebih berat badan normal,

telah dikategorikan kepada kegemukan dan dianjurkan untuk memulai

program penurunan berat badan.

b. Membatasi asupan garam dan makanan sumber Natrium/Sodium,

hingga kurang dari 100 mmol/hari (2,4 gr Natrium atau sekitar 6 gr

Natrium Chlorida), makanan kalengan (corned beef, ikan kalengan,

sayuran kalengan), makanan instan (mie instan, lauk – pauk instan),

makanan awetan (ikan asin, pindang, peda, telur asin, abon, daging asap),

kue – kue yang dibubuhi soda kue, baking soda, atau vetsin / MSG.

Kecap dan saus tomat termasuk yang sebaiknya dibatasi, juga makanan

yang berlemak. Sebenarnya makanan-makanan di atas mengandung

kadar garam tinggi walaupun rasanya tidak asin.

c. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Kalium. Seledri kaya kalium,

senyawa elektrolit penting yang dapat membantu meredam tekanan darah

tinggi. Sumber kalium alamiah lainnya adalah pisang, jeruk, mentimun,

belewah, semangka, melon, bengkoang, tomat, alpukat.

d. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Kalsium. Jika anda selama ini

gemar sayur asam dengan campuran buah melinjo dan daun melinjo,

teruskan. Buah melinjo segar kaya kalsium, demikian pula daun

mudanya; sedangkan kulit buahnya (bukan kulit bijinya ya!) kaya ß

carotene. Kombinasi ini baik untuk mengendalikan tekanan darah yang

meningkat. Namun hati – hati jika anda mengalami kelebihan asam urat,

karena melinjo juga mengandung purin yang melimpah yang akan

menghasilkan asam urat di dalam tubuh. Disebutkan dalam hasil riset

bahwa kalsium juga menurunkan resiko hipertensi akibat kehamilan

dengan preeklampsia (kehamilan dengan tekanan darah tinggi). Sumber

kalsium yang juga handal adalah sayur – sayuran hijau (sawi, bayam,

pokcoi, brokoli, daun pepaya, daun singkong, dan lain – lain), tahu,

tempe, yogurt, ikan teri tawar, kacang – kacangan kering (kacang hijau,

kacang merah, kacang tolo, kedelai), keju.

33

Page 37: Makalah Gizi

e. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Magnesium, contohnya alpukat

yang selain kaya lemak sehat, kalium, juga berlimpah magnesium yang

membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Senyawa magnesiumnya

bekerja dengan cara mengendurkan dan membuat rileks otot – otot yang

mengontrol pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan

bebas.

f. Perbanyak konsumsi makanan tinggi Omega-3. Sumbernya dapat

diperoleh antara lain dari ikan salmon, ikan tuna. Asam lemak Omega-3

mampu melunturkan gumpalan lemak yang memenuhi dinding pembuluh

darah, yang jika dibiarkan dapat beresiko serangan jantung. Untuk

mengolah masakan sebaiknya menggunakan minyak non-kolesterol

seperti minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji bunga matahari.

g. Perbanyak konsumsi makanan tinggi serat dan vitamin C, terutama

buah – buahan, sayuran dan makanan nabati. Santap buah segar 20 – 30

menit sebelum makan. Kunyah buah secara perlahan. Atau minum jus

buah perlahan, seteguk demi seteguk tidak dihabiskan sekaligus. Buah

banyak mengandung air serat dan senyawa anti oksidan ß carotene,

licopene, chlorophyl, vitamin C, yang mampu meredam kenaikan

tekanan darah.

Buah – buahan yang merupakan sumber vitamin C antara lain jeruk,

pepaya, jambu biji lokal, mangga, nanas, belimbing manis, rambuan,

sirsak, srikaya, kiwi). Beberapa sayuran seperti kol, kol merah, paprika,

cabai, juga merupakan sumber vitamin C handal, jika disantap mentah.

Jangan lupakan tempe! Enzim protease yang dihasilkan ragi selama

pemeraman kedelai akan menguraikan protein kedelai menjadi asam –

asam amino. Sebagian dari asam – asam amino tersebut (5 – 10 asam

amino) bekerjasama menghambat kerja Angiotensin-1 Converting

Enzyme (ACE), yang merupakan sumber pemicu naiknya tekanan darah.

h. Hindari merokok

i. Mengurangi asupan lemak dan kolesterol demi kesehatan system

cardiovascular. Mengurangi asupan lemak juga membantu mengurangi

34

Page 38: Makalah Gizi

asupan kalori yang penting untuk mengontrol berat badan dan Diebetes

Mellitus tipe II.

j. Mengurangi konsumsi alcohol dalam kehidupan sehari-hari, soda, dan

kafein.

k. Melakukan variasi santapan sehari – hari, dengan asumsi bahwa ada

bahan makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan

lainnya.

2. Olahraga

Lakukan olahraga yang teratur dan terukur sesuai dengan kondisi tubuh.

Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu

mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah menjadi lancar. Bagi

para penderita tekanan darah tinggi hendaknya berkonsultasi dulu dengan dokter

untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang

intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama. Ada ahli yang

mengatakan, paling sedikit 30 menit setiap kali latihan dengan intensitas sedang, 3

– 4 kali seminggu. Jenisnya antara lain jalan cepat, jogging, atau bersepeda.

Urutan latihan olahraga adalah pemanasan dan peregangan, masing – masing 5

menit, baru melakukan olahraga dan latihan kekuatan, diakhiri pendinginan dan

peregangan kembali. Berlatih olahraga isotonik, seperti jalan kaki, jogging,

berenang, dapat meredam hipertensi. Olahraga isotonik mampu menyusutkan

hormon noradrenalin dan hormon – hormon lain penyebab menciutnya pembuluh

darah, yang dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Hindari olahraga

isometrik, seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah.

3. Istirahat

Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada

bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Meluangkan waktu untuk istirahat

itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari –

hari. Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang melelahkan, tapi

cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian dengan rekan sekantor,

tetangga atau keluarga di rumah. Bersantai seorang diri dengan merenung dan

mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini dilakukan makin bagus

keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman merupakan bentuk bersantai seorang diri.

35

Page 39: Makalah Gizi

Stamina akan pulih dengan cepat dan keseimbangan hormon dalam tubuh akan

cepat tercapai. Hasilnya, pengendalian tekanan darah terjaga.

J. Prognosis

Faktor-faktor yang mengindikasikan prognosis buruk hipertensi : ras kulit

hitam, muda, pria, DBP >115 mmHg secara persisten, merokok, diabetes mellitus,

hiperkolesterolemia, obesitas, mengkonsumsi alkohol berlebihan, dan terlihat

penyakit pada organ target 35.

36

Page 40: Makalah Gizi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu diastole

diatas 90 mmHg dan systole diatas 135-140 mmHg.

2. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial (primer)

dan hipertensi sekunder.

3. Berdasarkan penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia

menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah

penderita hipertensi dan penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan

dibandingkan dengan pria.

4. Faktor genetik, obesitas, stress, pola makan dan kurangnya olahraga

merupakan faktor resiko pencetus hipertensi.

5. Hipertensi dapat disebabkan karena tekanan darah bergantung pada

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, maka peningkatan

salah satu dari ketiga variable yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan

hipertensi.

6. Untuk menegakkan diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik.

7. Untuk mencegah terjadinya hipertensi, dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu: mencapai dan pertahankan berat badan ideal, kolesterol dan

tekanan darah normal.

8. Terapi yang bisa dilakukan pada penderita hipertensi dapat dilakukan secara

farmakologis dan non farmakologis.

9. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi sangatlah banyak,

di antaranya adalah atherosklerosis, stroke, jantung koroner, gagal jantung

dan gagal ginjal.

10. Prognosis hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: ras kulit,

umur, jenis kelamin dan pola hidup.

37

Page 41: Makalah Gizi

B. Saran

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memicu banyak sekali

penyakit penyertanya. Mengingat banyak sekali akibat yang akan ditimbulkan

oleh hipertensi, mencegah terjadinya hipertensi lebih baik daripada tindakan

mengobatinya. Pengaturan gaya hidup dan pola makan yang baik akan mencegah

terjadinya hipertensi.

38

Page 42: Makalah Gizi

Daftar Pustaka

1. Armenia, Welmodayani, Yuliandra Y, Rusdi. Daun Tanaman Akar Mambu (Connarus grandis jack.) sebagai Obat Anti Hipertensi: Efektivitas Ekstrak Etanolnya pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 2007;12;100-107

2. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofosiologi. Jakarta: EGC. 2001

3. Amir S, Arini S, Armen M. 1995. Farmakologi dan terapi. Jakarta : FKUI.

4. Mansjoer A, et al. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 2008

5. Sudoyo, AW. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.

6. Rigaud AS, Forette B. Hypertension in older adults. J Gerontol 2001;56A:M217-5.

7. Van Rossum CTM, van de Mhen H, Witteman JCM, Hoftnan A, Mackenbach JP, Groobee DE. Prevalence, treatment, and control of hypertension by sociodemographic factors among the dutch elderly. Hypertension 2000;35:814-21.

8. Lu FH, Tang SJ, Wu JS, Yang YC, Chang CJ. Hypertension in elderly persons: its prevalence and associated cardiovascular risk factors in Tainan City, Southern Taiwan. J Gerontol 2000;55A:M463-8.

9. Borzecki AM, Glickman ME, Kader B, Bcrlowitz DR. The effect of age on hypertension control and management. AJH 2006; 19:520-527.

10. Vasan RS, Beiser A, Seshadri S, et.al. Residual Lifetime Risk for Developing Hypertension in Middle-Aged Women and Men : the framingharm Heart Study. JAMA. 2002; 287(8): 1003-1010.

11. Pardede, Sudung O. Sindrom Hepatorenal. Cermin Dunia Kedokteran No. 140, 2003.

12. Solomon A, Manuel E. Risk Index for Perioperative Renal Dysfunction / Failure Critical Dependence on Pulse Pressure Hypertension. Circulation 2007; 15:733-42.

13. Kuswardhani, RA Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Us1a. J Peny Dalam, 2006; 7(2):135-40

14. Luft FC, Mervaala E, Muller DN et al. Hypertension-induced end-organ damage: A new transgenic approach to an old problem. Hypertension 1999;33:212-21.

39

Page 43: Makalah Gizi

15. Cediel E, Sanz-Rosa D, Oubina MP et al. Effect of AT1-receptor blockade on hepatic redox status in SHR: possible relevance for endothelial function? Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 2003;285:R674-81.

16. Darmodjo R.B. : Data Epidemiologi Hipertensi di Indonesia, Majalah Dokter Keluarga, Vol 6/6,Mei2000:366-372

17. Zakifman J. Penatalaksanaan Krisis Hipertensi, Majalah Dokter Keluarga, 1999

18. Kurniawan A. Gizi Seimbang Untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Sabtu, 21 September 2002

19. Martinez-Maldonado M. Role of hypertension in the progression of chronic renal disease. Nephrol Dial Transplant 2001;16:63-6.

20. Schiffrin EL, Park JB, Intengan HD, Touyz RM. Correction of arterial structure and endothelial dysfunction in human essential hypertension by the angiotensin receptor antagonist losartan. Circulation 2000;101:1653-9

21. Varon J, Marik PE. Perioperative Hypertension Management. Vascular Health and Risk Management 2008:4(3) 615-627

22. Aram V. Chobanian, M.D. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Departmant of Health and Human Services, 2003.

23. Selvinna, setiabudy R. Disfungsi Endotel dan Obat Antihipertensi. Cermin Dunia Kedokteran. 2005:147;20-5.

24. Oates JA, Brown NJ. Antihypertensive agents and drug therapy of hypertension. In: Hardman JG, Gilman AG, eds. The pharmacological Basis of Therapeutics. 10th ed.New York : McGraw-Hill; 2001.p. 891-5

25. Taddei S, Virdis A, Ghiadoni L, Sudano I, Salvetti A. Effects of antihypertensive drugs on endothelial dysfunction. Drugs 2002; 62 : 265-84

26. Sargowo D. Peran endotel pada patogenesis penyakit kardiovaskular dan program pencegahannya. Medika 1999; 10 : 643-55

27. Andrea S, Antonia F, Lamberto O. Evaluation of a patient with hypertension and mild renal failure in whom facial and digital abnormalities are noted. Nephrol Dial Transplan 1998; 13:763-6.

28. Edit B, Sonia L. Endhotelin ETA reseptor blockade prevent the progression of renal failure and hypertension in uremic rats. Nephrol Dial Transplant 1999; 14:1881-8.

40

Page 44: Makalah Gizi

29. Ismahun, P. Peranan Angiotensin II Receptor Antagonist pada Penyakit Jantung Hipertensi. Cermin Dunia Kedokteran No. 132, 2001.

30. Dickson ME, Sigmund CD. Genetic Basis of Hypertension Revisiting Angiotensinogen. Hypertension 2006;48;14-20

31. Moore TJ, Conlin PR, Ard J, Svetkey LP. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) Diet is Effective Treatment for Stage 1 Isolated Systolic Hypertension. Journal Of The American Heart Assocciation. 2001; 38:155-158.

32. Svetkey LP, Simons MD, Willian V, Appel LJ, Conlin PR, Donna R, Ard J, Kennedy B. Efects o Dietary Patterns on Blood Preassure. ARCH Intern Med. 1999.159: 285-293

33. Franz MJ. Medical Nutrition Therapy for Hypertension and Albumin. Diabetes Spectrum. 2006; 19(1):32-35.

34. Muntzel MS, Hamidou I, Barrett S. Metormin Attenuates Salt-Induced Hypertension in Spontaneously Hypertensive Rats. Hypertension, 1999; 33: 1135-1140.

35. http://geasy.wordpress.com/2008/07/16/kupas-tuntas-hipertensi.html Cegah dan Kontrol Hipertensi dengan DASH Diet. Diakses pada tanggal 4 Mei 2009

41