Makalah Gizi
-
Upload
ryza-jazid-chicha -
Category
Documents
-
view
217 -
download
5
Transcript of Makalah Gizi
Tugas Dasar-dasar Gizi
KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN
(MALNUTRISI DAN KECERDASAN)
OLEH:
KELOMPOK III KELAS D
RESKY ELISAFITRI
MIFTAHUL JANNAH
RYZA JAZID BN
FITRIANI SUKARDI
KURNIA WULANDARI F
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Adapun judul makalah ini ialah “KEKURANGAN
ENERGI PROTEIN (MALNUTRISI DAN KECERDASAN)”. Tugas makalah ini
merupakan prasyarat penilaian dalam mata kuliah Dasar-Dasar Gizi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah
Dasar-dasar Gizi yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini. Tak
lupa pula penulis berterimakash kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini baik berupa materil maupun sumbangsih
saran.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak banyak khusus para pemabaca.
Makasaar, September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu malnutrisi?
2. Apa penyebab malnutrisi?
3. Bagaimanan dampak malnutrisi?
4. Bagaimana pengaruh malnutrisi terhadap perkembangan otak
anak (kecerdasan)?
5. Bagaimana peranan asupan gizi terhadap kecerdasan anak?
6. Bagaimana cara mengatasi malnutrisi dalam rangka meningkatkan
kecerdasan anak?
C. TUJUAN
1. Memahami pengertian malnutrisi.
2. Mengetahui penyebab malnutrisi.
3. Mengetahui dampak malnutrisi.
4. Mengetahui pengaruh malnutrisi terhadap perkembangan otak
anak (kecerdasan).
5. Mengetahui peranan asupan gizi terhadap kecerdasan anak.
6. Mengetahui cara mengatasi malnutrisi dalam rangka meningkatkan
kecerdasan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. GIZI
Pengertian Gizi yang disampaikan oleh Manjoer Arif (2000) berasal
dari “ghidza” (Arab) makanan. Gizi adalah bahan makanan yang
berhubungan dengan kesehatan tubuh. Dalam bahasa latin “nutrire” artinya
makanan atau zat makanan sehat, gizi sangat diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tubuh balita, ataupun untuk kesehatan tubuh manusia
karena mengandung banyak zat dan vitamin yang berguna untuk tubuh
seperti, protein, karbohidrat, vitamin, zat bezi, zat seng, mineral, kalsium.
Apabila tubuh tidak mendapatkan asupan makanan yang mencukupi
kebutuhan tubuh maka akan menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan salah satunya adalah malnutrisi kurang energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau
membahayakan (Almatsier, 2001).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi
dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan
anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).
2. Malnutrisi
Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang
disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak
mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan
undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan.
Namun demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup
keadaan overnutrition (gizi berlebih). Seseorang akan mengalami malnutrisi
bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat gizi yang mencakup
diet yang sehat tidak dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu yang cukup
lama. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi dapat menyebabkan
terjadinya kelaparan.
Malnutrisi menurut Raharjeng (2009) adalah suatu keadaan di mana
tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan dan aktivitas sedangkan Kurang gizi protein (KEP) menurut
Manjoer Arif (2000) adalah keadaan dimana kurang gizi yang di sebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang
tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG).
Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang
sesuai di samping perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan
pengasuhan anak. Pengelolaan lingkungan yang buruk dan perawatan
kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab turunnya tingkat
kesehatan yang memungkinkan timbulnya beragam penyakit (Siswono,
2009).
Pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak secara normal. Untuk mendapatkan anak yang tumbuh
dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu dalam mengatur
konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada
masa tumbuh kembang balita. Pengetahuan gizi ibu ini dapat diperoleh
melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Pengetahuan gizi
nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan
dan gizi di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang
didapat lewat media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi,
radio).
Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat
menyusun, membuat makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi
atau beraneka ragam. Keaneka ragaman bahan makanan itu bertujuan
supaya sesuai kebutuhan zat gizi seorang balita dapat terpenuhi dalam satu
menu makanan.
Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai
sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein),
sumber zat pengatur (vitamin). Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan
dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Namun perlu diketahui porsi
atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi itu harus sesuai dengan
pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada
balita.
3. Kecerdasan
Kecerdasan atau Intelligence memiliki pengertian yang sangat luas.
Para ahli psikologi mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan
kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasainya dan
mempraktekannya dalam pemecahan suatu masalah. Menurut Hadi Susanto
(2005:68) kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melihat suatu masalah lalu menyelesaikannya atau membuat sesuatu yang
dapat berguna bagi orang lain.
Menurut Thomas Armstrong (2002:2) kecerdasan adalah kemampuan
untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari
pengalaman masa lalu seseorang. Menurut Binet seorang psikolog Prancis,
mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri
(M.Theresia,2001:9).
Gardner seorang psikolog Amerika mengatakan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk
dalam suatu setting yang bermacam-macam dan situasi yang nyata (Paul
Suparno,2008:17)
Kamus besar Bahasa Indonesia (1999), mengartikan kecerdasan
sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan
perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman fikiran).
Dengan demikian dari beberapa pengertian diatas kecerdasan dapat
diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang yang diwujudkan dalam
suatu kemampuan yang terdiri dari berbagai komponen, untuk memperoleh
kecakapan-kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau
masalah dalam kehidupan nyata secara tepat.
Hasil belajar dapat dicapai seorang siswa melalui usaha yang
dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyak faktor
yang turut mempengaruhi hasil belajar itu, akan tetapi pada umumnya para
ahli pendidikan menggolongkan menjadi dua kategori, yaitu faktor dari dalam
diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Hal ini dijelaskan
oleh Surya (1979:40) , bahwa “ hasil belajar yang dicapai seorang siswa
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya,
baik internal maupun eksternal”.
BAB III
PEMBAHASAN
A. MALNUTRISI
Energi diperlukan oleh tubuh manusia untuk melangsungkan proses-
proses metabolisme yang ada dalam tubuh. Energi diperlukan untuk proses
peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan dan
proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik.
Energi dalam tubuh didapat dari pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak.
Oleh karena itu agar pemenuhan energi tercukupi perlu pemasukan makanan
yang cukup dan mengkonsumsi makanan dengan jumlah gizi seimbang.
Ketika asupan bahan makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan
tubuh akan energi dan protein, maka terjadi defisiensi zat gizi makro yang
mengakibatkan terjadinya kekurangan energi protein (KEP).
Malnutrisi (secara harfiah “gizi buruk”) didefinisikan sebagai gizi yang
tidak mencukupi, dan sementara kebanyakan orang menginterpretasikan
malnutrisi sebagai kekurangan gizi (undernutrition), kekurangan gizi yang
diperlukan sehari-hari, itu juga dapat berarti overnutrition, yang dapat
diartikan sebagai masukan (makanan) yang melebihi dari apa yang tubuh
perlukan (James, 2004).
Berdasarkan penjelasan WHO, malnutrisi merujuk pada kekurangan,
kelebihan, atau ketidakseimbangan energi, protein, dan nutrisi yang
dikonsumsi. Kekurangan nutrisi biasanya mengakibatkan berkurangnya berat
badan. Sedangkan, kelebihan nutrisi adalah kondisi kronis di mana makanan
yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah energi yang dibutuhkan.
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit
malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan
energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang
terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan
sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor
(sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-
kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat
B. PENYEBAB MALNUTRISI
Krisis ekonomi dan politik yang terjadi menyebabkan meningkatnya
kemiskinan disertai dengan pendidikan rendah, menurunnya ketersediaan
pangan dan kesempatan kerja. Hal ini tentunya berdampak pada
ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, prilaku/asuhan ibu dan anak,
serta pelayanan kesehatan. Ketika hal tersebut terjadi dengan tidak normal
maka akan berdampak pada asupan gizi dan terjadi infeksi penyakit yang
berakibat pada malnutrisi dalam hal ini gizi buruk.
Meningkatnya kemiskinan akan berakibat pada rendahnya tingkat
pendidikan. Kemiskinan yang dialami oleh sekelompok masyarakat
mengaharuskan mereka untuk tidak melanjutkan pendidikan sampai taraf
yang seharusnya. Sehingga pengetahuan yang didapat akan terbatas.
Pengetahuan yang terbatas akan menyebabkan seseorang tidak
memerhatikan asupan makanan yang dikonsumsi oleh dirinya sendiri
maupun keluarganya. Hal ini dikarenakan mereka hanya berpikir untuk
bagaimana mendapatkan uang untuk makan seadanya dalam rangka
melangsungkan hidup mereka. Akibatnya orang tua tidak bisa lagi mengasuh
anaknya dengan baik.
Kekurangan makanan yang bergizi dan pola asuh ibu yang tidak
memperhatikan kecukupan gizi – terkadang memilih bekerja dibanding
mengurus anak – lambat laun akan mengakibatkan rendahnya asupan gizi
dari yang seharusnya diterima anak. Begitu pula lingkungan yang tidak
memadai untuk tinggal, seadanya ditambah dengan ketidaktahuan ibu muda
dalam hal kesehatan akan meninggikan kemungkinan terjadinya infeksi pada
bayi dan anak.
Anak seharusnya mendapatkan cukup makanan yang bergizi, kalori
dari karbohidrat untuk beraktivitas, dan protein sebagai pembangun badan.
Bukan hanya menjadi otot, tapi yang lebih penting, otak. Ketidakmampuan
badan membentuk otak ini tidak hanya tercermin dari kurangnya head
circumference (lingkar kepala) akan tetapi juga dari kenyataan bahwa
fungsinya akan berkurang.
Terlebih pada saat balita anak sedang aktif-aktifnya. Untuk asupan
anak normal saja seharusnya juga barangkali sudah kurang. Apalagi balita
dengan kurang gizi. Mula-mula memang kekurangan tidak terlihat, namun
lambat laun bila terjadi kekurangan asupan zat gizi makro (protein,
karbohidrat dan lemak) maka otot sebagai sumber protein mulai dipecah.
Mulai dari anggota gerak, badan sampai bokong, dan terakhir kepala.
Menurut Khrisnan et.all, penyebab keterlambatan pertumbuhan
berakar dari kemiskinan dan ketiadaan pendidikan. Tingkat malnutrisi dapat
diperhitungkan dengan mendidik orang tua berkenaan dengan kebutuhan
perihal gizi dasar anak-anak mereka dan memberi harapan kepada mereka
untuk mengonsumsi makanan bergizi dengan biaya rendah yang tersedia
ditempat mereka.
Unruk lebih jelas melihat penyebab dari malnutrisi, disajikan diagram
berikut:
C. DAMPAK MALNUTRISI
Malnutrisi memiliki dampak yang sangat luas cakupannya, seperti
yang telah dijelaskan diatas, malnutrisi merujuk pada kekurangan, kelebihan,
atau ketidakseimbangan energi, protein, dan nutrisi yang dikonsumsi.
Kekurangan nutrisi biasanya mengakibatkan berkurangnya berat badan.
Sedangkan, kelebihan nutrisi adalah kondisi kronis di mana makanan yang
masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah energi yang dibutuhkan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak malnutrisi
terdiri dari kekurangan nutrisi (undernutrition) dan kelebihan nutrisi
(overnutrition). Adapun dampak dari malnutrisi ialah sebagai berikut:
a. Undernutrition (kekurangan Gizi)
Kekurangan gizi mempunyai konsekuensi jangka panjang. Anak-anak
yang menderita penyakit kekurangan gizi menjadi lebih mungkin untuk
mempuyai pertumbuhan yang lambat, perkembangan yang tertunda,
perkembangan di sekolah sulit, dan tingginya tingkat kesakitan bahkan
malnutrisi mereka bisa berlanjut sampai dewasa (James, 2004).
Definisi dari gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein
(KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat
kurus dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Bila jumlah asupan zat gizinya
sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh disebut seimbang (gizi
baik), tetapi bila asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh rebih rendah
maka disebut gizi kurang, sedangkan bila asupan zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh sangat kurang disebut gizi buruk. Keadaan kurang zat gizi tingkat
berat yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu
cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur yang berbeda..
Seperti yang disebutkan diatas gejala gizi buruk ada tiga yaitu
marasmus, kwashiorkhor dan marasmik kwashiorkor. Marasmus memiliki ciri-
ciri seperti anak sangat kurus, wajah seperti orangtua, cengeng dan rewel,
rambut tipis, jarang, kusam, kulit keriput tulang iga tampak jelas, pantat
kendur dan keriput, perut cekung. Kwashiorkor memiliki ciri-ciri seperti wajah
bulat dan sembab, cengeng dan rewel, apatis rambut tipis, warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit kedua punggung kaki bengkak,
bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat. Marasmik kwashiorkhor
ciri-cirinya adalah sangat kurus, rambut jagung dan mudah rontok, perut
buncit, punggung kaki bengkak, cengeng.
DAMPAK GIZI BURUK TERHADAP PERKEMBANGAN OTAK JANIN
Pada waktu hamil perkembangan otak janin dipengaruhi oleh gizi,
keadaan malnutrisi akan menjadi besar pengaruhnya apabila terjadi dalam
kandungan, karena periode ini semua organ tubuh mengalami pertumbuhan
yang pesat. Jika ibu hamil kekurangan zat gizi akan menyebabkan
berkurangnya zat-zat gizi yang ditransfer kepada janin. Selain itu
pembentukan plasenta akan menjadi abnormal sehingga secara langsung
atau tidak langsung dapat menyebabkan kesulitan dalam mentransfer zat-zat
gizi kepada janin. Dengan sendirinya akan menghambat pembelahan sel
dalam otak.
Kekurangan gizi saat hamil dapat juga menyebabkan kelahiran
dengan berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dalam perjalanan hidupnya akan lebih parah lagi, bila tidak diikuti dengan
pemberian makanan yang bernilai gizi tinggi serta lingkungan yang miskin.
Kekurangan gizi pada masa dini perkembangan otak akan menghentikan
sintesis DNA yang mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan otak,
sehingga sedikit sel-sel otak yang berukuran normaldan dapat dipastikan
akan berpengaruh pada intelektual anak (dalam Damiati(Soetjiningsih,
1995)).
Defisiensi vitamin dan zat-zat gizi tertentu pada awal trimester I yaitu
pada periode pembentukan otak, dapat menyebabkan kegagalan
pembentukan organ otak yang sempurna sehingga dapat mengakibatkan
cacat bawaan pada susunan syaraf otak janin. Pada trimester II defisiensi
gizi dapat mengganggu pembentukan neuroblast yang berakibat pengecilan
ukuran kepala janin sehingga terjadi microcephaly yang berkaitan dengan
penurunan kecerdasan. Kekeurangan yodium pada gizi ibu hamil dapat
menyebabkan kritinisme (kerdil) , mental retardation dengan penurunan
kecerdasan.
B. OVERNUTRITION (GIZI BERLEBIH)
Dampak yang ditimbulkan bila asupan gizi melebihi apa yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam hal ini malnutrisi ialah obesitas (berat badan
lebih) yang akan bermanifestasi jika tidak ditangani menjadi penyebab
diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan penyakit degenaratif lainnya.
Berat badan berlebih akan memengaruhi perkembangan tubuh bahkan
terhadap kejiwaan dan sosial anak.
Seperti yang Sihadi bahwa dampak kesehatan gizi lebih pada anak
umumnya lebih ringan dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa,
sekurang-kurangnya untuk penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Akan
tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada anak mungkin telah disertai
gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain.
Dampak gizi lebih pada anak masih ringan, biasanya terbatas pada
gangguan psikososial, yaitu terbatas dalam pergaulan, keterbatasan kegiatan
olahraga dan sebagainya; namun bila dibiarkan cenderung akan berlanjut
menjadi kelebihan berat badan (BB) pada dewasa.
Gizi-lebih dan obesitas dianggap sinyal pertama munculnya penyakit-
penyakit non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di negara maju maupun
negara sedang berkembang. Saat ini prevalensi kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia mencapai
tingkat membahayakan.
D. PENCEGAHAN
Terdapat lima tingkat pencegan Malntrisi Energi Protein (MEP) yang
sedang aktif dipromosikan di dunia, yaitu:
1. Growth monitoring
WHO telah menemukan grafik pertumbuhan sederhana melalui
kartu menuju sehat. Kartu ini dibawah oleh ibu ke klinik terdekat
untuk menimbang anaknya secara teratur dan mendapatkan
nasihat dari petugas kesehatan.
2. Oral Rehydration
Formula dari UNICEF banyak menyelamatkan kehidupan dari
gastroentritis ialah: NaCl 3.5 g, NaHCO3 2.5 g, KCl 1.5 g, glukosa
20 g (or sukrosa 40 g) dan air bersih 1 liter.
3. Breast feeding
Pemberian ASI pada bayi sampai berumur 6 bulan atau lebih.
4. Immunisation
Imunisasi harus dilaksanakan untuk memberi pertahanan tubuh
terhadap campak, tetanus, pertusis, dipteri, polio, dan TB.
5. Family Planning
Keluarga berencana dapat menekan laju pertumbuhan penduduk
sehingga dapat memperbaiki krisis ekonomi politik sebagai
masalah dasar penyebab mallnutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Damiati. 2010. Peranan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Terhadap Kecerdasan Anak Melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. JPTK, UNDIKSHA, Vol. 7, No. 1, Januari 2010 : 73 – 80.
James, Dolores C. S., 2004. Nutrition and well being A to Z. USA: Thomson Gale
Krishnan, Manikandan., Rajalakshmi, P.V., Kalaiselvi, K., 2012. A study of protein energy malnutrition in the school girls of rural population. International journal of Nutrition, Pharmacology, Neorological Disease. Vol 2. Issue 2. Diakses pada: http://www.ijnpnd.com. Diakses tanggal: 26 september 2012.
Sihadi. 2012. Kelebihan Berat Badan Pada Balita. CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012.
Truswell, Stewart. 2003. ABC of Nutrition 4th Edition. London: BMJ Publishing Group.
Kekurangan dan kelebihan gizi sama bahayanya. 2012. Diakses pada: http://www.blogdokter.net/tag/undernutrisi. diakses tgl: 5-10-2012.