Makalah Gizi
-
Upload
ramdani-harduning -
Category
Documents
-
view
112 -
download
7
description
Transcript of Makalah Gizi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan energi menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi
berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
seorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat
aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara social dan
ekonomi. Pada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menuyusui kebutuhan energi
termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk
sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan . Kebutuhan energy total orang
dewasa diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik, dan efek makanan
atau pengaruh dinamik khusus (Specific Dynamic Actionl SDA). Kebutuhan
energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal.
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk
proses metabolisme tubuh. Kebutuhan energi dipengaruhi oleh faktor
fisiologis, factor patofisiologis dan factor social ekonomi. Namun hampir
sebagian besar dari masyarakat mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan
seberapa besar kebutuhan energy untuk tubuhnya. Sehingga muncullah kasus
kelebihan atau kekurangan energy yang memiliki dampak negative pada
kesehatan tubuh. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis akan
menguraikan tentang kebutuhan energy yang dikhususkan pada dampak
kelebihan energy.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahannya
adalah :
1. Apa hubungan antara kelebihan energi dengan obesitas serta hipertensi ?
2. Bagaimana cara menyikapi obesitas dan hipertensi ?
3. Bagaimana kiat mencegah terjadinya kelebihan energi ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui hubungan antara kelebihan energi dengan obesitas serta
hipertensi.
2. Mengetahui cara menyikapi obesitas dan hipertensi.
3. Mengetahui kiat mencegah terjadinya kelebihan energi.
D. Manfaat Penulisan
1. Diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan tentang
kelebihan energi.
2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah pemenuhan tugas kelompok
mata kuliah Dasar-Dasar Gizi.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Energi
Ada beberapa pengertian energy menurut para ahli, yaitu :
a. Robert L. Wolke mengatakan bahwa . Energi adalah kemampuan
membuta sesuatu terjadi.
b. Campbell, Reece dan Micampbell, Reece, & Mitchel mengatakan
bahwa energi adalah kemampuan untuk mengatur ulang suatu
kumpulan materi atau dengan kata lain, energi adalah kapasitas atau
kemampuan untuk melaksanakan kerja.
c. Alvin Hadiwono mengatakan bahwa energi adalah perihal tentang
apapun yang bergerak, berhubungan dengan ruang dan waktu.
d. Menurut Michael J.Moran, energy adalah konsep dasar termodinamika
dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisis teknik.
Maka dapat disimpulkan energy adalah sesuatu yang dibutuhkan
oleh benda agar benda dapat melakukan usaha. dalam kenyataannya setiap
dilakukan usaha selalu ada perubahan. Sehingga usaha juga didefiniskan
sebagai kemampuan untuk menyebabkan perubahan.
2. Manfaat Energi
Kita sudah mengetahui bahwa energi dan zat gizi/nutrien yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk semua proses-proses fisiologis untuk
melangsungkan dan mempertahankan kehidupan berasal dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Nutrien yang kita peroleh dari makanan bisa
dibagi paling tidak menjadi 5 golongan yaitu karbohidrat atau zat hidrat
arang, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Adapula yang memasukkan
air sebagai salah satu unsur nutrisi, karena memang tidak dapat dipungkiri
air merupakan zat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup.
3
Tidak semua zat makanan/nutrien yang kita konsumsi memberikan
energi bagi tubuh. Hanya karbohidrat, protein dan lemak yang
memberikan energi. Lemak pun ada yang tidak memberikan energi seperti
kolesterol. Perlu anda tahu bahwa lemak itu ada bermacam-macam, tidak
hanya satu zat saja. Kebanyakan lemak yang kita konsumsi adalah dalam
bentuk trigliserida yang secara kasat mata bisa kita lihat bentuknya
misalnya pada lemak yang menempel pada daging. Trigliserida ini adalah
merupakan cadangan makanan yang disimpan dibawah kulit dan sekitar
organ dalam perut (visceral fat) baik pada manusia maupun hewan yang
akan dipecah saat tubuh memerlukan sumber energi tambahan apabila
kadar glukosa darah menurun dan glikogen (bentuk cadangan glukosa) di
hati telah menipis.
Karbohidrat memberikan 4 kcal/gramnya, protein memberikan 4
kcal/gramnya,dan lemak memberikan 9 kcal/gramnya. Angka-angka
tersebut yang dimaksud faktor pengali attwater sebagi penghormatan
kepada ilmuwan yang menemukan faktor pengali tersebut. Di sini sudah
terlihat jelas bahwa lemak memiliki kandungan kalori yang lebih banyak
tiap satuan gramnya dibanding lemak dan protein. Hanya saja perlu diingat
bahwa mayoritas makanan kita mengandung lebih dari satu nutrien.
Namun ada makanan yang kaya akan nutrien tertentu seperti misalnya ada
makanan yang kaya protein, ada yang kaya lemak, ada yang kaya
karbohidrat, dan lain-lain.
Kompenen penggunaan energi di tubuh terdiri dari tiga
bagian. Bagian yang pertama dipakai untuk metabolisme basal tubuh.
Metabolisme basal ini adalah kumpulan seluruh proses-proses yang terjadi
dalam tubuh untuk mempertahankan kehidupan. Didalamnya tercakup
energi yang digunakan oleh tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak,
proses bernapas dan berpikir, proses berdenyutnya jantung, pendek kata
untuk semua proses internal sel-sel dan jaringan tubuh untuk
mempertahankan kehidupannya. Kurang lebih 70% energi yang kita
4
konsumsi dipergunakan oleh tubuh untuk proses-proses fisiologis ini. Jadi
meski kita tidur saja di rumah, kita tetap butuh makan untuk memenuhi
kebutuhan energi ini.
Kalau jumlah energi yang kita konsumsi melebihi kebutuhan
energi tubuh, maka kelebihan energi tersebut akan disimpan berupa lemak
(trigliserida) yang akan dipecah untuk digunakan kemudian jika asupan
energi mengalami defisit.
3. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Energi
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami
keseimbangan energi negativif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat
badan seharusnya (ideal), bila terjadi pada bayi dan anak-anak itu akan
menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa yang akan
menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala
yang ditimbulkan pada anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,
cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit
infeksi. Akibatnya berat badan bayi itu dinamakan marasmus dan bila
disertai kekurangan protein kwashiorkor.
Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akn diubah
menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau
kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam
hal kabrohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang
bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh,
merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat
memperpendek harapan hidup.
4. Obesitas
5
Komponen utama dari sindroma metabolic adalah obesitas.
Obesitas merupakan suatu peningkatan massa jaringan lemak tubuh yang
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan energy dan
keluaran energy. Obesitas merupakan penyakit kronik multifaktorial
kompleks yang berkembang sebagai hasil interaksi dari genotip dan
lingkungan, yang melibatkan perilaku, social, kebudayaan, psikologi,
metabolic dan genetic.
Obesitas adalah suatu akumulasi lemak dalam jaringan adipose
yang berlebihan hingga mencapai suatu taraf yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Orang dewasa cenderung menjadi semakin gemuk
karena, pertama orang selalu bertambah gemuk secara periodic, tidak
dapat dihentikan, keseimbangan akan terus terakumulasi dari tahun
ketahun. Kedua aktivitas fisik dan metabolism tubuh akan turun dengan
bertambahnya usia.
Factor risiko obesitas yaitu :
a. Keturunan
Para ilmuwan banyak meneliti hubungan antara keturunan dan
obesitas pada binatang-binatang, terutama tikus. Hubungan ini
berdasarkan pada gen, unit utama di dalam sel yang menentukan
karakteristik keturunan.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa tikus dan binatang
lainnya memiliki gen yang menyebabkan pusat kenyang tidak
beroperasi. Gen yang lain dalam beberapa tikus mengakibatkan tubuh
mereka memproduksi hormon tertentu secara berlebihan.
Akibat dari hormon-hormon ini membuat tikus mudah menghasilkan
lemak tubuh atau sangat susah untuk membakar lemak tubuh. Gen
yang lain mengakibatkan beberapa tikus menjadi obesitas secara cepat
6
dibandingkan tikus yang lain ketika fisik dalam keadaan tidak aktif
atau ketika diberi makanan yang banyak mengandung lemak.
Para ilmuwan curiga bahwa gen-gen mungkin dapat
menyebabkan obesitas pada manusia karena berat seorang anak
seringkali berhubungan dengan berat badan orang tua mereka.
Di dalam penelitian terhadap anak-anak SLTA, hanya 8 persen dari
pelajar dengan orang tua yang kurus menjadi obesitas. Jika salah satu
atau kedua orang tua mereka menderita obesitas, sekitar 3/4 dari
mereka menjadi gemuk. Tetapi berat badan anak yang diadopsi tidak
bergantung kepada orang tua angkat mereka. Sedangkan hasil
penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari
orang tua normal mempunyai 10 % peluang menjadi gemuk. Peluang
itu akan bertambah menjadi 40-50 % bila salah satu orang tua
menderita obesitas, dan akan meningkat menjadi 70-80 % bila kedua
orang tua menderita obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari
orang tua yang obesitas akan mempunyai kecenderungan menjadi
gemuk.
Gemuk di saat bayi atau anak-anak mempunyai kemungkinan
sulit menjadi kurus pada waktu dewasa, disebabkan pada anak-anak
sudah membentuk sel yang jumlah nya lebih dari normal.
Pada tahun 1994, ilmuwan mengumumkan penemuan gen pertama
yang dipercaya ada hubungannya dengan obesitas bagi manusia. Sejak
itu para peneliti menemukan gen-gen yang lain yang kelihatannya
memainkan peranan bagi obesitas manusia.
b. Penyakit dan Penyebab Lainnya
Obesitas mungkin disebabkan oleh beberapa jenis penyakit.
Beberapa penyakit kelenjar endokrin mengakibatkan kelenjar ini
melepaskan terlalu banyak hormon ke dalam aliran darah. Kelebihan
7
hormon mengganggu pusat makanan dan kepuasan di dalam otak.
Dengan demikian obesitas dapat disebabkan oleh kerusakan pusat-
pusat tersebut yang disebabkan oleh infeksi, kecelakaan atau tumor.
c. Faktor Hormonal
Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat
terjadi penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk
menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi
hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme
tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
d. Faktor Kecepatan Metabolisme Basal yang Rendah
Hal ini disebabkan energi yang dikonsumsi lebih lambat
untuk dipecah menjadi glikogen sehingga akan lebih banyak lemak
yang disimpan di dalam tubuh. Penderita obesitas yang mempunyai
metabolisme basal yang rendah, apabila tidak melakukan olah raga
dan diet yang benar mempunyai kecenderungan bertambah gemuk,
karena semakin membesarnya otot akan menyebabkannya mudah
lapar.
Seperti yang kita ketahui, kondisi stress yang menahun dengan
frekuensi interval tinggi sangat bisa memicu beberapa penyakit
mematikan seperti antara lain kanker dan penyakit jantung serta
bahkan stroke. Dimana dalam kasus ini secara khusus memiliki
korelasi langsung dengan gejala hipertensi.
Penjelasan mekanisme hal tersebut dikarenakan obesitas
merupakan suatu faktor utama yang bersifat fleksibel. Dimana aspek
fleksibilitas tersebut sedikit banyak mempengaruhi tekanan darah dan
juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46% pasien dengan nilai
Indeks Massa Tubuh mencapai 27 adalah penderita hipertensi.
8
Framingham Studi telah menemukan bahwa peningkatan 15%
berat badan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik
sebesar 18%. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat
badan yang normal, orang yang memiliki kelebihan berat badan
sebesar 20% mempunyai resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap
hipertensi.
Beberapa penyakit yang terpicu dari obesitas diantaranya:
a. Penyakit Jantung Koroner (PKH) / Coroner Heart Disease (CHD)
Kurang lebih sebanyak 40% kejadian penyakit jantung
koroner terjadi pada seseorang dengan nilai Indeks Massa Tubuh di
atas 21, namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini
sebetulnya dapat dicegah.
b. Stroke
Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko utama
terhadap stroke. Kegemukan (terutama di sekitar perut/abdomen)
dapat meningkatkan resiko stroke (kondisi ini tidak tergantung
besarnya nilai Indeks Massa Tubuh).
c. Penyakit Kantung Empedu
Obese cenderung lebih mudah terkena batu empedu.
d. Osteoarthritis (OA)
Kelebihan berat badan berhubungan dengan OA pada sendi
tangan dan lutut. Bagaimanapun, keterbatasan kemampuan berolah
raga pada pasien OA sedikit banyak juga mengambil peranan
terhadap timbulnya kelebihan berat badan.
9
e. Kanker
Obesitas dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
kanker tertentu. Suatu studi yang dilakukan oleh American Cancer
Society menjelaskan bahwa kematian yang diakibatkan oleh
kanker prostat dan rektal-colon (colorectal) meningkat pada laki-
laki obese, sedangkan kanker endometrium, uterus, mulut rahim
(cervix), dan indung telur (ovarium) meningkat pada wanita obese.
Dibandingkan wanita dengan berat normal pada masa post-
menousal, wanita obese mempunyai resiko yang lebih tinggi
terhadap kanker payudara.
f. Kelainan (gangguan) lain
Obesitas juga berhubungan dengan varieses vena, beberapa
gangguan hormonal dan infertilitas.
Selain itu, kelebihan berat badan dan obesitas erat
hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang
dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan.
Seperti yang telah disebutkan di awal, morbiditas itu dapat
berupa tekanan darah tinggi atau hipertensi, kelainan fraksi lipid atau
dislipidemia yang diindikasikan dari kenaikan kadar kolesterol total,
penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes tipe II,
penyakit gallblader atau penyakit di kandung empedu, disfungsi
pernafasan, penumpukan kristal asam urat di jaringan dan persendian
tubuh atau gout, nyeri sendi atau osteoarthritis, dan beberapa jenis
kanker tertentu.
Namun penyakit kronik yang paling sering menyertai obesitas
adalah diabetes tipe II, hipertensi, dan hiperkolesterolemia yang
merupakan implikasi lanjutan dari dislipidemia.
10
Data dari NHANES (National Health and Nutrition
Examination Survey) III, 1988 – 1994, memperlihatkan bahwa dua
pertiga pasien obese dan overweight dewasa (nilai Indeks Massa
Tubuh : 27) mengidap paling sedikit satu dari banyak penyakit kronik
tersebut serta 27% lainnya dari mereka mengidap dua atau lebih
penyakit.
5. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala akan berlanjut kesuatu organ target seperti stroke, penyakit
jantung koroner dan hipertrofi ventrikel kanan. Dengan target organ diotak
yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang
membawa kematian yang tinggi.
Faktor-faktor yang dimasukkan dalam faktor risiko hipertensi
adalah:
a. Umum
Tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak umur 40 tahun.
b. Ras atau Suku
Orang kulit hitam lebih banyak kulit putih, sementara itu ditemukan
variasi antara suku di Indonesia yang terendah yaitu Lembah Baliem
Jaya, Papia (0,6%) dan tertinggi di Sukabumi (suku sunda), Jabar
(28,6%).
c. Urban/Rural
d. Geografis
e. Seks
f. Obesitas
g. Stres
h. Personaly Tipe A
i. Diet
j. Diabetes Melitus
11
k. Water Composition
l. Alkohol
m. Rokok
n. Kopi
o. Pil KB
Pada hipertensi sekunder, hipertensi harus diatasi dengan
menghilangkan penyebabnya. Walaupun hipertensi primer tidak memiliki
penyebab spesifik, ada sejumlah faktor risiko yang memicu kehadirannya.
Berikut adalah hal yang mengurangi risiko Anda bila sudah terkena
hipertensi primer:
a. Jalani Gaya Hidup Sehat
1) berhenti merokok
2) mengurangi berat badan (bila kegemukan)
3) mengurangi konsumsi garam sehingga asupan sodium kurang dari 100
mmol/hari
4) melakukan olah raga 30-45 menit per hari.
5) bila Anda menderita diabetes, jaga kondisi agar kadar gula darah
terkendali
b. Bantuan Obat-obatan
Mengendalikan tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg (atau
135/85 mmHg bila menderita diabetes). Ada tiga kategori umum obat
antihipertensi, yaitu yang berfungsi mengurangi volume darah (diuretic),
menekan resistensi pembuluh darah (vasodilator) dan mengurangi kerja
jantung (cardioinhibitory). Penting untuk diingat bahwa obat-obat
antihipertensi adalah obat keras yang tidak boleh sembarangan dikonsumsi
tanpa bimbingan dokter.
B. Kerangka Pikir
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
13
ENERGI
MANFAAT
KEKURANGAN ENERGI
KELEBIHAN ENERGI
OBESITASHIPERTENSICARA MENYIKAPINYA
ATHEROSKLERISIS
PENYAKIT JANTUNG KORONER
STROKE
DIABETES MELITUS
ENERGI CUKUP
Penulisan Karya Tulis ini disusun dengan menggunakan penelitian
berupa library search berupa buku, jurnal, thesis dan referensi internet.
B. Setting Penelitian
Pengumpulan data dan penulisan Karya Tulis ini dilakukan dengan
library search yang dilakukan setiap hari dalam kurun waktu satu bulan dan
dilakukan di Perpustakaan FKM Unhas, serta tempat-tempat yang memiliki
refrensi yang relevan tentang rumusan masalah.
C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun Karya Tulis ini
digunakan metode library search yaitu metode yang digunakan dengan
cara mengumpulkan, menganalisis, dan menelaah data yang relevan
dengan objek bahasan.
D. Teknik Analisis Data
Karya Tulis ini dianalisis dengan cara/metode kuantitatif, yakni
dengan menjabarkan data-data yang diperoleh dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan kata-kata sebagai penganalisis data.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Kelebihan Energi dengan Obesitas Serta Hipertensi
14
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Hal itu
terjadi karena energy yang dimiliki lebih besar daripada energy yang
digunakan. Sehingga kelebihan energy tersebut disimpan diotot dan hati.
Karena energy yang tersimpan dalam bentuk glikogen tersebut semakin
meningkat maka berubah menjadi lemak. Selain itu seseorang yang
cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Hubungan aktivitas fisik dengan obesitas dapat dilihat pada table 1,
dimana aktivitas fisik dibagi menjadi dua ketegori yaitu risiko tinggi jika
hanya melakukan olahraga tiga kali seminggu dalam waktu kurang dari 30
menit sedangkan risiko rendah bila berolahraga lebih atau sama dengan tiga
kali setiap minggu dalam waktu lebih atau sama dengan 30 menit. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada table 1 berikut ini.
Tabel 1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas di Balai
Labkes Prov. Sultra tahun 2008
AKTIVITAS KEJADIAN OBESITAS JUMLAH OR LL-
15
FISIK UL P VALUE
KASUS KONTROL
n % n % n %
Risiko tinggi 25 40,3 19 30,6 44 35,5 1,53
Risiko rendah
37 59,7 43 69,4 80 64,5 0,73-0,32
Total 62 100 62 100 124 100 O,26
Sumber: data sekunder
Table 1 tersebut menunjukkan bahwa dari 62 responden yang
obesitas terdapat 25 responden yang mempunyai aktivitas fisik dengan risiko
tinggi. Sedangkan yang aktivitas fisik risiko rendah sebanyak 37.
Selanjutnya dari 62 yang tidak obesitas terdapat 19 responden dengan risiko
tinggi dan risiko rendah sebanyak 43.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegemukan atau obesitas
adalah faktor resiko yang dapat meningkatkan penyakit jantung. Upaya
penurunan berat badan sering dilakukan untuk mengurangi tekanan darah
pada penderita tekanan darah tinggi. Pengurangan tekanan darah dapat
terjadi bila berhasil menurunkan berat badan sebesar 4,5 kg. Fakta
menyebutkan bahwa beberapa orang yang memiliki kelebihan berat badan
atau obesitas memiliki resiko hipertensi lebih besar daripada yang lainnya.
Orang yang gemuk, jantungnya bekerja lebih keras dalam memompa darah.
Hal ini dapat dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang
gemuk terjepit kulit yang berlemak. Keadaan ini diduga dapat
mengakibatkan naiknya tekanan darah dan menyebabkan hipertensi.
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, tubuhnya bekerja
keras untuk membakar kelebihan kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini
16
memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori
yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.
Banyaknya pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras.
Dampaknya tekanan darah orang yang obesitas cenderung tinggi.
Pada table berikut ini terdapat distribusi frekuensi penderita
hipertensi yang terjadi karena factor risiko obesitas.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi menurut
Faktor Risiko Obesitas di Puskesmas Rumbia Kab.Bombana Tahun
2008
RISIKO OBESITAS n PRESENTASE
Risiko tinggi 41 27,3
Risiko rendah 109 72,7
Jumlah 150 100
Sumber: Data Sekunder
Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa responden yang terpilih
sebagai sampel Puskesmas rumbia Kab. Bombana dengan obesitas yang
berisiko sebanyak 41 orang sedangkan risiko rendah sebanyak 109 orang.
Sebagai perbandingan pada tabel 3 dibawah ini menunjukkan
distribusi penderita hipertensi menurut risiko obesitas di Unit Rawat jalan
RSU Labuang Baji Makassar.
Tabel 3. Distribusi Penderita Hipertensi menurut Risiko Obesitas di Unit
Rawat Jalan RSU Labuang Baji Makassar
17
INDEKS MASSA TUBUH
JUMLAH PERSEN (%)
≥25,0 dan ≥30,0 112 59,9
<25,0 dan < 30,0 75 40,1
Total 187 100,0
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi memiliki indeks massa tubuh lebih atau sama dengan
30,0 untuk laki-laki dan wanita lebih atau sama dengan 35,0 yaitu sebesar
59,9%. Sedangkan yang memiliki indeks massa tubuh (kurang dari 30,0
untuk laki-laki dan kurang dari 25,0 untuk wanita) hanya sebesar 40,1%.
B. Cara Menyikapi Obesitas dan Hipertensi
1. Obesitas
Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan
fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Pertama usahakan
mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Konsumsi kalori
kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan berat badan.
Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia dan
keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien,lemak rendah
dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis
karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak.
Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses
mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja
fisik, olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton TV.
18
Pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat
yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
1) Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet
sedang(1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari
untuk pria) disertai dengan olah raga
2) Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah
kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk
pria) disertai olah raga
3) Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat
tinggi,mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan
olahraga.
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu
program penurunan berat badan :
1) Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang
dianjurkan(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan
berat badan harusrendah kalori.
2) Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan
berat badan secara perlahan dan stabil.
3) Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
4) Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan
setelahpenurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan
merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program
yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas
fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu
menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus
menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam
kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk
mengatasi masalah berat badan.
19
Amerika Serikat menggunakan cara bedah bariatric dengan IMT 40
kg/m2atau IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM
t2, ataugangguan gaya hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB
yang cukupdengan cara non-bedah. (NIH Consensus Development Panel
pada tahun1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS Consensus
menganjurkan juga caraini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2
dengan keadaan komorbidang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara
nyata. Dapat diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%..
Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan
satiation, menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa
kenyang, ataukeduanya). Contohnya Phentermin. Obat ini hanya
dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase usus
sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan
ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine
meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali
monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit
dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di
hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompokan tagonuis CB1, yang
menghambat ikatan cannabinoid endogen padareseptor CB1 neuronal,
sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB. Orlistat,
sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangkalama dengan
memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda diAmerika
Serikat. Sayangnya obat-obatan tersebut tidak ada yang dapat memenuhi
harapan dan kebutuhan orang. Oleh karena itu industri farmasi masih
mengembangkan banyak calon obat baru.
Namun yang perlu dipahami adalah semua cara tersebut tetap
memerlukan pengaturan makan,latihan fisik, perubahan perilaku dan
pedoman medis seumur hidup.
2. Hipertensi
20
Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-sifat
seperti :
a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman
b. Mampu menurunkan darah secara multifaktoral
c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi
d. Melindungi organ-organ vital
e. Mendukung pengobatan penyakit penderitaeq. DM
f. Mengurangi fakto risiko PJK dalam hal memperbaiki Left Ventricle
Hypertrophy dan mencegah pembentukan atherosclerosis
g. Menurangi frekuensi dan beratnya serangan angina
h. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih
lanjut
i. Efek sampinhnya serendah mungkin seperti batuk
j. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien
k. Melindungi jantung terhadap risiko infark
l. Tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup seperti ngantuk
Secara khusu obat anti hipertensi diharapkan pula :
a. Mempunyai biovailabilitas yang tinggi dan konsisten sehingga
efektivitasnya dapat diperkirakan. Jika tekanan darah diturunkan
diharapkan obat-obatan anti hipertensi itu dapat diperkirakan sejauh
mana penurunannya. Penurunan yang berlebihan dan tidak adapat
diperkirankan tentu tidak diinginkan.
21
b. Mempunyai waktu paruh yang panjang sehingga diharapkan
mempunyai efek pengendalian tekanan darah yang panjang selama
seharian. Dan dengan efek 24 jam inidiharapkan juga efek yang tidak
mendadak dan tanpa akumulasi obat. Proteksi 24 jam penuh ini
diharapkan juga dapat menghindari kemungkinan efek mendadak pada
masa krisis takikardia.
c. Smooth onset of action dengan kadar puncak plasma setelah 6-12 jam
untuk mengurangi kemungkinan efek mendadak seperti takikardia.
d. Dapat dipakai untk jangka panjang
e. Mampu meningkatkan sensifitas jaringan terhadap insulin
f. Meningkatkan survival dengan menurunkan risiko gagal jantung dan
emngurangi serangan balik.
Jenis-jenis obat hipertensi dapat berupa:
a. Anti hipertens nonfarmakologik
Tindakan pengobatan suportif sesuai anjuran Joint National Committee
on Detenction, Evaluating on Treatment of High Blood Pressure:
1) Turunkan berat badan pada obesitas
2) Pembatasan konsumsi garam dapur
3) Kurangi alcohol
4) Menghentikan merokok
5) Olahraga teratur
6) Diet rendah lemak jenuh
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan
22
b. Obat Anti Hipertensi
1) Diuretika : pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume
input. Pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai
langkah pertama dalam menajemen hipertensi.
2) Penyeka beta (B-bloked)
3) Antagonis kalsium
4) Inhibitor ACE (Anti Converting Enzyme), misalnya Inhibace
5) Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika)
6) Obat penyekat alpha
7) Vasodilatator (pengendor pembuluh darah)
C. Kiat Mencegah Terjadinya Kelebihan Energi
Kiat mencegah kelebihan energy energy terbagi atas empat yaitu :
1. Melakukan strategi manajemen berat badan fokus pada terapi intervensi
gaya hidup. Tersirat dalam semua program manajemen berat badan jangka
panjang adalah pemantauan status pasien, mirip dengan jangka panjang
pemantauan dilakukan pada pasien dengan kondisi kronis lainnya, seperti
hipertensi atau diabetes. Tindak lanjut kunjungan digunakan untuk
memberikan konseling yang sedang berlangsung tentang diet dan gaya
hidup manajemen, pendidikan dan, mungkin yang paling penting,
berkelanjutan dukungan kepada pasien sehingga ia mempertahankan diet
dan perubahan gaya hidup selama jangka panjang.
2. Diet dan gaya hidup intervensi bertujuan untuk mengurangi asupan energi
dan pengeluaran energi meningkat melalui diet seimbang dan program
latihan adalah komponen penting dari semua program manajemen berat
badan. Untuk menguraikan rencana perawatan diet dan untuk
penyediakan pendidikan yang memadai membutuhkan konseling oleh
23
profesional kesehatan dengan keahlian dalam manajemen diet. Biasanya,
banyak dokter tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencurahkan
untuk diet manajemen dan tidak mungkin keahlian yang diperlukan untuk
merekomendasikan rencana terapi diet. Menggunakan berkualitas dan
berpengalaman profesional kesehatan (sebaiknya seorang ahli diet
terdaftar) untuk konseling diet dan untuk menerapkan diet yang optimal
rencana untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
3. Latihan fisik merupakan komponen integral dari berat manajemen
program, terutama untuk pemeliharaan berat badan. Seperti dengan
pengobatan diet, banyak dokter tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
menyarankan pasien pada latihan program yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu dan kemampuan. Saran dari kesehatan latihan
profesional diperlukan. Untuk khas pasien, aktivitas fisik (30 menit sehari
moderat intensitas, meningkatkan, bila perlu, sampai 60 menit sehari).
Penilaian oleh seorang psikolog klinis (atau psikiater) pun penting
sebagai pusat rekomendasi untuk satu atau lebih dari modifikasi perilaku,
terapi perilaku kognitif, peningkatan kegiatan dan konseling diet sebagai
bagian dari intervensi manajemen berat badan yang komprehensif.bagi yang
memiliki depresi ringan gejala yang mungkin terkait, sebagian, dengan
persepsi citra tubuh dan kebiasaan makan suboptimal, psikolog (atau psikiater)
dengan keahlian dalam pengelolaan kelebihan energy pasien akan membantu
dalam memberikan modifikasi perilaku yang sesuai dan, jika diperlukan,
psikoterapi dan psikotropika obat.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
24
1. Kelebihan energi mengakibatkan lemak bertumpuk diotot dan
menyebabkan obesitas. Adapaun obesitas merupakan faktor risiko dari
hipertensi.
2. Obesitas dan hipertensi harus disikapi dengan mengurangi asupan kalori
dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan
perilaku. Terdapat juga berbagai obat yang dapat mengendalikan tekanan
darah penderita hipertensi.
3. Kiat mencegah kelebihan energi terbagi atas empat yaitu manajemen berat
badan, diet dan gaya hidup intervensi dan latihan fisik.
4. Saran
Berdasarkan simpulan, direkomendasikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengatur porsi makanan yang sesuai dengan aktifitas fisik dan umur.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Arif Sabta. 2012. Energi. http://ajisabta.blogspot.com/2012/04/energi.html. (26 Sep 2012)
Aminuddin. 2009. Energi Makanan dan Kemana Tubuh Menggunakannya. http://aminuddin01.wordpress.com/2009/04/07/.(27 Sep 2012)
25
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit : Rineka Cipta. (28 Sep 2012)
CMAJ. 2007. 2006 Canadian Clinical Practice Guidelines on the Management and Prevention of Obesity in Adults and Children. (26 Sep 2012)
Hasiri. 2008. Faktor risiko Kejadian Hipertensi pada Pasian Rawat jalan di Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008. (1 Okt 2012)
Indarto. 2008. Beberapa Faktor penyebab Obesitas. http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab-obesitas.html. (28 Sep 2012)
Jafar, Nur Haedar. 2011. SINDROMA METABOLIK DI INDONESIA Potret Gaya Hidup Masyarakat Perkotaan. Penerbit : Ombak. (28 Sep 2012)
Kadir, Jallo. 2005. Analisi factor Risiko Kejadian Hipertensi pada Dewasa Muda di Unit rawat Jalan RSU Labuang Baji Makassar Tahun 2005. (1 Okt 2012)
Kamarullah. 2008. Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Umur 35-55 Tahun di Balai Labolatorium Kesehatan Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2008. (1 Okt 2012)
Nina. 2011. Hubungan Obesitas dan Hipertensi. http://nina-semuatentangnina.blogspot.com/2011/06/hubungan-obesitas-dengan-hipertensi_09.html. (29 Sep 2012)
NN. 2012. Kebutuhan Nutrisi. http://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/kebutuhan-nutrisi/. (27 Sep 2012)
-----. 2012. Ancaman dari Obesitas. http://m.klikdokter.com/detail/read/4/25/ancaman-dari-obesitas. (29 Sep 2012)
-----. 2007. Majalah Kesehatan. http://majalahkesehatan.com/yang-perlu-anda-ketahui-mengenai-hipertensi/. (29 Sep 2012)
-----. 2009. Obesitas. http://thenutritionist.webs.com/apps/blog/show/1904159. (29 Sep 2012)
Yati. 2010. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Energy. http://yati-thinksmart.blogspot.com/2010/07/akibat-kekurangan-dan-kelebihan-energi.html. (26 Sep 2012)
26