Makalah Fs Angkatan 2012

57
MAKALAH FIELD STUDY 5 OBSERVASI RUMAH WARGA SUKMAJAYA, DEPOK 8 dan 10 Desember 2014 ANGKATAN 2012 Disusun Oleh: Hasna Ibadurrahmi 121 0211 065 M. Rifo Jafriadi 121 0211 127 Titan Muhammad Rijali 121 0211 110

description

FS

Transcript of Makalah Fs Angkatan 2012

MAKALAH FIELD STUDY 5OBSERVASI RUMAH WARGASUKMAJAYA, DEPOK8 dan 10 Desember 2014

ANGKATAN 2012Disusun Oleh:

Hasna Ibadurrahmi121 0211 065M. Rifo Jafriadi121 0211 127Titan Muhammad Rijali121 0211 110

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTATAHUN AJARAN 2014-2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Bintarti, selaku dosen pembimbing kelompok kami yang telah menemani, membimbing dan memberikan arahan kepada kami dari awal kunjungan ke rumah warga hingga terselesaikannya makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini merupakan gambaran hasil perjalanan kami dalam mengamati dan mengidentifikasi beberapa aspek mengenai rumah sehat, sanitasi lingkungan, dan perilaku penghuni, yang perlu untuk diperhatikan. Adapun makalah ini dibuat agar kami dapat mengerti lebih dalam dan belajar mengenai pentingnya rumah sehat bagi penghuni rumah dan bagaimana perilaku yang harus dimiliki dalam menerapkan kehidupan yang sehat sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyakit atau hal-hal yang tidak diinginkan. Terkait seluruh isi makalah, kami berharap karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kedepannya.Akhir kata, terucap balas bahwa tak kan ada sempurna untuk setiap ciptaan makhluk-Nya. Mohon maaf atas kekeliruan dan keterbatasan yang tertoreh dalam makalah ini. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 16 Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan 11.3 Manfaat 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32.1 Rumah Sehat 32.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 72.2.1 Pengertian PHBS 72.2.2 Indikator dan Definisi Operasional PHBS 82.2.3 Penyediaan Air Bersih 92.2.4 Pembuangan Kotoran Manusia 132.2.5 Cuci Tangan 152.2.6 Sarana Pembuangan Sampah 162.2.7 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 172.3 Jenis Metode Penelitian Deskriptif dan Analitik 182.4 Cara Pengambilan Data 192.5 Etika Komunikasi 22BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 253.1 Data Responden 253.2 Distribusi Data Pengetahuan Pre Test dan Post Test Warga Sukmajaya 263.3 Deskripsi Hasil dan Pembahasan Penelitian (CHOP) 29BAB IV PENUTUP 324.1 Kesimpulan 324.2 Saran 32REFERENSI 33

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGSetiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu, pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

1.2 TUJUANTujuan kegiatan ini adalah:0. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penghuni rumah dalam kaitannya dengan rumah sehat0. Untuk memberikan penyuluhan menegenai rumah sehat dan perlaku hidup bersih dan sehat0. Untuk melatih diri masing-masing sebagai mahasiswa agar lebih dapat berkomunikasi dengan efektif0. Untuk melatih kerjasama tim dan manajemen waktu

1.3 MANFAATa. Bagi MasyarakatMenambah pengetahuan dan wawasan mengenai rumah sehat terhadap masyarakatBagi Kementerian Pekerjaan UmumMembantu Kementerian Pekerjaan Umum dalam meningkatkan wawasan masyarakat tentang rumah sehat agar membantu mewujudkan perkotaan yang mandirib. Bagi Mahasiswa Mahasiswi UPN Veteran JakartaMemenuhi tugas field study yang telah dilaksanakan, untuk melatih diri masing-masing sebagai mahasiswa agar lebih dapat berkomunikasi dengan efektif, dan untuk melatih kerjasama tim dan manajemen waktu.c. Bagi FK UPN Veteran JakartaPenelitian ini dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta ke masyarakat luas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH SEHATMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah adalah sebuah bangunan yang fungsinya diperuntukkan untuk tempat tinggal. Sedangkan definisi rumah menurut WHO (1974) adalah sebuah tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Secara umum fungsi dari rumah itu sendiri meliputi: Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaanUntuk mencapai fungsi rumah tersebut, dibutuhkan kondisi rumah yang baik yang dikenal dengan rumah sehat. Menurut Winslow yang dikutip (Ircham Machfoedz, 2008), rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis, dapat melindungi dari terkena penyakit dan terjadinya kecelakaan. Komponen kebutuhan fisiologis meliputi: aspek temperatur lingkungan dan ruangan, aspek pencahayaan baik cahaya alami atau buatan, aspek ventilasi untuk pertukaran udara, aspek derajat kebisingan dan aspek luas rumah yang cukup untuk dapat beraktivitas. Komponen psikologis meliputi tingkat kenyamanan dan keamaan dari masing-masing penghuni rumah, dari lingkungan rumah maupun lingkungan di sekitar rumah. Untuk mencapai tujuan perlindungan terhadap penyakit, rumah sehat harus memenuhi: adanya ketersediaan airbersih yang memenuhi syarat kesehatan, bebas dari kehidupan serangga dan tikus, bebas dari pecemar untuk makanan dan minuman, akses pembuagan sampah yang baik dan proses pembuangan air limbah rumah tangga dan tinja secara baik dan benar. Untuk melindungi dari kecelakaan rumah sehat harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan penghuninya.Berdasarkan Residential Environment dari WHO (1974), terdapat beberapa persyaratan dalam mewujudkan kondisi rumah sehat, yaitu: Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran Bebas dari bahan bangunan berbahaya Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular Memberikan rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasiSedangkan berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010), syarat dari rumah sehat adalah sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain: privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-masing penghuni Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, di samping pencahayaan dan penghawaan yang cukup Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah. Antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran, dan kecelakaan di dalam rumahModel dari suatu rumah sehat harus memenuhi beberapa komponen dan persyaratan yang meliputi:1. Kualitas BangunanKualitas bangunan yang baik, diwujudkan dengan bahan bangunan dan konstruksi rumah yang baik pula. Hal tersebut penting karena selain menghindarkan dari kecelakaan, bangunan yang baik juga meningkatkan rasa nyaman para penghuninya dan meminimalisir terjadinya sarang vektor penyakit, penyakit menular, dan gangguan kesehatan lainnya. Berdasarkan Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999, bahan bangunan yang digunakan untuk membangun rumah tinggal adalah bahan yang tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen dan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: Debu total kurang dari 150 mg/m2 Asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam Plumbum (pb) kurang dari 300 mg/kg bahanSelain itu, syarat lain yang perlu dipenuhi untuk mendapatkan kualitas bangunan yang baik adalah: Dinding harus tegak lurus, terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air Lantai tidak licin, stabil dan tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata, kedap air dan mudah dibersihkan Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir

2. Pemanfaatan BangunanPenggunaan bangunan rumah, harus sesuai dengan peruntukannya. Sehingga nilai kepadatan penghuni dalam 1 luas rumah harus sesuai. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia kepadatan penghuni rumah dikategorikan sebagai: Memenuhi standar jika per 8 m2 dihuni oleh 2 orang Kepadatan tinggi jika per 8 m2 dihuni oleh 3 orang Dengan ketentuan untuk anak berusia 1-10 tahun, 1 orangnya minimal dalam 2 m2 atau dihitung setengah dan untuk anak < 1 tahun tidak dihitung Kepadatan dihitung dengan cara : Selain tingkat kepadatan, pemanfaatan bangunan juga ditentukan oleh tata ruang dari ruangan yang terdapat dalam rumah yang difungsikan sesuai dengan peruntukannya.

3. Pemeliharaan BangunanDalam menjaga seluruh komponen rumah yang ada, perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan agar fungsi dari seluruh komponen tetap dalam kondisi baik dan menunjang proses berkehidupan yang sehat. Hal ini sangat berkaitan dengan kebiasaan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

4. Kualitas Udara dan CahayaBerdasarkan Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999, aspek pencahayaan yang dianjurkan adalah pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. Sedangkan berdasarkan pada keputusan yang sama, aspek kualitas udara yang baik meliputi: Suhu udara nyaman antara 18-30C Kelembaban udara 40-70% Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam Pertukaran udara 5 kaki 3/menit/penghuni Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3Untuk mencapai kualitas udara yang baik harus didukung oleh fungsi ventilasi udara yang baik pula. Dinding rumah harus memiliki ventilasi, dan dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai dengan ketentuan harus dibuka setiap hari, terutama pada pagi hari.

5. Memenuhi Kebutuhan PsikologisKebutuhan psikologis yang sudah dijabarkan sebelumnya dapat dicapai kebutuhannya jika aspek fisik dan kebersihan tempat tinggal sudah tercapai. Sehingga, penghuni rumah akan merasa nyaman, dapat beraktivitas dengan baik dan maksimal, dan merasa aman jika berada di dalam rumah.

6. Memenuhi Fasilitas yang Cukup dalam Rumah SehatFasilitas minimal yang harus dipenuhi meliputi: Fasilitas ruang berkumpul keluargaRuangan ini berfungsi sebagai tempat berkumpul seluruh anggota keluarga setelah beraktivitas. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya.

Ruangan dapurSelain berfungsi sebagai tempat yang aman, bersih, dan terpercaya untuk mengolah makanan bagi seluruh penghuni rumah, dapur juga berperan dalam sebagai sarana penyimpanan makanan yang aman. Ketersediaan air bersih yang cukupTersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. Pembuangan ekskreta, air limbah, dan sampah rumah tanggaLimbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. Fasilitas ini penting berkaitan dengan vektor penyakit. Jika syarat ini dapat dipenuhi kemungkinan adanya penyakit menular juga rendah. Indikatornya adalah tidak ada lalat, nyamuk, ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.Persyaratan tersebut berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada daerah pemukiman. Masing-masing rumah dalam wilayah pemukiman akan menentukan kualitas lingkungan kesehatan perumahan itu sendiri, sehingga perlu dilakukan intervensi kepada setiap rumah dalam perumahan agar terwujud lingkungan perumahan yang baik yang akan meningkatkan derajat kesehatan individu yang berada di dalamnya.

2.2 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)2.2.1 Pengertian PHBSPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2010).PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2010). PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2010).

2.2.2 Indikator dan Definisi Operasional PHBS Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut. Tujuh indikator PHBS di Rumah Tangga Menurut Riskesdas (2010): 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). 2. Bayi diberi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. 3. Penimbangan bayi dan balita, dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. 4. Mencuci tangan dengan air dan sabun Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit Sabun dapat mengikat lemak, kotoran, dan membunuh kuman. Tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan5. Menggunakan air bersih untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. 6. Menggunakan jamban sehat leher angsa dan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir. 7. Rumah bebas jentik

Tiga indikator Gaya Hidup Sehat: 1. Makan buah dan sayur setiap hari Adalah anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. 2. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. 3. Tidak merokok dalam rumah Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok di dalam rumah ketika berada bersama dengan anggota keluarga yang lainnya.

2.2.3 Penyediaan Air Bersih 1. Air dalam Kehidupan Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia setelah udara. Sekitar tiga per empat tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang (Chandra, 2007). Dalam kehidupan sehari-hari air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, tranportasi, dan lain-lain. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari antara 60-120 liter dan untuk negara berkembang termasuk Indonesia setiap orang membutuhkan air antara 30-60 liter per hari.Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.

2. Sumber-sumber Air Bersih Menurut Chandra (2007) air yang berada di permukaaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah. a. Air Angkasa (Hujan) Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan amonia. b. Air Permukaan Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain: mutu atau kualitas baku, tercemar sehingga tidak membutuhkan purifikasi bakterial. Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange. c. Air Tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses fertilisasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Kosentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke permukaan diperlukan pompa. Menurut Dirjen PPM dan PLP (1990) jenis-jenis sarana air bersih yang lazim dipergunakan masyarakatadalah sebagai berikut :a. Sumur GaliSumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding, bibir tutup dan lantai serta saluran pembuangan limbah. b. Perpipaan Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan, dan membagikan air minum untuk masyarakat melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau tanpa diolah. c. Sumur Pompa Tangan (SPT)Sumur pompa tangan adalah sarana air bersih yang mengambil atau memanfaatkan air tanah dengan membuat lubang di tanah dengan menggunakan alat bor. Berdasarkan kedalaman air tanah dan jenis pompa yang digunakan untuk menaikkan air, bentuk sumur bor dibedakan atas: Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK) Sumur pompa tangan dangkal adalah sumur bor yang pengambilan airnya dengan menggunakan pompa dangkal. Pompa jenis ini mampu menaikkan airnya sampai kedalaman maksimum 7 meter Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTDL) Sumur pompa tangan dalam adalah sumur bor yang pengambilan airnya dengan menggunakan pompa dalam. Pompa jenis ini mampu menaikkan air dari kedalaman 15 meter sampai kedalaman maksimum 30 meterd. Sumur Pompa ListrikSumur Pompa Listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.e. Penampungan Air Hujan ( PAH ) Penampungan air hujan adalah sarana air bersih yang memanfaatkan untuk pengadaan air rumah tangga. Air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau bangunan penangkap air yang lain, melalui saluran atau alang kemudian dialirkan dan di tampung di dalam penampungan air hujan.

f. Perlindungan Mata Air (PMA)Dirjen PPM dan PLP (1995), menjelaskan bahwa perlindungan mata air (PMA) merupakan suatu bangunan untuk menampung air dan melindungi sumber air dari pencemaran. Bentuk dan volume PMA disesuaikan dengan tata letak, situasi sumber, dekat air, dan kapasitas air yang dibutuhkan: Tata letak yaitu jarak dengan sumber pencemar seperti jamban, air kotor, kandang, dan tempat pembuangan sampah Situasi sumber yaitu sumber air sarana PMA harus memiliki penutup bak perlindungan yang dibuatkan saluran yang arah keluar dari bak, agar tidak mencemari air yang masuk ke bak penangkap, memiliki pipa peluap, penutup bak yang rapat air, memiliki lantai bak yang harus rapat air dan mudah dibersihkan serta SPAL yang rapat air dan kemiringan minimal 2%. Dekat air yaitu sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran air yang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan telah tercemar. Kapasitas air yang dibutuhkan, yaitu mata air yang dimanfaatkan paling sedikit mempunyai debit 0,3 liter/detik.

Syarat-syarat Air BersihKelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat kualitas air bersih, antara lain: 1. Syarat Fisik Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-26C), tidak mengandung zat padatan. 2. Syarat Kimia Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara lain: pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah, tidak mengandung bahan kimia anorganik. 3. Syarat Biologis Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.Sumber air bersih yang memenuhi syarat adalah paling sedikit jaraknya 10 meter dari sumber pencemar seperti penampungan air kotor, tempat pembuangan sampah, jamban/kakus. Menurut Depkes RI (2007), kegiatan yang dapat dilakukan keluarga adalah: Ambil air dari sumber air yang bersih Tempat penampungan air harus selalu bersih Wadah penyimpanan air harus tertutup dan sering dibersihkan Gayung pengambil air juga harus bersih Masaklah air sampai mendidih sebelum diminum Gunakan alat-alat minum yang bersih

2.2.4 Pembuangan Kotoran ManusiaJamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan kotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Notoatmodjo, 2007). Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit. Yang termasuk waterborne disease adalah tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan sebagainya (Chandra, 2007). Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi. Menggunakan Jamban Sehat menurut Depkes RI (2007), jamban yang memenuhi syarat adalah: a. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan b. Cukup terang c. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa) d. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap e. Cukup lubang angin f. Tidak menimbulkan kecelakaan

Menurut Depkes RI (2007), dalam menjaga jamban jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah: a. Bersihkan dinding, lantai, dan pintu ruang jamban secara teratur, bersihkan jamban secara rutin, cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih b. Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai, dan pintu c. Jangan membuang sampah di lantai, selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan d. Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya e. Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat f. Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar g. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban.

Jenis-jenis JambanBerdasarkan Departemen Kesehatan RI, jenis-jenis jamban keluarga dapat dibedakan menjadi 2 macam:1. Jamban tanpa leher angsaJamban jenis ini mempunyai 2 cara pembuangan, yaitu: Jamban cemplung/cublukJamban jenis ini memiliki tempat jongkok yang berada langsung di atas lubang penampung kotoran. Jamban plengsenganJamban jenis ini memiliki tempat jongkok yang tidak berada langsung di atas lubang penampung kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampung kotoran.2. Jamban dengan leher angsaJamban ini mempunyai 2 cara pembuangan, yaitu: Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang galian penampung kotoran Tempat jongkok leher angsa tidak berada langsung di atas lubang galian penampung kotoranLubang penampung kotoran dapat dibuat lebih dari satu buah untuk dipergunakan secara bergantian, bila salah satu lubang telah penuh. Untuk pemeliharaan jamban dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, di sekeliling jamban tidak ada genangan air, tidak ada sampah berserakan, rumah jamban dalam keadaan baik, bowl dan lantai selalu bersih (tidak ada kotoran yang terlihat), tidak ada lalat dan kecoa, tersedia alat pembersih, dan bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki/diganti.

2.2.5 Cuci Tangan Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan hewan, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan air ludah dapat terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit seperti bakteri, virus, dan parasit yang dapat menempel pada permukaaan kulit. Oleh karena itu tangan sangat berperan dalam penularan penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui mulut, misalnya diare. Menurut Depkes (2009) tangan akan bebas dari kuman penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar.

Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir Menurut Depkes (2009) cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersihdan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun.

Waktu yang Tepat Cuci Tangan menurut Depkes (2009) waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah: a. Sebelum makan b. Sesudah membersihkan anak BAB c. Sebelum menyiapkan makanan d. Sebelum memegang bayi e. Sesudah buang air besar

Cara Cuci Tangan yang Benar Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes (2009) langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut: a. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalirb. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tanganc. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jarid. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknyae. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling menguncif. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kirig. Gosok telapak tangan dengan puggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknyah. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kirii. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalirj. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup keran dengan tissue

2.2.6 Sarana Pembuangan SampahSampah menurut SNI 19-2454-1993 didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Damanhuri, 2004).Beberapa syarat mendasar yang perlu diperhatikan untuk sarana pembuangan sampah dalam rumah adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1996): Tersedia tempat sampah dalam rumah yang kedap air dan tertutup Sampah basah di daerah pedesaan dapat segera ditanam pada lubang galian ukuran 1m x 1m x 1m. Sampahnya tertutup tanah atau habis dibakar, tidak mengundang lalat untuk berkembang biak)Teknik operasional pengelolaan sampah di perdesaan tergantung pada kepadatan penduduk, pengelolaan sampah dapat dibagi dalam dua sistem penanganan sampah yaitu (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003): Penanganan sampah untuk permukimanan dengan kepadatan penduduk rendah dan sedang(kurang dari 50 jiwa/ha). Ada tiga cara penanganan sampah untuk kepadatan penduduk kurang dari 50 jiwa/ha: Dengan pembakaran sampah Pembuatan lubang sampah Pembuatan kompos Penanganan sampah untuk permukiman dengan kepadatan penduduk tinggi (>50 jiwa/ha) Teknik operasional pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan pewadahan, pengumpulan sampai dengan Tempat Pembuangan Sementara sampah (untuk tingkat perdesaan) dan dikembangkan sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (untuk tingkat Kecamatan)

2.2.7 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)SPAL adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dari lain-lain (bukan dari peturasan/jamban), sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan permukiman. SPAL ada yang berbentuk tipe sumuran (umumnya digunakan untuk muka air tanah tinggi) dan tipe parit (umumnya digunakan untuk muka air tanah rendah). SPAL yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1996) : Tidak mencemari sumber air bersih Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk Tidak menimbulkan bau Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkanAda berbagai sistem SPAL untuk daerah pedesaan, seperti kolam oksidasi, bak pemeliharaan ikan lele, langsung dibuang ke sungai dengan saluran, sumur peresapan, dan lain-lain. Untuk pemeliharaan SPAL, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: bak penangkap air limbah harus selalu dijaga kebersihannya, pasir atau tanah yang jatuh ke dalam leher angsa sewaktu-waktu bila hampir menyumbat leher angsa perlu diangkat, bangunan yang retak harus diperbaiki, lumpur yang terdapat di dalam sumur peresapan secara rutin perlu diangkat dan dibuang ke tempat yang tidak mencemari sumber air, dan upaya-upaya pemeliharaan lainnya.

2.3 JENIS METODE PENELITIAN DESKRIPTIF DAN ANALITIKJenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan sebagaimana yang akan dipaparkan berikut ini. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.1. Jenis penelitian kuantitatifPenelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitaif merupakan penelitian dengan jumlah sampel besar. Bila disederhanakan penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif secara mendalam dibagi menjadi: penelitian deskriptif dan penelitian inferensial. a. Penelitian DeskriptifPenelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Analisis yang sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif yang cukup dikenal adalah penelitian survei.b. Penelitian InferensialPenelitian inferensial melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja, dan kesimpulannya adakalanya bersifat umum.

2. Jenis penelitian kualitatifPenelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya menekankan analisis proses dari proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

2.4 CARA PENGAMBILAN DATASecara garis besar, cara yang dapat digunakan untuk pengambilan data adalah wawancara, angket, observasi, dan pemeriksaan.1. WawancaraMerupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni: Mengenalkan diri Menjelaskan maksud kedatangan Menjelaskan materi wawancara Mengajukan pertanyaan. Informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka pada saat melakukan wawancara yang terdapat beberapa kiat sebagai berikut: Ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang Cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan Mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga sampai yang serius Bersikap hormat dan ramah terhadap informan Tidak menyangkal informasi yang diberikan informan Tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian Tidak bersifat menggurui terhadap informan Tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah Sebaiknya dilakukan secara sendiri Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.Data yang dikumpulkan dapat bersifat: 1) Fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernah diderita; 2) Sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan jambatan keluarga, penyuluhan kesehatan; 3) Pendapat, misalnya pendapat tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan desa; 4) Keinginan, misalnya pelayanan kesehatan yang diinginkan; 5) Pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi wabah Demam berdarah melanda daerah mereka.Pengumpulan dengan wawancara mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut: Jawaban yang dilakukan responden secara spontan hingga jawaban dapat lebih dipercaya; dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap jawaban yang diberikan; dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal-hal yang lupa; data yang diperoleh adalah data primer. Kerugian pengumpulan data dengan cara wawancara adalah membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan biaya yang relatif besar, mudah timbul bias. Timbulnya bias pada waktu wawancara disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: Pewawancara: bila pewawancara kurang menghayati permasalahan dan kurang memahami teknik wawancara Responden, sering responden menyembunyikan jawaban yang sifatnya pribadi Pertanyaan yang diajukan, pertanyaan mempunyai arti ganda sehingga membingungkan atau pertanyaan yang mengharuskan responden mengingat kembali masa lalu.Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya khas bahasa yang menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden, pergunakan bahasa responden agar tidak dianggap seperti orang asing, ciptakan suasana psikologis agar situasi cair, saling percaya, suasana wawancara harus santai,wawancara dimulai dari pertanyaan yang mudah, karena awalnya biasanya responden akan nampak tegang, keadaan responden harus diperhatikan, apabila belum siap atau karena sedang terkena musibah maka wawancara sebaiknya ditunda.

2. AngketAngket adalah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden, jawaban diisi oleh responden sesuai daftar pertanyaan yang diterima, sedangkan pada wawancara jawaban responden diisi oleh pewawancara. Untuk pengembalian daftar isian dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu; 1. Canvaser, yaitu daftar yang telah di isi ditunggu oleh petugas yang menyerahkan; 2. Householder, yaitu jawaban responden dikirmkan kepada alamat yang telah ditentukan. Keuntungan teknik pengumpulan data dengan cara angket adalah relatif murah, tidak membutuhkan banyak tenaga, dapat di ulang. Sedangkan kerugiannya adalah jawaban tidak spontan, banyak terjadi non respon, pertanyaan harus jelas dan disertai dengan petunjuk yang jelas, Jawaban sering tidak lengkap terutama bila pertanyaan kurang dimengerti responden, sering tidak di isi oleh responden, tetapi di isi oleh orang lain, tidak dapat digunakan oleh responden yang buta huruf. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerugian ini antara lain lakukan kunjungan dan dilakukan wawancara pada nonrespon, jawaban yang terlambat harus dikeluarkan dan tidak dianalisis, apabila tejadi non respon terlalu banyak dapat diulang.

3. ObservasiObeservasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertolongan indra mata. observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Observasi terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitianTeknik pengumpulan data dengan dangan cara observasi bermanfaat untuk mengurangi jumlah pertanyaan, misalnya untuk melihat kebersihan rumah tangga tidak perlu dipertanyakan tetapi cukup dilakukan observasi, mengukur kebenaran jawaban responden pada wawancara, dilakukan dengan observasi, untuk memperoleh data yang tidak dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket.

Macam-macam Observasi Observasi partisipasi lengkap: mengadakan observasi dengan mengikuti seluruh kehidupan responden (antropologi) Observasi partisipasi sebagian: mengikuti sebagian kehidupan responden. Misalnya penelitian gizi sehari-hari Observasi tanpa partisipasi: mengadakan observasi tanpa ikut dalam kehidupan responden. Misalnya ingin tahu pemasangan IUDKelemahan pengumpulan data dengan teknik observasi adalah keterbatasan indera mata, konsentrasi kepada hal-hal yang sering dilihat, kelainan kecil tidak terdeteksi. Cara mengatasi kelemahan ini yaitu lakukan pengamatan berulang-ulang dan pengamatan dilakukan oleh beberapa orang.

4. PemeriksaanPemeriksaan dapat dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan dapat dilakukan berulang-ulang atau cukup sekali saja. Pemeriksaan dapat dilakukan di lapangan, di sarana pelayanan kesehatan. Organ yang diperiksa: seluruh organ; organ tertentu, misalnya, paru-paru, jantung, kadar kholesterol, kadar gula darah dan lain-lain; beberapa organ sekaligus seperti jantung dan paru-paru.

2.5 ETIKA KOMUNIKASI Secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan. Secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai, Kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan meyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya.Proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yang masuk pada diri individu yang ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi informasi. Adapun informasi yang telah dikomunikasikan disebut sebagai pesan.Dalam komunikasi terdapat 7 unsur pokok: 1) Pihak yang mengawali komunikasi; 2) Pesan yang dikomunikasikan; 3) Saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dan gangguan-gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi dilakukan; 4) Situasi ketika komunikasi dilakukan; 5) Pihak yang menerima situasi ketika komunikasi dilakukan; 6) Pihak yang menerima pesan; 7) Umpan balik dan dampak.Komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri, karena manusia sebagai makhluk rohani dapat merefleksikan diri sendiri, sehingga kita dapat memisahkan antara diri sebagai subjek maupun objek. Komunikasi interpersonal adalah komuikasi anatar kita dan orang lain. Pada komunikasi ini manusia sebagai makhluk sosial, memerlukan komunikasi dengan orang lain, entah secara pribadi (antara dua orang) maupun beberapa orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal.Selain itu, untuk memperlancar komunikasi interpersonal ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu kecakapan kognitif (kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi) dan kecakapan behavioral (kecakapan berkomunikasi pada tingkat tindakan yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi dalam mencapai tujuan, baik personal maupun relasional). Salah satu bentuk komunikasi interpersonal adalah wawancara. Dalam komunikasi, wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam wawancara pihak-pihak yang diwawancarai dan yang mewawancarai terlibat dalam proses kontak dan pertukaran informasi. Pihak yang diwawancarai adalah orang yang digali informasinya. Pihak yang mewawancarai adalah orang yang ingin mendapatkan informasi. Selama wawancara, pihak yang diwawancarai dan mewawancarai terlibat dalam percakapan dengan saling berbicara, mendengar, dan menjawab. Kontak antara orang yang diwawancarai dapat langsung berhadapan muka atau jarak jauh. Pembicaraan dalam wawancara mempunyai tujuan yang lebih jauh daripada percakapan biasa karena mempunyai makna. Manfaat wawancara yaitu sebagai berikut : Berkenalan dengan orang yang istimewa dalam pribadi, profesi, atau sembangannya kepada masyarakat Menambah wawasan hidup, memberi inspirasi, dan mendorong semangat hidup Memotivasi menjadi manusia yang lebih bermutu dan mau memberi sumbangan yang berarti dalam hidup Dalam mewawancarai kita harus bisa memberikan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan pada dasarnya terbagi atas pertanyaan terbuka dan tertutup. Jika pertanyaan-pertanyaan tidak dibuat secara tepat, kedengarannya akan sangat memojokkan dan dapat mengubah suasana menjadi penyidikan. Penggunaan pertanyaan-pertanyaan secara efektif akan membantu dalam penggalian informasi. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan sedikit kata atau kalimat tunggal. Pertanyaan seperti ini mendorong seseorang untuk berbicara dan memberi informasi sebanyak mungkin. Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan Apa, Bagaimana, Mengapa, Dapatkah, atau Bersediakah. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan Ya atau Tidak atau dengan sedikit kata-kata saja.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 DATA RESPONDEN NONAMAUMURJENIS KELAMINPRE TESTPOST TESTKELOMPOK FIELD STUDY

1.M. Soleh67 tahunLaki-laki121211

2.Syaifullah50 tahunLaki-laki4912

3.Dimas20tahunLaki-laki91013

4.Tarkonah45 tahunPerempuan9914

5.Supriyadi57 tahunLaki-laki9815

6.Enih34 tahunPerempuan111116

7.Abdul Rahman60 tahunLaki-laki6717

8.Jamaluddin52 tahunLaki-laki7718

9.Tuni75 tahunPerempuan6619

10.Eni31 tahunPerempuan121220

11.Maya35 tahunPerempuan8821

12.Yumsi Nurjanah43 tahunPerempuan111322

13.Nurdin30 tahunLaki-laki111123

14.Nining Widianingsih33 tahunPerempuan81324

15.Ade Efendi S42 tahunLaki-laki101025

16.Sobariah67 tahunPerempuan11626

17.Naimin56 tahunLaki-laki91427

18.Mamat52 tahunLaki-laki3628

19.Fitria14 tahunPerempuan91329

20.Rosmawati52 tahunPerempuan9930

3.2 DISTRIBUSI DATA PENGETAHUAN PRE-TEST DAN POST-TEST WARGA SUKMAJAYAOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengetahuan_pretestPengetahuan_posttest

N2020

Normal Parametersa,,bMean8.70009.7000

Std. Deviation2.494202.59757

Most Extreme DifferencesAbsolute.198.112

Positive.102.106

Negative-.198-.112

Kolmogorov-Smirnov Z.885.501

Asymp. Sig. (2-tailed).414.963

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Analisis: Dari hasil uji normalitas di atas, didapatkan bahwa nilai sig. pengetahuan pre-test dan post-test adalah P > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data di atas normal.One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sikap_pretestSikap_posttest

N2020

Normal Parametersa,,bMean12.600013.9000

Std. Deviation2.112621.20961

Most Extreme DifferencesAbsolute.175.318

Positive.128.222

Negative-.175-.318

Kolmogorov-Smirnov Z.7831.424

Asymp. Sig. (2-tailed).572.035

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Analisis: Dari hasil uji normalitas di atas, didapatkan bahwa nilai sig. sikap pre-test dan post-test adalah P > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data di atas normal.

T-Test BerpasanganPaired Samples Statistics

MeanNStd. DeviationStd. Error Mean

Pair 1Pengetahuan_pretest8.7000202.49420.55772

Pengetahuan_posttest9.7000202.59757.58083

Pair 2Sikap_pretest12.6000202.11262.47240

Sikap_posttest13.9000201.20961.27048

Kategori Pengetahuan0-5Buruk

6-10Sedang

11-15Baik

Analisis:Dari 20 kelompok yang melakukan penyuluhan tentang rumah sehat dan PHBS didapatkan dari uji t-test di atas ditarik kesimpulan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan warga sebelum penyuluhan sebesar 8,7 terkategori sedang, sedangkan rata-rata tingkat pengetahuan warga sesudah penyuluhan sebesar 9,7 terkategori sedang. Jadi, ada peningkatan pengetahuan warga tentang rumah sehat dan PHBS meskipun tidak signifikan.

Kategori Sikap0-5Buruk

6-10Sedang

11-15Baik

Analisis: Dari 20 responden yang diberi penyuluhan, memiliki rata-rata sikap baik dengan nilai rata-rata sebesar 12,9 dan mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuluhan dengan nilai rata-rata sebesar 13,9 yang terkategori baik.

Paired Samples Correlations

NCorrelationSig.

Pair 1Pengetahuan_pretest & Pengetahuan_posttest20.546.013

Pair 2Sikap_pretest & Sikap_posttest20.313.179

Analisis: Dari uji diatas didapatkan hasil berupa nilai p < 0,05 pada pengetahuan pre dan post test yang menunjukkan ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan.Sedangkan dari sikap responden nilai p > 0,05 pada sebelum dan sesudah penyuluhan menunjukkan bahwa pada dasar nya sikap responden terhadap PHBS dan rumah sehat sudah cukup baik.

KELOMPOK11121314151617181920

K. RUMAH2101111012

3333133333

2222222222

1020001010

1111010111

2211021111

0021011001

1111111201

S. SANITASI4433142444

4444344443

2312222232

2311131212

PERILAKU PENGHUNI0010001000

1220020102

1222222212

2022222222

2222122212

Total 936924993824550987843887755968

3.3 DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN (CHOP)

KELOMPOK21222324252627282930

K. RUMAH1112111211

3223223323

2222122222

0100100111

1101111101

1211211111

1102011101

1211111122

S. SANITASI4412142412

3434344344

2413124223

0302013212

PERILAKU PENGHUNI0120000122

1022200102

1222212112

2222222202

0222222212

641105580799975677489910086551087

Kategori Penilaian Rumah SehatSehat1068-1200

Tidak Sehat