Makalah frambusia

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau. Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, kulit, serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma sosial. Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu India, Indonesia dan Timor Leste. Berkat usaha yang gencar dalam pemberantasan frambusia, tidak terdapat lagi laporan mengenai penyakit ini sejak tahun 2004. Sebelumnya, penyakit ini dilaporkan terdapat di 49 distrik di 10 negara bagian dan pada umumnya didapati pada suku-suku didalam masyarakat. India kini telah mendeklarasikan pemberantasan penyakit frambusia dengan sasaran tidak adanya lagi laporan mengenai kasus baru dan membebaskan India bebas

Transcript of Makalah frambusia

Page 1: Makalah frambusia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir

bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta masyarakat

kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau.

Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak

dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan, maupun

pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja,

namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi

frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan

komplikasi yang umum. Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima

pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan,

kulit, serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta

stigma sosial.

Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan kesehatan

masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu India, Indonesia dan

Timor Leste. Berkat usaha yang gencar dalam pemberantasan frambusia, tidak terdapat lagi

laporan mengenai penyakit ini sejak tahun 2004. Sebelumnya, penyakit ini dilaporkan

terdapat di 49 distrik di 10 negara bagian dan pada umumnya didapati pada suku-suku

didalam masyarakat. India kini telah mendeklarasikan pemberantasan penyakit frambusia

dengan sasaran tidak adanya lagi laporan mengenai kasus baru dan membebaskan India bebas

dari penyakit ini sebelum tahun 2008. yaitu Zeroincidence + No sero positive cases among <

5 children.

Di Indonesia, sebanyak 4.000 kasus tiap tahunnya dilaporkan 8 dari 30 provinsi 95% dari

keseluruhan jumlah kasus yang dilaporkan tiap tahunnya dilaporkan dari empat provinsi,

yaitu : Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua dan Maluku. Pelaksanaan program

pemberantasan penyakit ini sempat tersendat pada tahun-tahun terakhir, terutama disebabkan

oleh keterbatasan sumber daya. Upaya-upaya harus diarahkan pada dukungan kebijakan dan

perhatian yang lebih besar sangat dibutuhkan demi pelaksanaan yang lebih efektif dan

memperkuat program ini.

Di Timor Leste, Frambusia dianggap penyakit endemik di 6 dari 13 distrik. Data yang dapat

dipercaya tidak terdapat di negara ini. Pendekatan yang terpadu sedang direncanakan, dengan

mengkombinasikan pemberantasan penyakit kaki gajah dan frambusia, serta pengontrolan

cacing tanah. Sinergi program semacam ini merupakan pendekatan utama yang harus

didukung.

Page 2: Makalah frambusia

Frambusia dapat diberantas karena penyakit ini dapat dideteksi dengan mudah oleh petugas

kesehatan di klinik- klinik serta dapat disembuhkan dengan satu kali penyuntikan penisilin

aksi lama. Secara geografis, penyakit ini hanya terbatas pada sebuah daerah yang terpencil

dan terlokalisir di tempat tersebut. Memperkenalkan pemberantasan frambusia dapat menjadi

pintu masuk untuk pemberian penanganan kesehatan primer ke dalam populasi yang

termarjinalkan secara social dan terisolasi secara geografis.

Secara histories, penggunaan strategi yang meliputi pendeteksian kasus secara aktif dan

penanganan tepat waktu dari kedua kasus ini serta kontak dengan keluarga penderita terbukti

dapat memberantas penyakit ini. Pada akhirnya, pemberantasan frambusia dapat menurunkan

angka kemiskinan dan memberdayakan masyarakat tradisional sehingga Negara-negara

mampu mencapai Millenium Development Goals (MDGs) atau paling tidak mampu

menyediakan akses ke kondisi kesehatan dan sanitasi pada tingkat dasar. Berdasarkan

argument-argument ini, WHO telah mendeklarasikan bahwa pemberantasan frambusia

merupakan prioritas untuk daerah Asia Tenggara, dan hal ini dapat diwujudkan.

Untuk menjalankan misi pemberantasan penyakit ini, WHO telah mempersiapkan kerangka

kerja Regional Strategic Plan dan sebuah draft dokumen pendukung untuk mobilitas sumber

daya. Regional Strategic Plan 2006 -2010 telah diselesaikan dalam sebuah pertemuan yang

diadakan di Bali, Indonesia pada bulan Juli 2006 dan kerangka kerja National Strategic Plan

untuk Indonesia dan Timor  Leste telah dibuat.Dengan pendeklarasian pemberantasan

frambusia di India, Indonesia dan Timor Leste diharapkan meningkatkan upaya-upaya untuk

memberantas penyakit frambusia. Kedua negara ini akan membutuhkan dukungan sumber

daya dan teknis untuk memberantas penyakit frambusia sebelum tahun 2010.

Strategi-strategi untuk mencapai pemberantasan penyakit ini meliputi pendeteksian kasus

secara aktif di daerah- daerah yang terjangkiti penyakit ini ; pengobatan yang tepat, serta

pemberian penisilin dosis tunggal ; pelatihan tenaga medis di daerah - daerah yang terjangkiti

mengenai diagnosa, penanganan, pencegahan, dan pengontrolan penyakit ini ; advokasi dan

kampanye IEC guna menciptakan kesadaran masyarakat dan dukungan administrative,

program pemantauan regular, dan peningkatan kerja sama.

Guna mencapai tujuan pemberantasan ini, kedua negara ini membutuhkan komitmen politik

dan dukungan kebijaksanaan, pengerahan sumber daya yang memadai, dan peningkatan

dukungan teknis untuk memperkuat program ini, serta pelaksanaan strategi dan yang

berkesinambungan dan dinamis.

1.2  Rumusan Masalah

Page 3: Makalah frambusia

1.2.1        Apa Pengertian Frambusia ?

1.2.2        Apa Etiologi Frambusia ?

1.2.3        Bagaimana Patofisiologi Frambusia ?

1.2.4        Bagaimana Cara Penularan Frambusia ?

1.2.5        Apa saja Klasifikasi Frambusia ?

1.2.6        Bagaimana Manifestasi Klinis Frambusia ?

1.2.7        Bagaimana Cara Pencegahan Frambusia ?

1.2.8        Bagaimana Pengobatan Frambusia.

1.2.9        Bagaimana Asuhan Keperawatan Frambusia ?

1.3   Tujuan

1.3.1        Mengetahui Pengertian Frambusia.

1.3.2        Mengetahui Etiologi Frambusia.

1.3.3        Mengetahui Patofisiologi Frambusia.

1.3.4        Mengetahui Cara Penyebara Frambusia.

1.3.5        Mengetahui Klasifikasi Frambusia.

1.3.6        Mengetahui Manifestasi Klinis Frambusia.

1.3.7        Mengetahui Cara Pencegahan pada Frambusia.

1.3.8        Mengetahui Pengobatan pada Frambusia.

1.3.9        Mengetahui Asuhan Keperawatan Frambusia.

BAB II

Page 4: Makalah frambusia

KONSEP MEDIS

2.1  Pengertian Frambusia

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum

ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau

granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi

lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat

berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/

trauma.

Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit menular

venerik, yang disebabkan oleh Treponema  palidum subs. pertinue dengan gejala utama pada

kulit dan tulang.

Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang). Dalam bahasa

Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan dalam bahasa Jawa

disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena penderitanya sangat mudah

ditemukan di kalangan penduduk. Di Jawa saking populernya telah masuk dalam khasanah

bahasa Jawa dengan istilah “ora Patheken”.

Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena

penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat

akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan

kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan

masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini

merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada

penderita..

2.2  Etiologi Frambusia

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema pallidum sub

spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab penyakit sifilis),

penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat mudah tersebar melalui kontak

langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat. Penyakit ini tumbuh subur terutama

didaerah beriklim tropis dengan karakteristik cuaca panas, dan banyak hujan, yang

dikombinasikan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk,

kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas

kesehatan umum yang memadai.

2.3  Patofisiologi Frambusia

Page 5: Makalah frambusia

Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena kontak langsung

dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema palidum ini biasanya

menyerang kulit dan tulang.

Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan penjamu, setelah

itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah arbei, yang

memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai

dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang  dan persendian. Apabila tidak

segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian.

Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang ektermitas yang

menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu kelainan berbentuk nekrosis

serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi dengan gambaran-

gambaran hilangnya bentuk hidung. Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang

meninggalkan jaringan parut dapat membentuk keloid dan kontraktur.

Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi:

a)      pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri frambusia;

b)      secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit;

c)      latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;

d)      tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ; Greenwood,

et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005).

2.4  Cara Penularan Frambusia

Penularan  penyakit  frambusia  dapat  terjadi  secara langsung maupun tidak langsung

(Depkes,2005), yaitu :

a)      Penularan secara langsung (direct contact) .

Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain.

Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue)

yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada

lukanya. Penularan mungkin juga terjadi  dalam persentuhan antara jejas dengan gejala

menular dengan selaput lendir.

b)       Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .

Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau

serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular

dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu

masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. 

Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2

kemungkinan, antara lain :

Page 6: Makalah frambusia

1.       Infeksi effective.

Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak,

menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi efektif dapat

terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup

banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia.

2.       Infeksi ineffective.

Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat

berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit.

Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak

cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai

kekebalan terhadap penyakit frambusia (Depkes, 2005).

2.5  Klasifikasi Frambusia

Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik Agen :

a)      Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang biak di dalam

jaringan penjamu.

b)      Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya benjolan-

benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah tanpa nanah.

c)      Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang

dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup. Pada 10%

kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai dengan lesi yang merusak susunan kulit

yang juga mengenai otot dan persendian.

d)     Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan kulit

dalam tubuh penjamu.

e)      Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang satu

dengan yang lainnya.

f)       Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak antibody

yang ada di dalam sang penjamu.

2.6  Manifestasi Klinis Frambusia

Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu :

a)     Stadium I :

Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau dalam

kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang berbentuk seperti buah

arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh spontan tanpa meninggalkan

bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan

persendian kemudian, papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial

berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering

Page 7: Makalah frambusia

ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan  mirip  kandilomatalata pada

sipilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan

pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki, dan biasanya

lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa, papula, mikropapula,

nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi.

Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang menular.

b)     Stadium II atau masa peralihan :

Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue. Treponema positif

ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah stadium I. Pada stadium

ini frambusia tidak menular dengan bermacam-macam bentuk gambaran klinis, berupa

hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan sendi sering  mengenai jari-jari dan tulang

ekstermitas, yang dapat mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu

suatu kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung

dan septum nasi  dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou ( suatu

bentuk ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta junksta

artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple), biasanya ditemukan

di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau plantar dan palmar.

c)     Stadium III :

Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam atau

bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat membentuk keloid dan

kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat mengakibatkan kecacatan dan kerusakan

pada tulang. Kerusakan sering terjadi pada palatum, tulang hidung, tibia.

Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain :

a)      Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak menutup

kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita.

b)      Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu

c)      Tahap Dini

Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah

tanpa nanah.

d)     Tahap Lanjut

Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan tulang, sehingga

mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya kering, kecuali jika disertai infeksi

(borok).

e)      Tahap Pasca Patogenesis

Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :

Page 8: Makalah frambusia

1.      Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah

yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 %  dari penderita.

2.      Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam

tubuh.

3.      Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan menimbulkan

cacat kepada si penderita.

2.7  Pencegahan Frambusia

Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa kambuh dan

menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus pasien stadium

tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi pada tulang dan

persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun setelah terkena infeksi

pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu:

a)     Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk

menemukan  penderita.

b)     Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan

(UPK) dan  dilakukan pencarian kontak.

c)     Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

d)     Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air bersih

serta penyediaan sabun untuk mandi.

2.8  Pengobatan Frambusia

Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan untuk 1,2 juta

unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat pilihian, tetapi bagi mereka

yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin 2 gr/hari selama 5-10 hari.

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama

adalah benzatin penisilin, dan pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan pemberian

tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.

Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut :

a)      Bila sero positif  >50%  atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5% maka

seluruh penduduk diberikan pengobatan.

b)      Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5% maka

penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan pengobatan.

c)      Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun < 2% maka

penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.

Page 9: Makalah frambusia

Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan  seluruh murid dalam

kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb:

Umur Nama obat Dosis Pemberian

Melalui

Lama

Pemberian

< 10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis

Tunggal

≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis

Tunggal

Alternatif

< 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4

dosis

Oral 15 hari

8-15 tahun Tetra atau erit. 250mg,4×1 hri Oral 15 hari

>8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi 4

dosis

Oral 15 hari

Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 10: Makalah frambusia

3.1   Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan

sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.

Pengkajian pada pasien frambusia meliputi :

1.      Identitas klien :

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,

tanggal dan jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.

2.      Keluhan utama :

a.       Gatal-gatal.

b.      Demam.

c.       Sakit Kepala.

d.      Nyeri tulang dan sendi.

e.       Terdapat benjolan-benjolan pada kulit.

3.      Riwayat penyakit

Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia, dan kambuh kembali.

4.      Pemeriksaan Fisik :

a)      Pola aktivitas dan istirahat :

1)      Kelemahan.

2)      Gelisah.

3)      Susah bergerak.

4)      Susah tidur.

5)      Pusing.

b)      Pola sirkulasi :

1)      Turgor kulit menurun.

2)      Kerusakan integritas kulit.

c)      Pola sensorik  :

1)      Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun.

2)      Pertahanan tubuh menurun.

d)     Pola Nutrisi dan cairan :

1)      Anoreksia.

2)      Berat badan menurun.

3)      Dehidrasi.

e)      Pola kepercayaan diri :

1)      Perubahan postur tubuh.

2)      Menyendiri (malu).

f)       Pola tempat tinggal pasien :

Page 11: Makalah frambusia

1)      Sanitasi lingkungan yang buruk.

2)      Kurangnya fasilitas air bersih.

3)      Lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang

memadai.

3.2  Diagnosa Keperawatan

a)      Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi.

b)      Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh

menurun.

c)      Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan.

d)     Gangguan citra tubuh  berdasarkan perubahan postur tubuh.

e)      Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan.

f)       Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit.

3.3  Intervensi dan Rasional

a.       Kerusakan integritas kulit berdasarkan adanya lesi.

Tujuan :  Untuk memelihara integritas kulit atau mencapai penyembuhan tepat waktu.

Intervensi :

1.      Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. Amati perubahan lesi.

Rasional : Menentukan garis dasar dimana terjadi perubahan pada status.

2.      Pertahankan hygiene kulit, misalnya dengan membasuh dan mengeringkannya dengan

hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim.

Rasional : Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan menambah kenyamanan.

3.      Gunting kuku secara teratur.

Rasional : Kuku yang panjang/kasar menimbulkan resiko kerusakan kulit.

4.      Kolaborasi pemberian obat topikal atau sistemik

Rasional :  Digunakan pada perawatan lesi kulit.

5.      Kolaborasi pemberian salep antibiotik untuk melindungi lesi.

Rasional : Melindungi area dari kontaminasi bakteri dan meningkatkan penyembuhan.

b.      Resiko terjadi infeksi berdasarkan kerusakan pada kulit, dan pertahanan tubuh menurun.

Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi.

Intervensi :

1.      Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu.

Rasional : Memberikan informasi data dasar. Peningkatan suhu secara berulang-ulang dari

demam yang terjadi untuk menunjukkan pada tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru.

2.      Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang

kontak dengan pasien.

Page 12: Makalah frambusia

Rasional : Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.

3.      Gunakan sapu tangan, masker dan teknik aseptik selama perawatan dan berikan pakaian

yang steril atau baru.

Rasional : Mencegah terpajan pada organisme infeksius.

4.      Observasi lesi secara periodik.

Rasional : Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi

5.      Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung atau staf

terhadap tanda infeksi dan pertahankan  kewaspadaan sesuai indikasi.

Rasional : Untuk mengurangi patogen pada sistem intergument dan mengurangi

kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.

6.      Kolaborasi pemberian preparat antibiotik dengan dokter.

Rasional : Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi.

c.       Gangguan mobilisasi berdasarkan kecacatan.

Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi.

Intervensi :

1.      Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan

catat persepsi klien terhadap immobilisasi.

Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien

terhadap immobilisasi, ini akan membuat pasien menemukan aktivitas mana saja yang perlu

dilakukan.

2.      Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda.

Rasional : Dengan ambulasi tersebut klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang

perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.

3.      Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodik.

Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur.

4.      Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur.

Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari

tempat tidur.

d.      Gangguan citra tubuh  berdasarkan perubahan postur tubuh.

Tujuan : Pasien dapat mengembangkan peningkatan penerimaan diri.

Intervensi :

1.      Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (menghindari kontak mata, ucapan yang

merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan muak pada kondisi kulit).

Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan nyata bagi

pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada dirinya sendiri.

Page 13: Makalah frambusia

2.      Berikan kesempatan untuk pasien mengungkapkan keluhan, dengarkan dengan cara

yang terbuka dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan berduka atau ansietas tentang

perubahan citra tubuh

Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. Mendukung upaya

pasien untuk memperbaiki citra diri.

3.      Bersikap realistis selama pengobatan, dan pada penyuluhan kesehatan.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dengan

perawat.

4.      Jangan memberikan keyakinan yang salah.

Rasional : Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun

tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita.

5.      Dorong interaksi keluarga dengan rehabilitasi.

Rasional : Mempertahankan pola komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada

pasien dan keluarga.

e.       Ansietas berdasarkan perubahan kesehatan.

Tujuan : Pasien dapat menunjukkan penurunan ansietas sehingga dapat menerima perubahan

status kesehatannnya dengan cara sehat.

Intervensi :

1.      Berikan penjelasan yang sering dan informasi tentang prosedur perawatan.

Rasional : Pengetahuan diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, dan memperjelas

kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.

2.      Libatkan pasien atau orang yang terdekat dalam proses pengambilan keputusan.

Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan kerja sama.

3.      Kaji status mental terhadap penyakit.

Rasional : Menurunkan perasaan tak berdaya atau putus asa.

4.      Berikan orientasi konstan dan konsisten.

Rasional : Pada awalnya pasien dapat menggunakan penyangkalan untuk menurunkan dan

menyaring informasi secara keseluruhan.

5.      Dorong pasien untuk bicara tentang penyakitnya.

Rasional : Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus untuk membantu

beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan

6.      Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan

jawaban terbuka atau jujur.

Rasional : Membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas.

7.      Identifikasi metode koping atau penangan situasi stress sebelumnya.

Rasional : Pernyataan kompensasi menujukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien

atau orang yang terdekat menerima realita dan mulai menerima apa yang terjadi.

Page 14: Makalah frambusia

8.      Dorong keluarga dan orang yang terdekat untuk mengunjungi pasien dan

mendiskusikan apa yang terjadi. Mengingatkan pasien kejadian masa lalu dan akan datang.

Rasional : Perilaku masa lalu yang berhasil dapat digunakan untuk membantu situasi saat ini

mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan

kesinambungan hidup.

9.      Kolaborasi sedatif  ringan sesuai indikasi

Rasional : Obat ansietas diperlukan untuk periode singkat sampai pasien lebih stabil secara

psikis.

f.       Kurang pengetahuan berdasarkan kurang informasi terhadap perawatan kulit.

Tujuan : Pasien mendapatkan informasi yang adekuat tentang perawatan kulit.

Intervensi :

1.      Tentukan apakah pasien mengetahui tentang kondisi dirinya.

Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.

2.      Pantau agar pasien mendapatkan informasi yang benar, dan memperbaiki kesalahan

persepsi informasi.

Rasional : Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat di perbuat.

3.      Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan.

Rasional : Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.

4.      Jelaskan penatalaksanaan minum obat : dosis, frekuensi, tindakan, dan perlunya terapi

dalam jangka waktu lama.

Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien, memahami aturan terapi dan mencegah putus

obat.

5.      Dorong pasien agar mendapat status nutrisi yang sehat.

Rasional : Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan kulit

dapat menandakan  status nutrisi yang abnormal. Nutrisi yang optimal meningkatkan

regenerasi jaringan dan penyembuhan umum kesehatan.

6.      Tekankan perlunya atau pentingnya mengevaluasi perawatan atau rehabilitasi

Rasional : Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang continue dan perubahan terapi

dibutuhkan untuk penyembuhan optimal.

BAB IV

PENUTUP

Page 15: Makalah frambusia

4.1   Kesimpulan

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum

ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau

granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi

lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat

berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/

trauma.

Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam jaringan

penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk seperti buah

arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak bernanah dan tidak sakit, kadang

disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang  dan persendian. Apabila

tidak segera diobati agen akan menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses

penyebaran frambusia ada 2, yaitu penularan secara langsung (direct contact), dan penularan

secara tidak langsung (indirect contact).

Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau masa

peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa tahapan, antara lain :

tahap prepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut, dan tahap pasca patogenesis.

Strategi pemberantasan atau pencegahan frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu: skrining

terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk menemukan  penderita,

memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan kesehatan (UPK)

dan  dilakukan pencarian kontak, penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS), perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan

prasarana air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan utama

dalam pengobatan frambusia adalah benzatin penisilin, alternatif pengobatan dapat dilakukan

dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.

4.2  Saran

Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang dapat membuat

penyakit frambusia dapat terjadi, salah satunya yaitu kondisi tempat tinggal yang kotor dan

tidak sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua masyarakat untuk selalu memperhatikan

kondisi lingkungannya, dan menjaga kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan

tempat tinggal.

      

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Makalah frambusia

http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-frambusia.html

(diakses pada tanggal 24 februari 2012)

http://ichynurse.blogspot.com/2012/01/askep-frambusia.html

(diakses pada tanggal 23 februari 2012)

KATA PENGANTAR

Page 17: Makalah frambusia

            Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan  rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah yang berjudul “Frambusia”.

      Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Keperawatan Tropis

III. Dalam penulisan makalah ini juga, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, karena kami

merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang dimiliki kami. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam

penyusunan materi ini tidak lain berkat tuntunan-Nya dan bimbingan dari berbagai pihak,

sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

     

Untuk itu dalam kesempatan ini Saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Selain

itu kami juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi penyempurnaan

pembuatan makalah ini.

    

                                                                                    Raha, Oktober 2013

                                                                                                      Penulis

DAFTAR ISI

Page 18: Makalah frambusia

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i 

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii 

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah………...…………...……...…………...…………………..3

1.3 Tujuan...................................................................................................................4

BAB II KONSEP MEDIS…………….……………………………..…...…….. 5

2.1 Pengertian Frambusia……....…........................................................................... 5

2.2 Etiologi Frambusia……………….......................................................................6

2.3 Patofisiologi Frambusia........................................................................................6

2.4 Cara Penularan Frambusia……………………..………………………………..7

2.5 Klasifikasi Frambusia………………………………………………………...…8

2.6 Manifestasi Klinis Frambusia………………………………………………...…9

2.7 Pencegahan Frambusia………………………………………………………... 11

2.8 Pengobatan Frambusia……………………………………………………........ 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……….………………………...……. 14

3.1 Pengkajian………...………............................................................................... 14

3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 15

3.3 Intervensi dan Rasional…………………..…………………………………… 16

BAB IV PENUTUP………………………………...……………………….... 22

4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22

4.2 Saran................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………………….. 24